Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS SISTEM KOTA

Sistem kota-kota adalah suatu sistem yang menggambarkan sebaran


kota, fungsi kota-kota dan hierarki fungsional kota-kota yang terkait dengan
pola transportasi dan prasarana wilayah lainnya dalam ruang wilayah daerah
( Pasal 9 ayat 1, Perda Provinsi Sumatra Barat No 13 Tahun 2013 tentang
RTRW Provinsi Sumbar Tahun 2012-2032). Hierarki kota dimaksudkan
untuk dapat menentukan suatu sistem jenjang pelayanan yang dikaitkan
dengan pusat-pusat pelayanan (kota) yang ada.

Dalam laporan kali ini, penulis menentukan orde dari sistem kota di
kecamatan bathin viii dengan metode Christaller, ZIPf, Rank Size Rule, dan
Skalogram.

A. Metode Cristaller
Metode ini menggunakan variabel penduduk dengan melakukan
perbandingan jumlah penduduk antara kota orde lebih tinggi dengan kota orde
setingkat lebih rendah setidaknya tiga kali lipat. Misalnya pada sebuah
kabupaten, penentu kota di dasarkan atas data BPS tentang penduduk
perkotaan dan penduduk perdesaan, data disajikan perkelurahan/desa. Untuk
menentukan penduduk suatu kota harus digabung penduduk beberapa
kelurahan yang bertetangga yang memang terlihat menyatu sebagai kota
dilapangan. Penduduk perkotaan dari suatu kelurahan yang terpisah jauh dari
penduduk perkotaan lainnya diperlakukan sebagai kota yang berdiri sendiri.
Pada tahun 2020 di Kecamatan Bathin Viii terdapat 15 nagari dengan
jumlah penduduk tertinggi di desa tanjung sejumlah 4.968 jiwa sedangkan
desa dengan jumlah penduduk terendah berada di desa muara lati dengan
jumlah penduduk 377 jiwa. Berdasarkan data diatas maka susunan orde kota
di Kecamatan Bathin Viii sebagai berikut:

ORDE KOTA KEC. BATHIN VIII


TAHUN 2020 BERDASARKAN
METODE CRISTALLER
jumlah
N Desa Atau
pendudu orde
o Kelurahan
k kota
1 Tanjung 4.968 I
2 Limbur Tembesi 2.615 I
3 Dusun Dalam 1.847 I
4 Teluk Kecimbung 1.606 II
5 Rantau Gedang 1.433 II
6 Pulau Lintang 1.356 II
7 Pulau Melako 1.156 II
8 Bangun Jayo 898 II
9 Penarun 869 II
10 Tanjung Gagak 754 II
11 Batu Penyabung 750 II
12 Suka Jadi 606 II
13 Pulau Buayo 484 III
14 Teluk Mancur 428 III
15 Muaralati 377 III
Berdasarkan orde kota diatas maka pada tahun 2020 kecamatan bathin
viii sebagian besar desanya memiliki orde kota II. Berikut peta orde kota
berdasarkan metode cristaller di kec. Bathin viii tahun 2020
B. Metode Rank Size Rule

Metode Rank Size Rule mengurutkan orde kota dengan membagi


jumlah penduduk terbanyak dengan orde yang ditentukan. Desa dengan status
kota terbesar adalah terletak pada desa tanjung dengan penduduk 4.968 jiwa,
kota terkecil terletak pada desa muara lati yang berpenduduk 377 jiwa.
Menentukan orde ke-1 yaitu 4.968/1 = 54042 jiwa untuk orde I. Kemudian
orde ke-2 yaitu 4.968/2 = 27021 jiwa untuk orde 2, dan seterusnya sampai
orde yang terdapat jumlah penduduk yang mendekati jumlah penduduk
terkecil di Kec. Bathin viii

Berdasarkan jumlah penduduk maka dapat ditentukan orde kota


berdasarkan metode rank size rule untuk kecamatan bathin viii tahun 2020
sebagai berikut:
1. Orde I, jumlah penduduk 4.968 : 1 = 4.968
2. Orde II, jumlah penduduk 4.968 : 2 = 2.484
3. Orde III, jumlah penduduk 4.968 : 3 = 1.656
4. Orde IV, jumlah penduduk 4.968 : 4 = 1.242
5. Orde V, jumlah penduduk 4.968 : 5 = 994
6. Orde VI, jumlah penduduk 4.968 : 6 = 828
7. Orde VII, jumlah penduduk 4.968 : 7 = 710
8. Orde VIII, jumlah penduduk 4.968 : 8 = 621
9. Orde IX, jumlah penduduk 4.968 : 9 = 552
10. Orde X, jumlah penduduk 4.968 : 10 = 497
11. Orde XI, jumlah penduduk 4.968 : 11 = 451
12. Orde XII, jumlah penduduk 4.968 : 12 = 414
13. Orde XIII, jumlah penduduk 4.968 : 13 = 382
14. Orde XIV, jumlah penduduk 4.968 : 14 = 355
Berdasarkan aturan diatas maka diperoleh orde kota di kecamatan
bathin viii pada tahun 2020 berdasarkan metode rank size rule sebagai berikut:

ORDE KOTA KEC. BATHIN VIII


TAHUN 2020 BERDASARKAN
METODE RANK SIZE RULE
jumlah
N Desa Atau
pendudu orde
o Kelurahan
k kota
1 Tanjung 4.968 I
2 Limbur Tembesi 2.615 I
3 Dusun Dalam 1.847 III
4 Teluk Kecimbung 1.606 IV
5 Rantau Gedang 1.433 IV
6 Pulau Lintang 1.356 IV
7 Pulau Melako 1.156 V
8 Bangun Jayo 898 VI
9 Penarun 869 VI
10 Tanjung Gagak 754 VI
11 Batu Penyabung 750 VII
12 Suka Jadi 606 VIII
13 Pulau Buayo 484 XI
14 Teluk Mancur 428 XII
15 Muaralati 377 XVI
Salah satu kelemahan dari orde kota metode zipf ini adalah
menghasilkan terlalu banyak orde. Bisa dilihat pada orde kota kec. Bathin viii
diatas orde kota mencapai 14 orde. Hal ini terjadi karena semakin tinggi orde
maka nilai pembagi jumlah penduduk juga semakin banyak. Berikut peta orde
kota berdasarkan metode rank size rule di kec. Bathin viii tahun 2020

C. Metode ZIPf
Rumus berikut ini dibuat oleh Auerbach dan Singer tetapi
dipopulerkan oleh Zipf (Glasson, 1974),sehingga lebih dikenal dengan
Metoda Zipf. Rumusnya adalah :

Keterangan:

Pn : jumlah penduduk kota terkecil


P1: jumlah penduduk kota terbesar
n : variabel
q : orde kota yang dibutuhkan
Nilai q belum diketahui secara langsung, namun harus kita cari
terlebih dahulu. Rumus Zipf ini tidak dapat digunakan secara langsung karena
pada persamaan tersebut ada dua bilangan yang tidak diketahui, yaitu n dan q.
untuk dapat menggunakannya terlebih dahulu harus ditetapkan beberapa
tingkat ranking perkotaan (n) yang akan dipakai di wilayah tersebut. Dalam
hal ini diperlukan data tentang kota dengan penduduk terbesar dan dengan
penduduk terkecil. (tetapi masih memenuhi persyaratan sebagai kota).
Menggunakan contoh pada metode Christaller maka kota dengan
penduduk terbesar tersebut otomatis diberi orde I, namun kota dengan
penduduk terkecil perlu ditetapkan orde ke beberapa. Misalnya, kota terkecil
itu ditetapkan sebagai orde IV (secara arbiter).
Untuk kec. Bathin viii kita menggunakan empat orde saja oleh karena
itu kita peroleh nilai n adalah 4. Untuk nilai q diperoleh menggunakan rumus
berikut:
P1
Pn=
nq
4.968
377=
4q
4.968
4q=
377
4 q =13,27
q log 4=log 13,27
q 0,602=1,122
1,122
q=
0,602
q=1,863
Setelah didapatkan nilai q maka didapatkanlah klasifikasi orde kota
berdasarkan metode Zipf sebagai berikut:
Orde I Orde II Orde III Orde IV
P1 P1 P1 P1
Pn= q Pn= q Pn= q Pn= q
n n n n
4.968 4.968 4.968 4.968
Pn= Pn= Pn= Pn=
11,863 21,863 31,863 4 1,863
4.968 4.968 4.968 4.968
Pn= Pn= Pn= Pn=
1 3,63 7,74 13,23
Pn=4.968 Pn=1.368 Pn=642 Pn=375
Berdasarkan kategori orde kota diatas maka diperolaeh orde kota di
kec. Bathin viii berdasarkan metode Zipf pada tahun 2020 sebagai berikut:

ORDE KOTA KEC. BATHIN VIII TAHUN 2020


BERDASARKAN METODE ZIPf
jumlah orde
No Desa Atau Kelurahan
penduduk kota
1 Tanjung 4.968 I
2 Limbur Tembesi 2.615 II
3 Dusun Dalam 1.847 II
4 Teluk Kecimbung 1.606 II
5 Rantau Gedang 1.433 II
6 Pulau Lintang 1.356 II
7 Pulau Melako 1.156 II
8 Bangun Jayo 898 III
9 Penarun 869 III
10 Tanjung gagak 754 III
11 Batu Penyabung 750 III
12 Suka Jadi 606 IV
13 Pulau Buayo 484 IV
14 Teluk Mancur 428 IV
15 Muaralati 377 IV
Berikut peta orde kota berdasarkan metode zipf di kec. Bathin viii
tahun 2020:
D. Metode Skalogram
Dengan menggunakan analisis Skalogram dapat diidentifikasi orde-
orde kota berdasarkan pada fasilitas-fasilitas perkotaan yang dimiliki. Metode
Skalogram dilakukan untuk mengetahui pusat pelayanan berdasarkan jumlah
dan jenis unit fasilitas pelayanan yang ada dalam setiap daerah. Asumsi yang
dipakai adalah bahwa wilayah yang memiliki rangking tertinggi adalah lokasi
yang dapat ditetapkan menjadi pusat pertumbuhan (Pardede, 2008)
Untuk melakukan analisis ini kita memerlukan data fasilitas di tiap
desa yang berstatus perkotaan berupa jumlah dan titik lokasi : data fasilitas
perdagangan (pasar), fasilitas peribadatan (mushola, masjid, gereja, dll),
fasilitas pendidikan (SD,SMP,SMA,Perguruan Tinggi, dll), fasilitas kesehatan
(puskesmas, Rumah Sakit, dll), dan data fasilitas lainnya yang dapat diperoleh
dari Badan Pusat Statistik daerah yang bersangkutan.
Analisis Skalogram pada umunya dipergunakan untuk menganalisis
pusat-pusat permukiman, kususnya hirarki atau orde pusat-pusat permukiman.
Analisis ini untuk memberikan gambaran adanya pengelompokkan
permukiman sebagai pusat pelayanan dengan mendasarkan pada kelengkapan
fungsi pelayanannya. Fasilitas yang digunakan pada penilaian ini adalah
fasilitas yang mencirikan fungsi pelayanan, sosial dan ekonomi dengan
kriteria obyek tunggal dan terukur serta sedapatnya memiliki karakteristik
hirarkis atau berjengjang. Tahapan pertama dalam analisis ini adalah memilih
jenis fasilitas yang digunakan sebagai variabel dalam matriks skalogram,
berikut ini adalah tabel jenis variable yang dianalisis dalam analisis skalogram
di Kecamatan Bathin VIII:
a. Sarana Pendidikan (SD/MI/SLTP/SLTA/Universitas)
b. Sarana Kesehatan (Rumah Sakit/Puskesmas/Posyandu/Apotek)
c. Sarana ekonomi (pasar, toko kelontong, warung makan, supermarket,
toserba)
d. Sarana umum lain (hotel, penginapan, bank, koperasi)
e. Aksesibilitas (jarak dan waktu tempuh antar desa dengan ibu kota
kecamatan, ibukota kabupaten dan ibukota kabupaten terdekat).

Hasil dari analisis skalogram menghasilkan hirarki hirarki perkotaan


dimana hirarki tertinggi menunjukan perkembangan yang baik dan daerah
tersebut dapat dijadikan sebagai pusat perkembangan wilayah. Hirarki ini juga
menjelaskan tingkat perkembangan daerah tersebut. Makin tinggi hirarki suatu
daerah (dalam hal ini hirarki tertinggi adalah I, II dst), maka tingkat
perkembangan kotanya juga tinggi

Hal yang perlu diperhatikan adalah, yang kita hitung adalah berapa
jumlah jenis unit yang tersedia di masing-masing perkotaan, bukan jumlah
unitnya. Karena, kita melihat perkembangan dari jenis unit, bukan jumlah
msing-masing unit di setiap perkotaan.

Hasil dari perhitungan hirarki perkotaan di kec. Bathin viii tahun 2020
dengan metode skalogram adalah sebagai berikut:
Hirarki Perkotaan Kec. Bathin Viii
Tahun 2020
N Desa atau Hirarki
o Kelurahan Kota
1 Penarun Hirarki I
2 Limbur Tembesi Hirarki I
3 Suka Jadi Hirarki II
4 Tanjung Gagak Hirarki III
5 Rantau Gedang Hirarki III
6 Pulau Buayo Hirarki III
7 Batu Penyabung Hirarki III
8 Teluk Kecimbung Hirarki III
9 Dusun Dalam Hirarki III
10 Pulau Lintang Hirarki III
11 Pulau Melako Hirarki III
12 Tanjung Hirarki III
13 Bangun Jayo Hirarki III
14 Muaralati Hirarki III
15 Teluk Mancur Hirarki III

Dari hasil analisis skalogram diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian


besar desa atau kelurahan di kecamatan bathin viii masih rendah tingkat
perkembangannya. Wilayah yang sudah berkembang dengan baik hanya dua
desa yaitu limbur tembesi sebagai ibukota kecamatan bathin delapan dan satu
lagi adalah desa penarun.
Hasil analisis orde kota menggunakan metode jumlah penduduk
(metode cristaller, zipf, dan rank size rule) menunjukan hasil yang berbeda
dengan hasil hirarki kota menggunakan metode skalogram atau ketersediaan
sarana dan prasarana umum. Hal ini dikarenakan pada analisis orde kota
menggunakan jumlah penduduk hanya menggunakan jumlah penduduk saja
sebagai dasar perhitungan orde kotanya sedangkan pada metode skalogram
selain menggunakan jumlah penduduk tapi juga menggunakan variable lain
seperti sarana pendidikan , ekonomi, kesehatan, aksesibilitas dan sarana
umum lainnya
Berikut peta orde kota berdasarkan metode skalogram di kec. Bathin
viii tahun 2020:

Anda mungkin juga menyukai