Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK 3

GEO PARIWISATA

OLEH:

SRIYUSTIA A 351 16 144

ISNAWATI A351 17 076

FEBRINA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2020
A. Gerakan aliran wisatawan
Setiap gejala dipermukaan bumi mengalami gerakan. Gerakan objek atau
gejala yang tampak jelas misalnya gerakan awan, air mengalir, angin,
batuan, dan tanah oleh manusia, gerakan barang, orang melakukan kerja,
gerakan arus laut oleh angin dan sebagainya. Gerakan yang tidak tampak
misalnya gerakan panas dari lintang rendah ( ekuator) ke lintang tinggi,
gerakan informasi, ide atau gagasan. Gerakan ini menunjukkan adanya
interaksi antara satu objek ke objek lain, antara satu tempat ke tempat lain.
Gerakan ini menjadi kajian Geografi untuk dapat memahami bagaimana
latar belakang terjadinya suatu gejala atau fenomena di permukaan bumi dan
dampaknya terhadap gejala atau fenomena lain. Gerakan manusia semakin
tampak jelas dari semakin padatnya jalur transportasi dan komunikasi yang
menghubungkan berbagai tempat di permukaan bumi. Adanya globalisasi
peradaban dunia merupakan suatu bukti kemajuan di bidang transportasi dan
komunikasi, sehingga dunia demikian transparan, faktor jarak dan waktu
bukan lagi suatu masalah. Setiap hari, bahkan setiap menit orang dapat
berkomunikasi dengan tempat lain di dunia. Dalam skala besar, pariwisata
dan perdagangan internasional menunjukkan bahwa tidak ada negara yang
dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam bidang-bidang tertentu satu
sama lain akan saling bergantung.
Dalam pariwisata, gerakan menunjukkan adanya daerah yang minus dan
surplus akan sumberdaya wisata. Mengetahui gerakan dan aliran wisatawan
di suatu obyek wisata sangat penting fungsinya untuk :
a)           Mengetahui sejauhmana daya tarik wisata dimiliki oleh suatu obyek
b)           Mengikuti perubahan gerakan dan aliran wisatawan berdasarkan periode
waktu tertentu,untuk mengetahui perkembangan dan kecenderungan
kepariwisataan di suatu tempatsekaligus memprediksi kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang.
c)           Bahan perencanaan dan pengembangan daerah tujuan wisata atau objek
wisata.
d)         Sumber menganalisis perkembangan segmen pasar, agar pembangunan
pariwisata dapat diarahkan secara efektif dan efisien.
e)           Perwilayahan (regionalisasi) konsep yang paling mendasar dari studi
geografi adalah region. Region menjadi objek formal dari Geografi, adapun
kajian utamanya adalah berbagai bentuk region dan perubahannya.
Regionalisasi pada dasarnya adalah pengumpulan dan pengklasifikasian atau
pengelompokkan data ke dalam data yang sejenis.
Dari pengelompokkan tersebut maka akan tampak daerah yang
menunjukkan persamaan dan perbedaan. Region pada dasarnya adalah
kesatuan daerah yang menunjukkan karakteristik tertentu sehingga dapat
dibedakan dari daerah lainnya. Karakteristik atau ciri khas suatu tempat itu
dapat berupa karakteristik aspek fisis, manusia, atau gabungan keduanya.
Banyak cara untuk menentukan region tergantung kepada kriteria apa yang
akan dipergunakan (fisik, sosial, aktivitas ekonomi, budaya, politik, bahasa,
agama, etnik, dan sebagainya). Ruang lingkup atau cakupan region pun
dapat luas seperti meliputi desa, kota, kabupaten, propinsi, negara, atau
himpunan – himpunan internasional.
Region dalam pariwisata, tercermin dari adanya wilayah
pengembangan wisata, daerah tujuan wisata dan satuan kawasan wisata.
Berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPNAS)
tahun 1997 – 2018, Indonesia dibagi atas enam wilayah pengembangan
wisata.Wilayah A meliputi Sumatera dengan Medan sebagai pintu gerbang
primernya. Wilayah B meliputi Jawa dengan Jakarta dan Surabaya sebagai
pintu gerbangnya. Wilayah C meliputi Bali, NTT, dan NTB dengan Denpasar
sebagai pintu gerbangnya. Wilayah D meliputi Kalimantan dengan
Balikpapan sebagai pintu gerbangnya. Wilayah E meliputi Sulawesi dengan
Menado dan Ujung Pandang sebagai pintu gerbang primernya dan Irian atau
Papua wilayah F dengan Biak sebagai pintu gerbangnya. Wilayah
pengembangan wisata tersebut dijabarkan kedalam wilayah – wilayah yang
lebih kecil dalam 12 TDC (Tourism Development Corporation) yang
pelaksanaannya dirinci, seperti Bali dibagi menjadi 24 (SKW) dan Jawa
Barat, terbagai menjadi 6 wilayah yaitu A Banten, B Botabek, C Sukabumi,
D Bandung E Priangan Timur dan F Cirebon. Kawasan Bandung dibagi atas
Kawasan Bandung, Sumedang, Garut, Subang, Purwakarta dan Krawang.
Kawasan Bandung terbagi dua Kodya dan Kabupaten, Kabupaten Bandung
dibagi lagi menjadi Satuan Kawasan (SKW) Bandung Utara, Bandung
Selatan, Bandung Barat dan seterusnya.
Perwilayahan pariwisata nasional tersebut dilat ar belakangi oleh
alasan pasar dan keanekaragaman sumberdaya wisata yang tersebar dalam
suatu wilayah geografis yang luas. Adapun tujuannya adalah untuk
mewujudkan pariwisata masa depan Indonesia yang memiliki citra yang
jelas, dan untuk pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.
Pewilayahan dalam RIPPNAS diidentifikasi dengan mempertimbangkan :
a). Kesatuan ruang geografis dengan identitas yang khas
b). Ketersediaan pintu gerbang internasional
c). Memiliki produk andalan yang dapat dipergunakan sebagai tema
promosi
d). Memiliki pasar potensial yang jelas
B.         Gerakan dan aliran wisatawan sangat penting menentukan lokasi
Lokasi adalah konsep Geografi terpenting, karena lokasi dapat
menunjukkan posisi suatu tempat, benda atau gejala dipermukaan bumi.
Lokasi dapat menjawab pertanyaan dimana ( where) dan mengapa disana
(why) tidak di tempat lain. Faktor pertama yang akan dipertimbangkan,
kalau seseorang berkeinginan melakukan perjalanan wisata adalah
mempertanyakan ke mana akan pergi ( where are you )? berapa jauh jaraknya
(how far)? berapa lama ( how long)? membawa perlengkapan apa ? dan
sebagainya. Untuk menjawab pertanyaan itu diperlukan wawasan Geografi
tentang lokasi, khusus tentang lokasi absolut, lokasi relatif, jarak, akses,
dan karakteristik tempat yang menjadi tujuan wisata.
Lokasi adalah posisi suatu tempat, benda, peristiwa atau gejala
dipermukaan bumi dalam hubungannya dengan tempat, benda gejala,
peristiwa lain. Ada dua komponen lokasi yaitu arah dan jarak. Arah
menunjukkan posisi suatu tempat bila dibandingkan dengan tempat dimana
kita berada; sedangkan jarak adalah ukuran jauh atau dekatnya dua benda
atau gejala tersebut. Contoh Bali terletak sebelah Timur Surabaya, arah
tersebut berbeda jika si penanya berada di Lombok menjadi di sebelah
Barat. Untuk melengkapi wawasan tentang lokasi, maka peta menjadi alat
yang sangat diperlukan untuk membantu perjalanan. Agar peta benar-benar
dapat memberikan arah bagi perjalanan wisata, hendaknya peta itu
memenuhi syarat sebagai peta yang baik, yang terpenting di antaranya
adalah ada grid, skala, arah angin, dan legenda.
Dalam Geografi dikenal ada dua macam lokasi yaitu lokasi absolut dan
lokasi relatif. Lokasi absolut adalah posisi sesuatu berdasarkan koordinat
garis lintang dan garis bujur. Posisi garis lintang dan garis bujur ini sangat
penting tidak hanya untuk menentukan posisi tempat dengan tempat, tapi
juga erat kaitannya dengan perbedaan iklim dan waktu. Melalui lokasi
absolut dapat diketahui jarak dan arah suatu tempat ke tempat lain
dipermukaan bumi secara tepat. Dengan bantuan garis lintang dapat
menggambarkan kondisi iklim suatu daerah, berarti dapat diperkirakan
kehidupan tumbuhan, hewan, dan penduduknya secara lebih rinci.
Mengetahui perbedaan iklim tersebut, sangat penting untuk menentukan
karakter obyek wisata dan penawaran daerah wisata. Contoh salah satu
potensi wisata Indonesia adalah iklim tropis. Kapan potensi itu ditawarkan
ke Australia, Amerika, atau ke Eropa, semua itu memerlukan wawasan
lokasi absolut. Demikian pula kalau orang Indonesia ingin berwisata ke
Eropa, Amerika, atau Australia, hendaknya memperhitungkan iklim daerah
yang akan dikunjungi. Karena bagaimanapun iklim dapat menentukan
atraksi wisata yang dapat dinikmati dan perbekalan yang harus dipersiapkan
selama perjalanan.
Garis bujur akan mempengaruhi perbedaan waktu, dengan
menghubungkan posisi tempat berdasarkan garis bujur, maka komunikasi
dapat berjalan secara efektif. Dalam melakukan kerjasama dengan orang
lain yang berbeda negara dan posisi garis bujurnya, harus betul – betul
diperhitungkan berapa lama perbedaan waktunya, sehingga tidak
menimbulkan salah pengertian.
Lokasi relatif adalah posisi sesuatu berdasarkan kondisi dan situasi
daerah sekitarnya. Kondisi dan situasi disini dapat berupa kondisi fisik,
sosial, ekonomi, budaya dan keberadaan transportasi dengan daerah
sekitarnya. Seperti Indonesia terletak di antara dua samudera dan dua
benua, dilalui oleh dua jalur pegunungan dunia. Secara sosial budaya
Indonesia merupakan tempat yang strategis, karena berada di daerah
persilangan antara dua budaya yang berbeda yaitu Asia dan Australia. Kedua
benua tersebut mempunyai kondisi fisik dan corak kehidupan yang berbeda.
Bagi orang yang bergerak dalam bidang pariwisata wawasan tentang lokasi
relatif ini sangat penting, tidak hanya dalam hal menentukan penawaran dan
permintaan wisata, tapi juga dalam menyusun jadwal perjalanan, waktu
tempuh, kondisi kelelahan fisik, menentukan tempat – tempat yang akan
dikunjungi yang disesuaikan dengan lamanya waktu libur wisatawan dan
harga paket perjalanan.
Tempat dapat mencerminkan karakter fisik dan sosial suatu daerah. Suatu
tempat dibentuk oleh karakter fisik seperti iklim, jenis tanah, tata air,
morfologi, flora dan fauna dan manusia yang hidup di dalamnnya seperti
jumlah penduduk, kepadatan, perkembangan penduduk, pendidikan,
pendapatan, dan kebudayaan. Nama tempat dapat mencerminkan kondisi
atau identitas suatu daerah secara spesifik. Nama tempat berdasarkan
konsensus seperti nama gunung, teluk, selat, danau dan sebagainya. Tempat
juga dapat mencerminkan kondisi umum berdasarkan prinsip kesamaan fisik
atau manusianya, seperti gurun, plato, dataran, pertanian hortikultura,
perkebunan, hutan, pedesaan, metropolitan, dan sebagainya. Tempat
diformulasikan untuk memberikan suatu pengertian tentang bentuk lahan
dan aktivitas manusia di permukaan bumi, seperti Nusa Dua, Kintamani,
Gianyar dan sebagainya.
Semua tempat dipermukaan bumi mempunyai karakteristik tertentu.
Karakteristik atau ciri khas suatu tempat itu dapat tampak dengan jelas atau
dapat pula tidak, yang pasti setiap unsur yang ada di tempat itu dapat
memberikan karakter tertentu sehingga dapat di bedakan dari daerah
lainnya. Dalam menggambarkan atau mengkaji suatu tempat umumnya
geografi melihat karakteristik fisik dan manusianya. Karakteristik fisik
berasal dari proses – proses yang bersifat alami, seperti proses geologis,
hidrologis, atmosfiris dan biologis yang menghasilkan bentuk lahan, tata
air, iklim, tanah, vegetasi alami, dan kehidupan faunanya.
Karakteristik manusia adalah semua bentuk pemikiran dan aktivitas
manusia sebagai cermin adaptasi manusia terhadap lingkungannya.
Termasuk di dalamnya jumlah dan komposisi penduduk, perkembangan
penduduk, mata pencaharian, pola pemukiman, jaringan transportasi dan
komunikasi sebagai cermin interaksi manusia dengan sesamanya.Suatu
tempat juga dapat dibedakan dari tempat lainnya berdasarkan ideologi,
agama, bahasa, dan aktivitas politik. Antara karakter fisis dan manusia
terdapat hubungan yang saling pengaruh mempengaruhi. Misalnya keadaan
ekonomi penduduk akan mempengaruhi obyek wisata yang dipilih, tingkat
pemanfaatan fasilitas wisata dan tingkat kepuasan berwisata. Kondisi alam
dimana wisatawan berasal akan menentukan pula kemana ia akan pergi
berwisata, misalnya orang Belanda, mempunyai latar belakang alam
perairan, mereka cenderung memilih tempat yang bernuansa pegunungan,
demikian pula dengan orang Swiss dan Austria. Amerika mempunyai potensi
wisata yang banyak, tapi miskin akan atraksi etnik. Semua perbedaan
kondisi fisis dan manusia itu melahirkan munculnya arus wisatawan.
Dalam mengkaji suatu tempat kita dapat melihatnya dari dua aspek yaitu
site and situation. Situs (site) berkenaan dengan kondisi internal suatu
tempat atau daerah, seperti iklimnya, keadaan tanah, topografi,
penduduknya dan segala sumberdaya yang terkandung di dalamnya. Situasi
adalah kondisi eksternal suatu tempat atau kondisi suatu tempat bila
dibandingkan dengan daerah lainnya. Contoh Bedugul mempunyai kondisi
iklimnya dingin dan sejuk, morfologi dataran tinggi, jenis tanah vulkanis,
kehidupan flora dan fauna tertentu, jumlah penduduk, kepadatan, mata
pencaharian, perkembangan penduduk, tingkat pendidikan, pendapatan dan
kebudayaannya tertentu pula yang berbeda dengan daerah lain seperti di
Negara, atau di Gianyar dan sebagainya. Kondisi eksternal daerah Bedugul
berarti kita melihat fungsi dan peranan Bedugul bagi daerah sekitarnya
mulai daerah yang paling dekat sampai yang terjauh mulai dari Kabupaten
Badung sampai kepada dunia Internasional.

C.       Hubungan timbale balik wisatawan dengan sekitarnya


Setiap gejala di permukaan bumi ini, pada dasarnya adalah hasil
hubungan timbal balik antara berbagai faktor. Hubungan ini dapat berupa
antar faktor fisik, faktor fisik dengan manusia dan antar faktor manusia.
Contoh hubungan antar faktor fisik: ketinggian tempat dengan iklim mikro;
kemiringan lereng dengan erosi; kesuburan lahan dengan jenis batuan;
ketersediaan air tanah dengan curah hujan, jenis tanah, vegetasi penutup
lahan, kemiringan lereng dan organisme hidup di atas lahan. Hubungan
antara faktor fisik dengan manusia, pemusatan penduduk di daerah subur
dan dataran; kesuburan lahan dan iklim dengan jenis usaha tani; bentuk
lahan dengan pola jalan. Contoh hubungan antara faktor manusia, manusia
adalah individu yang serba tergantung terhadap individu lain, tidak ada
manusia yang dapat hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya secara sendiri
penuh. Ketergantungan ini tercermin dari adanya masyarakat dengan
berbagai aktivitas seperti pariwisata, perdagangan, transportasi,
komunikasi, berbagai organisasi sosial, politik, dan kebudayaan.
Hubungan antar tempat dalam kepariwisataan mutlak adanya.Wisatawan
datang ke suatu tempat pada dasarnya ingin menikmati suasana alam dan
budaya yang menarik. Dalam berinteraksi, menimbulkan pengaruh baik
terhadap wisatawan itu sendiri maupun penduduk yang dikunjunginya.
Wisatawan mempunyai kesan puas atau tidak puas, ini akan berdampak pada
interaksi selanjutnya. Sejauhmana kedatangan wisatawan berpengaruh
terhadap penduduk setempat sangat tergantung kepada daya tarik objek
wisata, jumlah wisatawan yang berkunjung, lamanya tinggal, dan kondisi
ekonomi wisatawan itu sendiri, serta respon penduduk dalam menangkap
peluang yang ada.

1. MODEL PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS KOMUNITAS


PADA DESA NELAYAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Pantai Baru merupakan salah satu pantai yang berada di Dusun Ngentak,
Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. pantai baru baru
dibuka untuk umum pada akhir tahun 2010. Meskipun terhitung sebagai
obyek wisata baru di Bantul, pantai ini selalu ramai oleh pengunjung. Pantai
Baru menempati urutan ke 3 (tiga) dalam jumlah kunjungan wisatawan
terbesar di Kabupaten Bantul dengan total kunjungan pada tahun 2016
sebesar 140.050
Meminimalisir terjadinya pariwisata massal pada Wisata Pantai Baru
akibat dari banyaknya kunjungan wisatawan yang menimbulkan dampak
yang negatif baik dari segi masyarakat dan lingkungan, munculah sebuah
model pengembangan pariwisata alternatif yaitu pariwisata berbasis
komunitas yang merupakan salah satu bentuk perencanaan yang partisipatif
dalam pembangunan pariwisata.dalam konsep pariwisata berbasis
komunitas, masyarakat lokal memiliki peran yang sangat besar terhadap
kelangsungan pariwisata setempat, yaitu berperan sebagai kontrol yang
sangat substansional dan keterlibatan penuh dalam pengembangan dan
pengelolaan pariwisata setempat.Untuk itu, agar pengembangan pariwisata
dapat berjalan dan dikelola dengan baik, hal yang paling mendasar
dilakukan adalah bagaimana memfasilitasi keterlibatan yang luas dari
komunitas lokal dalam proses pengembangan dan memaksimalkan nilai
manfaat sosial dan ekonomi dari kegiatan pariwisata untuk masyarakat
setempat. Pariwisata berbasis komunitas memungkinkan masyarakat
setempat untuk mempertemukan lingkungan alam dan budayanya dengan
wisatawan. Masyarakat akan menyadari tentang nilai komersial terhadap
warisan alam dan budaya yang dimilikinya yang dapat menimbulkan
pemasukan ekonomi melalui pariwisata, hal ini akan mendorong masyarakat
untuk mengelola dan melestarikan lingkungan alam dan budayanya.dari
uraian yang telah dijabarkan di atas memunculkan ide untuk membuat suatu
model pengembangan pariwisata yang akan menjadi solusi bagi pariwisata
massal, pencegahan kerusakan ekologi dan eksploitasi kegiatan wisata di
kawasan Pantai Selatan dengan studi kasus: Pantai baru, antul,. dari latar
belakang tersebut maka dapat ditarik beberapa pertanyaan penelitian dalam
penelitian ini yaitu bagaimana Penerapan konsep pariwisata berbasis
komunitas di kawasan pantai baru dan model Pengembangan pariwisata
berbasis komunitas pada desa nelayan batasan dalam penelitian ini adalah
menemukan model pengelolaan desa wisata nelayan berbasis komunitas di
kawasan pantai selatan daerah istimewa Yogyakarta.
2.KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS PARAWISATA
Pariwisata berbasis komunitas merupakan suatu bentuk kepariwisataan yang
mengedepankan kepemilikan dan peran serta aktif masyarakat, memberikan
edukasi kepada masyarakat lokal maupun pengunjung, mengedepankan
perlindungan kepada budaya dan lingkungan, serta memberikan manfaat
secara ekonomi kepada masyarakat lokal. Sebagai sebuah konsep
pengembangan pariwisata, pariwisata berbasis masyarakat Penerapan konsep
pariwisata berbasis masyarakat harus disesuaikan dengan karakteristik suatu
destinasi, kepentingan lainnya, serta sistem ekonominya.
Pantai Baru memiliki kondisi akses jalan yang sudah cukup baik, jalan
sudah beraspal dan terhindar dari kerusakan. lebar jalan juga dapat dilalui
oleh kendaraan roda empat, seperti bus pariwisata maupun mobil. namun
hingga saat ini sarana angkutan umum untuk menuju pantai baru masih
belum ada, karena sarana angkutan umum sudah tidak tiba di terminal
Pandansimo dan hanya tiba di terminal Srandakan. biasanya wisatawan yang
berkunjung menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat maupun bus
pariwisata untuk dapat mengakses pantai ini. Rambu-rambu penunjuk jalan
juga beberapa sudah ada namun masih sangat minim, dikarenakan rambu-
rambu seperti marka jalan hanya ada di beberapa titik menuju Pantai Baru,
meskipun saat ini dapat diakses menggunakan google maps sehingga sedikit
mempermudah untuk menemukan letak pantai ini. waktu tempuh yang
digunakan tergantung pada jarak lokasi asal wisatawan dengan Pantai Baru,
jika wisatawan berasal dari ibukota kabupaten maka untuk mencapai Pantai
Baru hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
A. Amenity (Amenitas)
Pantai Baru memiliki beberapa amenitas yang disediakan diantaranya
terdapat kawasan makanan dan minuman berupa warung-warung yang
menjual makanan khususnya makanan yang berbau. Selain kawasan
makanan, terdapat toko tempat Penarikan retribusi, fasilitas yang
mendukung daya tarik yang terdapat di Pantai Baru adalah: air bersih yang
berasal dari pompa air yang energinya berasal dari fasilitas mandi cuci
kakus yang cukup memadai. jaringan listrik dari sudah dapat dinikmati oleh
penduduk. terdapat sarana ibadah musholla tempat pembuangan sampah
Insititution kelembagaan Pantai Baru dalam pengelolaannya dikelola oleh
masyarakat lokal dan juga mendapatkan dukungan positif dari pemerintah.
Pantai Baru memiliki Kelompok Sadar wisata yang bertanggungjawab atas
pengelolaan daya tarik wisata pantai Baru. pokdarwis ini dibentuk pada
tanggal 7 maret 2010 dengan dikeluarkannyalLurah desa. dengan
dibentuknya pokdarwis, maka pengelolaan Pantai baru dilaksanakan
berdasarkan nilai-nilai sapta pesona yang meliputi: aman, tertib, bersih
sejuk, indah, ramah dan kenangan. tidak hanya itu, terdapat pula paguyuban
kuliner yang merupakan kumpulan dari pedagang-pedagang yang menjajakan
kulinernya di sekitar pantai, serta adanya kelompok pemuda Peduli Penyu
pandansimo yang bertanggungjawab atas konservasi penyu di sekitar Pantai
Baru serta kelompok nelayan yang bertanggung jawab untuk mengelola
kegiatan nelayan di Pantai Baru.
4.2. Tinjauan Kebijakan Pemerintah
Kebijakan-kebijakan pada Pantai Baru diatur dalam Rencana Induk
Pembangunan Pariwisata Daerah Kabupaten Bantul di dalam kebijakan
tersebut terdapat kebijaksanaan umum dalam pengembangan pariwisata
daerah dan Peraturan Daerah Provinsi daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1
Tahun 2012 menjabarkan arah kebijakan strategis dan indikasi program
terhadap Pantai Baru.
A. Isu Strategis Internal daya tarik wisata pantai belum dimanfaatkan secara
optimal, hanya sekedar dijadikan sebagai atraksi sightseeing. minimnya
kegiatan pariwisata yang mengangkat keotentikan dan keunikan potensi
budaya lokal. Kurangnya atraksi budaya yang dilakukan di perairan atau
laut dan lebih cenderung kepada atraksi budaya yang dilakukan di darat.
Kegiatan pariwisata dapat mendorong pemberdayaan masyarakat untuk ikut
serta dalam perencanaan, pengelolaan dan pengambilan keputusan.
Peningkatan nilai tambah pendapatan dan kesempatan untuk bekerja bagi
masyarakat lokal di bidang pariwisata.
B. Isu strategis eksternal Tren wisata minat khusus yang mengedepankan
kegiatan pariwisata yang melibatkan interaksi wisatawan dengan masyarakat
lokal. global warming atau pemanasan global. potensi bencana
alam.Mitigasi bencana yang masih sangat lemah. Dukungan pemerintah
dalam pengembangan pariwisata di Pantai Baru.
B. Locally Resource
Seluruh sumberdaya yang ada di Pantai Baru tidak semuanya diatur dan
dimiliki oleh komunitas wisatanya masih bersifat massal atau konvensional
yang menawarkan atraksi yang kekinian. Sumberdaya yang dimiliki oleh
Pantai Baru beru tradisi dan budaya yang dimiliki masih sangat sedikit,
dikarenakan masyarakat lokal belum terlalu mengangkat potensi lokal
optimal. Atraksi yang ditawarkan di Pantai Baru belum sepenuhnya
mengangkat tata cara hidup masyarakat lokal dan yang memanfaatkan
sumberdaya masih sebagian tempat saja dan atraksi yang ditawarkan di
Pantai Baru belum terlalu menonjolkan karakter dan budaya lokal yang
unik, karena atraksinya hampir sama dengan atraksi yang ada di pantai
lainya yang ada di Bantul.kepariwisataan yang ada di pantai baru
memberikan manfaat yang diperuntukkan untuk komunitas. adanya kegiatan
pariwisata di pantai baru turut mengembangkan kapasitas komunitas
khususnya dalam meningkatkan kreati baru masih belum menyadari
kelangsungan budaya, atraksi budayanya masih sangat minim yaitu atraksi
budaya di darat namun untuk atraksi budaya yang berhubungan dengan laut
tidak ada. kegiatan pariwisata di pantai baru memberikan dampak positif
bagi peningkatan pendapatan masyarakat lokal dan juga terhadap kabupaten
bantul, hal ini semakin meningkatkan citra kelokalan masyarakat lokal
sebagai pantai yang menonjolkan potensi alam berupa laut biru dan pasir
hitam dengan berbagai atraksi yang menarik.
C. Locally Organize
Sejauh ini pemberdayaan masyarakat lokal yang ada di Pantai Baru juga
didukung oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, dimana Dinas Pariwisata
juga mengadakan kegiatan-kegiatan yang mengangkat potensi lokal.dalam
pengelolaannya, masyarakat lokal belum terlalu efektif dalam proses
perencanaan, pengembangan dan pengambilan keputusan karena masih
mendapatkan bantuan peran dari pemerintah maupun swasta, akan tetapi
kepemilikan pengelolaanya dimiliki oleh masyarakat lokal dengan adanya
Pokdarwis yang bertanggungjawab untuk mengatur pergerakan pariwisata
dalam komunitas Pantai Baru seperti terlihat pada petugas parkir, petugas
kebersihan, dan penjual penjual yang ada di Pantai Baru merupakan
masyarakat lokal.
4.5. Analisis Peran Pemangku Kepentingan dalam 3L sebagai Dasar
Pengembangan Model Pariwisata Berbasis Komunitas
Pemangku kepentingan di kawasan Pantai Baru, yaitu unsur dari pemerintah,
swasta/industri dan masyarakat merupakan unsur yang penting dalam
pengembangan kepariwisataan di kawasan tersebut. Perlu dijabarkan peran
serta dan tanggungjawab dari ketiga pemangku kepentingan tersebut dengan
melihat dari sisi prinsip pariwisata berbasis komunitas
4.6. Analisis Pengembangan Produk Komponen Pariwisata
Pengembangan produk komponen pariwisata di Pantai Baru ini berfokus
pada potensi lokal dan komunitas bukan sematamata pembangunan fisik.
Berikut adalah analisis pengembangan produk komponen pariwisata yang
terdiri dari atraksi,
4.7. Skema Model Pengembangan
Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Baru, mereka datang sebagai
spending contributor. Spending contributor adalah penyumbang pendapatan
bagi daya tarik wisata di Pantai Baru, dimana wisatawan membelanjakan
pengeluarannya dengan membeli produk-produk lokal seperti kuliner,
souvenir, biaya parkir, biaya toilet, wahana bermain dan produk wisata
lainnya. Wisatawan terhadap pemerintah berperan sebagai tax contributor.
Tax contributor berarti wisatawan menjadi penyumbang pajak terhadap
pemerintah saat melakukan kegiatan wisata di Pantai Baru. Hal ini adalah
peran yang dirasakan secara tidak langsung namun berdampak terhadap
pemerintah. Begitu pula hubungan peran antar wisatawan dengan
masyarakat, wisatawan berperan sebagai spending contributor terhadap
masyarakat atau sebagai konsumen yang melakukan kegiatan jual beli
dengan masyarakat lokal. Pemerintah dalam pola kemitraan ini berperan
sebagai pembuat regulasi atau kebijakan di daya tarik wisata Pantai Baru.
Regulasi tersebut tidak hanya sekedar diperuntukkan untuk aktivitas di
pantai Baru namun juga diperuntukkan untuk mengatur kegiatan wisata yang
dilakukan oleh pihak swasta dan masyarakat. Selain menjadi pembuat
kebijakan, pemerintah juga dapat melakukan pendampingan dan pembinaan
terhadap masyarakat lokal. Seperti membuat kegiatan workshop dan
penyuluhan atau sosialisasi yang berhubungan dengan kepariwisataan di
Pantai Baru serta mendampingi masyarakat dalam membuat pelatihan yang
menunjang keterampilan yang berhubungan dengn pariwisata.

Anda mungkin juga menyukai