Anda di halaman 1dari 49

IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA PADA MATA

PELAJARAN PENDIDIKAN GEOGRARI DI SMAN 3


TASIKMALAYA

Dosen Pengampu:

Yani Sri Astuti, S.Pd., M.Pd.

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian

Oleh :
RIZKA PUSPITA PEBRIANI
212170501

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT dengan berkat dan rahmatnya akhirnya

penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul Inovasi

Pembelajaran Geografi dalam Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah

Menengah Atas Negeri 3 Tasikmalaya. Penulisan proposal skripsi ini dilakukan

untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah Metode Penelitian Pemdidikan Geografi.

Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari

proses masuk perkuliahan sampai pada akhir penyusunan skripsi. Oleh karena itu

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dr. Ir. Nundang Busaeri, M.T,. IPU,. ASEAN Eng. selaku rektor

Universitas Siliwagi yang telah memberikan ijin dan fasilitas untuk

penyusunan proposal skripsi ini;

2. Dr. Dian Hernawati, S.Pd,. M.Pd.selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan yang telah memberikan berbagai informasi tentang

pelaksanaan penyusunan proposal skripsi;

3. Dr. Ruli As’ari, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Geografi yang telah berkenan untuk mengarahkan dalam penyusunan

proposal penelitian ini;

ii
4. Ely Satiyasih Rosali, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pengampu yang telah

berkenan membimbing dan memberikan saran dalam penyusunan

proposal ini;

Akhir kata semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan semua

pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna

untuk ilmu pengetahuan yang akan mendatang.

Tasikmalaya, Desember 2023

Penulis,

Rizka Puspita Pebriani

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… 29
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ...................................................... 7
C. Definisi Operasional ………………………………………….. . 8
D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 9
E. Kegunaan Penelitian .................................................................... 9
BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................... 12
A. Tinjauan Tentang Kurikulum Merdeka ...................................... 12
1. Implementasi ......................................................................... 12

2. Kurikulum Merdeka Belajar ................................................ 13


B. Tinjauan Tentang Kesiapan Guru ............................................... 18

C. Tinjauan Tentang Pelajaran Geografi ......................................... 24

D. Kerangka Berfikir ........................................................................... 28

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan .............................................. 31

BAB III PROSEDUR PENELITIAN .............................................................. 34

A. Metode Penelitian ........................................................................... 34

B. Desain Penelitian ............................................................................ 34

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.................................................... 35

D. Subjek Penelitian ............................................................................ 35

iv
E. Prosedur Penelitian......................................................................... 36

F. Teknik dan Instrumen Penelitian ................................................ 37

G. Analisis dan Keabsahan Data ........................................................ 38

H. Teknik Analisis Data ...................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 42

v
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum baru yang dikeluarkan pemerintah

Indonesia sebagai bentuk inisiatif dalam mengembangkan kurikulum yang

lebih mandiri dan kontekstual bagi para peserta didik di seluruh Indonesia.

Kurikulum Merdeka bertujuan untuk menciptakan kurikulum yang lebih

relevan dengan kebutuhan peserta didik dan memberikan kebebasan bagi guru

untuk mengembangkan materi pembelajaran yang lebih menarik dan bermakna.

Menurut Ningrum (2022:166-177) Kurikulum Merdeka lebih mengutamakan

sikap kreatif dan menyenangkan dengan memupuk berdasarkan minat dan

bakat yang dimiliki oleh peserta didik. Berbeda dengan Kurikulum 2013 yang

ditujukan untuk pengembangan keterampilan tidak hanya pada bidang kognitif,

tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotor harus dikembangkan secara

komprehensif. Namun, Kurinasih (2014:22) menyatakan, kurikulum 2013

lebih menekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis

sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Adapun ciri kurikulum 2013 yang

paling mendasar ialah: 1) Menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan

dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena, peserta didik

jaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui

perkembangan teknologi dan informasi; 2) Peserta didik lebih didorong untuk

memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal,


2

antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis; dan 3) Memiliki

tujuan agar terbentuknya generasi produktif, kreatif, inovatif dan afektif.

Dalam implementasinya, kurikulum Merdeka memerlukan peran aktif dari para

guru dalam menyusun, merancang, dan mengimplementasikan kurikulum

tersebut saat proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, kesiapan

perencanaan guru sangat penting dalam mengimplementasikan Kurikulum

Merdeka. Sebaik apapun kurikulum dibuat, jika guru tidak memiliki

kemampuan atau kualifikasi yang baik maka kurikulum tidak akan berjalan

dengan baik Seperti yang ditulis Mulyasa (2009:34) “Guru merupakan

komponen terpenting dari keseluruhan sistem pendidikan yang harus mendapat

perhatian utama, karena guru selalu terhubung dengan komponen dan sistem

pendidikan tersebut” Oleh karena itu, guru memegang peranan yang sangat

besar dan strategis dalam konteks pendidikan, seperti yang dijelaskan oleh

Surya (2010:65) “Guru adalah unsur utama dalam keseluruhan proses

pendidikan, terutama pada tingkat kelembagaan dan pendidikan. Tanpa mereka,

pendidikan hanya menjadi semboyan besar karena segala kebijakan dan

program pada akhirnya tergantung pada efektivitas guru." Kesiapan guru di

lapangan, akan menjadi faktor penentu dalam implementasi kurikulum baru

maupun kurikulum-kurikulum lainnya. Seberapa komprehensif perencanaan

pemerintah terhadap kurikulum, pada akhirnya akan tergantung pada kualitas

tenaga pendidik di lapangan.

Guru harus mampu mengajar peserta didik dengan cara yang menantang,

menyenangkan, memotivasi dan menginspirasi serta memberikan ruang kepada


3

peserta didik untuk menerapkan keterampilan proses sesuai dengan tuntutan

kurikulum tersendiri. Oleh karena itu, kualifikasi dan kemauan guru untuk

melaksanakan petunjuk dan pedoman pemutakhiran kurikulum di atas harus

diperhatikan.

Dalam rangka mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, perencanaan

yang matang dan tepat dari para guru sangat penting. Para guru harus mampu

merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan

kebutuhan peserta didik, serta mengadaptasi kurikulum yang telah ada menjadi

lebih kontekstual dan sesuai dengan kondisi lokal. Makarim (2022)

menyebutkan bahwa Kurikulum Merdeka dilaksanakan pada satuan

Pendidikan di sekolah menengah mulai tahun 2022. Implementasi diawali ke

sekolah-sekolah yang telah mempelajari konsep Kurikulum Merdeka dan telah

menyatakan siap dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka tersebut.

Pada tahun pelajaran 2022/2023 semua sekolah sudah melaksanakan

kegiatan belajar mengajar (KBM) secara luring dan sudah menggunakan

kurikulum merdeka untuk siswa kelas X dibeberapa sekolah. Salah satunya

sekolah yang sudah menggunakan kurikulum merdeka adalah SMA Negeri 3

Tasikmalaya. Hal ini menimbulkan culture shock pada siswa dikarenakan

pembelajaran sebelumnya masih menggunakan kurikulum darurat (kurikulum

2013 yang disederhanakan) dan kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring

akibat pandemi COVID-19. Kurikulum merdeka ini menggunakan

pembelajaran intrakurikuler yang beragam, pembelajaran akan semakin lebih

maksimal agar siswa dapat memiliki waktu yang cukup dalam memahami
4

konsep dan memperkuat kompetensinya. Menggunakan kurikulum merdeka

artinya satu mata pelajaran hanya mendapatkan waktu dua jam pelajaran

selama seminggu termasuk mata pelajaran Geografi.

Pembelajaran Geografi memiliki beberapa permasalahan di Indonesia

yang menyebabkan kualitas pembelajaran masih belum maksimal.

Permasalahan yang dialami dalam pembelajaran Geografi terbagi menjadi dua,

yakni internal dan eksternal. Permasalahan internal yang dialami dalam

pembelajaran Geografi, seperti: 1) Kecenderungan spesialisasi yang semakin

tajam; dan 2) Adanya adopsi pendekatan dari berbagai bidang kajian lain yang

tidak berbasis wilayah ke dalam ilmu Geografi. Hal tersebut mengakibatkan

menjauhnya para geografiwan dari fitrah Geografis sehingga akan

memudarnya pemahaman ilmu geografi secara utuh sebagai suatu entitas

keilmuan (Nofrion, 2018). Sedangkan permasalahan eksternal yang dialami

dalam pembelajaran Geografi, seperti: 1) Faktor keluarga disebabkan oleh

orang tua yang tidak pernah memperhatikan kegiatan belajar siswa ketika di

rumah karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya; dan 2) Faktor

masyarakat disebabkan oleh waktu luang siswa yang digunakan untuk melihat

media massa, seperti Tiktok dan Instagram (Karlina & Arisanty, 2021).

Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan adalah karena kurangnya

para guru dalam menggali potensi siswa. Guru hanya selalu menggunakan

metode ceramah dalam proses pembelajaran, sehingga siswa akan mudah

bosan dalam mengikuti pembelajaran yang di bawakan oleh guru. Para

pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan


5

kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswa. Dalam rangka meningkatkan

mutu pendidikan, guru sebagai salah satu pihak yang bertanggung jawab dalam

proses belajar mengajar dituntut harus dapat mempersiapkan kegiatan proses

belajar mengajar yang efektif dan efisien untuk meningkatkan hasil belajar

kognitif siswa. Guru harus paham dan terampil untuk menyesuaikan media

pembelajaran dalam materi pelajaran yang digunakan dengan kemampuan

siswa. Di SMA Negeri 3 Tasikmalaya sendiri guru geografi masih

menggunakan media PPT (Power Point) sebagai media pembelajaran. Hal

tersebut membuat para siswa menjadi kurang antusias dalam belajar geografi

di kelas, hal ini didapati karena penulis saat melaksanakan observasi di sekolah

SMA Negeri 3 Tasikmalaya melihat langsung pembelajaran dari para siswa

disana. Banyak guru tentu masih awam atau belum memahami secara betul

baik secara kontekstual atau implementatif teknis pelaksanaan dari sebuah

perangkat yang baru, untuk guru-guru untuk mengikuti sosialisasi dan forum-

forum diskusi yang berkaitan dengan kurikulum merdeka untuk memahami

karakteristik sebelum membuat perencanaan dalam mengimplementasikan

Kurikulum Merdeka di tahun ajaran berikutnya. Dalam menghadapi perubahan

kurikulum, guru-guru SMA Negeri 3 Tasikmalaya mengalami tuntutan kerja

yang tinggi dalam artian guru harus menyesuaikan materi pembelajaran, belajar

menyesuaikan diri dengan Kurikulum Merdeka, dan harus mengikuti

sosialisasi atau forum-forum diskusi untuk meningkatkan pemahamannya

mengenai kurikulum baru. Akan tetapi, fakta berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan, tidak sedikit atau banyak guru di SMA Negeri 3 Tasikmalaya belum
6

memahami secara baik tentang bagaimana Kurikulum Merdeka tersebut pada

tataran implementasinya. Hal tersebut bisa menjadi tantangan guru-guru SMA

Negeri 3 Tasikmalaya tanpa terkecuali guru geografi yang akan

mengimplementasikan kurikulum baru di tahun ajaran berikutnya yaitu pada

tahun ajaran 2023/2024 mendatang.

Penelitian tentang kesiapan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum

Merdeka dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang

bagaimana para guru dapat merencanakan dan mengembangkan pembelajaran

yang lebih kontekstual dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Penelitian

ini juga dapat membahas kendala-kendala yang dihadapi oleh para guru dalam

mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, serta solusi-solusi yang dapat

dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. Kesiapan guru terhadap

perencanaan implementasi Kurikulum Merdeka banyak menarik perhatian

peneliti.Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik mengkaji mengapa

disetiap pergantian kurikulum meresahkan para guru. Hal tersebut yang

membuat peneliti tertarik akan “Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Mata

Pelajaran Geografi di SMAN 3 Tasikmalaya” yang termasuk didalamnya

adalah faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi kurikulum

merdeka.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti uraikan maka dapat

dirumuskan suatu permasalahan yaitu “Bagaimanakah kesiapan guru terhadap


7

perencanaan implementasi Kurikulum Merdeka pada mata pelajaran geografi

di SMAN 3 Tasikmalaya?”.

C. Definisi Operasional

1. Kurikulum

Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal

1 Ayat 1 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu. Berdasarkan pengertian itu maka kurikulum mempunyai dua dimensi

yaitu rencana serta pengaturan tentang tujuan, isi, dan bahan pelajaran; cara

yang digunakan guru nantinya untuk melakukan pelaksanaan pembelajaran.

2. Kurikulum Merdeka

Menurut Hendri (2020) Merdeka belajar adalah suatu kebijakan yang

dicetuskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yakni Nadhim Makarim.

Ia mengungkapkan bahwasannya merdeka belajar adalah suatu tujuan

memberikan ruang dalam pengembangan potensi pada diri peserta didik

dengan kebebasan berfikir, kebebasan otonomi yang diberikan kepada elemen

pendidikan.

Menrut Mustaghfiroh (2020) Merdeka merupakan suatu kurikulum dalam

dunia pendidikan yang memberikan keluasan baik bagi seorang pendidik

maupun peserta didik dalam melaksanakan sistem pendidikan yang terdapat

dalam suatu lembaga. Namun dalam penerapan kurikulum ini tentunya perlu

adanya penerapan bagi para guru sebelum diajarkan pada peserta didik.
8

Sehingga konsep ini diharapkan mampu membentuk karakter peserta didik

yang berkualitas tidak hanya bidang akademik namun juga berkembang dalam

hal lainnya.

3. Pendidikan Geografi

Pendidikan geografi merupakan salah satu mata pelajaran yang masuk ke

dalam kelompok mata pelajaran peminatan di level SMA pada kurikulum 2013

dan termasuk mata pelajaran integratif pelajaran ilmu pengetahuan sosial pada

kurikulum merdeka.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah “untuk mendeskripsikan kesiapan guru

terhadap perencanaan implementasi Kurikulum Merdeka pada mata pelajaran

geografi di SMAN 3 Tasikmalaya.

E. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, penelitian ini diharapkan

memperoleh manfaat sebagai berikut.

1) Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap aspek

pemahaman ataupun hal-hal yang berkaitan dengan struktur atau isi, serta

implementasi Kurikulum Merdeka pada jenjang SMA/SMK seperti

bagaimana penerapan dan kesiapan edukator pendidikan khususnya guru

geografi dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Sehingga


9

proses pembelajaran geografi dengan kurikulum merdeka akan menjadi

lebih efektif dan tujuan pembelajaran dapat dicapai.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian tentang kesiapan guru terhadap implementasi Kurikulum

Merdeka memiliki manfaat praktis yang berbeda bagi guru, sekolah, pencetus

kurikulum, peserta didik, dan masyarakat. Hasil penelitian pada penelitian ini

dapat memberikan manfaat bagi para guru dalam mengimplementasikan

Kurikulum Merdeka yang lebih efektif dan efisien, serta memberikan

rekomendasi bagi pemerintah dalam mengembangkan kurikulum yang lebih

mandiri dan kontekstual dimasa depan.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. TINJAUAN TENTANG KURIKULUM MERDEKA

1. Implementasi

a. Pengertian implementasi
10

Secara umum implementasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia

berarti pelaksanaan atau penerapan. Istilah suatu implementasi biasanya

dikaitkan dengan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan

tertentu. Implementasi merupakan sebuah penempatan ide, konsep,

kebijakan, atau inovasi dalam suatu Tindakan praktis sehingga

memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan

maupun nilai dan sikap. Dunn (2003:109) menyatakan bahwa pelaksanaan

atau implementasi dari suatu kebijakan atau program merupakan

rangkaian pilihan yang kurang lebih berhubungan (termasuk keputusan

umtuk bertindak) yang dibuat oleh badan dan pejabat pemerintah yang

diformulasikan dalam bidang-bidang baik kesehatan, kesejahteraan sosial,

ekonomi, adminitrasi dll. Implementasi merupakan aspek penting dalam

keseluruhan proses kebijakan dan merupakan suatu upaya untuk mencapai

tujuan tertentu dengan sarana dan prasarana tertentu dan dalam urutan

waktu tertentu.

b. Implementasi Kurikulum

Saylor dan Alexander sebagaimana yang di kutip oleh Abdul Majid

(2014:6) mengemukakan bahwa implementasi kurikulum merupakan

proses menerapkan rencana kurikulum (program) dalam bentuk

pembelajaran melibatkan interaksi siswa dengan guru dan dalam konteks

persekolahan. Hamalik (2007:190), menjelaskan sebuah kurikulum yang

telah dikembangkan tidak berarti (menjadi kenyataan) jika tidak

diimplementasikan, dalam artian digunakan secara aktual disekolah dan


11

dikelas. Dalam implementasi ini, tentu saja harus diupayakan penanganan

terhadap pengaruh faktor-faktor tertentu, misalnya kesiapan sumber daya,

faktor budaya masyarakat, dan lain-lain. Berbagai dimensi implementasi

kurikulum yang penting untuk dicermati adalah materi kurikulum, struktur

organisasi kurikulum peran atau perilaku, pengetahuan dan internalisasi

nilai keberhasialan implementasi terutama ditemukan ditentukan oleh

aspek perencanaan dan strategi implementasinya. Pada prinsip

implementasi ini mengintregasikan aspek-aspek filosofis, tujuan, subject

matter, strategi mengajar dan kegiatan belajar, serta evaluasi dan feedback.

Implementasi kurikulum merupakan proses interaksi antara fasilitator

sebagai pengembangan kurikulum, dan peserta didik sebagai subjek

belajar. Implementasi kurikulum mecakup tiga tahapan pokok yaitu :

1) Pengembangan program, mencakup program tahunan, semester

atau catur wulan, bulanan, mingguan dan harian. Selain itu ada juga

program bimbingan dan konseling atau program remedial.

2) Pelaksanaan pembelajaran, pada hakikatnya, pembelajaran adalah

proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Sehingga

terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.

3) Evaluasi, proses yang dilaksanakan sepanjang proses pelaksanaan

kurikulum caturwulan atau semester serta penilaian akhir formatif atau

sumatif mencakup penilaian keseluruhan secara utuh untuk keperluan

evaluasi pelaksanaan kurikulum.

Implementasi kurikulum dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :


12

1) Karakteristik kurikulum, yang mencakup ruang lingkup bahan ajar,

tujuan, fungsi, sifat, dan sebagainya.

2) Strategi implementasi, yaitu strategi yang digunakan dalam

implementasi kurikulum seperti diskusi propesi, seminar, penataran,

lokakarya penyediaan buku kurikulum dan berbagai kegiatan lain

yang dapat mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.

3) Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan,

keterampilan, seta nilai dan sikap guru terhadap kurikulum dalam

pembelajaran.

2. Kurikulum Merdeka Belajar

a. Pengertian kurikulum merdeka

Belajar Sekolah penggerak merupakan sekolah yang

mengedepankan pengembangan hasil belajar peserta didik dimana

didalam kurikulum merdeka belajar mengaitkan salah satu tema yakni

profil pelajar Pancasila. Sesuai dengan namanya, maka dalam

kurikulum merdeka belajar inimenggunakan kurikulum yang

didalamnya mencakup salah satu aspek penting dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Aspek tersebut adalah

berkaitan dengan kompetensi (mencakup kegiatan literasi dan

numerisasi) serta karakter yang mana kedua aspek tersebut dilakukan

dengan melihat sumber daya manusia yang unggul. Sumber daya

manusia dalam hal ini adalah peran kepala sekolah dan guru, dikutip

dari jurnal “Implementasi Kurikulum Sekolah Penggerak Terhadap


13

Motivasi Peserta Didik” Javanisa (2022:34- 47). Menurut Zainal

(2013:1) kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan

pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan

pembelajaran pada semua jenis dan jenjang Pendidikan. Kurikulum

merdeka belajar adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler

yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik

memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan

kompetensi (Indrawan dkk, 2020). Guru memiliki keleluasaan untuk

memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat

disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.

Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila

dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh

pemerintah. Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target

capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata

pelajaran. Kurikulum merdeka belajar merupakan kurikulum pilihan

(opsi) yang dapat diterapkan satuan pendidikan mulai tahun ajaran (TA)

2022/2023. Kurikulum Merdeka melanjutkan arah pengembangan

kurikulum sebelumnya (kurtilas). Jika melihat dari kebijakan yang

akan di ambil para pemangku kebijakan, nantinya sebelum kurikulum

nasional dievaluasi tahun 2024, satuan pendidikan diberikan beberapa

pilihan kurikulum untuk diterapkan di sekolah. Kurikulum Merdeka

diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk

melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Kebijakan


14

kurikulum nasional akan dikaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi

selama masa pemulihan pembelajaran. Kurikulum Paradigma Baru ini

akan diberlakukan secara terbatas dan bertahap melalui program

sekolah penggerak dan pada akhirnya akan diterapkan pada setiap

satuan pendidikan yang ada di Indonesia. Sebelum diterapkan pada

setiap satuan pendidikan, mari kita mengenal 7 (tujuh) hal baru yang

ada dalam Kurikulum Merdeka. Istilah “merdeka belajar” pertama kali

diperkenalkan sebagai sebuah program pendidikan oleh mendikbud,

Nadiem Makarim saat perayaan hari Guru Nasional tahun 2019.

Menurut makarim dalam Hendri (2020:2), “merdeka belajar” dapat

dimaknai sebagai kemerdekaan berpikir. Sementara kemerdekaan

belajar menurut Dewantara dalam Hendri (2020:27) yaitu keleluasan

pada peserta didik diperkenalkan melalui cara mereka berpikir. Mereka

hendaknya dibiasakan untuk menerima pendapat orang lain serta cara

menumbuhkan pemikiranya sendiri dalam memperoleh suatu

pengetahuan.

Konsep merdeka belajar terinspirasi dari konsep belajar Ki

Hajar Dewantara. Pemikiran itu secara garis besar memberi ruang

bebas dalam memperoleh Pendidikan dengan dilindungi undang-

undang. Konsep kebebasan tersebut juga berkaitan dengan keleluasan

peserta didik dalam menyampaikan dan menerima pendapat.

Sementara sumiana (2020:153) mempertegas pengertian

merdeka belajar. Akan tetapi bebas bukan diartikan bisa berbuat sesuka
15

hati misalnya bolos sekolah atau tidak menyelesaikan tugas. Namun

lebih mengarah pada pembelajaran yang bahagia dan menyenangkan.

Konsep merdeka belajar juga membuat pembelajaran tidak hanya

berlangsung didalam kelas.

b. Kurikulum

Secara etimologis, kurikulum (curriculum) berasal dari

Bahasa Yunani “curir” yang artinya “pelari” dan “curere” yang berarti

“tempat berpacu”, yaitu suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari

dari garis start sampai garis finis. Secara terminologis kurikulum

mengandung arti sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus

ditempuh dan diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau

ijazah. Menurut S. Nasution (2010), kurikulum merupakan suatu

rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di

bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga

pendidikan beserta staf pengajaran. Selanjutnya Nasution menjelaskan

sejumlah ahli teorikurikulum berpendapat bahwa kurikulum bukan

hanya meliputi semuakegiatan yang direncanakan melainkan

peristiwaperistiwa yang terjadi dibawah pengawasan sekolah. Jadi

selain kegiatan kurikulum yang formal yang sering disebut kegiatan

ko-kurikuler atau ekstra kurikuler (cocurriculum atau ekstra

curriculum). Menurut Hasbulloh (2007) kurikulum adalah keseluruhan

program, fasilitas, dan kegiatan suatu lembaga pendidikan atau

pelatihan untuk mewujudkan visi, misi dan lembaganya. Oleh karena


16

itu, pelaksanaan kurikulum untuk menunjang keberhasilan sebuah

lembaga pendidikan harus ditunjang hal-hal sebagai berikut. Pertama,

adanya tenaga yang berkompeten. Kedua, Adanya fasilitas yang

memadai. Ketiga, Adanya fasilitas bantu sebagai pendukung. Keempat,

Adanya tenaga penunjang pendidikan seperti tenaga administrasi,

pem-bimbing, pustakawan, laboratorium. Kelima, adanya dana yang

memadai, keenam, Adanya menejemen yang baik. Ketujuh,

terpeliharanya budaya menunjang; religius, moral, kebangsaan dan

lain-lain, kedelapan, kepemimpinan yang visioner transparan dan

akuntabel.

c. Komponen Kurikulum

Komponen merupakan bagian-bagian yang saling bekerja

sama sehingga tercipta suatu sistem yang utuh. Komponen adalah

adalah bagian dari suatu sistem yang mempunyai peran penting

dalamkeseluruhan aspek yang berlangsung dalam suatu proses untuk

pencapaian tujuan.suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau

relevansi. Kesesuaian meliputi dua hal, pertama kesesuaian antara

kurikulum dan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan

masyarakat, kedua kesesuaian antar komponen-komponen kurikulum,

yaitu antara tujuan, proses, isi, dan evaluasi.

B. TINJAUAN TENTANG KESIAPAN GURU

Seperti yang kita ketahui bahwa “kesiapan guru” terdiri dari dua kata yaitu

“kesiapan” dan “guru”. Kesiapan merupakan suatu keadaan dimana sesorang


17

mampu dalam memberi respon atau jawaban (Slameto,2010: 113). Hal ini

menunjukkan bahwa seseorang tersebut mempunyai kompetensi siap untuk

melakukan sesuatu. Sama halnya dengan pendapat Arikunto (2001:54)

Kesiapan merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap orang

sehingga orang tersebut mempunyai kesiapan dalam melakukan sesuatu.

Berbeda dengan pendapat menurut Dalyono (2005: 52) yang menyatakan

bahwa kesiapan meliputi kesiapan fisik dan mental, kesiapan fisik berarti

mempunyai tenaga dan kesehatan yang baik, kesiapan mental berarti

mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu. Sejalan dengan pendapat

Amiruddin (2016:12) kesiapan adalah kemampuan baik dari segi fisik maupun

mental untuk melakukan sesuatu.

Berdasarkan pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa kesiapan

merupakan kondisi dimana seseorang mampu dan siap dalam melakukan segala

sesuatu baik secara fisik maupun mental.

Adapun guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik. Jadi kesiapan guru adalah suatu keadaan dimana

seorang guru mampu atau siap baik secara fisik maupun mental untuk mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik. Selain itu guru juga harus siap dengan segala perubahan,

pembaharuan serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

sesuai kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Guru memegang

peran penting terhadap pembelajaran, seorang guru harus mampu


18

mempersiapkan dan merencanakan pembelajaran agar proses belajar mengajar

dapat berjalan dengan baik dan sesuai.

Kesiapan guru merupakan hal yang sangat penting demi tercapainya

tujuan pembelajaran oleh karena itu guru harus membekali diri dengan berbagai

persiapan sebelum melakukan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Penelitian ini ditinjau dari segi kesiapan dalam merencanakan pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran dan asesmen yang sesuai dengan kurikulum.

Dibawah ini akan dijelaskan aspek-aspek kesiapan yang telah disebutkan diatas:

1) Kesiapan Guru dalam Perencanaan Pembelajaran Perencanaan proses

pembelajaran adalah proses dalam perancangan pengalaman belajar

yang bermakna bagi siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat menurut

Zulela (2012:77) Perencanaan proses pembelajaran dibuat untuk

memfasilitasi adanya proses pembelajaran yang menantang,

menyenangkan, dan memotivasi peserta didik. Perencanaan

pembelajaran dalam kurikulum merdeka meliputi merumuskan

tujuan pembelajaran, menyusun alur tujuan pembelajaran (ATP),

merancang pembelajaran atau menyusun modul ajar.

a) Merumuskan tujuan pembelajaran

Sebelum merumuskantujuan pembelajaran guru harus

memiliki capaian pembelajaran (CP) yang telah disediakan oleh

pemerintah melalui Keputusan Kepala Badan Standar,

Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Nomor

033/H/KR/2022 Tentang Capaian Pembelajaran Pada


19

Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan

Jenjang Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka.

Setelah memahami capaian pembelajaran (CP) guru mulai

mengembangkan dan mengolah CP tersebut yang nantinya akan

diajarkan kepada peserta didik dalam suatu fase selama proses

pembelajaran hingga pada akhir pembelajaran peserta didik

dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan CP. Terdapat

2 komponen utama dalam menyusun tujuan pembelajaran yaitu

kompetensi dan lingkup materi. Kompetensi merupakan

kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik pada akhir

fase sedangkan lingkup materi merupakan konten yang berisi

materi yang akan dipelajari. Dalam panduan pembelajaran dan

asesmen pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan

menengah yang menyatakan bahwa terdapat 3 cara dalam

merumuskan tujuan pembelajaran yaitu merumuskan tujuan

pembelajaran dari CP secara langsung, menganalisis kompetensi

dan lingkup materi yang terdapat pada CP dan yang terakhir

dirumuskan dengan lintas elemen CP.

b) Menyusun alur tujuan pembelajaran (ATP)

Setelah merumuskan tujuan pembelajaran, perencanaan

pembelajaran selanjutnya yaitu menyusun alur tujuan

pembelajaran (ATP). Alur tujuan pembelajaran (ATP)

merupakan kumpulan tujuan pembelajaran yang telah disusun


20

dengan logis dan sistematis dari awal sampai akhir fase sesuai

urutan kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah dalam

menyusun ATP terdiri dari menganalisis CP kemudian

mengidentifikasi kompetensi-kompetensi yang perlu dikuasai

peserta didik, menganalisis setiap elemen/sub elemen profil

pelajar pancasila, menentukan tujuan pembelajaran, menentukan

lingkup materi, menentukan jumlah jam pelajaran.

c) Menyusun modul ajar

Perencanaan pembelajaran dalam kurikulum merdeka

tertuang dalam modul ajar. Modul ajar merupakan perangkat

pembelajaran yang digunakan guru dalam upaya mencapai profil

pelajar pancasila dan capaian pembelajaran (CP). Penyusunan

modul ajar guru hendaknya memenuhi beberapa komponen yang

ada di dalamnya. Berikut merupakan komponen yang harus

dipenuhi dalam menyusun modul ajar kurikulum merdeka (1)

Informasi Umum, yang meliputi Identitas penulis modul,

Kompetensi awal, Profil pelajar Pancasila, Sarana dan prasarana,

Target peserta didik, Model pembelajaran. (2) Komponen Inti

yang meliputi Tujuan pembelajaran, Pemahaman bermakna,

Pertanyaan pemantik, Kegiatan pembelajaran, Asesmen. (3)

Lampiran, yang meliputi LKPD, Pengayaan dan remedial,


21

Bahan bacaan pendidik dan peserta didik, Glosarium dan Daftar

pustaka. Pendidik memiliki wewenang untuk membuat sendiri,

memilih, dan memodifikasi modul ajar yang tersedia sesuai

dengan konteks, karakteristik, serta kebutuhan peserta didik.

2) Kesiapan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Suatu usaha yang dilakukan guru untuk menciptakan proses

belajar mengajar yang efektif dan efisien yang dimulai dari

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi disebut Proses pembelajaran

menurut Aqib (2013:66). Pelaksanaan pembelajaran merupakan

rangkaian proses belajar yang di susun menurut langkah-langkah

tertentu sehingga pelaksanaannya mencapai tujuan belajar (Sudjana,

2010:136). Dalam pelaksanan pembelajaran, guru melakukan beberapa

tahap pelaksanaan pembelajaran diantaranya kegiatan pendahuluan

yang meliputi guru membuka pelajaran, guru melakukan apersepsi,

guru memberi motivasi kepada peserta didik, guru menyampaikan

tujuan pembelajaran. Kegiatan inti yang meliputi guru menguasai

materi pelajaran dengan baik, kesesuaian materi yang dibahas dengan

TP, ATP dan modul ajar, bahan bacaan pendidik dan peserta didik,

guru berperan sebagai fasilitator, guru mengajukan pertanyaan kepada

peserta didik, guru memberi kesempatan pada peserta didik untuk

bertanya, guru memberi contoh konkrit dalam kejadian yang ada dalam

kehidupan, guru memberikan bimbingan pada kegiatan proses

pembelajaran dan kegiatan penutup yang meliputi guru menyimpulkan


22

materi dan memberikan penguatan kepada peserta didik, pengayaan

dan remidial, guru melakukan evaluasi pembelajaran, guru mampu

mengelola waktu selama proses pembelajaran, guru menutup pelajaran.

3) Kesiapan Guru dalam melakukan Asesmen

Asesmen merupakan kegiatan yang termasuk dalam proses

pembelajaran. Asesmen dilaksanakan untuk mengukur ketercapain

tujuan pembelajaran peserta didik. Maka dari itu dalam kurikulum

merdeka guru dianjurkan untuk melaksanakan asesmen-asesmen

dianataranya asesmen awal, yaitu asesmen yang dilakukan di awal

untuk mengetahui kebutuhan peserta didik, kesulitan yang dihadapi

oleh peserta didik serta perkembangan peserta didik. Asesmen formatif,

yaitu asesmen yang dilakukan pada saat atau selesainya suatu materi

pembelajaran untuk mengetahui kemampuan siswa setelah atau pada

saat materi pembelajaran tersebut. Asesmen sumatif, merupakan

penilaian yang dilakukan di akhir pembelajaran yang bertujuan untuk

mengukur ketercapaian hasil belajar peserta didik. Asesmen

pembelajaran ini dilakukan selama satu semester, pendidik harus

menyusun tugas secara terstruktur, tes formatif dan tes sumatif

(Marzuki, I. Oktarianto, L. 2022).

C. TINJAUAN TENTANG PENDIDIKAN GEOGRAFI

Manusia sebagai salah satu makhluk yang berakal tentunya akan terus

melakukan kegiatan belajar dimulai sejak manusia itu dilahirkan hingga ia

meninggal. Belajar merupakan konsekuensi dari aktivitas menuntut ilmu, baik


23

itu secara formal maupun non-formal yang biasanya didapatkan di lingkungan

keluarga dan teman sebaya. Menurut Hamalik (2007) belajar adalah modifikasi

atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as

modification or strengthening of behavior through experiencing) (Husamah et

al., 2018). Menurut penjelasan belajar di atas belajar didapatkan dari

pengalaman seorang individu yang kemudian akan mempengaruhi tingkah laku

manusia tersebut menuju lebih baik. Belajar dilakukan dengan sengaja maupun

tidak sengaja oleh seorang individu, sehingga adanya perubahan dari yang tidak

tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Belajar tidak selalu

mengarah menuju lebih baik, terdapat beberapa proses belajar yang mampu

menghasilkan perilaku menuju kearah yang tidak baik atau biasa disebut

penyimpangan, hasil belajar sangat dipengaruhi oleh bagaimana individu

tersebut memahami dan mengimplementasikan hasil belajarnya, jika yang ia

tangkap adalah hal yang positif dan diimplementasikan secara positif namun

bisa juga yang ditangkapnya adalah hal yang negatif dan diimplementasikan

kembali dengan hal yang sama. Proses belajar terdiri atas tiga tahapan yaitu

informasi, transformasi dan evaluasi. Dimana informasi merupakan proses

penjelasan atau penguraian pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

Transformasi merupakan proses pemindahan atau peralihan pengetahuan,

keterampilan maupun sikap tadi terhadap diri manusia. Dalam kegiatan belajar

ini tentunya terdapat suatu tujuan yang ingin dicapai oleh seorang individu baik

itu dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotorik sebagai hasil dari

kegiatan belajar. Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak bisa
24

dipisahkan, keduanya sangat berkaitan satu sama lain dimana pembelajaran

berarti kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dan guru. Proses

pembelajaran sendiri membentuk suatu sistem yang mana didalamnya terdapat

komponen peserta didik, instruktur/guru, bahan pembelajaran dan lingkungan

kegiatan pembelajaran. Selain komponen tersebut dalam kegiatan

pembelajaran juga terdapat metode, strategi atau pendekatan-pendekatan yang

dapat digunakan oleh guru terhadap peserta didiknya sehingga tujuan dari

kegiatan pembelajaran dapat dicapai dengan mudah oleh guru dan peserta didik.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan standar

kompetensi dan kompetensi dasar dari siswa maka diperlukan perencanaan

pembelajaran yang disusun oleh guru untuk diimplementasikan saat proses

pembelajaran dilakukan, terdapat 7 langkah penyusunan perencanaan

pembelajaran (Makki & Aflahah, 2019) yaitu :

a. Merumuskan Tujuan Khusus

b. Memilih Pengalaman Belajar

c. Menentukan Kegiatan Belajar Mengajar

d. Menentukan Orang Yang Terlibat Dalam Proses Pembelajaran

e. Memilih Bahan dan Alat

f. Ketersediaan Fasilitas Fisik

g. Perencanaan Evaluasi dan Pengembangan.

Dalam proses pembelajaran, manusia tidak hanya mempelajari 1 bidang

keilmuan saja, tetapi terdapat beberapa bidang keilmuan salah satunya ialah

keilmuan geografi. Geografi menurut Encyclopedia Britannica (2015)


25

merupakan studi tentang berbagai lingkungan, tempat dan ruang bumi serta

interaksi mereka (Welianto, 2020). Geografi menurut istilah berasal dari bahasa

Yunani yaitu Geo yang berarti bumi dan Graphein yang berarti tulisan. Jadi

geografi merupakan suatu tulisan yang mendeskripsikan tentang bumi.

Pembelajaran geografi memiliki karakteristik tersendiri, dimana ilmu geografi

ini mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut

pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks keruangan. Selain itu

geografi juga merupakan keilmuan yang mempelajari permukaan bumi, proses

pembentukannya, hubungan interaksi manusia dengan lingkungannya, dan

keterkaitan manusia dengan tempat-tempat. Pembelajaran geografi merupakan

suatu kegiatan dimana guru dan peserta didik saling berinteraksi untuk

memahami materi-materi kegeografian, untuk mencapai tujuan yaitu

pemahaman materi geografi termasuk didalamnya objek studi geografi yaitu

geosfer atau lapisanlapisan permukaan bumi (Hidrosfer, Litosfer, Biosfer,

Antroposfer dan Atmosfer). Pengajaran tentang aspek-aspek keruangan

permukaan bumi, keseluruhan gejala keruangan dan kehidupan manusia

dengan keunikankeunikan wilayah-wilayahnya.

Pembelajaran geografi memiliki tujuan yang mencakup aspek

pengetahuan, keterampilan dan sikap (Mulyadi, 2021), yaitu :

Tujuan aspek pengetahuan

a. Mengembangkan konsep dasar geografi yang berkaitan dengan pola

keruangan dan proses-prosesnya.


26

b. Mengembangkan pengetahuan sumber daya alam, peluang dan

keterbatasannya untuk dimanfaatkan.

c. Mengembangkan konsep dasar geografi yang berhubungan dengan

lingkungan sekitar, dan wilayah Negara/dunia.

Tujuan aspek keterampilan

a. Mengembangkan keterampilan mengamati lingkungan fisik,

lingkungan sosial dan lingkungan binaan.

b. Mengembangkan keterampilan mengumpulkan, mencatat data, dan

informasi yang berkaitan dengan aspek-aspek keruangan.

c. Mengembangkan keterampilan analisis, sintesis, kecenderungan dan

hasil-hasil dari interaksi berbagai gejala geografi.

Tujuan aspek sikap

a. Menumbuhkan kesadaran terhadap perubahan fenomena geografi

yang terjadi di lingkungan sekitar

b. Mengembangkan sikap melindungi dan tanggung jawab terhadap

kualitas lingkungan hidup.

c. Mengembangkan kepekaan terhadap permasalahan dalam

pemanfaatan sumber daya.

d. Mengembangkan sikap toleransi terhadap perbedaan sosial dan

budaya.

e. Mewujudkan rasa cinta tanah air dan persatuan bangsa.

D. Kerangka Berfikir
27

Kerangka berpikir menggambarkan hubungan antara konsep-

konsep atau variabel-variabel yang akan diteliti. Seiring

berkembangnya zaman kurikulum pendidikan selalu mengalami

perubahan dari tahun ke tahun. Hal ini dilakukan untuk

menyempurrnakan kurikulum yang sebelumnya sehingga lebih baik

dan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Dari

Kurikulum 13 yang dinilai kurang maksimal, baik dalam menanggapi

perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun

global, dan standar penilaian kognitif. Sehingga terjadi perubahan

kurikulum dari Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum merdeka.

Dalam perubahan kurikulum dari Kurikulum 2013 menjadi

Kurikulum merdeka, terjadi pengurangan jam serta terdapat

pelaksanaan profil pelajar pancasila pada jenjang SMA penjurusan

dilaksanakan lebih awal, yaitu pada kelas X. Pengembangan

kurikulum merdeka dilakukan karena adanya tantangan internal

maupun eksternal. Akan tetapi persiapan untuk menghadapi perubahan

kurikulum ini belum matang dari segi sumber daya manusianya.

Pemerintah tidak melakukan uji coba Kurikulum merdeka terlebih

dahulu, ketidaksiapan guru dan sekolah dalam pelaksanaannya,

kurangnya pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh pemerintah kepada

guru, dan buku siswa yang masih belum siap, sehingga pemerintah

menentukan beberapa kriteria kepada sekolah-sekolah untuk dapat

melaksanakan Kurikulum merdeka.Akan tetapi tak jarang banyak guru


28

yang mengeluh karena pengetahuanakan kurikulum tersebut masih

kurang. Dalam penyusunan perangkat pembelajaran juga diperlukan

teknik dan panduan agar dapat berjalan dengan baik saat proses

pembelajaran berlangsung. Disini guru dituntut untuk bisa memberi

kontribusi kepada peserta didiknya sehingga dapat berprikir kritis,

kreatif, dan inovatif sehingga mereka mampu berperan aktif dalam

pembelajaran. Hal tersebut juga tak lepas dari adanya faktor

pendukung dan penghambat proses implementasi yang meliputi

fasilitas pembelajaran, ketersediaan sumber belajar, dan sosialisasi

kurikulum merdeka. Berikut skema penelitian ini dijabarkan pada

Gambar 1.
29

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) dinilai masih mengalami
permasalahan dalam pelaksanaannya

Perubahan oleh pemerintah dari


Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum
merdeka

Persiapan yang singkat dan kurangnya


pemahaman
guru akan kurikulum 2013

Penyususnan Perangkat Pelaksanaan Faktor pendukung dan


Pembelajaran Geografi Pembelajaran penghambat
berdasarkan Kurikulum
merdeka Geografi di implementasi kurikulum
Kelas merdeka

Implementasi Kurikulum merdeka Pada Mata


Pelajaran
Geografi Di SMAN 3 Tasikmalaya

Gambar 1. Kerangka Berpikir


Penelitian
30

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu

yang relevan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian yang akan peneliti

lakukan. Penelitian relevan yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai

berikut.

1. Penlitian Chaniago,dkk. (2022) dengan judul “Analisis Penerapan

Kurikulum Merdeka Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X pada

Mata Pelajaran Geografi di MAN I Koto Baru.”. hasil dari penelitian ini

adalah menunjukkan bahwa penerapan kurikulum merdeka belajar ini

belum terlihat dikarenakan kurikulum merdeka belajar masih masih

tahap awal yang dijalankan belum sampai satu semester, jadi masih

dalam proses penyesuian, jika dalam segi praktek kurikulum merdeka

belajar ini sangat cocok digunakan dalam pembelajaran hal ini dapat kita

lihat dari programnya seperti ekstrakulikuler, intrakulikuler dan projek

penguantan profil pelajar pancasila. Faktor yang menghambat penerapan

kurikulum merdeka belajar yaitu kekurangan fasilitas pembelajaran dan

kualitas guru untuk menerapkan kurikulum merdeka belajar masih

rendah hal ini dikarenakan perubahan kurikulum begitu cepat. untuk

mengetahui kekurangan kurikulum merdeka belajar, belum terlihat

kekurangannya hal ini dikarenakan setiap kurikulum sudah dirancang

dengan sebaik mungkin dengan tujuan memperbaiki proses

pembelajaran, tetapi tergantung kesiapan pihak sekolah yang

menerapkannya. Kelebihan kurikulum merdeka belajar yaitu guru


31

bebas mendesain pembelajaran, waktu belajar yang fleksibel dan

mendidik siswa agar mempunyai kepribadian yang mandiri.

2. Penelitian Hardianto, dkk. (2023). dengan judul “Persepsi Guru

Geografi Terhadap Kurikulum Merdeka Di Sekolah Menengah Atas

(SMA) Kabupaten Solok Selatan”. hasil dari penelitian ini adalah variabel

penelitian yang terdiri dari empat variabel yaitu penyerapan, pemahaman,

dan penilaian atau evaluasi mendapatkan hasil sebagai berikut: 1.

Persepsi guru dilihat dari penyerapan terhadap kurikulum merdeka di

SMA Solok Selatan memiliki persentase 87% dengan klasifikasi Baik. 2.

Persepsi guru dilihat dari pemahaman terhadap kurikulum merdeka di

SMA Solok Selatan memiliki persentase 85% dengan klasifikasi Baik. 3.

Persepsi guru dilihat dari Penilaian atau evaluasi terhadap kurikulum

merdeka di SMA Solok Selatan memiliki persentase 83% dengan

klasifikasi Baik.

Penelitian di atas memiliki perbedaan dengan yang akan

dilakukan oleh peneliti, yakni peneliti akan melakukan penelitian tentang

bagaimana implementasi kurikumlum merdeka terkhusus pada SMAN 3

Tasikmalaya dalam pelajaran geografi yang diterapkan oleh guru

geografi di SMAN 3 Tasikmalaya.


32

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode

penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menjabarkan suatu kondisi

sosial tertentu melalui pendeskripsian secara nyata dan benar yang dibentuk

melalui kata kata yang diperoleh dari pengumpulan serta analisis data yang

relevan dari kondisi alamiah tersebut (Djam’an Satori, Aan Komaria, 2011:19)

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sebagai penjabaran peneliti

dalam menganalisis kesiapan guru dalam implementasi kurikulum merdeka di

kelas X 2 SMAN 3 Tasikmalaya. Metode kualitatif ini menghasilkan data

deskriptif yang dapat dijelaskan lebih rinci dari analisis data wawancara,

observasi dan dokumentasi.

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti bertindak sebagai

instrumen sekaligus pengumpul data. Sadar mengatakan bahwa dalam

penelitian kualitatif merupakan penelitian studi kasus sehingga kehadiran

peneliti sangat penting kedudukannya, maka segala sesuatu akan sangat

bergantung pada kedudukan peneliti. Moleong mengatakan bahwa peneliti

berkedudukan sebagai instrumen penelitian yang utama. Peneliti dalam

melaksanakan studi lapangan bersifat sebagai key instrument, maka kehadiran

peneliti dalam pelaksanaan pengumpulan cukup tinggi. Dengan bermodalkan

alat pengumpulan data informasi seperti alat perekam serta alat tulis. Pada

pelaksanaan penelitian, maka peneliti akan melakukan observasi ke sekolahan

— 32 —
33

dan ke kelas X 2 guna untuk mengetahui bagaimana penerapan kurikulum

merdeka di kelas X 2 serta menemui beberapa responden yang nantinya akan

diajukan beberapa pertanyaan, yang mana responden tersebut adalah kepala

sekolah maupun wakil kepala sekolah sebagai subjek utama, waka kurikulum,

waka kesiswaan, waka sarana dan prasarana, sebagian guru kelas X 2 dan

sebagian murid kelas X 2 sebagai subjek tambahan.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian merupakan waktu yang digunakan untuk

memperoleh pemecahan masalah penelitian. Penelitian ini dilaksanakan

pada semester ganjil tahun pelajaran 2023/2024.

2. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di

Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA) Negeri 3 Tasikmalaya. SMAN

6 Kediri terletak di Jl. Kolonel Basyir Surya No.89, Sukanagara, Kec.

Purbaratu, Kab. Tasikmalaya, Jawa Barat 46196. Sekolah atau lembaga

pendidikan ini telah menerapkan kurikulum merdeka dengan baik

sekaligus sebagai salah satu lembaga pendidikan formal yang unggul di

Kota Tasikmalaya dengan perolehan nilai akreditasi A. SMAN 6 Kediri

ini letaknya sangat strategis sehingga memudahkan peneliti dalam

melakukan penelitian.

D. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah bapak dan ibu guru SMAN 3

Tasikmalaya yang melibatkan 5 responden guru yaitu 3 guru laki-laki dan


34

2 guru perempuan. Diantaranya Bapak kepala sekolah, guru mata pelajaran

geografi, dan wali kelas X 2.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari 3 tahap, diantaranya (1) tahapan

deskripsi atau tahap orientasi, (2) tahap reduksi (3) tahap seleksi (Sugiyono,

2007:19-20)

1. Tahap deskripsi atau orientasi

Pada tahap pertama ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat,

didengar, dirasakan dan ditanyakan. Peneliti hanya mengetahui

sepintas terhadap informasi yang diperolehnya dan informasi yang di

peroleh tersebut cukup banyak, bervariasi dan belum tersusun dengan

jelas.

2. Tahap Reduksi

Pada kedua ini peneliti mereduksi segala informasi yang telah

diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah

tertentu. Peneliti memilih data mana yang menarik, penting, berguna,

dan baru. Data yang sekiranya tidak di pakai maka akan dihilangkan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka data-data tersebut

selanjutnya dikelompokkan menjadi berbagai kategori yang ditetapkan

sebagai fokus penelitian.


35

3. Tahap seleksi

Setelah peneliti melakukan analisis terhadap informasi dan data

yang telah diperoleh selanjutnya peneliti menguraikan fokus yang telah

ditetapkan menjadi lebih rinci dan berurutan.

F. Teknik dan Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Wawancara, Observasi dan Dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengambilan data dengan

cara bertukar informasi, pemikiran dan pengalaman terkait suatu

topik secara lisan dan langsung (bertatap muka) dengan seseorang

yang menjadi informan untuk mendapatkan jawaban atas

pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan yang diajukan merujuk

pedoman wawancara yang ada dan jawaban informan dijawab

secara lisan. Pada penelitian ini pengumpulan data menggunakan

teknik wawancara mendalam untuk memperoleh informasi secara

lengkap dan komprehensif sesuai dengan tujuan penelitian. fokus

wawancara dalam penelitian ini adalah terkait kesiapan guru dalam

implementasi kurikulum merdeka di kelas X 2 SMAN 3

Tasikmalaya yang ditinjau dari segi perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran dan asesmen.


36

2. Observasi

Observasi merupakan pengamatan secara langsung terhadap

suatu fenomena yang tampak pada objek penelitian. Pada

penelitian ini, dalam melakukan pengamatan peneliti

menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitasnya.

Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini adalah kesiapan guru

dalam implementasi kurikulum merdeka di kelas X 2 SMAN 3

Tasikmalaya yang ditinjau dari segi perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran dan asesmen.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik yang digunakan untuk

melengkapi perolehan data dari hasil wawancara dan observasi

atau pengamatan langsung pada objek yang diteliti agar terjamin

keasliannya. Dokumentasi dalam penelitian ini berbentuk arsip,

surat menyurat, gambar atau foto dan data pelengkap lainnya.

G. Analisis dan Keabsahan Data

Analisis penelitian ini menggunakan model interaktif atau Model Miles

dan Hubermen. Langkah-langkah analisis data tersebut dimulai dari tahap

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah meringkas, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting yang sesuai dengan topik

penelitian yang tujuan akhirnya memberikan gambaran jelas dan


37

mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya

(Sugiyono, 2011: 347-252). Pada tahap reduksi data ini peneliti akan

mengumpulkan data penelitian sebanyak mungkin melalui metode

wawancara mendalam, observasi serta berbagai dokumen yang

berkaitan dengan subjek yang diteliti. Peneliti menyimpan arsip atau

merekam data yang ditemukan dalam format catatan-catatan penting

kemudian catatan tersebut akan diuraikaikan, dipisahkan dan

diklasifikan pada masingmasing data yang relevan sesuai dengan

fokus masalah penelitian.

2. Penyajian Data

Setelah tahap reduksi data selesai selanjutnya adalah tahap

penyajian data, data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi

dan dokumentasi disajikan dalam format tabel dan teks yang bersifat

naratif. Melalui penyajian data ini maka data yang diperoleh akan

tersaji secara tersusun dan terstruktur sehingga mudah dipahami.

3. Penarikan kesimpulan dan Verifikasi

Setelah tahap reduksi data dan penyajian data selesai maka

langkah yang terakhir yaitu menarik kesimpulan dan verifikasi.

kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan

masalah yang dirumuskan pada awal penelitian, tetapi mungkin juga

tidak, karena dalam penelitian kualitatif masalah dan rumusan

masalah masih bersifat sementara dan akan mengetahui jelasnya

setelah melakukan penelitian dilapangan. Kesimpulan dalam


38

penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum

pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu

objek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga setelah diteliti

menjadi jelas.

Dalam penelitian ini teknik keabsahan data yang dilakukan

peneliti adalah uji kredibilitas dengan triangulasi teknik dan

triangulasi sumber

1. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik merupakan teknik pengumpulan

data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari

sumber yang sarna. Pada penelitian ini peneliti

mengumpulkan data melalui teknik wawancara mendalam,

observasi dan dokumentasi untuk sumber data yang sama

secara serempak. Pada saat pengumpulan data apabila tiga

teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan

data yang berbedabeda, maka peneliti dapat melakukan

diskusi dengan sumber data yang bersangkutan untuk

memastikan data mana yang dianggap benar atau semuanya

benar namun dari sudut pandang yang berbeda-beda.

2. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber merupakan pengumpulan data dari

sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Hasil

pengumpulan data dari beberapa sumber tersebut tidak bisa


39

dirata-ratakan namun dideskripsikan, dikategorisasikan,

mana pandangan yang sama, mana pandangan yang berbeda

dan mana spesifik dari sumber data tersebut. Data yang telah

dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu

kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan

beberapa sumber data tersebut.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini akan menggunakan teknik

analisis kualitatif. Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan

aktivitas yang dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung,

dimulai dari mengumpulkan data sampai pada tahap penulisan laporan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data model Miles

dan Huberman, dimana secara garis besar mereka membagi analisis data

dalam penelitian kualitatif ke dalam tiga alur kegiatan pada proses analisis

data, diantaranya:

a. Reduksi data (reduction)

Merupakan proses pemilihan, merangkum, dipilah hal-hal

yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting,

penyederhanaan dari data-data yang diperoleh setelah melakukan

penelitian. Data yang diperoleh kemudian ditulis dalam bentuk

laporan atau data yang terperinci, dengan cara peneliti membuat

ringkasan dari data-data yang diperoleh serta memilah data untuk

difokuskan pada hal-hal yang penting. Kegiatan ini dapat berupa


40

mendiskusikan pada teman sejawat atau orang yang dipandang

ahli. Melalui diskusi wawasan peneliti akan berkembang.

b. Penyajian data (data display)

Tahap penyajian data merupakan sebuah tahap lanjutan

setelah reduksi data. Fungsi penyajian data adalah untuk

memudahkan dan memahami mengenai apa yang terjadi,

sekaligus untuk merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa

yang telah dipahami tersebut. Sehingga dalam penyusunan data

ini bertujuan agar mengetahui dan memahami penyajian-

penyajian tersebut. Dalam penelitian kualitatif sendiri untuk data

dapat berupa teks naratif.

c. Penarikan kesimpulan/verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut

Miles dan Huberman dalam Satori (2013) adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Setelah penyusunan data sesuai dengan

klasifikasinya maka akan ditarik kesimpulan awal yang sifatnya

masih sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-

bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data.

Namun, apabila data yang didapat dilapangan dapat mendukung

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal. Maka kesimpulan

yang dikemukakan tersebut merupakan kesimpulan kredibel.

Sehingga kesimpulan dalam penelitian akan menjawab rumusan

masalah yang telah dirumuskan pada BAB 1.


41

I. Langkah-langkah Penelitian

Tahap penelitian tentang Implementasi Kurikulum Merdeka pada Mata

Pelajaran Geografi di SMAN 3 Tasikmalaya dibagi menjadi empat tahapan,

yaitu:

1) Tahap pra-lapangan, pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan

meliputi: a) menyusun proposal penelitian, b) melakukan

praobservasi lapangan, dan c) mengurus surat izin penelitian.

2) Tahap pekerjaan lapangan, pada tahapan ini peneliti melaksanakan

kegiatan di lapangan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan

meliputi: a) pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan

fokus penelitian dan b) melakukan pencatatan data.

3) Tahap analisis data, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi:

a) reduksi data, b) penyajian data, dan c) penarikan

kesimpulan/verifikasi. Pada tahapan ini peneliti menyusun data yang

telah terkumpul secara rinci dan sistematis sehingga data tersebut

mudah untuk dipahami.

4) Tahap penyelesaian, tahap penyelesaian ini merupakan tahapan akhir

yang peneliti lakukan dengan membuat laporan tertulis dari data

yang dihasilkan oleh peneliti setelah melaksanakan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :
42

Aan Komariah, Djam’an Satori, (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung,


Alfabeta.
Abdul Majid. (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Aflahah dan Makki, M. Ismail. (2019). Konsep Dasar Belajar dan Pembelajaran.
Bandung: Duta Media Publishing.
Amiruddin. (2016). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Parama Ilmu.
Aqib, Zainal. (2013). Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi. (2001). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dalyono. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dharma, Surya. (2010). Manajemen Kinerja .Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dunn, William N., (2003). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Gajah Mada University.
Hamalik, Oemar, (2007). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
Hasbullah. (2007). Otonomi Pendidikan (Kebijakan Otonomi Daerah dan
Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan). Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Husamah, Pantiwati., Restian, A., et.al. (2016). Belajar dan Pembelajaran. Malang:
Universitas Muhamaddiyah Malang.
Indrawan, Irjus, dkk. (2020). Guru Sebagai Agen Perubahan. Jateng: Penerbit
Lakeisha.
Kurniasih Imas & Berlin Sani. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan
penerapan. Yogyakarta: Kata Pena.
Kurniasih, dkk. (2016). Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Yogyakarta:
Kata Pena.
Mulyadi. (2021). Antara Teknologi Dan Teologi. Yogyakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Mulyasa, E. (2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nana Sudjana. (2010). Dasar-dasar Proses Belajar.Bandung: Sinar Baru.
Nasution, (2010). Kurikulum dan Pengajaran," in Kurikulum dan Pengajaran.
Jakarta: Bumi Aksara.
Nofrion. (2018). Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group
Satori (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Pustaka Indonesia.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta.

Auliya Javanisa, Farah Fairuz Fauziah, Riasita Melani, Z. A. R. (2018).


Implementasi Kurikulum Sekolah Penggerak Terhadap Motivasi Peserta
Didik. Jurnal Kalam Pendidikan PGSD Kebumen, 1, 34–47.
43

Hendri, Nofri. (2022). Merdeka Belajar; Antara Retorika dan Aplikasi. Vol 08.
No. 1. Journal E-Tech. ISSN: 2541-3600.
Jurnal :
Makarim, Nadiem. 2022. “Implementasi Merdeka Belajar Melalui Kampus
Mengajar Perintis di Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan ke-SD-an.
Volume 16, Nomor 2
Marzuki, I. Oktarianto, L. 2022. Pendampingan Pembelajaran Dengan Paradigma
Baru Bagi Sekolah Penggerak Terkait Asesmen Pembelajaran Di Upt Sd
Negeri 211 Gresik. JURNAL CEMERLANG: Pengabdian pada
Masyarakat. 4(2). 300 – 309
Mustaghfiroh, S. (2020). Konsep “Merdeka Belajar” Perspektif Aliran
Progresivisme John Dewey. Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, 3(1),
141–147.
Ningrum, A. S. 2022. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar ( Metode
Belajar )‟. Prosiding Pendidikan Dasar, 1, 166–177.
Siahaan. Matdio. (2020). Dampak Pandemi Terhadap Dunia Pendidikan. Jurnal
Kajian Ilmiah. e-ISSN: 2597-792X, ISSN: 1410-9794 Edisi Khusus No. 1
(Juli 2020), Halaman: 1 – 3

Skripsi :
Chaniago, Silvia (2022). Analisis Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Geografi di MAN I Koto
Baru. Pendidikan Geografi, Universitas Mahputra Muhamad Yamin.
Hardianto, Romi. (2022). Persepsi Guru Geografi Terhadap Kurikulum Merdeka
Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kabupaten Solok Selatan. Program Studi
Pendidikan Geografi, Universitas PGRI Sumatra Barat.
Karlina, A. D. (2014). Profil Miskonsepsi Siswa SMA Kelas XI pada Konsep
Termodinamika. Pendidikan Fisika, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Internet:
Welianto, Ari. 2020. “Pencemaran Lingkungan: Macam, Penyebabnya, dan
Dampaknya”:https://www.kompas.com/pencemaran-lingkungan-
macampenyebabnya-dan-dampaknya

Undang-undang :
Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem
pendidikan nasional.
44

Anda mungkin juga menyukai