Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN OBSERVASI KAWASAN PEGUNUNGAN

“CURUG SEMIRANG UNGARAN”


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biogeografi
Dosen Pengampu : 1. Dr. Erni Suharini, M.Si.
2. Satya Budi N, S.T., M.T., M.Sc

Oleh Kelompok V; Rombel 001:


1. Noor Santi Octavia /3201415063
2. Nur Alfiyah Ade S. /3201417003
3. Hanifa Wahyu Setyani /3201417007
4. Nor Malita Ismi /3201417021
5. Sabrina Oktavia I. Y. S. /3201417034
6. Muhammad Afwan M. /3201417043
7. Dentya Febriani /3201417045
8. Achmad Sa’bani /3201417071

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2019
PRAKATA

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Tiada Tuhan yang pantas disembah
kecuali Allah, Syukur Alhamdullilah, atas berkat rahmat Allah Swt. yang telah
berkenan memberikan kami kesempatan dan kenikmatan untuk dapat
menyelesaikan “Laporan Observasi Kawasan Pegunungan Curug Semirang
Ungaran” ini dengan baik dan tanpa kekurangan apapun.
Oleh karena itu, kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dosen pengampu mata kuliah Biogeografi, yaitu Ibu Dr. Erni Suharini,
M.Si. dan Bapak Satya Budi N, S.T., M.T., M.Sc.yang telah mengajarkan
dan membimbing kami selama perkuliahan dan mengajarkan berbagai
macam ilmu mengenai Biogeografi,
2. bapak Abdul Wahab selaku penjaga loket Wana Wisata Curug Semirang,
3. orang tua, teman, serta sahabat yang telah membantu kelancaran dalam
proses pembuatan makalah ini.
Tiada ada kesempurnaan di dunia ini, kecuali kesempurnaan milik Allah Swt.
semata. Kami sebagai manusia hanya bisa membuka diri untuk senantiasa dikritik
dan diberi saran yang dapat membangun untuk memperbaiki dan menjadikanya
lebih baik lagi. Semoga dengan adanya “Laporan Observasi Kawasan Pegunungan
Curug Semirang Ungaran” ini dapat memberikan informasi lebih baik itu kepada
mahasiswa, masyarakat, maupun pemerintah, untuk senantiasa bersinergi guna
bekerjasama membangun bangsa dan negara.

Semarang, 03 April2019

KELOMPOK V

ii
DAFTAR ISI

Prakata.................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................iii
Daftar Gambar....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................2
D. Manfaat……………………………………………………………………...2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Biogeografi...................................................................................3
B. Faktor-Faktor Lingkungan yang Berpengaruh...............................................3
C. Tipe Vegetasi dan Persebarannya……….......................................................9
D. Usaha Pelestarian Sumber Daya Hayati........................................................12
BAB III PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Curug Semirang...............................................................14
B. Faktor Lingkungan yang Berpengaruh di Curug Semirang..........................15
C. Tipe Vegetasi di Curug Semirang.................................................................17
D. Usaha Pelestarian/Konservasi Tumbuhan oleh Masyarakat.........................31
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................................33
B. Saran..............................................................................................................33
Daftar Pustaka..................................................................................................34

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tumbuhan Salak................................................................................17
Gambar 2. Tumbuhan Lumut...............................................................................18
Gambar 3. Tumbuhan Bambu..............................................................................20
Gambar 4. Tumbuhan Paku.................................................................................22
Gambar 5. Tumbuhan Tapak Dara......................................................................24
Gambar 6. Tumbuhan Wedhusan.........................................................................25
Gambar 7. Tumbuhan Pinus………......................................................................27
Gambar 8. Tumbuhan Aren..................................................................................28

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang begitu luas. Wilayah Indonesia
terbentang dari Sabang di ujung sebelah barat sampai Merauke di ujung
sebelah timur dan dari Pulau Miangas di utara sampai Pulau Rote di Selatan.
Dengan demikian, Indonesia memiliki kekayaan flora dan yang begitu
banyaknya sehingga dapat dibilang bahwa Indonesia kaya akan
keanekaragaman hayatinya.
Sebenarnya, keanekaragaman hayati yang dimiliki bukan hanya flora ataupun
fauna namun terdapat sumberdaya mineral, tambang, dan masih banyak lagi.
Namun, kelompok kami hanya akan membahas mengenai flora yang ada di
Indonesia khususnya pada kawasan pegunungan, yaitu di Curug Semirang
yang berada di kawasan pegunungan Ungaran, Jawa Tengah.
Biogeografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang pola perilaku
dan persebaran makhluk hidup dimana dalam kajiannya menggunakan tiga
aspek pendekatan geografi yaitu pendekatan keruangan, kelingkungan, dan
kewilayahan.
Dalam kaitannya dengan karakteristik tumbuhan yang ada pada lokasi
observasi tentu tidak terlepas dari berbagai macam faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan mempengaruhi
satu sama lain sehingga karakteristik tumbuhan di wilayah yang berbeda akan
memiliki karakteristik yang berbeda pula bergantung pada faktor-faktor yang
mempengaruhinya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap karakteristik
tumbuhan yang ada di Curug Semirang?
2. Bagaimana karakteristik vegetasi yang ada di Curug Semirang?
3. Bagaimana usaha masyarakat dalam upaya pelestarian/konservasi
tumbuhan di Curug Semirang?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap karakteristik
tumbuhan yang ada di Curug Semirang.
2. Mengetahui karakteristik vegetasi yang ada di Curug Semirang.
3. Mengetahui usaha masyarakat dalam upaya pelestarian/konservasi
tumbuhan di Curug Semirang.

D. Manfaat
1. Memenuhi salah satu nilai tugas mata kuliah Biogeografi.
2. Menambah ilmu pengetahuan bagi kelompok penyusun laporan dan bagi
pembaca pada umumnya mengenai Wana Wisata Curug Semirang.
3. Memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan dan pelestarian
Wana Wisata Curug Semirang.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Biogeografi
Biogeografi merupakan salah satu cabang Geografi. Biogeografi merupakan
kombinasi dari kata “Bios” dan “Geografi”. Bios berarti hidup atau makhluk
hidup, sedangkan Geografi merupakan studi dan deskripsi perbedaan-
perbedaan dan agihan fenomena di bumi, yang mana mencakup semua yang
mengubah dan mempengaruhi permukaan bumi, termasuk sifat-sifat fisiknya,
iklim dan hasil-hasil, baik yang bersifat hidup atau tidak.
Biogeografi dapat diartikan sebagai studi tentang hubungan antara pola dan
proses sebaran organisme dalam ruang dan waktu, atau bisa juga diartikan
sebagai kajian organisme baik masa lampau maupun sekarang, atau bisa juga
diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mencoba untuk menggambarkan dan
memahami banyaknya pola dalam distribusi spesies dan kelompok taksonomi
yang lebih besar.
Biogeografi merupakan cabang ilmu Geografi yang menekankan pada
organisme dalam kaitannya dengan studi dan deskripsi perbedaan-perbedaan
dan agihan fenomena di bumi, mencakup semua yang mengubah dan/atau
mempengaruhi permukaan bumi, termasuk sifat-sifat fisik, iklim dan hasil-
hasil, yang bersifat hidup atau tidak.
Biogeografi merupakan ilmu terpadu yang berkaitan erat dengan ilmu-ilmu
lain, antara lain berkaitan dengan Ekologi, Biologi Populasi, Sistematik,
Geosains, dan Sejarah Alam. Adapun hubungan antara biogeografi dengan
ilmu lain akan dijelaskan sebagai berikut: Ekologi, antara lain berkaitan
dengan hubungan interaksi antar organisme atau organisme dengan
lingkungan.
B. Faktor-Faktor Lingkungan yang Berpengaruh
1. Letak Lintang
Letak lintang berpengaruh dalam persebaran flora. Meliputi lintang
rendah,lintang sedang dan lintang tinggi.
2. Topografi

3
Faktor topografi adalah tingkat kemiringan dan ketinggian suatu tempat.
Ternyata faktor ini mempengaruhi jenis hewan dan tumbuhan yang hidup
di suatu wilayah. Sebagai contoh kambing gunung yang hidup di
pegunungan terjal. Kambing gunung berbeda dengan kambing yang biasa
kita temui. Mereka memiliki bulu yang sangat tebal karena habitatnya
yang berada di pegunungan dengan tiupan angin yang kencang dan suhu
yang lebih dingin. Selain itu kambing gunung memiliki kemampuan
melompat-lompat di tebing yang tinggi dan terjal.
Flora yang tumbuh di dataran tinggi juga berbeda dengan flora yang hidup
di dataran rendah. Sebagai contoh kita tidak akan bisa menemukan pohon
teh yang tumbuh di tepi pantai karena teh hanya bisa tumbuh di dataran
tinggi yang sejuk. Begitupun pohon kelapa hanya bisa ditemui di tepi
pantai dan dataran rendah yang panas.
3. Iklim
Faktor klimatik adalah kondisi iklim alam tempat dimana flora dan fauna
tumbuh. Faktor iklim terbagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Suhu
Suhu suatu tempat mempengaruhi pertumbuhan dan persebaran flora
dan fauna di dunia. Suhu dipengaruhi oleh pancaran sinar matahari.
Hewan dan tumbuhan akan beradaptasi sesuai suhu dimana ia tinggal.
Fauna yang hidup di suhu dingin memiliki bulu yang lebih tebal
daripada fauna yang hidup di suhu panas. Flora juga tumbuh sesuai
dengan tingkat suhu dimana ia hidup. Tumbuhan membutuhkan
serangkaian cuaca yang berbeda untuk memastikan tumbuh
kembangnya.
Tumbuhan yang hidup di negara tropis selalu mendapat sinar matahari
yang merupakan kebutuhan pokok tanaman dan suhu yang tidak
ekstrim dan cenderung stabil. Sedangkan tumbuhan di negara empat
musim harus bisa bertahan hidup dengan perbedaan suhu yang tajam.
Karena itu terdapat 2 kelompok vegetasi berdasarkan waktu regenarasi
dan pertumbuhannya, antara lain:

4
a) Kelompok vegetasi annual. Kelompok tanaman ini hanya tumbuh
pada waktu tertentu saja yaitu di musim panas. Di musim dingin
tumbuhan tertutup salju. Contohnya adalah bunga-bunga khas
daerah dingin dan tanaman kecil.
b) Kelompok vegetasi perennial. Kelompok ini mampu bertahan di
suhu yang sangat rendah di musim dingin. Cara ini membantu
tumbuhan untuk tetap berkembang walaupun di bawah suhu yang
ekstrim. Contohnya adalah pohon-pohon yang berusia lebih dari
satu tahun.
b. Sinar Matahari
Sinar matahari adalah makanan tumbuhan. Cahayanya membantu
siklus fotosintesis di tanaman hijau. Flora yang tumbuh di iklim sub
tropis menyesuaikan diri dengan ketersediaan sinar matahari. Di
musim gugur saat udara dingin, tumbuhan merontokkan daunnya
menjelang musim dingin. Sedangkan tanaman di iklim tropis selalu
mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun sehingga tidak perlu
merontokkan daunnya.
c. Kelembaban Udara
Kelembaban udara menggambarkan uap air yang terkandung di dalam
udara. Semakin lembab semakin banyak pula uap air yang ada. Air
adalah komponen penting bagi kelangsungan hidup semua makhluk
hidup. Selain itu air mempengaruhi serapan zat hara oleh akar
tumbuhan.
d. Curah Hujan
Intensitas curah hujan di suatu tempat menentukan keberlangsungan
hidup flora dan fauna di dalamnya. Curah hujan yang turun
menentukan kapasitas air yang dibutuhkan tumbuhan untuk terus
tumbuh. Kaktus yang berhabitat asli di padang pasir diciptakan untuk
mampu bertahan di bawah cuaca yang panas terik. Walaupun hujan tak
kunjung turun, kaktus akan mampu bertahan dalam jangka panjang.
Sedangkan untuk fauna, hewan ternak akan bertahan hidup dengan
cadangan air yang banyak. Air melimpah dihasilkan oleh hujan yang

5
turun dengan intensitas tinggi. Pada sapi perah misalnya, curah hujan
menentukan perencanaan masa kawin yang paling baik.
e. Angin
Angin bertiup dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Angin
juga mempengaruhi jenis tumbuhan dan hewan yang ada. Angin
membantu penyebaran serbuk sari dari bunga untuk menjamin
keberlangsungan hidup suatu tanaman. Angin yang bertiup juga
membantu burung untuk terbang dan bermigrasi saat musim dingin ke
tempat yang lebih hangat.
4. Edafik
Faktor edafik adalah faktor tanah yang ditempati oleh hewan dan
tumbuhan. Tanah yang subur akan memberikan dampak yang baik bagi
pertumbuhan tanaman. Selain itu hewan juga akan lebih mudah
menemukan makanan jika tanaman disekitarnya tumbuh subur dan
berbuah lebat. Faktor-faktor edafik yang mempengaruhi jenis flora dan
fauna antara lain:
a. Keasaman Tanah
Tingkat keasaman atau pH menentukan kesuburan tanah tersebut.
Tanah masam akan membuat tumbuhan tidak bisa berkembang. Tanah
yang subur memiliki zat hara yang tinggi. Kesuburan suatu tanaman
ditentukan oleh kemampuannya menyerap zat hara yang terkandung di
dalam tanah. Jika tingkat pH terlalu rendah atau tinggi akan berakibat
buruk bagi pertumbuhan tanaman. Tanah terbaik bagi tumbuh-
tumbuhan adalah tanah dengan tingkat pH yang netral.
b. Tekstur Tanah
Tekstur tanah yang baik bagi tumbuhan adalah yang memiliki
komposisi tanah lempung, pasir, dan debu yang seimbang. Jika tanah
terlalu kasar akan membuat tumbuhan sulit untuk tumbuh. Sebagai
contoh adalah ekosistem gurun. Tanah di gurun terdiri dari pasir yang
sangat kering. Tanahnya gersang dan hanya terdapat beberapa jenis
flora dan fauna yang dapat bertahan hidup di gurun. Pachypodium
adalah tanaman khas padang pasir yang berasal dari Benua Afrika.

6
Tanaman ini tumbuh di tempat kering sehingga ia mampu menyimpan
air (tanaman sukulen). Batangnya lunak dan tidak memiliki kayu,
cadangan makanan disimpan di bonggol yang terletak di pangkal
batang. Tanaman ini berfungsi sebagai tanaman hias.
c. Kandungan Air Tanah
Tumbuhan menggunakan akarnya untuk menyerap air di dalam tanah.
Air tanah membantu tanaman menyerap mineral yang diperlukan bagi
keberlangsungan hidupnya.
d. Struktur Tanah
Struktur tanah adalah komposisi material yang membentuk tanah.
Porositas adalah tingkat kemampuan tanah untuk membuat air
mengalir diantaranya. Sedangkan permeabilitas adalah besar pori-pori
diantara komposisi tanah. Kedua faktor tersebut memainkan peran
penting dalam penyediaan air bagi tumbuhan.
e. Kandungan Udara dalam Tanah
Udara di dalam tanah berperan dalam proses respirasi atau bernapas.
Respirasi adalah penguraian bahan makanan yang terjadi di stomata
untuk menghasilkan energi.
5. Manusia/Biotik
Faktor biotik terdiri dari tiga komponen yaitu manusia, hewan, dan
tumbuhan. Ketiganya memiliki peran tersendiri terhadap keberlangsungan
flora dan fauna. Adapun peranan dari ketiga komponen tersebut antara
lain:
a. Peran Manusia
Manusia memiliki peran yang sangat besar untuk menentukan
kehidupan hewan dan tumbuhan. Salah satu sifat manusia yang
destruktif seringkali menjadi penyebab hilangnya habitat asli suatu
makhluk hidup. Sebagai contoh adalah hewan langka yang saat ini
sulit ditemukan di alam bebas. Semuanya berawal dari keinginan
manusia untuk memperluas lahan pertanian sehingga menggunduli
hutan yang merupakan habitat hewan banyak. Maraknya pembalakan
liar membabat hutan membuat binatang sulit mencari makan untuk

7
bertahan hidup dan berkembang biak. Akibatnya banyak hewan yang
mulai punah dan masuk ke dalam hewan yang dilindungi. Dampak
hutan gundul sangatlah besar terhadap kehidupan flora dan fauna di
seluruh dunia. Sebagai contoh di hutan Kalimantan selama 16 tahun
terakhir orang utan yang telah mati mencapai 100.000 ekor. Setelah
diteliti lebih dalam punahnya orang utan akibat ulah manusia karena
merusak hutan tempat tinggalnya dan perburuan liar sehingga jumlah
orang utan di alam liar semakin menipis. Untuk menyikapi hal tersebut
dibuatlah hutan lindung dan suaka margasatwa sebagai bentuk
kepedulian manusia terhadap alam dan melindungi flora fauna langka
dari kebinasaan.
b. Peran Hewan
Salah satu hewan yang membantu persebaran tumbuhan adalah hewan
penyerbuk. Hewan berjenis ini menghisap madu dari bunga dan
membawa serbuk sari terbang bersamanya. Serbuk sari tersebut jatuh
di bunga lainnya dan menyebabkan penyerbukan silang. Hewan
penyerbuk antara lain lebah madu, tawon madu, lalat bunga, kupu-
kupu, ngengat, burung kolibri, dan banyak lagi. Selain lebah madu
baru-baru ini ditemukan adanya istilah lebah laut dari jenis krustasea.
Hewan invertebrata ini menghampiri serbuk sari bunga dari rumput
laut. Mereka mendekatinya karena ingin mencari makan di sekitar
rumput laut. Serbuk saripun menempel pada krustasea dan ikut
terbawa saat mereka hinggap di rumput laut lainnya. Cara ini
membantu penyerbukan di ekosistem laut.
c. Peran Tumbuhan
Peran tumbuhan berkaitan erat dengan penyuburan tanah. Tanah yang
subur dan gembur akan membuat tumbuhan bertumbuh lebat dan
mempengaruhi kehidupan hewan di sekitarnya. Salah satu tumbuhan
yang bermanfaat dalam persebaran flora fauna adalah tumbuhan
berjenis jamur. Salah satu jamur yang bermanfaat bagi tanaman adalah
Acetobacter sp yang berguna untuk menghambat fungi penyebab
bercak pada tanaman mentimun.

8
Dari paparan di atas dapat kita simpulkan bahwa persebaran flora dan
fauna dipengaruhi oleh banyak faktor. Manusia harus bisa menjaga dan
melestarikan alam untuk memastikan keberlangsungan hidup flora dan
fauna yang masih ada dan terancam punah. Jangan sampai anak cucu
kita kelak tidak akan bisa lagi menemukan hewan dan tumbuhan yang
kita temui saat ini. Kebijakan kita terhadap alam yang kita tinggali
memiliki peran krusial untuk keberlangsungan makhluk hidup di bumi.
C. Tipe Vegetasi dan Persebarannya
Tipe vegetasi dibedakan berdasarkan karakter floristik tertentu, misalnya
asosiasi spesies-spesies yang dominan, atau karakter lingkungan seperti jenis
tanah dan iklim. Vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuan ekologi untuk
mempelajari kelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu
tempat. Persebaran tunbuhan ditentukan oleh faktor geologis, geografis
(seperti ketinggian dan garis lintang) dan curah hujan. Semakin tinggi suatu
tempat dari permukaan laut dan letaknya semakin jauh dari garis lintang, di
tempat tersebut suhunya semakin menurun. Setiap kenaikan ketinggian 100
meter dari permukaan laut dan kenaikan garis lintang maka sebesar 10 suhu
daerah tersebut akan turun 500 C, dari perbedaan-perbedaan itulah muncul
macam-macam vegetasi.
1) Padang Rumput
Padang rumput adalah suatu wilayah yang tumbuhannya didominasi
vegetasi rerumputan dengan karakteristik wilayah sebagai berikut
a. Terletak di daerah tropis sampai subtropis
b. Curah hujan berkisar antara 25 cm – 50 cm per tahun
c. Terdapat di daerah basah, seperti Amerika Utara dan India
2) Gurun
Gurun merupakan daerah tandus di permukaan bumi yang berbatasan
dengan padangrumput dan semakin menjauh dari padang rumput
kondisinya semakin gersang. Ciri-ciri gurun, antara lain sebagai berikut
a. Curah hujan rendah (kurang dari 25 cm per tahun)
b. Hujan turun tidak teratur dan tidak pernah lebat
c. Matahari sangat terik (pada musim panas suhu mencapai ± 40˚ C

9
d. Amplitudo suhu harian yang terjadi sangat besar
3) Tundra
Tundra adalah daerah dingin(beku), dengan ciri-ciri sebagai berikut
a. Terletak hanya di daerah kutub utara
b. Memiliki iklim kutub
c. Pohon relatif pendek, seperti semak dan lumut
d. Masa pertumbuhan vegetasi sangat pendek
4) Hutan Basah
Hutan basah terdapat di daerah tropis dan sub tropis. Hutan ini sepanjang
tahun selalu mendapatkan air dan memiliki spesies pepohonannyayang
beragam. Ciri-ciri sebagai berikut
a. Masa pertumbuhannya lama
b. Jenis tumbuhannya bervariasi
c. Ketinggian vegetasinya 20 m sampai 40 m
d. Berdaun lebar
e. Hutan memiliki kelembaban tinggi
f. Jenis pohon sulur sampai kayu keras
5) Hutan Gugur
Hutan ini selain didominasi padang rumput, juga memiliki tumbuhan yang
daunnya gugur pada musim gugur. Hutan gugur memiliki ciri-ciri sebagai
berikut
a. Curah hujan merata sepanjang tahun
b. Curah hujan antara 75 cm – 100 cm per tahun
c. Terdapat di daerah yang memiliki empat musim
d. Kondisi vegetasi tidak terlalu rapat
e. Ketinggian tumbuhan 10 m – 20 m
f. Jumlah spesiesnya sedikit
6) Taiga
Taiga adalah hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus,
dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali, sedangkan
hewannya antara lain rusa besar, beruang hitam, beruang, rubah, serigala,
dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim guguir. Taiga

10
banyak ditemukan di belahan bumi utara,misalnya di wilayah negara
Rusia dan Kanada.
7) Sabana
Sabana adalah ekosistem besar dengan daerah luas berupa wilayah padang
rumput yang terdiri atas pohon-pohon yang tumbuh dengan jarang dan
diselingi oleh semak belukar serta rumput-rumputan yang terbentuk
karena adanya perbedaan letak geografis dan astronomis di daerah tropis
atau subtropis dengan curah hujan antara 90 – 150 cm per tahun. Sistem
biotik ini biasanya terbentuk di antara daerah tropis dan sub tropis.
Padang rumput sabana secara alami terbentuk umumnya disebabkan oleh
cuaca dengan tingkat curah hujan yang rendah, yakni hanya sekitar 30
mm per tahun. Curah hujan yang rendah ini menyulitkan tumbuhan untuk
menyerap air. Sehingga mengakibatkan hanya jenis tumbuhan rumput
yang dapat bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungan alam yang
kering.
Ciri-ciri dari bioma sabana:
a. Daerah wilayah bioma sabana memiliki suhu yang panas sepanjang
tahun
b. Memiliki curah hujan sekitar 90 – 150 cm per tahun
c. Hujan terjadi secara musiman dan menjadi faktor penting bagi
terbentuknya sabana
d. Lapisan tanahnya merupakan daerah resapan air dan sistem pengairan
ynag baik
e. Sabana akan berubah menjadi hutan basah belukar jika terbentuk di
daerah yang intensitas curah hujannya semakin tinggi
f. Pada umumnya daerah bioma sabana akan mengalami kekeringan
yang panjang setiap tahunnya.
8) Stepa
Stepa berasal dari bahasa inggris yaitu steppe yang artinya adalah padang
rumput. Stepa merupakan sebuah daratan yang berupa padang rumput
yang terbentang dari daerah tropis sampai ke daerah subtropis yang
memiliki curah hujan sedikit. Stepa berbentuk semi-gurun yang tertutup

11
oleh rumput atau semak yang tergantung berdasarkan musim dan garis
lintang. Istilah stepa digunakan untuk mewujudkan iklim pada suatu
daerah yang terlalu kering.
Jadi bioma stepa ini adalah suatu ekosistem pada daerah yang luas
berbentuk dataran semi-gugur yang tertutup oleh rumput atau semak yang
tergantung berdasarkan musim dan garis lintang, yang terbentang dari
daerah tropis sampai ke daerah subtropis.
Terbentukknya bioma stepa secara alami disebabkan oleh cuaca yang
memiliki tingkat curah hujan rendah, yaitu hanya sekitar 30 mm per
tahun. Hal ini mengakibatkan tumbuhan kesullitan untuk menyerap air
sehingga hanya jenis tumbuhan rumput yang dapat bertahan hidup dn
beradaptasi dengan lingkungan alam yang kering
Ciri-ciri dari bioma stepa:
a. Curah hujan yang tidak teratur antara 250 – 500 mm per tahun
b. Suhu 19˚C -30˚C saat musim panas, 12˚C - 20˚C saat musim dingin
c. Suhu udara di siang 45˚C dan di malam hari sekitar 0˚C
d. Memiliki kelebaban udara yang sangat rendah
e. Evaporasi (penguapan) tinggi yang lebih cepat dari presipitasi(hujan).
D. Usaha Pelestarian Sumber Daya Hayati
Untuk menjaga kelestarian sumber daya alam harus ditangani secara bersama-
sama. Menjaga kelestarian sumber daya alam dapat diupayakan sebagai
berikut:
1) Pelestarian Hutan
Upaya pelestarian hutan yang dapat dilakukan seperti:
a. Penebangan memilih pohon yang tua atau tebang pilih
b. Menanam kembali pada bekas tebangan atau reboisasi, dan
c. Mencegah penebangan liar dan pembakaran hutan
2) Pelestarian Hewan Air
Agar hewan air teruma ikan bisa lestari tidak cepat habis, upaya yang
dilakukan adalah:
a. Menangkap ikan tidak menggunakan bom, racun, atau pukat harimau
b. Air sungai dan laut dijaga kebersihannya, dan

12
c. Melaksanakan program kali bersih.
Upaya-uapaya pelestarian sumber daya alam hayati dapat dilakukan dengan
pelestarian atau konservasi sumber daya alam hayati yang meliputi:
a) Mencegah ladang berpindah dan melatih dan melatih penduduk agar dapat
bertempat tinggal secara menetap. Ladang berpindah dapat menimbulkan
kebakaran hutan dan merusak lingkungan.
b) Mengatur, mengawasi, dan mengendalikan penebangan hutan. Penebangan
hutan hendaknya dilakukan dengan sistem tebang pilih dengan cara
memilih tanaman yang apabila ditebang tidak sangat berpengaruh terhadap
ekosistem.
c) Mencegah terjadinya kebakaran hutan, penebangan liar, dan ilegaloging.
d) Melakukan penghijauan dan reboisasi. Hal ini dimaksudkan agar terjadi
peremajaan tanaman dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
hasil dengan mempersiapkan tanaman pengganti.
e) Mengendalikan pemburuan liar di hutan dengan cara penangkapan
musiman yang dilakukan pada saat kondisi yang dapat mengakibatkan
kepunahan.
f) Mengadakan reservasi hutan. Reservasi adalah membiarkan dan tidak
boleh mengganggu kelestarian flora dan fauna yang ada di dalamnya,
dengan menjadikan kawasan hutan sebagai cagar alam atau suaka
margasatwa.
g) Mengadakan preservasi hutan. Preservasi adalah melestarikan hutan
dengan tujuan untuk diambil manfaatnya guna kesejahteraan manusia.
h) Pelestarian in situ dan ex situ. Pelestarian sumber daya alam hayati in situ
adalah konservasi floran dan fauna yang dilakukan pada habitat asli,
sedangkan pelestarian ex situ adalah konservasi flora dan fauna yang
dilakukan di luar habitat asli, namun kondisinya diupayakan sama dengan
habitat aslinya.
i) Untuk menjaga kelestarian hewan dan tumbuhan yang digunakan sebagai
bahan makanan, maka diperlukan upaya penganekaragaman makanan. Hal
ini juga dimaksudkan agar kita tidak terlalu tergantung pada satu jenis
makanan.

13
BAB III
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Curug Semirang


Air Terjun Semirang atau yang biasa dikenal dengan Curug Semirang
merupakan salah satu wana wisata alam yang ada di Kabupaten Semarang.
Secara administratif, Curug Semirang terletak di Dusun Gintungan, Desa
Gogik, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang dimana berada di
lereng Gunung Ungaran bagian utara.
Wana wisata adalah jenis wisata alam yang memusatkan perhatian wisatawan
pada keadaan lingkungan hutan. Wana wisata Curug Semirang ini berada di
hutan lindung yakni hutan wisata yang dikembangkan secara khusus dan
dikelola oleh Perum Perhutani yang memiliki lahan seluas 10 Ha dengan
tinggi curug yakni setinggi 45 meter. Wana wisata Curug Semirang ini
berjarak kurang lebih 7 km dari Kantor Bupati Kabupaten Semarang atau bisa
ditempuh dengan kendaraan sekitar 30 menit. Adapun untuk mencapai Curug
Semirang, dari pintu gerbang wisata harus melewati jalan setapak sekitar 900
meter dengan berjalan kaki dengan kondisi medan yang menanjak dan cukup
terjal, hal ini dikarenakan Curug Semirang berada di lereng Gunung Ungaran.
Wana wisata Curug Semirang juga dilengkapi dengan sarana dan prasarana
yang menunjang wisatawan. Adapun fasilitas sarana prasaran tersebut antara
lain terdapat tempat ibadah bagi wisatawan yang beragama muslim, toilet
umum di sepanjang jalan setapak menuju Curug Semirang. Selain itu juga
terdapat gazebo-gazebo kecil sebagai tempat istirahat bagi wisatawan yang
kelelahan menelusuri jalan setapak menuju curug. Di depan pintu gerbang
wisata telah disediakan parkiran kendaraan dan terdapat para pedagang yang
berjualan makanan dan minuman serta spot foto yang menarik untuk
wisatawan yang ingin mengabadikan momen perjalanan wisata mereka atau
dalam bahasa gaulnya sangat instagramable. Air dari Curug Semirang ini
bersumber dari Gunung Ungaran langsung sehingga airnya jernih, segar dan
bersih.

14
B. Faktor Lingkungan yang Berpengaruh di Curug Semirang
Terdapat beberapa faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
keanekaragaman tumbuhan di Curug Semirang ini, antara lain sebagai
berikut:
1. Letak Lintang
Berdasarkan letak astronomisnya, Curug Semirang berada pada 7º 9’
58” LS dan 110º 20’ 50’’ BT. Letak astronomis tersebut menunjukkan
bahwa kawasan Curug Semirang berada di daerah lintang rendah yang
beriklim tropis, dimana intensitas penyinaran mataharinya sepanjang
tahun tinggi atau selalu terkena sinar matahari. Hal ini berakibat pada
curah hujan di daerah ini juga relatif tinggi yaitu sekitar 7.000
mm/tahun. Di Curug Semirang sering terjadi hujan zenital atau hujan
naik khatulistiwa sebagai akibat posisinya terhadap kedudukan
matahari yang dalam sepanjang tahun relatif tidak berubah. Kondisi
demikian juga berpengaruh signifikan terhadap keanekaragaman flora
dan fauna yang ada di Curug Semirang ini. Pohon-pohon tinggi dan
hewan pun mudah beradaptasi di lingkungan hutan lindung Curug
Semirang.
2. Topografi
Secara umum, dapat dinyatakan bahwa wilayah Indonesia mempunyai
rata-rata suhu relatif tinggi, namun sebagai akibat perbedaan tinggi
tempat di atas permukaan air laut menyebabkan terjadinya perbedaan
suhu rata-rata antar daerah satu dengan daerah lainnya. Berdasarkan
pengukuran yang telah dilakukan di Curug Semirang, diperoleh
ketinggian tempat di Curug Semirang yakni 800 mdpl. Penyebaran
vegetasi secara vertikal menurut ahli botani berkebangsaan Jerman
bernama Jughuhn, pada ketinggian 800 mdpl termasuk ke daerah
sedang yakni dapat dijumpai adanya hutan rimba tropik atau yang kita
kenal dengan hutan hujan tropis, dimana mempunyai ciri pohon-
pohonnya besar, lurus dan tinggi. Adapun tumbuhan alami yang cocok
hidup di daerah ini yakni aren (enau).
3. Iklim

15
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan di Curug Semirang
diproleh hasil sebagai berikut. Pengukuran dilaksanakan pada pukul
08:40 WIB di Curug Semirang. Adapun suhu di curug ini yakni 27 ºC
dengan kelembapan udara 80%, hal ini dikarenakan pengukuran
dilakukan pada pagi hari sehingga kelembapan udaranya relatif tinggi.
Sedangkan dari pengukuran angin diperoleh 5 km/jam. Dimana
berdasarkan kekuatan dan kecepatan angin yang ditentukan dengan
Skala Beaufort, termasuk ke dalam kekuatan angin tipe 1 yakni udara
ringan dengan keterangan tiupan angin ditunjukkan oleh arah asap tapi
tidak menggerakkan penunjuk arah angin. Letak astronomis Curug
Semirang yang berada 7º 9’ 58” LS dan 110º 20’ 50” BT ini
menyebabkan daerah ini beriklim tropis. Intensitas curah hujan yang
tinggi dan rata-rata suhu tahunan tinggi sangat berpengaruh terhadap
keanekaragaman dunia tumbuh-tumbuhan di Curug Semirang.
Banyaknya sinar matahari yang diterima semakin memudahkan
tumbuhan untuk berfotosintesis, sehingga tidak heran di hutan lindung
Curug Semirang banyak di jumpai pohon-pohon tinggi dan tumbuhan
lain yang hidup subur serta beraneka hewan yang dapat hidup disini.
4. Edafik
Indonesia berada pada garis khatulistiwa dimana selalu mendapatkan
sinar matahari sepanjang tahun dan rata-rata suhu tahunannya tinggi
yang mengakibatkan banyaknya penguapan terjadi. Hal ini berakibat
pada iklim Indonesia yang tropis dan curah hujannya tinggi sehingga
mempercepat proses pelapukan batuan dan erosi yang akhirnya
berubah menjadi tanah. Faktor edafik/tanah berpengaruh terhadap
tumbuhnya tanaman. Adapun jenis tanah yang ada di Curug Semirang
ini yakni tanah Andosol dan tanah aluvial. Tanah andosol merupakan
tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil. Andosol
mempunyai sifat solum agak tebal, warna coklat kekelabuan hingga
hitam, kandungan oragniknya tinggi, tekstur geluh berdebu,
kelembapannya tinggi. Tanah andosol berasal dari bahan induk abu
atau tuf gunung api, persebarannya di daerah beriklim sedang dengan

16
curah hujan diatas 2500 mm/tahun dan umum dijumpai di daerah
lereng atas dan sekitar kerucut gunung api pada ketinggian 900 meter.
Tanah ini cocok untuk pertumbuhan tanaman karena subur. Sedangkan
disekitar curug, tanahnya yakni berjenis aluvial. Dimana tanah aluvial
ini tersebar di di daerah aliran sungai seperti di Curug Semirang ini.

C. Tipe Vegetasi di Curug Semirang


Berdasarkan hasil kunjungan kelompok ke tempat wisata daerah dataran tinggi
atau pegunungan yaitu Curug Semirang, dapat diketahui bahwa terdapat
banyak vegetasi yang berada di tempat tersebut, dan berdasarkan hasil
wawancara dengan penjaga loket di pintu masuk Wana Wisata Curug
Semirang, dapat diketahui sebagian vegetasi di daerah Curug Semirang ini
merupakan hasil penanaman orang-orang sekitar atau pengunjung yang
melakukan kegiatan konservasi, dan dapat diketahui pula tumbuhan yang
tertanam sendirinya di tempat ini adalah tumbuhan bambu dan tumbuhan
lumut. Untuk lebih jelasnya, berikut uraian tentang vegetasi di Curug
Semirang:
1. Tumbuhan Salak

(Gambar 1. Tumbuhan Salak)


Salak atau yang dikenal dengan nama latin (Salacca zalacca), merupakan
tanaman monokotil (berkeping biji tunggal) yang sifatnya merumpun. Salak
termasuk dalam tumbuhan palma yang berbentuk perdu dengan batang yang
memiliki banyak duri yang panjang.
Tanaman yang sering dijuluki snake fruit ini diduga berasal dari Malaysia,
Thailand, dan Indonesia. Tanaman salak banyak terdapat di Jawa bagian barat

17
daya dan Sumatra. Baru kemudian tanaman ini menyebar ke Mulucca, Papua
New Guinea, Filipina, kepulauan Fiji dan Queensland (Australia).
Berdasarkan penyebarannya, dapat diketahui bahwa tanaman salak ini bisa
berada di daerah Curug Semirang hal tersebut dikarenakan adanya kegiatan
konservasi yang dilakukan oleh pengunjung di tempat tersebut.

2. Tumbuhan Lumut

(Gambar 2. Tumbuhan Lumut)


Tumbuhan lumut “Bryophytes” yang berasal dari bahasa Yunani yaitu
“bryon” yang berarti “lumut” sedangkan “ phyton ” yang berarti tumbuhan
dimana yang kita ketahui bahwa setiap jenis-jenis tumbuhan lumut
mempunyai ciri-ciri yang berbeda, namun ada juga yang hampir sama.
Tumbuhan lumut ini biasanya berwarna hijau karena tumbuhan lumut
memiliki sel-sel dengan plastid yang menghasilkan klorofil a dan b. Jadi,
lumut bersifat autotrof. Tubuh lumut dapat dibedakan menjadi dua yaitu
sporofit dan gametofit, yang beradasarkan strukturnya tubuh lumut dimana
tumbuhan lumut masih berupa talus menurut anggapan ahli, tetapi ada pula
yang menganggap bahwa lumut telah berkormus atau telah memiliki akar,
batang dan daun. namun yang lebih tepatnya pada tumbuhan lumut merupakan
peralihan antara tumbuhan bertalus dengan tumbuhan berkormus. Lumut
dapat melakukan dua adaptasi yang memungkinkan tumbuh di tanah.
a. Adaptasi pertama tubuh lumut diselubungi oleh kutikula lilin sehingga
dapat mengurangi penguapan dari tubuhnya.
b. Yang kedua gamet-gametnya berkembang didalam gametangium,
sehingga zigot hasil fertilisasi berkembang dalam jaket pelindung.

18
Pada lumut belum memiliki jaringan pengangkut yaitu xylem dan floem, maka
air masuk ke tubuh lumut secara imbibisi. Setelah itu didistribusikan ke
bagian-bagian tumbuhan lumut secara defuse, daya kapilaritas dan dengan
aliran sitoplasma. Sistem pengangkut yang dimiliki tumbuhan lumut membuat
habitat tumbuhan lumut hanya dapat hidup di rawa dan tempat teduh. Lumut
memiliki tinggi kurang lebih dari 20 cm dan lumut memiliki pergiliran
keturunan (metagenesis).
Lumut berkembangbiak dengan reproduksi seksual dan aseksual. Reproduksi
tumbuhan lumut secara sekual ialah dengan peleburan antara spermatozoid
dengan ovum dalam perantaraan air. Zigot hasil dari fertilisasi akan
berkembang menjadi embrio, lalu itu sporofit diploid (2n) yang memiliki
sporangium (kotak spora) dan menghasilkan sporahomosfor. Dan sedangkan
reproduksi tumbuhan lumut secara aseksual ialah spora haploid yang
menghasilkan dalam sporangium akan tumbuh dengan menjadi protonema dan
kemudian menjadi gametofit.
Ciri-ciri tumbuhan lumut (bryophyta)
a. Merupakan bentuk peralihan antara tumbuhan yang bertalus (talofita)
dengan tumbuhan berkormus (kormofita).
b. Tumbuhan lumut berukuran tinggi rata-rata kurang lebih 1-2 cm yang
paling tinggi mencapai 20 cm.
c. Mengalami pergiliran keturunan generasi sporofit dan generasi
gametofit. Generasi sporofit ialah generasi penghasil spora sedangkan
generasi gametofit ialah generasi penghasil gamet.
d. Tumbuhan lumut berbentuk lembaran, tumbuhan kecil memiliki
bagian yang menyerupai akar atau rizoid, batang dan daun.
e. Dalam tubuh tumbuhan lumut mengandung sel-sel yang berkloroplas
(klorofil untuk fotosintesis) dan tidak memiliki jaringan pengangkut.
f. Tubuh gametofit bersifat haploid (n) yang sehari-hari kita kenal
sebagai tumbuhan lumut.
g. Pada tumbuhan lumut terdapat gametangia atau alat kelamin. Alat
kelamin jantan disebut dengan anteridium yang menghasilkan

19
spermatozoid sedangkan alat kelamin betina disebut arkegonoium
yang menghasilkan ovum.
h. Bersifat autotrof karna tumbuhan lumut sudah memiliki klorofil.
i. Tumbuhan lumut belum memiliki jaringan pengangkut xylem dan
floem.
j. Memiliki lapisan pelindung, kutikula dan gametangium.
k. Tumbuhan lumut hidup dirawa dan ditempat yang lembab.
l. Tumbuhan lumut menyerap air secara imbibisi.
m. Umumnya tumbuhan lumut berwarna hijau karna sel-selnya memiliki
kloroplas (plastida).
Berdasarkan penjelasan dan ciri-ciri tersebut, dapat diketahui bahwa
tumbuhan lumut yang berada di Curug Semirang merupakan hasil dari
kelembapan udara yang ada di tempat tersebut, hal ini dikarenakan adanya air
terjun yang ikut menjadi faktor utama udara lembab di tempat tersebut.

3. Tumbuhan Bambu

(Gambar 3. Tumbuhan Bambu)


Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di
batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh,
aur, dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan
pertumbuhan paling cepat. Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik,
dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm (24 Inchi) bahkan lebih,
tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam.
Genus dan geografi

20
Bambu diklasifikasikan ke lebih dari 10 genus dan 1450 spesies. Spesies
bambu ditemukan di berbagai lokasi iklim, dari iklim dingin pegunungan
hingga daerah tropis panas. Mereka terdapat di sepanjang Asia Timur dari 50o
Lintang Utara di Sakhalin sampai ke sebelah utara Australia, dan di bagian
barat India hingga ke Himalaya. Mereka juga terdapati di sub-Sahara Afrika,
dan di Amerika dari pertengahan Atlantik Amerika Utara hingga ke selatan ke
Argentina dan Cili, mencapai titik paling selatan Bambu pada 47o Lintang
Selatan. Benua Eropa tidak memiliki spesies bambu asli.
Baru-baru ini telah diupayakan untuk membudidayakan bambu secara
komersial di Danau Besar Afrika di Afrika Tengah bagian timur, terutama di
Rwanda. Selain itu, berbagai perusahaan di Amerika Serikat juga
menumbuhkan, memanen, dan mendistribusikan spesies bambu seperti
Phyllostachys edulis.
Terdapat dua bentuk bambu secara umum, yaitu bambu berkayu dari suku
Arundinarieae dan Bambuseae, dan bambu rerumputan dari suku Olyreae.
Analisis molekuler dari pastida menunjukkan bahwa terdapat tiga sampai lima
garis keturunan utama dari bambu.
Ekologi
Bambu adalah tanaman dengan laju pertumbuhan tertinggi di dunia,
dilaporkan dapat tumbuh 100 cm (39 in) dalam 24 jam. Namun laju
pertumbuhan ini amat ditentukan dari kondisi tanah lokal, iklim, dan jenis
spesies. Laju pertumbuhan yang paling umum adalah sekitar 3–10 cm (1,2–3,9
in) per hari. Bambu pernah tumbuh secara besar-besaran pada periode
Cretaceous, di wilayah yang kini disebut dengan Asia. Beberapa dari spesies
bambu terbesar dapat tumbuh hingga melebihi 30 m (98 ft) tingginya, dan bisa
mencapai diameter batang 15–20 cm (5,9–7,9 in). Namun spesies tertentu
hanya bisa tumbuh hingga ketinggian beberapa inci saja.
Bambu termasuk dalam keluarga rumput-rumputan, yang dapat menjadi
penjelasan mengapa bambu memiliki laju pertumbuhan yang tinggi. Hal ini
berarti bahwa ketika bambu dipanen, bambu akan tumbuh kembali dengan
cepat tanpa mengganggu ekosistem. Tidak seperti pohon, batang bambu
muncul dari permukaan dengan diameter penuh dan tumbuh hingga mencapai

21
tinggi maksimum dalam satu musim tumbuh (sekitar 3 sampai 4 bulan).
Selama beberapa bulan tersebut, setiap tunas yang muncul akan tumbuh
vertikal tanpa menumbuhkan cabang hingga usia kematangan dicapai. Lalu,
cabang tumbuh dari node dan daun muncul. Pada tahun berikutnya, dinding
batang yang mengandung pulp akan mengeras. Pada tahun ketiga, batang
semakin mengeras. Hingga tahun ke lima, jamur dapat tumbuh di bagian luar
batang dan menembus hingga ke dalam dan membusukkan batang. Hingga
tahun ke delapan (tergantung pada spesies), pertumbuhan jamur akan
menyebabkan batang bambu membusuk dan runtuh. Hal ini menunjukkan
bahwa bambu paling tepat dipanen ketika berusia antara tiga hingga tujuh
tahun. Bambu tidak akan bertambah tinggi atau membesar batangnya setelah
tahun pertama, dan bambu yang telah runtuh atau dipanen tidak akan
digantikan oleh tunas bambu baru di tempat ia pernah tumbuh.
Banyak spesies bambu tropis akan mati pada temperatur mendekati titik beku,
sementara beberapa bambu di iklim sedang mampu bertahan hingga
temperatur −29 °C (−20 °F). Beberapa bambu yang tahan dingin tersebut
mampu bertahan hingga zona 5-6 dalam kategori USDA Plant Hardiness
Zones, meski pada akhirnya mereka akan meruntuhkan daun-daunnya dan
menghentikan pertumbuhan, namun rizomanya akan selamat dan
menumbuhkan tunas bambu baru di musim semi berikutnya. Berdasarkan
penjelasan diatas dapat diketahui bahwa tumbuhan bamboo di Curug
Semirang dapat tumbuh di daerah tersebut dikarenakan pada sifatnya, laju
pertumbuhan bamboo sangat tinggi dan bamboo tersebut dapat tumbuh di
daerah tropis.

4. Tumbuhan Paku

(Gambar 4. Tumbuhan Paku)

22
Tumbuhan paku, paku-pakuan, atau pakis-pakisan adalah sekelompok
tumbuhan dengan sistem pembuluh sejati (Tracheophyta) tetapi tidak pernah
menghasilkan biji untuk reproduksi seksualnya. Alih-alih biji, kelompok
tumbuhan ini melepaskan spora sebagai alat penyebarluasan dan
perbanyakannya, menyerupai kelompok organisme seperti lumut dan fungi.
Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju
abadi dan lautan, dengan kecenderungan ditemukan tumbuh di tempat-tempat
yang tidak subur untuk pertanian. Total spesies yang diketahui sekitar 12.000,
dengan perkiraan 1.300 sampai 3000 lebih spesies di antaranya tumbuh di
kawasan Malesia (yang mencakup Indonesia).
Pengelompokan klasik anggota tumbuhan paku (Pteridophyta, dalam arti luas,
mis. menurut Haeckel (1866)) pada pengetahuan terkini dianggap bersifat
parafiletik. Dari kelompok-kelompok cabang utama tumbuhan berpembuluh,
satu kelompok yang mencakup paku kawat, kumpai, serta rane, ternyata
memisah paling awal dari kelompok lainnya. Kelompok tersebut sekarang
dimasukkan dalam divisio Lycopodiophyta. Ini menyebabkan "Pteridophyta"
sekarang memiliki dua pengertian: arti luas (sebagaimana arti klasik,
mencakup Lycopodiophyta) dan arti sempit (arti klasik minus
Lycopodiophyta). Kelompok tumbuhan paku arti sempit bersifat holofiletik
atau monofiletik, dan sekarang disebut Pteridophyta atau, untuk menghindari
kebingungan, disebut Polypodiophyta atau Monilophyta.
Fosil paku tertua berasal dari kala Devon, sekitar 360 juta tahun yang lalu
tetapi suku-suku dan jenis-jenis modern baru muncul sekitar 145 juta tahun
yang lalu, di awal kala Kapur, di saat tumbuhan berbunga sudah mendominasi
vegetasi bumi.
Pemanfaatan tumbuhan paku oleh manusia terbatas. Kebanyakan menjadi
tanaman hias, sebagian kecil dimakan, sebagai tumbuhan obat, atau bahan
baku untuk alat bantu kegiatan sehari-hari. Berdasarkan penjelasan tersebut,
tumbuhan ini terdapat di daerah Curug Semirang dikarenakan tumbuhan ini
dapat tumbuh di wilayah tropis. Apalagi didukung oleh kelembapan udara di
Curug Semirang tersebut dan sebagainya.

23
5. Tumbuhan Tapak Dara

(Gambar 5. Tumbuhan Tapak Dara)


Tapak dara adalah perdu tahunan yang berasal dari Madagaskar, namun telah
menyebar ke berbagai daerah tropika lainnya. Nama ilmiahnya Catharanthus
roseus (L.) Don. Di Indonesia tumbuhan hias pekarangan ini dikenal dengan
bermacam-macam nama, seperti di disebut sindapor (Sulawesi), kembang
tembaga (bahasa Sunda), dan kembang tapak dårå (bahasa Jawa). Orang
Malaysia mengenalnya pula sebagai kemunting cina, pokok rumput jalang,
pokok kembang sari cina, atau pokok ros pantai. Di Filipina ia dikenal sebagai
tsitsirika, di Vietnam sebagai hoa hai dang, di Cina dikenal sebagai chang
chun hua, di Inggris sebagai rose periwinkle, dan di Belanda sebagai soldaten
bloem.
Perdu kecil tahunan, berasal dari Amerika Tengah. Tumbuh baik mulai dari
dataran rendah sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut.
Tumbuhan ini menyukai tempat-tempat yang terbuka, tetapi tak menutup
kemungkinan bisa tumbuh di tempat yang agak terlindung pula. Habitus perdu
tumbuh menyamping, Tinggi tanaman bisa mencapai 0,2-1 meter. Daunnya
berbentuk bulat telur, berwarna hijau, tersusun menyirip berselingan. Panjang
daun sekitar 2-6 cm, lebar 1-3 cm, dan tangkai daunnya sangat pendek. Batang
dan daunnya mengandung lateks berwarna putih.

Bunganya aksial (muncul dari ketiak daun). Kelopak bunga kecil, berbentuk
paku. Mahkota bunga berbentuk terompet, ujungnya melebar, berwarna putih,
biru, merah jambu atau ungu tergantung kultivarnya. Buahnya berbentuk gilig

24
(silinder), ujung lancip, berambut, panjang sekitar 1,5 - 2,5 cm, dan memiliki
banyak biji.
Khasiat dari bunga dan daunnya berpotensi menjadi sumber obat untuk
leukemia dan penyakit Hodgkin. Kandungan bahan kimianya adalah
vincristine, vinblastine, reserpine, ajmalicine, dan serpentine. Kandungan
lainnya adalah catharanthine, leurosine, norharman, lochnerine,
tetrahydroalstonine, vindoline, vindolinine, akuammine, vincamine,
vinleurosin, dan vinrosidin. Berbagai alkaloid ini beracun. Tanda-tanda
keracunan tapak dara adalah demam, loyo, dan muntah-muntah dalam tempo
24 jam. Tanda-tanda yang lain adalah neuropati, kehilangan refleks tendon,
berhalusinasi, koma, dan kematian.

6. Tumbuhan Wedhusan (Bandotan)

(Gambar 6. Tumbuhan Wedhusan)


Bandotan (Ageratum conyzoides) adalah sejenis gulma pertanian anggota
suku Asteraceae. Terna semusim ini berasal dari Amerika tropis, khususnya
Brasil, akan tetapi telah lama masuk dan meliar di wilayah Nusantara. Disebut
juga sebagai babandotan atau babadotan (Sd.); wedusan (Jw.); dus-bedusan
(Md.); rumput balam (Ptk.); serta Billygoat-weed, Goatweed, Chick weed,
atau Whiteweed dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini mendapatkan namanya
karena bau yang dikeluarkannya menyerupai bau kambing.
Terna berbau keras, berbatang tegak atau berbaring, berakar pada bagian yang
menyentuh tanah, batang gilig dan berambut jarang, sering bercabang-cabang,
dengan satu atau banyak kuntum bunga majemuk yang terletak di ujung,
tinggi hingga 120 cm. Daun-daun bertangkai, 0,5–5 cm, terletak berseling atau

25
berhadapan, terutama yang letaknya di bagian bawah. Helaian daun bundar
telur hingga menyerupai belah ketupat, 2–10 × 0,5–5 cm; dengan pangkal
agak-agak seperti jantung, membulat atau meruncing; dan ujung tumpul atau
meruncing; bertepi beringgit atau bergerigi; kedua permukaannya berambut
panjang, dengan kelenjar di sisi bawah.
Bunga-bunga dengan kelamin yang sama berkumpul dalam bongkol rata-atas,
yang selanjutnya (3 bongkol atau lebih) terkumpul dalam malai rata terminal.
Bongkol 6–8 mm panjangnya, berisi 60–70 individu bunga, di ujung tangkai
yang berambut, dengan 2–3 lingkaran daun pembalut yang lonjong seperti
sudip yang meruncing. Mahkota dengan tabung sempit, putih atau ungu. Buah
kurung (achenium) bersegi-5, panjang lk. 2 mm; berambut sisik 5, putih.
Penyebaran dan ekologi dari tumbuhan ini yaitu menyebar luas di seluruh
wilayah tropika, bahkan hingga subtropika. Didatangkan ke Jawa sebelum
1860, kini gulma ini telah menyebar luas di Indonesia. Di Amerika Selatan,
tumbuhan ini malah dibudidayakan; menurut catatan sejarah, bandotan
memang didatangkan dari Meksiko.
Bandotan sering ditemukan sebagai tumbuhan pengganggu di sawah-sawah
yang mengering, ladang, pekarangan, tepi jalan, tanggul, tepi air, dan wilayah
bersemak belukar. Ditemukan hingga ketinggian 3.000 m, terna ini berbunga
sepanjang tahun dan dapat menghasilkan hingga 40.000 biji per individu
tumbuhan. Karenanya, gulma ini dirasakan cukup mengganggu di perkebunan.
Di luar Indonesia, bandotan juga dikenal sebagai gulma yang menjengkelkan
di Afrika, Asia Tenggara, Australia, serta di Amerika Serikat.
Manfaat dari tumbuhan inii yaitu : di Bogor, babadotan dikenal luas sebagai
obat luka. Caranya, dengan menumbuk bandotan dan dicampur dengan
minyak goreng, dan dipergunakan untuk obat luar saja. Menurut Heyne, daun
tumbuhan ini diremas-remas, dicampur dengan kapur, dioleskan pada luka
yang masih segar. Rebusan dari daun juga digunakan untuk obat sakit dada,
sementara ekstrak daunnya untuk obat mata yang panas. Akar yang ditumbuk
dioleskan ke badan untuk obat demam; ekstraknya dapat diminum. Daunnya
bisa dijadikan obat tetes mata, dengan jalan menumbuknya; air tumbukan
tersebut, bisa diteteskan ke mata untuk cuci mata. Cara ini umum di Pantai

26
Gading. Di sana pula, bandotan dipergunakan untuk sakit perut, penyembuhan
luka, dan untuk menyembuhkan patah tulang.
Zat yang terkandung dalam babadotan yang dilaporkan pada tahun 1987
adalah sebagai berikut: minyak esensial, alkaloid, dan kumarin. Meski
demikian, tumbuhan ini juga memiliki daya racun. Di Barat, bandotan juga
dimanfaatkan sebagai insektisida dan nematisida. Sementara, penelitian lain
menemukan bahwa bandotan dapat menyebabkan luka-luka pada hati dan
menumbuhkan tumor. Tumbuhan ini mengandung alkaloid pirolizidina.

7. Tumbuhan Pinus

(Gambar 7. Tumbuhan Pinus)

Tumbuhan Konifer merupakan tumbuhan yang mendominasi pada Bioma


Taiga yang terdapat di daerah antara subtropika dengan daerah kutub
diantaranya Skandia, Rusia, Siberia, Alaska dan kanada. Salah satu Tumbuhan
Konifer adalah pohon Pinus (Pinus merkusi). Pohon Pinus ini digolongkan ke
dalam famili Pinaceae dengan ciri daun berbentuk jarum dengan panjang,
sekitar 10-20 cm. Bentuk batang membulat, Arah tumbuh tegak lurus,
Permukaan batang retak – retak dengan rwarna kecoklatan, cabang batang
bersifatberbentuk tajuk yang semakin ke atas berbentuk seperti piramid. Akar
Pinus Tunggang dan becabang. Selainnitu tumbuhan pinus juga memiliki
bunga yang berkelamin tunggal, panjang sekitar 2-4 cm, bijnya tidak ditutupi
daging buah (Gymnopermae). Tumbuhan Pinus dimasukkan dalam tumbuhan
konifer kerena adanya runjung sebagai organ pembawa biji.
Kertas yang sering kita gunakan umumnya terbuat umumnya terbuat dari kayu
atau lebih tepatnya dari serat kayu dicampur dengan bahan-bahan kimia

27
sebagai pengisi dan penguat kertas. Kayu yang digunakan di Indonesia
umumnya jenis pinus. Di mesin pembuat kertas, serat kayu ini dicampur
dengan kayu yang berserat panjang contohnya pohon pinus. Selain untuk
membuat kertas, masih banyak manfaat lainnya dari pohon pinus. Keindahan
dan aroma pohon pinus sangat menyegarkan. Aroma pinus juga digunakan
untuk terapi. Namun ternyata, pohon pinus masih menyimpan manfaat lain
untuk kesehatan seperti, flavonoid dan vitamin C, mengurangi stress,
sembuhkan bronchitis.

8. Tumbuhan Aren

(Gambar 8. Tumbuhan Aren)


Aren (Arenga pinnata) termasuk suku Arecaceae (pinang-pinangan),
merupakan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae). Tanaman aren bisa
dijumpai mulai dari pantai barat India, sampai ke sebelah selatan Cina dan
kepulauan Guam. Habitat aren juga banyak terdapat di Filipina, Malaysia,
Dataran Assam di India, Laos, Kamboja, Vietnam, Birma (Myanmar),
Srilanka, dan Thailand (Lutony, 1993). Di Indonesia, tanaman aren banyak
terdapat dan tersebar di seluruh wilayah nusantara, khususnya di daerah-
daerah perbukitan yang lembab.
Enau atau aren (Arenga pinnata) adalah palma yang terpenting setelah kelapa
(nyiur) karena merupakan tanaman serba guna. Tumbuhan ini dikenal dengan
pelbagai nama seperti nau, hanau, peluluk, biluluk, kabung, juk atau ijuk
(aneka nama lokal di Sumatra dan Semenanjung Malaya); kawung, taren
(Sunda); akol, akel, akere, inru, indu (bahasa-bahasa di Sulawesi); moka,
moke, tuwa, tuwak (di Nusa Tenggara), dan lain-lain.

28
Bangsa Belanda mengenalnya sebagai aren palm atau zuikerpalm dan bangsa
Jerman menyebutnya zucker palme. Dalam bahasa Inggris disebut sugar palm
atau Gomuti palm.
Tanaman aren merupakan tumbuhan berakar serabut atau monokotil. Palma
yang besar dan tinggi ini, dapat mencapai 25 m. Aren merupakan model
corner (pohon monokaul dengan pembungaan lateral, karena posisi bunganya
lateral, maka meristem apikalnya tumbuh terus dengan batang yang tak
bercabang). Berdiameter hingga 65 cm, batang pokoknya kukuh dan pada
bagian atas diselimuti oleh serabut berwarna hitam yang dikenal sebagai ijuk,
injuk, juk atau duk. Ijuk sebenarnya adalah bagian dari pelepah daun yang
menyelubungi batang. Daunnya majemuk menyirip ganjil, seperti daun
kelapa, panjang hingga 5 m dengan tangkai daun hingga 1,5 m. Anak daun
seperti pita bergelombang, hingga 7 x 145 cm, berwarna hijau gelap di atas
dan keputih-putihan oleh karena lapisan lilin di sisi bawahnya.
Daun tanaman aren pada tanaman bibit (sampai umur 3 tahun), bentuk
daunnya belum menyirip (berbentuk kipas). Sedangkan daun tanaman aren
yang sudah dewasa dan tua bersirip ganjil. Pohon, tegak, hijau kecoklatan.
Berupa roset batang, berpelepah, anak daun bentuk lanset, menyirip, pangkal
membulat, ujung runcing, tepi rata, tangkai pendek, hijau muda-tua.
Berdasarkan urutan perkembangan anak daunnya, daun aren termasuk tipe
divergen. Berkelamin tunggal, bentuk tongkol, diketiak daun : bunga jantan
dan betina menyatu pada tongkol, daun kelopak tiga, bulat telur, benang sari
banyak, kepala sari bentuk jarum, bunga betina bulat, bakal buah tiga, putik
tiga, putih, mahkota berbagi tiga, kuning keputih-putihan.
Perbungaan berumah satu, tumbuh di antara ketiak daun, merunduk kadang-
kadang lebih dari 2 m panjangnya, bunga betina ada di ujung dan bunga jantan
tumbuh di bagian bawah batangnya. ; panjang tongkol hingga 2,5 m. Buahnya
merupakan buah buni bentuk bulat peluru, dengan diameter sekitar 4 cm,
beruang tiga dan berbiji tiga, tersusun dalam untaian seperti rantai. Setiap
tandan mempunyai 10 tangkai atau lebih, dan setiap tangkai memiliki lebih
kurang 50 butir buah berwarna hijau sampai coklat kekuningan. Buah ini tidak
dapat dimakan langsung karena getahnya sangat gatal. Buah aren (dinamai

29
beluluk, caruluk dan lain-lain) memiliki 2 atau 3 butir inti biji (endosperma)
yang berwarna putih tersalut batok tipis yang keras. Buah yang muda intinya
masih lunak dan agak bening. Buah muda dibakar atau direbus untuk
mengeluarkan intinya, dan kemudian inti-inti biji itu direndam dalam air kapur
beberapa hari untuk menghilangkan getahnya yang gatal dan beracun. Inti biji
yang telah diolah itu, diperdagangkan di pasar sebagai buah atep (buah atap)
atau kolang-kaling. Berdasarkan perkembangan dan posisi kotiledon pada saat
perkecambahan, maka perkembangan biji aren merupakan tipe hipogeal
(dalam perkecambahan kotiledon tetap berada di dalam tanah, hipokotilnya
aktif bertambah panjang, sedangkan hipokotilnya pendek).
Buah aren terbentuk setelah terjadi penyerbukan dengan perantaraan angina
atau serangga. Buah aren berbentuk bulat, berdiameter 2-3 cm, di dalamnya
berisi biji 3 buah. Bagian dari buah aren terdiri dari :
1. Kulit luar, halus berwarna hijau pada waktu masih muda, dan menjadi
kuning setelah tua (masak).
2. Daging buah, berwarna putih kekuning-kuningan.
3. Kulit biji, berwarna kuning dan tipis pada waktu masih muda, dan
berwarna hitan yang keras setelah buah masak. Endosperm, berbentuk
lonjong agak pipih berwarna putih agak bening dan lunak pada waktu
buah masih muda; dan berwarna putih, padat atau agak keras pada waktu
buah sudah masak.
4. Daging buah aren yang masih muda mengandung lendir yang sangat gatal
jika mengenai kulit, karena lendir ini mengandung asam oksalat
(H2C2O4). Tiap untaian buah panjangnya mencapai 1,5-1,8 m, dan tiap
tongkol (tandan buah) terdapat 40-50 untaian buah. Tiap tandan terdapat
banyak buah, beratnya mencapai 1-2,5 kuintal. Buah yang setengah masak
dapat dibuat kolang kaling. Pada satu pohon aren sering didapati 2-5
tandan buah yang tumbuhnya agak serempak.
5. Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang
khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung),
berkapur, berpasir. Tetapi tanaman ini tidak tahan pada tanah yang kadar
asamnya terlalu tinggi (pH tanah terlalu asam). Aren berkembang biak

30
dengan cara generatif (yaitu terjadinya peleburan sel sperma dan sel telur,
dari bunga akan menjadi biji dan buah. Di dalam biji terdapat embrio atau
calon individu baru yang merupakan hasil peleburan sel sperma dan sel
telur. Karena terjadi pristiwa polinasi sehingga terbentuk buah dan biji).
Aren dapat dikembang biakkan secara generatif yaitu melalui bijinya.

D. Usaha Pelestarian/Konservasi Tumbuhan oleh Masyarakat


Upaya-uapaya pelestarian sumber daya alam hayati dapat dilakukan dengan
pelestarian atau konservasi sumber daya alam hayati yang meliputi:

1) Mengatur, mengawasi, dan mengendalikan penebangan hutan.


Berdasarkan informasi yang kami dapat di lokasi Curug Semirang tidak
ada kegiatan penebangan pohon secara liar baik yang dilakukan
masyarakat sekitar maupun masyarakat lainnya.Masyarakat sudah sadar
akan dampak yang ditimbulkan jika merusak ataupun memanfaatkan
pohon dengan cara ditebang akan memunculkan bencana bagi daerah
sekitarnya seperti bencana tanah longsor, banjir bandang dan merusak
ekosistem. Jika ada penebangan hutan hendaknya dilakukan dengan sistem
tebang pilih dengan cara memilih tanaman yang jika ditebang tidak sangat
berpengaruh terhadap ekosistem.
2) Mencegah terjadinya pembukaan lahan.
Pembukaan lahan baru dapat dilakukan dengan cara menebang pohon,
membakar hutan dan cara lainnya, hal ini jelas sangat merusak lingkungan
sekitarnya dan berpengaruh terhadap ekosistem yang ada dihutan.
Kesadaran masyarakat diperlukan untuk mencegah terjadinya pembukaan
lahan dengan cara yang tidak sesuai dengan konservasi lahan.
3) Melakukan penghijauan dan reboisasi.
Kegiatan Reboisasi sering dilakukan masyarakat sekitar dengan cara yang
paling sederhana yaitu menanam pohon ditebing yang rawan longsor, hal
itu dapat dilihat disepanjang jalan saat kita melakukan perjalanan menuju
air terjun. Reboisasi dimaksudkan agar terjadi peremajaan tanaman untuk
mempertahankan dan meningkatkan hasil dengan mempersiapkan tanaman
pengganti serta mengurangi resiko bencana tanah longsor.

31
4) Mengendalikan pemburuan liar di hutan
Perburuan liar akan berdampak pada kepunahan flora maupun fauna yang
ada di Curug Semirang, perburuan liar sudah jelas dilarang oleh
masyarakat sekitar dengan bukti adanya tulisan dipintu masuk lokasi
wisata curug semirang.
5) Mengadakan reservasi hutan.
Reservasi adalah membiarkan dan tidak boleh mengganggu kelestarian
flora dan fauna yang ada di dalamnya, dengan menjadikan kawasan hutan
sebagai cagar alam atau suaka margasatwa. Menurut informasi dari
penjaga wisata Curug semirang bahwa disekitar lokasi juga ada hutan
lindung yang dikelola guna menjaga habitat dari fauna dan flora yang ada,
beberapa hewan yang ada di hutan lindung antara lain : Harimau, Rusa,
Babi, Tupai, Burung dan flora atupun fauna lainnya.
6) Mengadakan preservasi hutan.
Preservasi adalah melestarikan hutan dengan tujuan untuk diambil
manfaatnya guna kesejahteraan manusia. Untuk kegiatan preservasi
masyarakat hanya memanfaatkan hasil buah maupun sayuran untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
7) Perawatan dan pemeliharaan lokasi wisata Curug Seirang
Masyarakat sekitar lokasi wisata sangat baik dalam perawatan dan
pemeliharaan dengan cara menyediakan tempat sampah dan kamar kecil
(WC) dibeberapa titik menuju air terjun hal ini dilakukan guna menjaga
lingkungan tetap bersih dan nyaman.

32
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Biogeografi merupakan salah satu cabang Geografi. Biogeografi merupakan
kombinasi dari kata “Bios” dan “Geografi”. Bios berarti hidup atau makhluk
hidup, sedangkan Geografi merupakan studi dan deskripsi perbedaan-
perbedaan dan agihan fenomena di bumi, yang mana mencakup semua yang
mengubah dan mempengaruhi permukaan bumi, termasuk sifat-sifat fisiknya,
iklim dan hasil-hasil, baik yang bersifat hidup atau tidak. Faktor-faktor
lingkungan yang berpengaruh diantaranya adalah letak lintang, topografi,
iklim, edafik, manusia/biotik. Tipe vegetasi dibedakan berdasarkan karakter
floristik tertentu, misalnya asosiasi spesies-spesies yang dominan, atau
karakter lingkungan seperti jenis tanah dan iklim.
Air Terjun Semirang atau yang biasa dikenal dengan Curug Semirang
merupakan salah satu wana wisata alam yang ada di Kabupaten Semarang.
Secara administratif, Curug Semirang terletak di Dusun Gintungan, Desa
Gogik, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang dimana berada di
lereng Gunung Ungaran bagian utara. Tipe – tipe vegetasi di Curug Semirang
antara lain tumbuhan salak, lumut, bambu, tumbbuhan paku, tapal kuda,
wedhosan (bandotan), pinus, dan aren. Upaya pelestarian telah dilakukan oleh
masyarakat sekitar sehingga tumbuhan dapat hidup dengan baik.
B. Saran
Secara keseluruhan pelestarian vegetasi di Curug Semirang sudah baik dengan
terdapatnya banyak tipe tipe vegetasi seperti salak, lumut, bambu, tumbuhan
paku, tapal kuda, wedhosan, pinus dan aren seta di tumbuhi banyak rumput.
Pengelolaan tempat wisata ini maih kurang, lahan parkir yang sempit
ditambah dengan informasi mengenai keberadaan curug Semirang ini kurang
terdengar di masyarakat yang lebih luas. Apabila dilakukan promosi yang
menarik melalui media sosial ada media lain maka curug Semirang akan lebih
ramai pengunjung, penambahan tempat sampah di sepanjang jalan menuju
curug dirasa perlu agar ketertiban dalam membuang sampah lebih baik dan
konservasi lingkungan dapat tercapai.

33
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Biogeografi Adalah Pengertian dan Definisi.


https://www.kamusq.com/2012/11/biogeografi-adalah-pengertian-
dan.html (diakses pada hari Minggu, 31 Maret 2019 pukul 10.26 WIB)

Anonim. 2017. Bandotan. https://id.wikipedia.org/wiki/Bandotan (diakses pada


hari Rabu, 3 April 2019 pukul 14.31 WIB)

Anonim. 2019. Bambu. https://id.wikipedia.org/wiki/Bambu (diakses pada hari


Rabu, 3 April 2019 pukul 14.11 WIB)

Anonim. 2019. Tumbuhan Paku. https://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_paku


(diakses pada hari Selasa, 2 April 2019 pukul 17.30 WIB)

Rachmawati, Suri Nur. 2018. 4 Faktor yang Mempengaruhi Persebaran Flora


dan Fauna. https://ilmugeografi.com/biogeografi/faktor-yang-
mempengaruhi-persebaran-flora-dan-fauna (diakses pada hari Selasa, 2
April 2019 pukul 09.35 WIB)

Sakti, Zein. 2016. Cara Menjaga Kelestarian Sumber Daya Hayati dan
Nonhayati. https://www.awalilmu.com/2016/12/cara-menjaga-
kelestarian-sumber-daya-alam-hayati-dan-nonhayati.html (diakses pada
hari Selasa, 2 April 2019 pukul 10.12 WIB)

Sakti, Zein. 2018. 8 Jenis Vegetasi Alam atau Bioma Menurut Iklim.
https://www.awalilmu.com/2018/06/8-jenis-vegetasi-alam-atau-bioma-
menurut-iklim.html (diakses pada hari Rabu 3, April 2019 pukul 10.47
WIB)

Setiawan, Samhis. 2019. Ciri-Ciri Tumbuhan Lumut (Bryophyta) Beserta


Penjelasannya. https://www.gurupendidikan.co.id/ciri-ciri-tumbuhan-
lumut-bryophyta-beserta-penjelasannya/ (diakses pada hari Kamis, 4
April 2019 pukul 11.10 WIB )

Suharini, Erni dan Abraham Palangan. 2011. Biogeografi. Semarang: Widya


Karya.

Vingga. 2019. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Salak.


https://www.sedulurtani.com/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-salak/
(diakses pada hari Minggu, 31 Maret 2019 pukul 09.33 WIB)

34

Anda mungkin juga menyukai