Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GEOGRAFI

GEOGRAFI TANAH



Kelas : X-IIS 3
M. Rizaldy Yusuf (Ketua)
Sekar Vavirya A. (Sekretaris)
Sheny Nur Medina M.
M. Amirul Pasha
M. Azhar
Linda H.


SMA Negeri 14 Kota Bandung

KATA PENGANTAR


Puji syukur pada Allah SWT, karena berkat rahmatnya kami dapat menyelesaikan karya
tulis berupa makalah yang membahas tentang Geografi Tanah. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi tugas mata pelajaran Geografi. Penyusunan makalah ini dapat diselesaikan atas
bantuan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami sampaikan terima kasih dengan tulus
hati kepada Bapak/Ibu Guru, orang tua serta teman-teman tercinta yang telah mendukung dan
membantu penyusunan makalah ini sehingga dapat selesai pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah semata.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat memberikan informasi serta memperluas
wawasan pengetahuan untuk masyarakat luas dan khususnya bisa menjadi bahan pembelajaran
bagi kita semua.



















Bandung, 24 Oktober 2014


Penulis

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Geografi Tanah
2.2 Ruang Lingkup Geografi Tanah
2.3 Fungsi Geografi Tanah


BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran













BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Geografi tanah adalah ilmu yang mempelajari proses terjadinya tanah, persoalan
tanah, dan penyebaran tanah di permukaan bumi. Menurut Notohadiprawiro
Supranowo, geografi tanah mempelajari sebaran jenis tanah di muka daratan dan faktor
yang menentukan sebaran teresbut. Secara sederhana dapat dinyatakan sebagai ilmu
tanah yang dikaji dari sudut pandang geografi. Kata geografi dalam geografi tanah
merupakan konteks sistem atau metode telaah, bukan konotasi ilmu. Menurut
Sartohadi dkk., geografi tanah merupakan cabang ilmu geografi yang mengkaji
persebaran satuan-satuan tanah di permukaan bumi, sifat, dan karakteristik satuan-
satuan tanah yang menyelimuti permukaan bumi, dan pemanfaatan tanah untuk
kehidupan.
Sebaran tanah yang membentuk hamparan di muka daratan disebut pedosfer.
Setiap wilayah memiliki mosaik tanah tersendiri karena keragaman faktor penentunya.
Hamparan tanah di muka daratan mencitrakan bentangtanah yang menjadi salah satu
elemen bentanglahan. Mosaik tanah sebagai fakta kewilayahan dapat diungkap lewat
peta tanah. Peta tanah memuat informasi mengenai nama-nama satuan tanah melalui
sistem klasifikasi tertentu secara konsisten mulai dari skala global hingga detail.
Untuk mengetahui sebaran tanah di muka bumi perlu dipahami terlebih dulu
definisi tanah dan faktor pembentuk tanah. Tanah adalah tubuh alam (natural body)
yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural
forces) berupa kombinasi dari iklim dan jasad hidup terhadap bahan-bahan alam
(natural material) yang terletak dan dikendalikan relief di permukaan bumi dalam
rentang waktu tertentu.
Tanah terbentuk oleh kerja beberapa faktor alam yaitu iklim, jasad hidup
meliputi vegetasi organime manusia, relief (topografi), bahan induk, dan waktu. Faktor-
faktor pembentuk tanah dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor pasif, meliputi
sumber massa pembentuk tanah dan kondisi-kondisi yang mempengaruhinya, terdiri
dari bahan induk, relief dan waktu. Berikutnya faktor-faktor aktif, yang meliputi media

yang menyediakan energi yang bekerja diatas massa untuk menyelenggarakan proses-
proses pembentukan tanah yang terdiri dari iklim dan jasad hidup.
Setiap wilayah di muka bumi akan memiliki karakteristik masing-masing faktor
pembentuk tanah tersebut secara bervariasi. Variasi ini diidentifikasi lewat survei tanah
dengan pendekatan geografi yang menekankan pada kajian fisiografi atau bentuklahan.
Bentuklahan merupakan kenampakan permukaan bumi yang terjadi akibat genesis
tertentu, sehingga menimbulkan bentuk khas yang dicirikan oleh sifat fisik material
akibat proses alami yang dominan, dan dalam perkembangannya dapat dikaitkan
dengan struktur tertentu.
Salah satu maksud pendekatan ini adalah untuk penentuan lokasi guna mengkaji
tanah secara spesifik. Perbedaan lokasi fisiografi atau bentuklahan akan menghasilkan
karakteristik tanah yang berbeda. Kajian spesifik tanah merupakan kegiatan pemerian
(deskripsi) tanah yang didasarkan pada profil lapukan atau dikenal sebagai profil tanah.
Deskripsi profil tanah merupakan dasar untuk klasifikasi tanah dan pekerjaan terapan
pemanfaatan tanah lainnya. Hal yang dikaji di setiap lapisan horison tanah adalah sifat
fisik, kimia, dan biologi agregat tanah.
Dapat dinyatakan bahwa geografi tanah mengkaji sebaran tanah secara
horisontal berdasarkan pada bentanglahan, dengan menggunakan dasar kerja ilmu
tanah yang mengkaji tanah secara vertikal berdasarkan sifat material tanah.
Karakteristik tanah secara horisontal dapat tersebar bersesuaian dengan bentuklahan
atau fisiografinya. Konsep banjar topografi ini merupakan salah satu aspek yang sering
dikaji dalam geografi tanah untuk dapat memahami sebaran atau distribusi tanah di
permukaan bumi.


1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan geografi tanah?
2. Apa saja ruang lingkup dari geografi tanah?
3. Apa saja fungsi geografi tanah?

1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan yang hendak dicapai dari penulisan makalah ini yaitu agar siswa mampu
mengetahui :
1. Apa yang dimaksud dengan geografi tanah
2. Ruang lingkup geografi tanah
3. Fungsi dari geografi tanah


1.4 MANFAAT PENULISAN
1. Siswa dapat memahami geografi tanah secara khusus dan mendalam
2. Siswa dapat memahami tanah sebagai ilmu penunjang geografi






















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN GEOGRAFI TANAH
Geografi tanah mempelajari tentang agihan (penyebaran) jenis tanah di muka bumi dan
faktor-faktor yang menentukan agihannya, yang dipelajari mencakup sifat-sifat tanah, genesa
tanah, klasifikasi tanah, agihan, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kata 'Geografi' dalam istilah geografi tanah digunakan untuk memberikan konteks pada
sistem atau metode telaah, tidak memgkonotasikan sebagai ilmu. Geografi tanah adalah ilmu
tanah yang menelaah tanah menurut sudut pandang geografi.
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai
kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau
nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana serta unsur-unsur esensial seperti: N, P, K,
Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl), dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme)
yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh,
proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah
untuk menghasilkan biomassa dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan,
industri perkebunan, maupun kehutanan. Jadi, geografi tanah merupakan salah satu cabang
dari ilmu geografi yang mempelajari penyebaran jenis-jenis tanah secara geografis dan
dikaitkan pula dengan faktor-faktor pembentuk tanahnya.
PENGERTIAN TANAH MENURUT PARA AHLI
J.J. Berzelius (Swedia, 1803), tanah adalah sebagai laboratorium kimia tempat proses
dekomposisi dan reaksi kimia yang berlangsung secara tersembunyi.
Justus Von Liebig (Jerman, 1840), mengajukan teori keseimbangan hara tanaman
(theory balanchesheet of plan naturation), yang menganggap tanah sebagai tabung
reaksi dimana dapat di ketahui jumlah dan jenis hara tanamannya.
Fiedrich Fallon (1855), tanah adalah lapisan bumi teratas yang terbentuk dari batu-
batuan yang telah lapuk.

A.S. Thaer (1909) tanah adalah bahan-bahan yang remah dan lepas-lepas yang
merupakan akumulasi dan campuran berbagai bahan terutama terdiri atas unsur-unsur
Si, Al, Ca, Mg, Fe dan unsur-unsur lainnya.
Thornbury (1957), tanah sebagai bagian dari permukaan bumi yang ditandai oleh
lapisan yang sejajar dengan permukaaan bumi, sebagai hasil modifikasi oleh proses-
proses fisik, kimiawi, maupun biologis yang bekerja di bawah kondisi yang bermacam-
macam dan bekerja selama periode tertentu.
Dokuchaiev (Rusia, 1855), tanah adalah bentukan-bentukan mineral dan organik
dipermukaan bumi, yang sedikit banyak selalu diwarnai oleh humus, sebagai hasil
kegiatan kombinasi bahan-bahan seperti jasad-jasad baik yang hidup maupun yang mati,
bahan induk dan relief.
C.F. Marbut (Rusia, 1914), tanah sebagai lapisan luar kulit bumi yang biasanya bersifat
tidak padu (unconsolidated), gembur mempunyai sifat tertentu yang berbeda dengan
bahan di bawahnya dalam hal warna, struktur, sifat-sifat fisik, susunan kimiawi, proses-
proses kimia, sifat biologi dan morfologinya.
Schroeder (1984), tanah adalah hasil pengalihragaman (transformation) bahan mineral
dan organik yang berlangsung di muka daratan bumi di bawah pengaruh faktor-faktor
lingkungan yang bekerja selama waktu sangat panjang, dan maujud sebagai suatu tubuh
dengan organisasi dan morfologi tertakrifkan (definable).
SSM-USDA (1989), tanah diartikan sebagai kumpulan tubuh-tubuh alam dipermukaan
bumi yang dibeberapa tempat diubah atau dibuat oleh orang menjadi bentuk-bentuk
tertentu, yang mengandung mahkluk hidup dan menopang atau mampu untuk tumbuh
tanaman secara alami.
Humphry Davy (Inggris, 1913), tanah adalah sebagai laboratorium alam yang
menyediakan unsur hara bagi tanaman.
Romman (Jerman, 1917) tanah adalah sebagai bahan batuan yang sudah di rombak
menjadi partikel-partikel kecil yang telah berubah secara kimiawi bersama-sama dengan
sisa-sisa tumbuhan hewan yang hidup di dalam dan di atasnya.
Wenner (1918), tanah adalah hitam tipis yang menutupi bahan padat kering, terdiri atas
partikel-partikel kecil yang remah dan sisa-sisa vegetasi dan hewan tanah adalah
medium bagi tanaman.
Alfred Mistscherlich (1920), tanah adalah campuran bahan padat berupa partikel-
partikel kecil air dan udara yang mengandung hara dan dapat menumbuhkan tumbuh-
tumbuhan.
Jacob S. Joffe (1949), tanah merupakan benda alam yang tersusun oleh horison-horison
yang terdiri dari bahan-bahan kimia mineral dan bahan organik, biasanya tidak padu
dan mempunyai tebal yang dapat dibedakan dalam hal morfologi fisik, kimia dan
biologinya.

E. Saifudin Sarief (1986) tanah adalah benda alami yang terdapat di permukaan bumi
yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan
organik (pelapukkan sisa tumbuhan dan hewan), yang merupakan medium pertubuhan
tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor
alami, iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu
pembentukan.
M. Isa Darmawijaya, tanah merupakan akumulasi alam bebas yang menduduki
sebagian planet bumi yang mampu menumbuhkan tumbuhan dan memiliki sifat sebagai
akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induknya dalam
keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu.
James (1995), tanah adalah salah satu sistem bumi, yang bersama dengan sistem bumi
lainya, yaitu cair alami dan atmosfer, menjadi inti fungsi, perubahan, dan kemantapan
ekosistem.
Marbun (1984), tanah (soil) adalah lapisan kulit bumi yang tipis paling atas dipermukaan
bumi.
Aristoteles (384-322 SM), tanah berdasarkan pada empat bentuk dasar yang berasal
dari suatu bahan tak berwujud yang sama dan kemudian dibentuk menjadi bentukan
tertentu melalui kejadian khusus.
Cato (234-149 SM), tanah sebagai medium kegiatan pertanian dan
mengklasifikasikannya berdasar kesesuaikan untuk pertanian dan potensi keproduktifan
kuantitatifnya.
Berzelius (1803), tanah sebagai laboratorium kimia alami, tempat terjadinya berbagai
kegiatan peruraian kimiawi dan reaksi-reaksi pembentukannya.
King (1902), tanah sebagai suatu gambaran kehidupan dan energi dan secara agronomis
tanah merupakan gudang air dan hara, sebagai laboratorium dan sebagai alat pemindah
panas matahari sehingga dapat digunakan menunjang kegiatan di dalam sistem tanah.
Fallou (1794-1877), tanah sebagai batuan asli yang lebih kurang terpecah dan terurai,
berbeda dan terpisah dari batuan asli, padat, tidak terusik, dengan campuran bahan
organik.






2.2 RUANG LINGKUP GEOGRAFI TANAH

Ruang lingkup yang dipelajari dalam geografi tanah, meliputi :
a. Fisika Tanah
Fisika tanah adalah cabang dari ilmu geografi tanah yang membahas sifat-sifat fisik
tanah, pengukuran dan prediksi serta kontrol (pengaturan) proses fisika yang terjadi dalam
tanah, karena pengertian fisika meliputi materi dan energi, maka fisika tanah membahas pula
status dan pergerakan material serta aliran dan transformasi energi dalam tanah.
Tujuan fisika tanah dapat dilihat dari 2 sisi:
1. Dalam satu sisi, tujuan kajian fisika tanah adalah untuk memberikan pemahaman dasar
tentang mekanisme pengaturan perilaku (fisika dan kimiawi) tanah, serta perannya dalam
biosfer, termasuk proses saling hubungan dalam pertukaran energi di dalam tanah, serta siklus
air dan material yang dapat diangkutnya.
2. Pada sisi lainnya, pemahaman fisika tanah dapat digunakan sebagai asas untuk manajemen
sumberdaya tanah dan air, termasuk kegiatan irigasi, drainase, konservasi tanah dan air,
pengolahan tanah dan konstruksi.
Oleh karena itu fisika tanah dapat dipandang sebagai ilmu dasar sekaligus terapan
dengan melibatkan berbagai cabang ilmu yang lain termasuk ilmu tanah, hidrologi,
klimatolologi, ekologi, geologi, sedimentologi, botani dan agronomi. Fisika tanah juga erat
kaitannya dengan mekanika tanah, dinamika tanah dan teknik sipil.
Area penelitian fisika tanah dapat mencakup:
1. Pengukuran dan kuantifikasi sifat fisik tanah di lapangan.
2. Transportasi materi dan energi (berupa air, udara, panas) di dalam tanah.
3. Manajemen air untuk irigasi.
b. Kimia Tanah
Tanah merupakan tubuh alam yang bebas yang tersusun oleh komponen organik
maupun anorganik. Diseluruh permukaan bumi terdapat beraneka macam tanah mulai dari
yang paling gersang sampai yang paling subur. Mulai dari warna yang paling gelap hingga yang

warna cerah. Keanekaragaman tanah itu memiliki sifat dan kandungan yang berbeda dalam
komponennya. Antara lain sifat kimia yang merupakan komponen inti dalam tanah.
Tanah satu dengan yang lain memiliki perbedaan sifat kimia yang tentunya
mempengaruhi tingkat kesuburan dalam tanah tersebut. Kesuburan itu sendiri pada akhirnya
erat kaitannya dengan pertumbuhan suatu tanaman. Untuk mempermudah mengkaji dan
menganalisis keadaan itu maka diperlukan kemampuan untuk mengenal beragam komponen
kimia dalam masing-masing jenis tanah.
Semenjak pertanian berkembang, konsep tanah yang paling penting adalah konsep
sebagai media alami bagi pertumbuhan tanaman. Sebagai konsep itu, tanah sendiri memiliki
jenis dan sifat yang berbeda. Adapun jenis tanah itu antara lain : Regosol, Andisol, Vertisol,
Latosol, dan masih banyak lagi. Disetiap tanah itu terkandung unsur kimia tertentu dan fase-
fase reaksi kimia tertentu. Hal ini berpengaruh untuk kesuburan tanah, kembali pada konsep
bahwa tanah sebagai media alami pertumbuhan tanaman.
Kenyataan pada saat ini, kadang pertanian belum mampu mengkaji hal-hal yang erat
kaitannya dengan kimia tanah. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan wawasan
mengenai kimia dalam pertanian. Padahal ini cukup berperan penting dalam menopang
produksi pertanian. Maka dari itu, pengetahuan mengenai kimia tanah sangat diperlukan dalam
bidang pertanian, khususnya ditujukan kepada para petani yang memegang peranan langsung
di lapangan.
Kimia tanah merupakan sarana untuk mempelajari mengenai beragam ilmu mengenai
kimia tanah. Sehingga pada nantinya mendapatkan bekal pengetahuan dan wawasan mengenai
kimia tanah dalam bidang pertanian, baik itu pengetahuan dan wawasan mengenai kimia tanah
dalam bidang pertanian, baik itu mengenai unsur, fase reaksi, atau beragam hal yang erat
kaitan dengan kimia tanah yang menopang untuk usaha pertanian kedepannya.
Adapun sifat fisik dan kimia tanah regosol, vertisol, latosol, dan andisol meliputi:
1. Regosol
Regosol adalah tanah yang belum banyak mengalami perkembangan profilnya. Oleh
karena itu tebal solum tanahnya biasanya tidak melebihi 25 cm. Mengandung bahan yang
belum atau masih mengalami pelapukan. Tanah ini berwarna kelabu, coklat, atau coklat
kekuningan. Tekstur tanah biasanya kasar, yaitu pasir hingga lempung berdebu, struktur remah,
konsistensi tanah lepas sampai gembur dan pH 6-7. Makin tua tanah maka semakin padat
konsistensinya.

Umumya regosol belum membentuk agregat, sehingga peka terhadap erosi. Biasanya
cukup mengandung unsur P dan K yang masih segar dan belum siap untuk diserap tanaman,
tetapi kekurangan unsur N. (Dharmawijaya, 1992)
2. Vertisol
Tanah ini bertekstur liat yang berwarna kelam yang bersifat fisik berat. Tanah ini
memiliki lapisan solum tanah yang agak dalam atau tebal, yaitu antara 100-200 cm, berwarna
kelabu sampai hitam, sedangkan tekstur lempung bersifat liat. Struktur tanah keras, dilapisan
atas sering berbentuk seperti bunga kubis, dan lapisan bawah gumpal dengan konsistensi teguh
atau keras jika kering. Tidak terdapat horizon illuvial ataupun elluvial. Tanah ini kaya akan kapur
dan pH tanahnya agak alkalis. Sifat tanah vertisol yang dijadikan tanah pertanian adalah tanah
dengan kadar asam fosfat rendah, vertisol muda berbahan napal sehingga kaya akan fosfat.
3. Latosol
Tanah ini memiliki lapisan solum yang tebal sampai sangat tebal, yaitu dari 30 cm
sampai 5 meter bahkan lebih. Memiliki batas horizon yang tidak jelas. Latosol meliputi tanah
yang melakukan pelapukan yang intensif dan perkembangan tanah yang lebih lanjut. Keadaan
ini menyebabkan pelindian unsur basa, bahan organik, dan silica dengan meninggalkan
sesquoksida sebagai sisa berwarna merah. Umumnya kandungan unsur hara dari rendah
sampai sedang. Tekstur tanah liat, struktur remah dan konsisitensi gembur. Daya menahan air
cukup baik sehingga tidak rentan terhadap erosi. Reaksi pH berkisar antara 4,5-6,5. Kapasitas
pertukaran katiion rendah.
4. Andisol
Tanah andisol adalah tanah yang berwarna hitam kelam, kelabu sampai coklat tua.
Memiliki ketebalan solum yaitu 100-225 cm. Tekstur tanah ini adalah debu, lempung berdebu
sampai lempung. Sedangkan struktur rema, konsisitensi gembur. Mengandung bahan organic
yang tinggi. Terdapat alofan yang menyebabkan KPK dalam tanah tinggi. Reaksi tanah cukup
baik, berkisar dari pH 5-7, asam sampai netral.






c. Klasifikasi tanah
Adapun 10 klasifikasi ordo tanah menurut Hardjowigeno (1992) adalah sebagai berikut:
1. Alfisol
Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan
liat di horison bawah (terdapat horison argilik) dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu
lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison
bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air.
Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning,
Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.
2. Aridisol
Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai
kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-kadang dengan
horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil.
3. Entisol
Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda
yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain kecuali
epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem
klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol.
4. Histosol
Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah
bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40
cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah
termasuk tanah Organik atau Organosol.
5. Inceptisol
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang
daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya
mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari
tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial,
Andosol, Regosol, Gleihumus, dan lain-lain.


6. Mollisol
Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari
18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa
lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal
dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk
tanah Chernozem, Brunizem, Rendzina, dan lain-lain.
7. Oxisol
Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk
tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK)
rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida
Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak
jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah &
Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.
8. Spodosol
Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi
penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat
horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem klasifikasi
lama adalah termasuk tanah Podzol.
9. Ultisol
Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat
di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan
tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik
Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.
10. Vertisol
Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi
(lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering
tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan
lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau
Margalit.



d. Survei tanah
Survei tanah adalah metode atau cara mengumpulkan data dengan turun langsung
kelapangan. Data yang diperoleh berupa data fisik, kimia, biologi, lingkungan, dan iklim.
Kegiatan survei terdiri dari kegiatan dilapangan, analisis di laboratorium, mengklasifikasikan
tanah kedalam sistem taksonomi atau sistem klasifikasi tanah, melakukan pemetaan tanah atau
interpretasi atau penafsiran dari survei tanah dan ahli teknologi pertanian (Abdullah, 1996).
Survei tanah memisahkan jenis-jenis tanah dan melukiskannya dalam suatu peta disertai
uraiannya. Klasifikasi dan survei tanah merupakan dwi tunggal yang saling memberi manfaat
bagi peningkatan daya gunanya (Darmawijaya,1997).



2.3 FUNGSI GEOGRAFI TANAH
Adapun fungsi-fungsi tanah meliputi :
a. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran. Tanah dapat menopang tubuh tanaman
dengan kuat serta mendapatkan kebutuhannya dengan baik. Dua peran utama tanah yaitu :
penyokong tegak tumbuhnya trubus (bagian atas) tanaman dan sebagai penyerap zat-zat yang
dibutuhkan tanaman.
b. Penyedia kebutuhan primer tanaman. Dalam tanah terkandung air, udara dan unsur-unsur
hara, yang berguna bagi tanaman untuk melaksanakan aktivitas metabolismenya, baik selama
pertumbuhan maupun untuk berproduksi.
c. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan
asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim yang dapat meningkatkan kesediaan
hara).
d. Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak
langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang
berdampak negatif karena merupakan hama & penyakit tanaman.
e. Sebagai fungsi pengendali tanah. Berguna untuk menekan serangan penyakit yang
bersumber dari tanah. Beberapa jenis penyakit seperti jenis jamur patogen dapat ditekan
perkembangannya dengan montmorilonit, koloid humus dan beberapa bakteri tanah. Lempung

montmorilonit dapat memperbesar daya saing bakteri melawan jamur dengan cara menjerap
miselium jamur yang tidak terjerap oleh bakteri. Dengan demikian lempung montmorilonit
memperkuat daya tindih bakteri atas jamur patogen. Dengan demikian tanah yang banyak
mengandung lempung montmorilonit atau koloid humus mampu menjalankan fungsinya
sebagai pengendali biologi. Tanah yang memiliki kandungan lempung montmorilonit serta kaya
akan koloid humus adalah vertisol. Ekosistem tanah yang sehat berarti memiliki keaneragaman
edafon, yang menyebabkan tanah mampu serfungsi sebagai pengendali biologi. Dengan
demikian maka ketersediaan vertisol serta tanah yang kaya akan bahan organik sangat
diperlukan dalam upaya sanitasi lingkungan.
f. Tanah sebagai fungsi penyaring. Tanah sebagai fungsi penyaring karena tubuh tanah terdiri
dari jaringan yang memiliki beberapa lapisan dengan kepadatan dan struktur yang berbeda
pada tiap lapisan. Limbah atau sampah padat yang mengandung bahan beracun berupa debu
yang mengendap, baik dari udara maupun dari perairan ditahan oleh tanah atas (top soil)
sehingga tidak terbawa atau ikut terserap masuk ke dalam tanah (perkolasi). Oleh karena itu
tanah bawah (sub soil) dan air tanah akan terhindar dari masuknya zat-zat beracun yang berasal
dari limbah maupun sampah tersebut.
g. Tanah sebagai fungsi penyangga. Sebagai fungsi penyangga tanah memiliki kemampuan
untuk menyerap zat-zat beracun yang bersifat cair dan terlarut. Fungsi penyangga tanah tidak
terlepas dari kadar lempung terutama montmorilonit, dan bahan organik yang terkandung di
dalam tanah. Fungsi pengendapan secara kimiawi berkaitan dengan pH dan potensial redoks.
Dengan demikian maka air limpasan (runoff) dan air perkolasi terbersihkan dari zat-zat beracun,
oksida-oksida N dan S, sisa pupuk dan sisa pestisida yang terlarut. Penangkapan senyawa-
senyawa amonium, nitrat dan fosfat yang terlarut dalam air limpasan dan dalam air perkolasi
sebelum masuk ke air tanah untuk menghindarkan eutrofikasi perairan.
h. Tanah sebagai fungsi pengalihragaman. Sebagai fungsi pengalihragaman tanah memiliki
edafon, khususnya flora renik, atas senyawa pencemar organik seperti zat-zat yang terkandung
dalam air urin, tinja, kotoran hewan, serta rembesan pestisida organik. Senyawa-senyawa
tersebut akan dirombak dan diubah dengan proses mineralisasi dan humifikasi menjadi zat-zat
yang tidak berbahaya. Penguraian bahan organik juga dapat menanggulangi pemasukan bahan
organik yang mudah teroksidasi ke perairan. Selain itu penguraian bahan organik juga
bermanfaat untuk menetralisir penghangatan oksigen terlarut di perairan. Jika terjadi
penghangatan perairan dapat mendorong dan memicu pertumbuhan tumbuhan air terutama
alga dan enceng gondok yang tidak terkendali.



BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini meliputi :
1. Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh
dan berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai
kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau
nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana serta unsur-unsur esensial, dan secara
biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam
penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang
ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan
biomassa dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan,
maupun kehutanan.

2. Geografi tanah merupakan salah satu cabang dari ilmu geografi yang mempelajari
penyebaran jenis-jenis tanah secara geografis dan dikaitkan pula dengan faktor-faktor
pembentuk tanahnya.


3.2 SARAN

Saran yang dapat kami berikan selaku penyusun makalah ini yaitu dengan mengetahui
betapa pentingnya peran tanah dalam kehidupan tidak hanya untuk manusia, namun semua
makhluk hidup, jadi kami sangat mengharapkan agar siswa dan siswi turut serta dalam menjaga
kelestarian tanah dengan tidak ikut serta merusak tanah sehingga dapat merubah struktur dan
fungsi tanah.

Anda mungkin juga menyukai