Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN

‘’EKOLOGI HUTAN”

DISUSUN OLEH:
Oktavianus M Adrianto F05112007
Rizka Hasanah F05112011
Tiffeni Ardina F05112035
Sumiyati F05112039
Ade Mywanda F05112031
Ika Rahmawati F05112033
Kelompok 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang rekombinasi gen ini. Makalah ini merupakan laporan yang dibuat
sebagai bagian dalam memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Tumbuhan.
Salam dan salawat kami kirimkan kepada junjungan kita tercinta
Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya serta seluruh
kaum muslimin.
Selama penulisan hingga penyusunan makalah ini, kami memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baru mengenai ekologi tumbuhan
terutama ekologi hutan yang merupakan cabang dari ekologi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan
disebabkan oleh kedangkalan dalam memahami teori, keterbatasan
keahlian, dana, dan tenaga penulis. Semoga segala bantuan, dorongan,
dan petunjuk serta bimbingan yang telah diberikan kepada kami dapat
bernilai ibadah di sisi Allah Subhana wa Taala. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat.

Pontianak, 10 Desember 2014


Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ...........................................................................................2

DAFTAR
ISI..........................................................................................................3

BAB I. PENDAHULUAN
....................................................................................4

BAB II. ISI

a. Pengertian Ekologi
Hutan .................................................................................5

b. Bidang Kajian Ekologi


Hutan............................................................................6

c. Jenis-Jenis
Hutan…...........................................................................................8

d. Hubungan Ekologi Hutan dengan Ilmu


Lain...................................................12

BAB III.
PENUTUP..............................................................................................

DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan
tumbuhan lainnya. Hutan menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan,
hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah
yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink),
habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu
aspek biosfer Bumi yang paling penting.
Pada dasarnya hutan di bagi dua, hutan primer dan hutan sekunder. Hutan perawan
(primer) merupakan hutan yang masih asli dan belum pernah dibuka oleh manusia. Hutan
sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali secara alami setelah ditebang atau kerusakan
yang cukup luas. Akibatnya, pepohonan di hutan sekunder sering terlihat lebih pendek dan
kecil. Namun jika dibiarkan tanpa gangguan untuk waktu yang panjang, kita akan sulit
membedakan hutan sekunder dari hutan primer. Di bawah kondisi yang sesuai, hutan
sekunder akan dapat pulih menjadi hutan primer setelah berusia ratusan tahun.
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa
kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat
melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat
berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup
berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya
pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu
kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta
tanaman.
Jadi, hutan merupakan bentuk kehidupan yang berkembang dengan sangat khas,
rumit, dan dinamik. Pada akhirnya, cara semua penyusun hutan saling menyesuaikan diri

4
akan menghasilkan suatu bentuk klimaks, yaitu suatu bentuk masyarakat tumbuhan dan satwa
yang paling cocok dengan keadaan lingkungan yang tersedia. Akibatnya, kita melihat hutan
dalam beragam wujud klimaks, misalnya: hutan sabana, hutan meranggas, hutan hujan tropis,
dan lain-lain.

BAB II

ISI
a. Pengertian Ekologi Hutan

Istilah Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel (1869), berasal dari bahasa Yunani,
yaitu :
Oikos = Tempat Tinggal (rumah)
Logos = Ilmu, telaah
Oleh karena itu Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
mahluk hidup dengan sesamanya dan dengan lingkungnya. Odum (1993) menyatakan bahwa
ekologi adalah suatu studi tentang struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia
sebagai bagiannya. Struktur ekosistem menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada
waktu dan tempat tertentu termasuk keadaan densitas organisme, biomassa, penyebaran
materi (unsur hara), energi, serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang menciptakan
keadaan sistem tersebut.
Fungsi ekosistem menunjukkan hubungan sebab akibat yang terjadi secara
keseluruhan antar komponen dalam sistem. Ini jelas membuktikan bahwa ekologi merupakan
cabang ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup
yang satu dengan makhluk hidup lainnya, serta dengan semua komponen yang ada di
sekitarnya.
Adapun ekologi hutan adalah cabang dari ekologi yang khusus mempelajari ekosistem
hutan. Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem karena hubungan antara masyarakat
tumbuh-tumbuhan pembentuk hutan dengan binatang liar dan alam lingkungannya sangat
erat.
Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem adalah sangat tepat, mengingat hutan itu dibentuk
atau disusun oleh banyak komponen yang masing-masing komponen tidak bisa berdiri

5
sendiri, tidak bisa dipisah-pisahkan, bahkan saling memengaruhi dan saling bergantung.
Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diperhatikan beberapa definisi tentang hutan sebagai
berikut.

(1) Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati
yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41 Tahun 1999).

(2) Hutan adalah lapangan yang ditumbuhi pepohonan yang secara keseluruhan merupakan
persekutuan hidup alam hayati beserta
alam lingkungannya atau
ekosistem (Kadri dkk., 1992).

(3) Hutan adalah masyarakat tumbuh-


tumbuhan yang dikuasai atau
didominasi oleh pohon-pohon dan
mempunyai keadaan lingkungan
yang berbeda dengan keadaan diluar
hutan (Soerianegara dan Indrawan, 1982).

(4) Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan dan binatang yang hidup dalam lapisan dan
di permukaan tanah dan terletak pada suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan
ekosistem yang berada dalam keseimbangan dinamis (Arief, 1994).

6
Gambar. 1. Hutan sebagai masyarakat tumbuh-tumbuhan

b. Bidang Kajian Ekologi Hutan

Di dalam ekologi hutan ada dua bidang kajian, yaitu : Autekologi dan Sinekologi.

(1) Autekologi, yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme
secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya. Contoh autekologi misalnya
mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan adaptasinya terhadap
lingkungan. Jadi, jika kita mempelajari hubungan antara pohon Pinus merkusii dengan
lingkungannya, maka itu termasuk autekologi. Contoh lain adalah mempelajari kemampuan
adaptasi pohon merbau (Intsia palembanica) di padang alang-alang, dan lain sebagainya.

(2) Sinekologi, yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam
satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu. Misalnya mempelajari struktur
dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di hutan payau,
mempelajari pola distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, suaka margasatwa, atau
di taman nasional, dan lain sebagainya.

Autekelogi Sinekelogi

7
Gambar 2. Bidang Kajian Ekologi Hutan

Dari segi autekologi, maka di hutan bisa dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan
terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis pohon yang sifat kajiannya mendekati fisiologi
tumbuhan, dapat juga dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan
tumbuhnya suatu jenis binatang liar atau margasatwa. Bahkan dalam autekologi dapat
dipelajari pola perilaku suatu jenis binatang liar, sifat adaptasi suatu jenis binatang liar,
maupun sifat adaptasi suatu jenis pohon. Dari segi sinekologi, dapat dipelajari berbagai
kelompok jenis tumbuhan sebagai suatu komunitas, misalnya mempelajari pengaruh keadaan
tempat tumbuh terhadap komposisi dan struktur vegetasi, atau terhadap produksi hutan.
Dalam ekosistem hutan itu bisa juga dipelajari pengaruh berbagai faktor ekologi terhadap
kondisi populasi, baik populasi tumbuhan maupun populasi binatang liar yang ada di
dalamnya. Akan tetapi pada prinsipnya dalam ekologi hutan, kajian dari kedua segi
(autekologi dan sinekologi) itu sangat penting karena pengetahuan tentang hutan secara
keseluruhan mencakup pengetahuan semua komponen pembentuk hutan, sehingga kajian ini
diperlukan dalam pengelolaan sumber daya hutan.

c. Jenis-jenis Hutan

1. Hutan Hujan Tropis

Hutan hujan tropika atau sering juga ditulis sebagai hutan hujan tropis adalah bioma
berupa hutan yang selalu basah atau lembap, yang dapat ditemui di wilayah sekitar
khatulistiwa; yakni kurang lebih pada lintang 0°–10° ke utara dan ke selatan garis
khatulistiwa. Dalam peristilahan bahasa Inggris, formasi hutan ini dikenal sebagai lowland
equatorial evergreen rainforest, tropical lowland evergreen rainforest, atau secara ringkas
disebut tropical rainforest.
Hutan hujan tropis merupakan rumah untuk setengah spesies flora dan fauna di
seluruh dunia. Hutan hujan tropis juga dijuluki sebagai "farmasi terbesar dunia" karena
hampir 1/4 obat modern berasal dari tumbuhan di hutan hujan ini.
Hutan alam tropis yang masih utuh mempunyai jumlah spesies tumbuhan yang sangat
banyak. Hutan di Kalimantan mempunyai lebih dari 40.000 spesies tumbuhan, dan
merupakan hutan yang paling kaya spesiesnya di dunia. Di antara 40.000 spesies tumbuhan
tersebut, terdapat lebih dari 4.000 spesies tumbuhan yang termasuk golongan pepohonan
besar dan penting. Di dalam setiap hektar hutan tropis seperti tersebut mengandung
sedikitnya 320 pohon yang berukuran garis tengah lebih dari 10 cm. Di samping itu, di hutan

8
hujan tropis Indonesia telah banyak dikenali ratusan spesies rotan, spesies pohon
tengkawang, spesies anggrek hutan, dan beberapa spesies umbi-umbian sebagai sumber
makanan dan obat-obatan.
Tajuk pohon hutan hujan tropis sangat rapat, ditambah lagi adanya tumbuh-tumbuhan
yang memanjat, menggantung, dan menempel pada dahan-dahan pohon, misalnya rotan,
anggrek, dan paku-pakuan. Hal ini menyebabkan sinar matahari tidak dapat menembus tajuk
hutan hingga ke lantai hutan, sehingga tidak memungkinkan bagi semak untuk berkembang
di bawah naungan tajuk pohon kecuali spesies tumbuhan yang telah beradaptasi dengan baik
untuk tumbuh di bawah naungan.

- Ciri khas kondisi hutan hujan tropis di Indonesia

Sebagian besar hutan alam di Indonesia termasuk dalam hutan hujan tropis. Hutan
hujan tropis mempunyai ciri khas yang berbeda dengan hutan-hutan lainnya. Indonesia adalah
negara kepulauan yang mempunyai 17.500 lebih pulau yang tersebar dari Sabang sampai
Merauke. Beragamnya tempat tumbuh dari hutan-hutan di Indonesia membuat Hutan tropis
Indonesia mempunyai ciri khas yang khusus dibandingkan hutan di belahan bumi lainnya.
Keterkaitan antara komponen penyusun ini memungkinkan bentuk struktur hutan
tertentu yang dapat memberikan fungsi tertentu pula seperti stabilitas ekonomi, produktivitas
biologis yang tinggi, siklus hidrologis yang memadai dan lain-lain. Secara nyata di lapangan,
tipe hutan ini memiliki kesuburan tanah yang sangat rendah, tanah tersusun oleh partikel
lempung yang bermuatan negatif rendah seperti kaolinite dan illite.
Kondisi tanah asam ini memungkinkan besi dan almunium menjadi aktif di samping
kadar silikanya memang cukup tinggi, sehingga melengkapi keunikan hutan ini. Namun
dengan pengembangan struktur yang mantap terbentuklah salah satu fungsi yang menjadi
andalan utamanya yaitu ”siklus hara tertutup” (closed nutrient cycling) dan keterkaitan
komponen tersebut, sehingga mampu mengatasi berbagai kendala/keunikan tipe hutan ini
(Withmore, 1975).
Kondisi tanah hutan ini juga menunjukkan keunikan dan ciri khas tersendiri. Aktivitas
biologis tanah lebih bertumpu pada lapisan tanah atas (top soil). Aktivitas biologis tersebut
sekitar 80% terdapat pada top soil saja. Kenyataan-kenyataan tersebut menunjukkan bahwa
hutan hujan tropis merupakan ekosistem yang rapuh (fragile ecosystem), karena setiap
komponen tidak bisa berdiri sendiri.

9
- Karakteristik ekologis Hutan hujan Tropis
Hutan hujan tropika terbentuk di wilayah-wilayah beriklim tropis, dengan curah hujan
tahunan minimum berkisar antara 1.750 millimetre (69 in) dan 2.000 millimetre (79 in).
Sedangkan rata-rata temperatur bulanan berada di atas 18 °C (64 °F) di sepanjang
tahun.Hutan basah ini tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1.200 m dpl., di
atas tanah-tanah yang subur atau relatif subur, kering (tidak tergenang air dalam waktu lama),
dan tidak memiliki musim kemarau yang nyata (jumlah bulan kering < 2).

Hutan hujan tropika merupakan vegetasi yang paling kaya, baik dalam arti jumlah jenis
makhluk hidup yang membentuknya, maupun dalam tingginya nilai sumberdaya lahan (tanah,
air, cahaya matahari) yang dimilikinya. Hutan dataran rendah ini didominasi oleh pepohonan
besar yang membentuk tajuk berlapis-lapis (layering), sekurang-kurangnya tinggi tajuk
teratas rata-rata adalah 45 m (paling tinggi dibandingkan rata-rata hutan lainnya), rapat, dan
hijau sepanjang tahun. Ada tiga lapisan tajuk atas di hutan ini:

 Lapisan pohon-pohon yang lebih tinggi, muncul di sana-sini dan menonjol di


atas atap tajuk (kanopi hutan) sehingga dikenal sebagai “sembulan”
(emergent). Sembulan ini bisa sendiri-sendiri atau kadang-kadang
menggerombol, namun tak banyak. Pohon-pohon tertinggi ini bisa memiliki
batang bebas cabang lebih dari 30 m, dan dengan lingkar batang hingga 4,5 m.

 Lapisan kanopi hutan rata-rata, yang tingginya antara 24–36 m.

 Lapisan tajuk bawah, yang tidak selalu menyambung. Lapisan ini tersusun
oleh pohon-pohon muda, pohon-pohon yang tertekan pertumbuhannya, atau
jenis-jenis pohon yang tahan naungan.

Kanopi hutan banyak mendukung kehidupan lainnya, semisal berbagai jenis epifit
(termasuk anggrek), bromeliad, lumut, serta lumut kerak, yang hidup melekat di cabang dan
rerantingan. Tajuk atas ini demikian padat dan rapat, membawa konsekuensi bagi kehidupan
di lapis bawahnya. Tetumbuhan di lapis bawah umumnya terbatas keberadaannya oleh sebab
kurangnya cahaya matahari yang bisa mencapai lantai hutan, sehingga orang dan hewan
cukup leluasa berjalan di dasar hutan.

Ada dua lapisan tajuk lagi di aras lantai hutan, yakni lapisan semak dan lapisan
vegetasi penutup tanah. Lantai hutan sangat kurang cahaya, sehingga hanya jenis-jenis

10
tumbuhan yang toleran terhadap naungan yang bertahan hidup di sini; di samping jenis-jenis
pemanjat (liana) yang melilit batang atau mengait cabang untuk mencapai atap tajuk. Akan
tetapi kehidupan yang tidak begitu memerlukan cahaya, seperti halnya aneka kapang dan
organisme pengurai (dekomposer) lainnya tumbuh berlimpah ruah. Dedaunan, buah-buahan,
ranting, dan bahkan batang kayu yang rebah, segera menjadi busuk diuraikan oleh aneka
organisme tadi. Pemakan semut raksasa juga hidup di sini.

Tipe Iklim Hutan Tropis

Iklim Hutan Tropis (A), secara umum dicirikan oleh suhu rata-rata bulanan lebih dari atau
sama dengan 180 C, dengan suatu klasifikasi lebih lanjut berdasarkan besarnya curah hujan
bulanan dan distribusinya lebih lanjut, sebagai berikut :

 Af : tanpa bulan kering, hujan sepanjang tahun dengan curah hujan bulanan lebih dari
60 mm.

 Am : memiliki bulan kering yang pendek, dimana pada bulan kering lapisan tanah
bagian dalam tetap lembab dan curah hujan rata-rata tahunan tinggi.

 Aw : hujan pada bulan kering

 As : jarang dijumpai.

Ketinggian tempat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kondisi iklim, baik dari segi
suhu, kelembaban udara maupun curah hujan, yang selanjutnya mempengaruhi vegetasi yang
ada. Masing-masing zona ketinggian tempat memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik
dari segi floristik, komposisi maupun struktur. Klasifikasi menurut ketinggian tempat secara
umum sebagai berikut :

1. Hutan Tropis Dataran Rendah (0 – kurang dari 800 m dpl.) Famili penyusun hutan ini
untuk wilayah Asia Tenggara, yaitu : Dipterocarpaceae, Annonaceae, Bombacaceae,
Guttiferae, Sapindaceae, Euphorbiaceae, Dilleniacee, Leguminoceae, Meliaceae,
Sterculiaceae.
2. Hutan Tropis Dataran Tinggi/ Pegunungan (800-1.500 m dpl.) Famili penyusun hutan ini
untuk wilayah Asia Tenggara, yaitu : Fagaceae, Lauraceae, Myrtaceae, Araucariaceae,
Juglandaceae.
3. Hutan Tropis Pegunungan Tinggi (lebih dari 1.500 m dpl.) Famili penyusun tipe hutan ini
untuk wilayah Asia Tenggara, yaitu : Myrtaceae, Podocarpaceae.

11
- Tipe Hutan Tropis Menurut Iklim di Indonesia
1. Hutan Tropis Basah
Hutan tropis basah adalah hutan yang memperoleh curah hujan yang tinggi, sering juga kita
kenal dengan istilah hutan pamah. Hutan jenis ini dapat dijumpai di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku Bagian Utara dan Papua. Jenis-jenis yang umum ditemukan di hutan ini,
yaitu : Meranti (Shorea dan Parashorea), keruing (Dipterocarpus), Kapur (Dryobalanops),
kayu besi (Eusideroxylon zwageri), kayu hitam (Diospyros sp).

Gambar 4. Hutan Hujan Tropis Basah


2. Hutan Muson Basah
Hutan muson basah merupakan hutan yang umumnya dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa
Timur, periode musim kemarau 4-6 bulan. Curah hujan yang dialami dalam satu tahun 1.250
mm-2.000 mm. Jenis-jenis pohon yang tumbuh di hutan ini antara lain jati, mahoni,
sonokeling, pilang dan kelampis.

Gambar 5. Hutan Muson Basah


3. Hutan Muson Kering
Hutan muson kering terdapat di ujung timur Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa. Tipe hutan
ini berada pada lokasi yang memiliki musim kemarau berkisar antara 6-8 bulan. Curah hujan
dalam setahun kurang dari 1.250 mm. Jenis pohon yang tumbuh pada hutan ini yaitu Jati dan
Eukaliptus.

12
Gambar 6. Hutan Muson Kering
4. Hutan Savana
Hutan savana merupakan hutan yang banyak ditumbuhi kelompok semak belukar diselingi
padang rumput dengan jenis tanaman berduri. Periode musim kemarau 4 – 6 bulan dengan
curah hujan kurang dari 1.000 mm per tahun. Jenis-jenis yang tumbuh di hutan ini umumnya
dari Famili Leguminosae dan Euphorbiaceae. Tipe Hutan ini umum dijumpai di Flores,
Sumba dan Timor.

Gambar 7. Hutan Savana

d. Hubungan Ekologi Hutan dengan Ilmu Lainnya

Mempelajari ekologi hutan merupakan kegiatan manusia secara menyeluruh dengan tujuan
mengarahkan atau memelihara ekosistem hutan dalam keadaan yang memungkinkan untuk
selalu bisa dijadikan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan manusia sepanjang masa.
Mengingat hutan merupakan suatu ekosistem, dan setiap ekosistem apa pun dibentuk oleh
banyak komponen baik komponen hayati maupun komponen nonhayati, maka semua
informasi tentang masing masing komponen sangat penting, dan untuk itu diperlukan bidang
ilmu yang relevan terhadap kajian komponen ekosistem. Oleh karena itu, beberapa bidang
ilmu yang relevan dengan ekologi hutan diuraikan sebagai berikut (Arief, 1994; Soerianegara
dan Indrawan, 1982).

13
1. Taksonomi Tumbuh-tumbuhan
Spesies pohon dan tumbuh-tumbuhan lainnya dalam hutan sangat beranekaragam, dibutuhkan
pengenalan sifat generatif yang berdasar pada sifat-sifat bunga dan buah. Untuk itu
diperlukan buku-buku praktis mengenai flora dan pengenalan spesies pohon. Berdasarkan
pengalaman di lapangan, seringkali dijumpai pohon pohon yang dalam keadaan sedang tidak
berbunga atau berbuah, sehingga pengenalan sifat vegetatif sebagai alternatif pengganti
sangat diperlukan. Indonesia dikenal karena hutannya kaya flora, akan tetapi pengenalan
terhadap pohon dan spesies tumbuhan lainnya masih sangat kurang. Di hutan Indonesia
diprakirakan ada lebih kurang 4.000 spesies pohon, tetapi spesies-spesies pohon itu belum
dicakup secara rinci dalam buku buku tentang flora. Oleh karena itu, pengenalan jenis pohon
masih bergantung kepada jasa dari orang-orang yang tinggal di daerah setempat, juga dengan
cara mengoleksi contoh organ tumbuhan untuk dideterminasi yang kemudian disusun daftar
nama pohon berdasarkan daerah asalnya. Cara demikian dapat membantu dan mempermudah
studi komunitas tumbuhan dan kegiatan inventarisasi hutan.

2. Geologi dan Geomorfologi


Geologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk batuan, lapisan-lapisan batuan, dan
fosil yang terdapat di dalam bumi. Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk-
bentuk permukaan bumi termasuk proses dan evolusi pembentukannya. Keadaan geologi dan
geomorfologi sangat memengaruhi keadaan hutan. Pada kondisi iklim yang sama, jenis-jenis
batuan yang berbeda akan menghasilkan jenis tanah yang berbeda. Pada jenis tanah tertentu
juga akan menghasilkan tipe komunitas tumbuhan tertentu. Demikian pula kondisi topografi
dan relief mempengaruhi komposisi dan struktur hutan karena kondisi topografi dan relief
yang berbeda akan menyebabkan perbedaan pada kesuburan tanah dan kondisi air tanah.
Selain itu, perbedaan letak suatu tempat (ketinggian tempat dari permukaan laut) akan
menyebabkan perbedaan iklim dan berpengaruh terhadap penyebaran tumbuhan.

3. Ilmu Tanah
Tanah adalah tubuh alam (bumi) yang berasal dari berbagai campuran hasil pelapukan oleh
iklim dan terdiri atas komposisi bahan organik dan anorganik yang menyelimuti bumi,
sehingga mampu menyediakan air, udara, dan hara bagi tumbuhan, serta sebagai tempat
berdiri tegaknya tumbuh-tumbuhan. Ilmu tanah murni sering disebut pedologi, sedangkan
ilmu yang mempelajari tanah dari sudut pandang sebagai faktor tempat tumbuh disebut

14
edafologi. Kesuburan tanah mempengaruhi keadaan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di
atasnya. Kesuburan tanah akan berpengaruh terhadap tipe vegetasi yang terbentuk serta
berpengaruh terhadap keproduktifan hutan. Oleh karena itu, tanah merupakan salah satu
faktor pembatas alam yang memengaruhi pertumbuhan semua spesies tumbuhan, struktur,
dan komposisi vegetasi, sehingga akan berpengaruh terhadap tipe hutannya.

4. Klimatologi
Salah satu faktor penting yang memengaruhi penyebaran dan pertumbuhan tumbuh-
tumbuhan adalah iklim. Unsur-unsur iklim seperti temperatur, curah hujan, kelembapan, dan
tekanan nap air berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon. Pengaruh iklim terhadap
kehidupan tumbuh-tumbuhan sangat nyata, terlebih lagi iklim mikro di suatu tempat yang
bergantung kepada keadaan topografi dan kondisi atmosfer karena kondisi atmosfer juga ikut
menentukan sifat iklim setempat dan regional. Adanya perbedaan iklim akan menimbulkan
variasi dalam formasi hutan (Arief,1994). Sebaliknya kondisi vegetasi atau komunitas
tumbuhan hutan juga memengaruhi atau mengendalikan perubahan terhadap unsur-unsur
iklim, sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi iklim lokal sangat bergantung kepada kondisi
vegetasi yang ada.

5. Genetika
Ilmu genetika mempunyai peranan besar dalam memahami pertumbuhan dan perkembangan
makhluk hidup. Pengaruh genetik dari tumbuhan yang satu terhadap tumbuhan lainnya dapat
diketahui dengan ilmu genetika. Apabila ada dua atau lebih tumbuhan yang hidup berdekatan
akan menyebabkan terjadinya perkawinan silang atau hibridisasi di antara mereka. Akibat
dari perkawinan silang ini akan muncul keturunan baru yang memiliki sifat hampir sama
dengan kedua induknya. Untuk itu, pengetahuan tentang genetika diperlukan dalam mengenal
sifat-sifat berbagai spesies tumbuhan dan makhluk hidup yang lain termasuk sifat-sifat
ekologinya.

6. Geografi Tumbuhan
Dulunya ilmu ekologi, ekologi tumbuhan merupakan cabang dari ilmu geografi tumbuhan
(phytogeography) yang membahas pengaruh faktor lingkungan terhadap penyebaran
tumbuhan. Dari sudut pandang aspek komunitas tumbuhan, ekologi hutan sama dengan
ekologi tumbuhan. Akan tetapi dari sudut pandang ekosistem, maka ekologi hutan memiliki
cakupan yang lebih luas dari ekologi tumbuhan. Oleh karena itu, ekologi hutan sangat

15
berkaitan dengan ilmu geografi tumbuhan mengingat pola penyebaran berbagai Spesies
pohon perlu diketahui dalam kaitannya dengan perbedaan kondisi fisik bumi, kondisi iklim,
geomorfologi, dan kondisi fisiografi. Ini semua diperlukan karena sangat membantu dalam
mempelajari susunan dan penyebaran formasi hutan.

7. Fisiologi dan Biokimia


Kajian dari segi autekologi terhadap makhluk hidup yang ada di dalam hutan hampir sama
dengan kajian fisiologi (fisiologi tumbuhan maupun fisiologi hewan). Telah dikemukakan
bahwa fisiologi mempelajari proses kerja yang terjadi dalam tubuh organisme. Salah satu
proses yang terjadi di dalam tubuh organisme ada proses yang bersifat kimia yang dinamakan
proses biokimia. Sebagai contoh pengetahuan tentang proses pembentukan resin pada pohon
anggota genus Pinus, pembentukan damar pada pohon anggota famili Dipterocarpaceae,
pembentukan lateks pada pohon Hevea brassiliensis, Dyera costulata, pembentukan kopal
pada pohon anggota genus Agathis, pembentukan kemenyan pada pohon Styrax benzoin, dan
pengetahuan tentang proses biokimia lainnya sangat diperlukan. Hal ini dimaksudkan agar
dapat diketahui unsur-unsur lingkungan apa yang berpengaruh terhadap produksi resin,
damar, lateks, kopal, atau kemenyan.

BAB IV

PENUTUP

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan
tumbuhan lainnya. Hutan menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan,
hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah
yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink),

16
habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu
aspek biosfer Bumi yang paling penting. Adapun ekologi hutan adalah cabang dari ekologi
yang khusus mempelajari ekosistem hutan. Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem karena
hubungan antara masyarakat tumbuh-tumbuhan pembentuk hutan dengan binatang liar dan
alam lingkungannya sangat erat.
Di dalam ekologi hutan ada dua bidang kajian, yaitu : Autekologi dan Sinekologi.

(1) Autekologi, yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme
secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya. Contoh autekologi misalnya
mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan adaptasinya terhadap
lingkungan. Jadi, jika kita mempelajari hubungan antara pohon Pinus merkusii dengan
lingkungannya, maka itu termasuk autekologi. Contoh lain adalah mempelajari kemampuan
adaptasi pohon merbau (Intsia palembanica) di padang alang-alang, dan lain sebagainya.

(2) Sinekologi, yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam
satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu. Misalnya mempelajari struktur
dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di hutan payau,
mempelajari pola distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, suaka margasatwa, atau
di taman nasional, dan lain sebagainya.
Selain itu, juga terdapat jenis-jenis hutan diantaranya, Hutan Tropis Basah , Hutan
Muson Basah, Hutan Muson Kering , Hutan Savana. Ekologi Hutan juga memiliki
keterkaitan dengan ilmu lain, seperti Taksonomi Tumbuhan, Geologi dan Geomorfologi, Ilmu
Tanah , Klimatologi dan Genetika serta Geografi Tumbuhan , Fisiologi dan Biokimia.

DAFTAR PUSTAKA

Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi.


Fakultas Kehutanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor,
Kusmana & Istomo, 1995. Ekologi Hutan : Fakultas Kehutanan. Bogor : Institut Pertanian
Bogor.
Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. . Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Richard & Steven, 1988. Forest Ecosystem : Academic Press. San Diego. California.

17
Arief, A. 1994, Hutan Hakekat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai