Disusun Oleh:
Puji dan syukur kami panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
izin, rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah dengan judul “Struktur Tata Ruang Kota: Pendekatan Morfologi” ini disusun
dengan tujuan untuk melengkapi tugas untuk mata kuliah Geografi Perkotaan.
Melalui makalah ini, kami berharap agar kami dan pembaca mampu mengenal lebih
jauh mengenai struktur tata ruang perkotaan dengan pendekatan morfologi.
2
Daftar Isi
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I 4
BAB II 6
A. ISI 6
BAB III 14
Kesimpulan 14
Daftar Pustaka 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
pembentukan wilayah perkotaan. Batas garis administrasi kota akan relatif sama
dalam periode waktu yang lama, batas garis administrasi ini dapat digunakan
sebagai penentuan batas permasalahan-permasalahan perkotaan yang timbul,
sehingga mempermudah dalam mencari solusi atau pemecahan masalah.
Permasalahan yang kerap timbul dalam perkembangan kota adalah persoalan
politik, sosial, ekonomi, budaya, teknologi dan fisik. Batas fisik wilayah yang
masuk dalam kategori perkotaan selalu berubah setiap saat, maka sering sekali
terlihat batas fisik wilayah perkotaan telah berada jauh diluar batas administrasi
suatu wilayah. Kemudian dalam pola morfologi, perkotaan merupakan bentuk
fisik suatu wilayah, dimana pembentukannya sangat dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor seperti: mobilitas penduduk, kondisi topografi, aksesibilitas, dan
kepadatan penduduk.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori morfologi kota?
2. Bagaimana bentuk-bentuk morfologi kota?
3. Bagaimana perluasan areal perkotaan?
C. Tujuan
1. Memahami teori mengenai teori morfologi kota.
2. Memahami bentuk-bentuk morfologi kota.
3. Memahami perluasan areal perkotaan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. ISI
Morfologi terdiri dari dua suku kata yaitu morf yang berarti bentuk dan
logos yang berarti ilmu. Secara sederhana morfologi kota berarti ilmu yang
mempelajari produk bentuk-bentuk fisik kota secara logis. Morfologi merupakan
pendekatan dalam memahami bentuk logis sebuah kota sebagai produk perubahan
sosio-spatial. Disebabkan karena setiap karakteristik sosial-spasial di setiap
tempat berbeda-beda maka istilah morfologi sangat erat kaitannya dengan istilah
tipologi. Secara sederhana, Markus Zahn memberi pengertian istilah morfologi
sebagai formasi sebuah objek bentuk kota dalam skala yang lebih luas. Morfologi
biasanya digunakan untuk skala kota dan kawasan. Sedangkan tipologi sebagai
klasifikasi watak atau karakteristik dari formasi objek-objek bentukan fisik kota
dalam skala lebih kecil. Istilah tipologi lebih banyak digunakan untuk
mendefinisikan bentuk elemen-elemen kota seperti jalan, ruang terbuka
hijau,bangunan dan lain sebagainya.
6
untuk berhubungan sosial (a site for social relationships). Morfologi kota
merupakan suatu geometri dari proses perubahan keadaan yang bersifat
sosio-spasial (the geometry of a socio-spatial continuum).
5. Menurut Also Rossi 18 bahwa kota adalah karya kolektif
6. Menurut Paul D. Spreiregen juga menekankan pada pengertian kota
sebagai bentukan fisik yang secara keseluruhan saling mengisi satu sama
lainnya dan membentuk satu kesatuan penampilan kota.
7. Kota menurut Gallion and Eisner ,(1992 : 64) adalah suatu laboratorium
tempat pencarian kebebasan dilaksanakan dan percobaan-percobaan diuji
mengenai bentukan-bentukan fisik. Bentukan-bentukan fisik kota adalah
perwujudan kehidupan manusia, polanya dijalin dengan pikiran dan
tangan yang dibimbing oleh suatu tujuan. Bentukan fisik kota terjalin
dalam aturan yang juga mengemukakan lambang-lambangpola-pola
ekonomi, sosial, politis dan spiritual serta peradaban masyarakatnya. Kota
adalah tempat mengadu kekuatan-kekuatan budaya dan rancangan kota
merupakan ekspresinya. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik
suatu rumusan bahwa morfologi kota adalah sebuah pendekatan dalam
memahami kota sebagai suatu kumpulan geometris bangunan dan artefak
dengan konfigurasi kesatuan ruang fisik tertentu produk dari perubahan
sosio-spasialnya.
7
Menurut Conzen dalam Birkhamshaw, Alex J and Whitehand (2012), morfologi
kota memiliki tiga komponen yaitu
2. Bentuk bangunan
3. Fungsi lahan/bangunan.
Ruang terbuka hijau di kota yang telah diatur sebesar tiga puluh persen
dari luas area kota, hal ini dimaksudkan agar menjadi paru-paru kota atau sumber
oksigen bagi kota serta memiliki berbagai fungsi yang lainnya.
8
shaped cities), bentuk gurita atau bintang (octopus/star shaped cities),
bentuk tidak berpola (unpatterned cities).
2. Bentuk-bentuk tidak kompak Terdiri atas bentuk terpecah (fragmented
cities), bentuk berantai (chained cities), bentuk terbelah (split cities),
bentuk stellar (stellar cities).
9
Smalles mengemukakan tiga unsur morfologi kota, yaitu: 1. unsur-unsur
penggunaan lahan, 2 pola-pola jalan dan tipe-tipe bangunan
5. Menurut Whitehand (1977) dan onzen (1958)
Menurut mereka, kajian mengenai sejarah suatu kota merupakan dasar
yang sangat penting dalam melakukan kajian morfologi suatu kota yang
didalamnya memiliki karakter fisik perkotaan berupa perubahan yang terjadi
dari waktu ke waktu yang menjadi penilaian di masa yang akan datang.
1. Bentuk-bentuk kompak
❖ Bentuk bujur sangkar ( the square cities), kota
berbujur sangkar menunjukan adanya kesempatan
perluasan kota ke segala arah yang “relatif” seimbang
dan kendala fisikal “relatif” tidak begitu berarti.
10
❖ Bentuk empat persegi panjang (the rectangular
cities), melihat bentuknya orang dapat melihat bahwa
dimensi memanjang sedikit lebih besar daripada dimensi
melebar.
❖ Bentuk Kipas (fan shaped cities), bentuk semacam
ini sebenarnya merupakan bentuk sebagian lingkaran.
11
❖ Chained Cities (berantai), bentuk ini terpecah namun
hanya terjadi di sepanjang rute tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kota yaitu faktor bentang alam atau
geografis, transportasi, sosial, ekonomi dan regulasi . Morfologi kota selain dilihat dari
sisi bentuk kota dan faktor-faktor yang mempengaruhinya juga dapat dilihat berdasarkan
tipe morfologi kota (Urban Morphology Type).
1. Ruang
Ruang merupakan alih kata space untuk bahasa Indonesia. Dalam Oxford
English Dictionary disebutkan, space berasal dari kata Latin Spatium yang berarti
terbuka luas, memungkinkan orang berkegiatan dan bergerak leluasa di dalamnya,
dan dapat berkembang tak terhingga 10 .
2. Pusat Kota
12
Pusat kota adalah suatu titik/tempat/daerah pada suatu kota yang memiliki
peran sebagai pusat dari segala kegiatan kota antara lain politik, sosial budaya,
ekonomi dan teknologi 11. Peran tersebut dijalankan melalui jasa pelayanan yang
diberikan oleh fasilitas-fasilitas umum maupun sosial yang ada didalamnya. Oleh
karena itu, suatu pusat kota harus memiliki kelengkapan fasilitas yang baik dan
memadai.
3. Perkembangan Kota
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
14
Daftar Pustaka
Yunus H.S., 2000, “Struktur Tata Ruang Kota”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Yunus,
Hadi, 2005, “Manajemen Kota”, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Zahn, Markus, Perancangan Kota Secara Terpadu : Teori Perancangan Kota dan
Penerapannya, Yogyakarta, Kanisius, 1999, hlm 267.
15