Anda di halaman 1dari 15

Makalah Geografi Perkotaan

Struktur Tata Ruang Kota : Pendekatan Morfologi

Dosen Pengampu : Dra. Sri Agustin Sutrisnowati, M.Si.

Disusun Oleh:

1. Fajrin Yulia Sari (18405241045)


2. Mila Kholidatun N (18405241047)
3. Fithra Agit Nurmawan (18405241053)
4. Widyaning Rahayu (18405241058)

Tahun Ajaran 2019/2020

Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Yogyakarta


Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
izin, rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah dengan judul “Struktur Tata Ruang Kota: Pendekatan Morfologi” ini disusun
dengan tujuan untuk melengkapi tugas untuk mata kuliah Geografi Perkotaan.
Melalui makalah ini, kami berharap agar kami dan pembaca mampu mengenal lebih
jauh mengenai struktur tata ruang perkotaan dengan pendekatan morfologi.

Selama proses penulisan dan penyelesaian makalah ini, kami banyak


memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan dorongan yang tiada henti itu rasanya sulit bagi
kami untuk menyelesaikannya. Semoga, bantuan serta bimbingan dan doa yang telah
diberikan, mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat di harapkan demi kesempurnaan makalah ini. akhirnya
kami berharap semoga apa yang telah kami selesaikan ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin.

Yogyakarta, 17 Februari 2020

2
Daftar Isi

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

BAB I 4

A. Latar Belakang Masalah 4


B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan 5

BAB II 6

A. ISI 6

B. Teori Morfologi Kota 9

C. Kajian Bentuk- Bentuk Kota 10

D. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Bentuk Kota 12

BAB III 14

Kesimpulan 14

Daftar Pustaka 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kota merupakan suatu hasil perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh
unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat pada
suatu daerah dan memiliki hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah
lain. Ciri fisik suatu wilayah perkotaan terdapat sarana perekonomian dan tempat
parkir yang memadai, ketersediaan ruang terbuka hijau, pusat pemerintahan, dan
alun-alun kota. Ciri kota juga dapat dilihat dari sisi sosial seperti: masyarakat yang
heterogen, mata pencaharian non agraris, corak kehidupan bersifat gesselschaft
(hubungan kekerabatan mulai pudar), terjadi kesenjangan sosial, norma agama
tidak begitu ketat, pandangan hidup lebih rasional dan menerapkan strategi
keruangan yaitu pemisahan kompleks atau kelompok sosial masyarakat secara
tegas.

Kota akan selalu tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan


kehidupan sosial budaya, ekonomi dan politik yang melatar belakanginya.
Perkembangan kota merupakan hasil karya dari konstruksi pemikiran manusia
baik dalam tataran adaptasi terhadap lingkungan maupun adjustment. Budaya ini
lah yang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan images dari citra kota
dapat berubah. Masyarakat kota dengan latar belakang tertentu dari pola hidup
tradisional hingga modern mempengaruhi perubahan dalam bentukan kota. Faktor
kemantapan budaya masyarakat dalam mempertahankan penetrasi budaya luar
(pengaruh akulturasi dan asimilasi budaya) dan intensitas pengaruh perubahan
merupakan dua faktor yang sangat menentukan proses perkembangan kota.

Sedangkan untuk analisis morfologi kota didasarkan pada areal yang


secara fisik menunjukan kenampakan perkotaan (townscape). Areal yang
berbatasan dengan areal yang bukan kota disebut built up area. Percepatan
pertumbuhan kenampakan fisik kekotaan tidak sama untuk setiap bagian terluar
kota, maka bentuk morfologi kota yang terbentuk akan sangat bervariasi. Seiring
dengan berjalannya waktu perkembangan perkotaan akan terus mengalami
perubahan dan terus bergerak untuk mencari ruang-ruang baru dalam

4
pembentukan wilayah perkotaan. Batas garis administrasi kota akan relatif sama
dalam periode waktu yang lama, batas garis administrasi ini dapat digunakan
sebagai penentuan batas permasalahan-permasalahan perkotaan yang timbul,
sehingga mempermudah dalam mencari solusi atau pemecahan masalah.
Permasalahan yang kerap timbul dalam perkembangan kota adalah persoalan
politik, sosial, ekonomi, budaya, teknologi dan fisik. Batas fisik wilayah yang
masuk dalam kategori perkotaan selalu berubah setiap saat, maka sering sekali
terlihat batas fisik wilayah perkotaan telah berada jauh diluar batas administrasi
suatu wilayah. Kemudian dalam pola morfologi, perkotaan merupakan bentuk
fisik suatu wilayah, dimana pembentukannya sangat dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor seperti: mobilitas penduduk, kondisi topografi, aksesibilitas, dan
kepadatan penduduk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori morfologi kota?
2. Bagaimana bentuk-bentuk morfologi kota?
3. Bagaimana perluasan areal perkotaan?

C. Tujuan
1. Memahami teori mengenai teori morfologi kota.
2. Memahami bentuk-bentuk morfologi kota.
3. Memahami perluasan areal perkotaan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. ISI

Morfologi terdiri dari dua suku kata yaitu morf yang berarti bentuk dan
logos yang berarti ilmu. Secara sederhana morfologi kota berarti ilmu yang
mempelajari produk bentuk-bentuk fisik kota secara logis. Morfologi merupakan
pendekatan dalam memahami bentuk logis sebuah kota sebagai produk perubahan
sosio-spatial. Disebabkan karena setiap karakteristik sosial-spasial di setiap
tempat berbeda-beda maka istilah morfologi sangat erat kaitannya dengan istilah
tipologi. Secara sederhana, Markus Zahn memberi pengertian istilah morfologi
sebagai formasi sebuah objek bentuk kota dalam skala yang lebih luas. Morfologi
biasanya digunakan untuk skala kota dan kawasan. Sedangkan tipologi sebagai
klasifikasi watak atau karakteristik dari formasi objek-objek bentukan fisik kota
dalam skala lebih kecil. Istilah tipologi lebih banyak digunakan untuk
mendefinisikan bentuk elemen-elemen kota seperti jalan, ruang terbuka
hijau,bangunan dan lain sebagainya.

Menurut pendekatan morfologi, kota dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Menurut Kostof bahwa kota adalah tempat kumpulan bangunan dan


manusia. (cities are place made up of buildings and people)
2. Menurut Sandi Siregar, kota adalah artifak yang dihuni. Kota sebagai
lingkungan buatan manusia yang memperlihatkan karya enjiniring besar
dan kompleks, terdiri dari kumpulan bangunan (dan elemen-elemen fisik
lainnya) serta manusia dengan konfigurasi tertentu membentuk satu
kesatuan ruang fisik (physical-spatial entity).
3. Menurut E.N. Bacon bahwa kota adalah artikulasi ruang yang
memberikan suatu pengalaman ruang tertentu kepada partisipasi. Oleh
karena itu, lingkup perhatian perancang kota akan lebih lengkap jika
meliputibangunan, setting dan karakter kota.
4. Menurut Ali Madanipour bahwa kota adalah kumpulan berbagai
bangunandan artefak (a collection of buildingsand artefact) serta tempat

6
untuk berhubungan sosial (a site for social relationships). Morfologi kota
merupakan suatu geometri dari proses perubahan keadaan yang bersifat
sosio-spasial (the geometry of a socio-spatial continuum).
5. Menurut Also Rossi 18 bahwa kota adalah karya kolektif
6. Menurut Paul D. Spreiregen juga menekankan pada pengertian kota
sebagai bentukan fisik yang secara keseluruhan saling mengisi satu sama
lainnya dan membentuk satu kesatuan penampilan kota.
7. Kota menurut Gallion and Eisner ,(1992 : 64) adalah suatu laboratorium
tempat pencarian kebebasan dilaksanakan dan percobaan-percobaan diuji
mengenai bentukan-bentukan fisik. Bentukan-bentukan fisik kota adalah
perwujudan kehidupan manusia, polanya dijalin dengan pikiran dan
tangan yang dibimbing oleh suatu tujuan. Bentukan fisik kota terjalin
dalam aturan yang juga mengemukakan lambang-lambangpola-pola
ekonomi, sosial, politis dan spiritual serta peradaban masyarakatnya. Kota
adalah tempat mengadu kekuatan-kekuatan budaya dan rancangan kota
merupakan ekspresinya. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik
suatu rumusan bahwa morfologi kota adalah sebuah pendekatan dalam
memahami kota sebagai suatu kumpulan geometris bangunan dan artefak
dengan konfigurasi kesatuan ruang fisik tertentu produk dari perubahan
sosio-spasialnya.

Morfologi biasanya digunakan untuk skala kota dan kawasan. Morfologi


kota pada eksistensi keruangan dari bentuk-bentuk wujud karakteristik kota yaitu
analisa bentuk kota dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Yunus, 2000).
Morfologi kota tidak hanya sebatas menganalisa bentuk kota tetapi juga
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kota tersebut.
Birkhamshaw, Alex J and Whitehand (2012) menyatakan bahwa dalam aspek-
aspek urban morfologi, penetapan karakteristik perkotaan dari berbagai jenis
bentuk adalah hal yang mendasar terutama dalam kaitannya untuk membedakan
dan melakukan pemetaan wilayah yang kebijakan setiap wilayah juga berbeda-
beda. Dengan adanya teori tersebut maka dalam suatu penelitian morfologi kota,
memerlukan kajian morfologi kota dengan berbagai jenis bentuk atau aspek.

7
Menurut Conzen dalam Birkhamshaw, Alex J and Whitehand (2012), morfologi
kota memiliki tiga komponen yaitu

1. Ground Plan (pola jalan, blok bangunan),

Pola jalanan serta bangunan dapat menjadi sebuah kota menjadi


bentuk yang beraturan dan tidak beraturan, apabila kota tersebut memiliki
pola beraturan akan mengakibatkan terjadinya bentuk kota yang kompak
seperti the square cities, the rectangular cities, rounded cities.

2. Bentuk bangunan

Bentuk bangunan yang dimaksudkan adalah secara tiga dimensi,


apakah bentuk bangunan sudah mencirikan bangunan tiga dimensi yang
berkembang secara lanjut.

3. Fungsi lahan/bangunan.

Lahan di kota rerata digunakan sebagian besar untuk pemukiman


dengan karakteristik kompak dan penduduk yang heterogen. Kota
memiliki sejumlah daya tarik bagi para penduduk di daerah desa sehingga
menyebabkan adanya urbanisasi, hal ini turut peningkatan kepadatan
penduduk di kota. Bentuk penggunaan lahan lain di kota adalah
industrialisasi, pusat pemerintahan dan ruang terbuka hijau. Industri yang
berada di kota umumnya berada di kawasan luar atau dalam kota
tergantung dari kebijakan kota, mayoritas penduduk yang berasal dari low
income akan tinggal di daerah dekat dengan daerah industri guna dapat
menghemat biaya.

Ruang terbuka hijau di kota yang telah diatur sebesar tiga puluh persen
dari luas area kota, hal ini dimaksudkan agar menjadi paru-paru kota atau sumber
oksigen bagi kota serta memiliki berbagai fungsi yang lainnya.

Analisa bentuk kota meliputi:

1. Bentuk-bentuk kompak terdiri atas bentuk bujur sangkar (the square


cities), bentuk empat persegi panjang (the rectangular cities), bentuk kipas
(fan shaped cities), bentuk bulat (rounded cities), bentuk pita (ribbon

8
shaped cities), bentuk gurita atau bintang (octopus/star shaped cities),
bentuk tidak berpola (unpatterned cities).
2. Bentuk-bentuk tidak kompak Terdiri atas bentuk terpecah (fragmented
cities), bentuk berantai (chained cities), bentuk terbelah (split cities),
bentuk stellar (stellar cities).

Kota yang seringkali berkembang pesat mengakibat terjadinya pergeseran


batas morfologi kota. Perkembangan ini dinamakan urban sprawl. Hal tersebut
dapat mengakibatkan over bounded city (batas morfologi kota yang melebihi batas
administratif kota sehingga menyebabkan perkembangan di daerah suburban),
under bounded city (batas morfologi kota yang berada di dalam batas administratif
kota) serta true bounded city (batas morfologi kota yang hampir menyamai dengan
batas administratif kota).

B. Teori Morfologi Kota

Teori morfologi kota menjelaskan pentingnya melakukan kajian morfologi kota


berdasarkan pendapat para ahli sebagai berikut:
1. Menurut Aldo Rossi (1982)
Rossi mendeskripsikan morfologi merupakan suatu artefak kota. Teori
ini mendasari pemahaman tentang arti morfologi yang merupakan
penggambaran proses atau perkembangan artefak-artefak yang terjadi di objek
penelitian.
2. Menurut Schultz (1979)
Studi morfologi pada dasarnya menyangkut kualitas figurasi dalam
konteks bentuk dari pembatasan ruang. Schultz mengatakan bahwa sistem
figurasi ruang dihubungkan melalui pola, hirarki ruang maupun hubungan ruang
yang satu dengan ruang yang lain.
3. Menurut Loeckx (1989)
Studi morfologi merupakan pertalian struktural antara tipe-tipe peraturan
dari koneksi, interelasi, posisi, pendimensian, memfungsikan dan sebagainya
yang mana mengatur jalinan dari tipe-tipe yang berbeda ke dalam sesuatu seperti
jaringan-jaringan organisasi.
4. Menurut Smalles (1955)

9
Smalles mengemukakan tiga unsur morfologi kota, yaitu: 1. unsur-unsur
penggunaan lahan, 2 pola-pola jalan dan tipe-tipe bangunan
5. Menurut Whitehand (1977) dan onzen (1958)
Menurut mereka, kajian mengenai sejarah suatu kota merupakan dasar
yang sangat penting dalam melakukan kajian morfologi suatu kota yang
didalamnya memiliki karakter fisik perkotaan berupa perubahan yang terjadi
dari waktu ke waktu yang menjadi penilaian di masa yang akan datang.

6. Menurut Sima dan Dian Zhang (2009)

Menurut Sima dan Dian Zhang, sistem analisis morfologi menganggap


sistem jalan, pola plot, dan pola bangunan sebagai bagian integral dari kota.
Bentuk dan perubahan yang dikaji dalam morfologi kota merupakan fokus pada
penjelasan elemen-elemen perkotaan yang merupakan bagian dari struktur
perkotaan.

7. Menurut Moudon (1977)

Moudon berpendapat bahwa terdapat unsur-unsur fidik dalam morfologi


kota yaitu bangunan dan ruang terbuka di dalamnya, jaringan dan pola, dan
jaringan jalan. Unsur- unsur morfologi tersebut menjadi acuan dalam mempelajari
sejarah serta perubahan di dalamnya dan faktor-faktor yang mempengruhi
perubahan tersebut.

C. Kajian Bentuk- Bentuk Kota

1. Bentuk-bentuk kompak
❖ Bentuk bujur sangkar ( the square cities), kota
berbujur sangkar menunjukan adanya kesempatan
perluasan kota ke segala arah yang “relatif” seimbang
dan kendala fisikal “relatif” tidak begitu berarti.

10
❖ Bentuk empat persegi panjang (the rectangular
cities), melihat bentuknya orang dapat melihat bahwa
dimensi memanjang sedikit lebih besar daripada dimensi
melebar.
❖ Bentuk Kipas (fan shaped cities), bentuk semacam
ini sebenarnya merupakan bentuk sebagian lingkaran.

❖ Rounded Cities (bulat), bentuk ini adalah bentuk yang


paling ideal untuk kota, karena mempunyai kelebihan
yaitu perkembangannya kesegala penjuru arah dan juga
seimbang.
❖ Bentuk pita (ribbon shaped cities), sebenarnya bentuk
ini juga mirip “rectangular city” namun karena dimensi
memanjangnya jauh lebih besar dari pada dimensi
melebar maka bentuk ini menempati klasifikasi
tersendiri dan menggambarkan bentuk pita. Dalam hal jelas terlihat adanya
peranan jalur memanjang (jalur transportasi) yang sangat dominan mempengaruhi
perkembangan areal ke kotanya, serta terhambatnya areal perluasan ke samping.

❖ Octopus/Star Shape Cities (gurita/bintang), pada bentuk


ini terdapat beberapa jalur transportasi yang dominan,
terdapat juga daerah hinterland, selain itu pada tepi
pinggirannya tidak ada kendala fisik yang berarti.
2. Bentuk-bentuk tidak kompak
❖ Fragment Cities (terpecah), bentuk awalnya adalah
bentuk kompak namun dalam skala yang kecil,dan
akhirnya saling menyatu dan membentuk kota yang
besar.

11
❖ Chained Cities (berantai), bentuk ini terpecah namun
hanya terjadi di sepanjang rute tertentu.

❖ Split Cities (terbelah), bentuk ini menggambarkan bentuk


kota yang kompak namun sektor terbelah oleh perairan
yang lebar.

❖ Stellar Cities (satelit), bentuk kota ini biasanya didukung


oleh teknologi transportasi yang maju dan juga
komunikasi yang maju.

D. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Bentuk Kota

Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kota yaitu faktor bentang alam atau
geografis, transportasi, sosial, ekonomi dan regulasi . Morfologi kota selain dilihat dari
sisi bentuk kota dan faktor-faktor yang mempengaruhinya juga dapat dilihat berdasarkan
tipe morfologi kota (Urban Morphology Type).

1. Ruang

Ruang merupakan alih kata space untuk bahasa Indonesia. Dalam Oxford
English Dictionary disebutkan, space berasal dari kata Latin Spatium yang berarti
terbuka luas, memungkinkan orang berkegiatan dan bergerak leluasa di dalamnya,
dan dapat berkembang tak terhingga 10 .

2. Pusat Kota

12
Pusat kota adalah suatu titik/tempat/daerah pada suatu kota yang memiliki
peran sebagai pusat dari segala kegiatan kota antara lain politik, sosial budaya,
ekonomi dan teknologi 11. Peran tersebut dijalankan melalui jasa pelayanan yang
diberikan oleh fasilitas-fasilitas umum maupun sosial yang ada didalamnya. Oleh
karena itu, suatu pusat kota harus memiliki kelengkapan fasilitas yang baik dan
memadai.

3. Perkembangan Kota

Perkembangan perkotaan adalah suatu proses perubahan keadaan


perkotaan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda.
Tekanan perubahan keadaan tersebut biasanya didasarkan pada waktu yang
berbeda dan untuk menganalisis ruang yang sama. Perkembangan kota dipandang
sebagai fungsi jumlah penduduk, penguasaan alat atau lingkungan, kemajuan
teknologi dan kemajuan dalam organisasi sosial.

13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Morfologi kota memiliki ciri khas masing masing sehingga menyebabkan


satu kota dengan kota yang lain tidak sama dikarenakan adanya berbagai macam
faktor yang mempengaruhinya. Perkembangan morfologi kota juga harus
diperhatikan agar tidak merusak ekosistem serta pembangunan morfologi kota
hendaknya dapat menjadi salah satu indikator pembangunan berkelanjutan.

Aspek penarik kota yang mengakibatkan adanya perkembangan morfologi


kota sehingga pemerintah hendaknya mampu mengatur perkembangan kota
sehingga tidak ada pemukiman liar serta juga memperhatikan ruang terbuka hijau
yang sangat diperlukan oleh kota.

14
Daftar Pustaka

Birkhamshaw, Alex J and J.W.R. Whitehand. (2012) Conzenian Urban Morphology


and the Character Area of Planners And Residents. Urban Design International
(17), 4–17.

Weishaguna, 2001. MORFOLOGI SEBAGAI PENDEKATAN MEMAHAMI KOTA,


UNISBA Jalan Tamansari No.1 ,Bandung

Yunus H.S., 2000, “Struktur Tata Ruang Kota”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Yunus,
Hadi, 2005, “Manajemen Kota”, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Zahn, Markus, Perancangan Kota Secara Terpadu : Teori Perancangan Kota dan
Penerapannya, Yogyakarta, Kanisius, 1999, hlm 267.

15

Anda mungkin juga menyukai