Anda di halaman 1dari 22

INDUSTRI BATIK

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK 2 :


1. Ahmad Taufiqurrahman (184052410)
2. Bagus Cahyo Nugroho (184052410)
3. Rahma Aliya Fortuna (18405244023)
4. Afkari Zulaiha (18405244024)
5. Parjini (18405244025)

2
DEFINISI
PENGERTIAN
▪ Batik merupakan salah satu produk tekstil hasil karya tradisional
bangsa Indonesia. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki
hasil karya batik dengan kekhasan motifnya. Ini merupakan salah
satu dari sekian banyak ragam kekayaan bangsa yang perlu
dilestarikan dan dijaga kualitasnya. Pengukuhan batik sebagai
warisan budaya tak benda oleh United Nations Educational,
Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) tahun 2009
memberikan kebanggaan sekaligus tantangan bagi pemangku
kepentingan di Indonesia.
4

Disadari bahwa batik dapat memberikan
kontribusi yang besar dalam menciptakan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat
Indonesia. Untuk itu, pelestarian dan
perkembangan industri batik yang
menghasilkan kualitas dan ciri khas daerah
harus mendapat dukungan dari semua pihak.

5
PENGERTIAN

▪ Kementerian Perindustrian menyatakan dalam berita industri tahun


2012, bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat
dalam tahun 2012, Indonesia mengimpor kain dan produk jadi batik
dari Tiongkok sebanyak 1.037 ton bernilai USD30 juta atau sekitar
Rp285 miliar.

6
Permasalahan
▪ Faktanya saat ini, Indonesia telah dibanjiri produk batik yang berasal
dari Tiongkok dengan harga yang jauh lebih murah dan cukup
beragam. Sebetulnya batik yang dihasilkan Indonesia lebih baik dari
segi kualitas, namun harganya masih relatif lebih tinggi dibanding
produk asal Tiongkok. Hal ini menjadi tantangan bagi pelaku usaha
batik Kota Surakarta untuk meningkatkan daya saing industri
batiknya.

8
▪ Bahan baku merupakan salah satu komponen strategis
dalam industri batik. Bagi industri batik yang berada di
Pulau Jawa, bahan baku relatif mudah untuk dijangkau.
Kondisi sebaliknya dihadapi industri batik di luar Pulau
Jawa, di mana bahan baku dibeli dari Pulau Jawa sehingga
harus dikirimkan dan membutuhkan waktu yang relatif
lama. Hal ini berdampak pada kurang lancarnya aktivitas
produksi dan meningkatnya biaya produksi.

9
▪ Sebagian besar industri batik di Pulau Jawa menggunakan
bahan pewarna buatan. Keadaan ini dapat menjadi masalah di
waktu yang akan datang karena limbah yang dihasilkan belum
dikelola. Bahkan, banyak industri yang membuang limbah ke
sungai.
▪ Dampaknya, warna sungai berubah dan menghasilkan bau
tidak sedap. Hal ini dapat merugikan masyarakat yang
mengandalkan sungai sebagai mata pencaharian atau aktifitas
sehari-hari. 10
▪ Produksi batik, khususnya batik cap dan batik tulis
membutuhkan keterampilan dan ketelitian. Oleh karena itu,
tidak semua orang bisa membuat batik. Bagi industri batik
di Pulau Jawa, tenaga kerja terampil relatif mudah
ditemukan.
▪ Sementara bagi industri batik di luar Pulau Jawa, pada
umumnya mengundang perajin batik dari Pulau Jawa untuk
memberi pelatihan dalam kurun waktu tertentu. Setelah itu,
mengupayakan SDM lokal yang telah terlatih untuk menjadi
11
tenaga kerja.
▪ Ketersediaan printing batik yang valid dan mutakhir
merupakan salah satu prasyarat untuk menyusun rencana
pengembangan yang efektif dan efisien. Dari total 27
provinsi, sebagian besar tidak memiliki printing atau tidak
memperbaharui data. Hal yang menjadi alasan antara lain
belum adanya komunikasi antara pemerintah daerah dan
industri batik, dan keterbatasan anggaran untuk
melaksanakan pengumpulan data.

12
Solusi
▪ Dinas dan asosiasi perlu mengupayakan pelatihan yang
sebisa mungkin mengutamakan para perajin baru karena
cenderung lebih cepat dalam mengadopsi hal yang baru. Hal
ini dicontohkan oleh Dinas Perindustrian Provinsi Bengkulu
yang mendorong peserta pelatihan berusia 18-35 tahun.
Lulusan pelatihan diharapkan mampu menjadi tenaga kerja
terampil dalam usaha batik.

14
▪ Untuk meningkatkan minat berbisnis batik, khususnya di
luar Pulau Jawa maka perlu ada sosialisasi secara berkala
mengenai potensi bisnis batik. Masyarakat saat ini belum
mengetahui bahwa usaha batik mampu memberikan
penerimaan cukup besar. Selain itu, potensi ekspor batik
juga sangat tinggi karena batik merupakan warisan budaya
yang diakui dunia.

15
▪ Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalahan
limbah batik adalah mengadakan instalasi pengolahan air
limbah (IPAL). Proses membangun IPAL dapat
memanfaatkan pendanaan, baik swadaya industri batik,
pemanfaatan dana APBD/APBN maupun akses dana CSR
perusahaan.

16
Contoh Perusahaan Industri Batik
▪ Salah satu industri batik terkenal ialah adalah kampung batik Laweyan
di Surakarta. Masyarakat Laweyan dari zaman kerjaan Pajang sampai
sekarang merupakan daerah penghasil batik. Meskipun dalam
perkembangannya mengalami pasang surut dalam usahanya tetapi
masyarakatnya masih tetap eksis dalam bidang perbatikan.

18
▪ Sejak dicanangkannya Laweyan sebagai kampong wisata
batik dengan SK Walikota Surakarta Nomor 534.05/136-
B/1/2004, maka perkembangan industri batik dikampung
Laweyan mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya wisatawan yang berkunjung untuk
berbelanja batik sekaligus belajar membatik serta menikmati
bangunan-bangunan peninggalan yang bersejarah (Setiawati
dan Nursiam, 2013).

19
Kesimpulan
▪ Jumlah industri batik di Indonesia diperkirakan mencapai
6.120 unit dengan tenaga kerja sebanyak 37.093 orang dan
mampu mencapai nilai produksi sekitar 407,5 miliar rupiah
per bulan atau setara 4,89 triliun rupiah per tahun.
Permasalahan yang dihadapi oleh industri batik terdiri dari
printing, bahan baku, keterampilan tenaga kerja,
pengembangan usaha kain lokal, pengelolaan limbah,
pembinaan dan pendampingan oleh Organisasi Perangkat
Daerah (OPD), persaingan dengan printing bermotif batik.
21
Thanks!
Any questions?

22
👪💃🏃

Anda mungkin juga menyukai