Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

HAM DALAM PRESPEKTIF AGAMA ISLAM DI KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONJESIA

Disusun Oleh:

Anggota Kelompok

Fajrin Yulia Sari (18405241045)

Iqbal Alan Abdullah (18405241048)

Fithra Agit Nurmawan (18405241053)

Bagus Cahyo Nugroho (18405244010)

Youtrin Fadila (18405244019)

Rahma Aliya Fortuna (18405244023)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
BAB I

Pendahuluan

A. LATAR BELAKANG

Masalah HAM menjadi salah satu pusat perhatian manusia sejagat, sejak pertengahan
abad kedua puluh. Hingga kini, ia tetap menjadi isu aktual dalam berbagai peristiwa sosial,
politik dan ekonomi, di tingkat nasional maupun internasional. Kaum muslim di seluruh
dunia, sebagai bagian integral dari masyarakat internasional, mempunyai perhatian sungguh-
sungguh terhadap isu global ini. Sebagai kelompok masyarakat yang memiliki warisan tradisi
peradaban yang sangat kaya, kaum muslim tidak pernah diam memberikan respon terhadap
setiap isu penting yang berkembang dalam setiap zaman. Islam, seperti kita ketahui bersama,
adalah ajaran yang dinamis. Ia selalu mendorong umatnya menemukan hal-hal baru demi
kemajuan umat manusia. Sepanjang keberadaannya, Islam telah membangun peradaban besar
yang sudah memberikan sumbangan yang sangat mementukan dalam sejarah peradaban umat
manusia hingga ke zaman kita sekarang ini. Demikian pula sumbangannya dalam rangka
mengakui dan menghormati harkat dan martabat manusia. Tidak berlebihan kiranya, jika kita
mengatakan Islam adalah agama kemanusiaan (religion of humanity).

Ketika kita melangkah untuk memahami Islam dalam perspektif HAM, kita selalu
akan dihadapkan pada pertanyaan akademis: apakah Islam memang memberikan pengajaran
di bidang ini? Secara umum, kita tentu dapat menjawab bahwa Islam adalah agama
komprehensif, karena al-Qur'an yang merupakan himpunan wahyu Ilahi yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad saw adalah kitab yang berfungsi "memberikan petujuk dan penjelas
atas petunjuk itu (al-bayan) serta pembeda" antara kebenaran dengan kesalahan (al-furqan).

Ajaran-ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW mencakup


keseluruhan aspek kehidupan manusiawi, walaupun untuk bidang-bidang tertentu ia hanya
memberikan rumusan-rumusan umum yang senantiasa dapat dipikirkan, direnungkan dan
diformulasikan untuk menghadapi tantangan perubahan zaman. Selain itu, corak rasionalitas
ajaran Islam yang senantiasa mendorong umatnya untuk berpikir kreatif dengan berlandaskan
kepada sumber ajaran Islam, yakni al-Qur'an dan al-Hadits, akan senantiasa mendorong
umatnya menemukan gagasan-gagasan dan konsepsi baru untuk menjawab tantangan zaman.
Al-Qur'an sendiri mengatakan "siapa berusaha dengan sungguh-sungguh di jalan Kami, maka
Kami akan menunjukinya jalan-jalan Kami".

Persoalan HAM berkait erat dengan konsepsi filosofis dengan suatu aliran pemikiran
tentang manusia. Perbedaan pandangan metafisik terhadap manusia inilah yang melahirkan
perbedaan konsepsi manusia tentang kehidupan pribadi dan sosial manusia. Meskipun
perbedaan metafisik ini telah dimulai sejak ribuan tahun lalu, namun masalah itu belum
sepenuhnya dapat terjawab dengan memuaskan. Manusia tetap saja menjadi misteri besar
dari semua eksistensi. Hingga sekarang ironisnya, manusia sebenarnya belum mempunyai
pemahaman utuh dan konfrehensif tentang dirinya. Ajaran-ajaran Islam juga memberikan
dasar-dasar pemahaman tentang manusia dan hak-hak asasinya, yang sampai sekarang
menjadi sumber yang tidak pernah kering dalam membahas hak-hak manusia baik dari sudut
pandang filsafat ataupun ilmu pengetahuan.

A. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Apa pengertian Hak Asasi Manusia?
b. Bagaimana Sejarah terjadinya Hak Asasi Manusia ?
c. Apa Konsep Hak Asasi Manusia dalam Islam?
d. Bagaimana Pengaturan Hak Asasi Manusia dalam Islam?

B. TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian HAM.
b. Untuk mengetahui sejarah HAM
c. Untuk mengetahui HAM dalam perspektif islam
d. Untuk mengetahui contoh-contoh pelanggaran HAM
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HAM
Menurut Reswanto (2016) HAM adalah salah satu upaya yang diarahkan untuk
membangun kapasitas pemerintah daerah dalam penegakan HAM. Program ini juga harus
melibatkan sejauh mungkin partisipasi dan kapasitas politik masyarakat, sehingga Program
Kota HAM menjadi milik dan dipelihara oleh publik.
Ada Beberapa pendapat yang memberikan pemahaman tentang definisi Hak Asasi Manusi
(HAM):
1. HAM adalah hak dasar sejak lahir merupakan anugerah dari Allah SWT;
2. HAM adalah hak yang dimiliki manusia sejak kelahirannya;
3. HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia, tanpa hak itu manusia tidak dapat
hidup secara layak;
4. HAM adalah seperangkat hak-hak yang melekat pada hakikat dan keberadaban manusia
sebagaimakhluk tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Budiardjo (1999: 120), hak Asasi adalah hak yang dimiliki manusia yang
telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam
kehidupan masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa perbedaan atas
dasar negara, ras, agama, dan kelamin dan karena itu bersifat asasi serta universal. Dasar ini
dari semua hak asasi adalah bahwa manusia harus memperoleh kesempatan untuk
berkembang sesuai dengan bakat dan cita-cita
Hak asasi manusia adalah hak manusia yang paling mendasari segala aspek
kehidupan. Dimana hal tersebut melekat padanya di manapun manusia terbut berada. Tanpa
adanya hak ini akan menimbulkan kurangnya harkat dan martabat manusia yang seharusnya
menjadi makhluk yang sempurna karena memiliki akal. Akal tersebut terkait dengan moral.
Hak asasi manusia juga merupakan suatu tuntutan yang secara moral dapat
dipertanggungjawabkan, dimana apabila masih berada di batas kewajaran akan mendapatkan
perlindungan hukum.
Menurut mukadimah Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia (Universal
Declaration of Human Rights) dalam Reswanto (2016) dijelaskan mengenai hak asasi
manusia sebagai :
”Pengakuan atas keseluruhan martabat alami manusia dan hak-hak yang sama dan
tidak dapat dipindahkan kepada orang lain dari semua anggota keluarga kemanusiaan adalah
dasar kemerdekaan dan keadilan di dunia.”
Pelanggaran HAM kerap terjadi di level lokal. Memutus mata rantai pelanggaran
HAM dipandang akan lebih efektif jika pada level lokal dibangun kapasitas pemerintah
dalam menunaikan kewajiban HAM. Penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan HAM
akan lebih terasa dampaknya bagi masyarakat, terutama kelompok rentan jika otoritas di
level lokal didorong untuk memiliki kesadaran HAM dan, dengan itu, mampu menyusun
pilihan-pilihan kebijakan dan membangun praktikpraktik terbaik bagi perwujudan
penikmatan HAM di tingkat lokal.

B. KONSEP HAM DALAM HUKUM ISLAM


Hak asasi pada dasarnya menunjukkan kekuasaan atau wewenang yang dimiliki
seseorang bersifat mendasar. Oleh karena hak asasi bersifat mendasar dan fundamental, maka
pemenuhannya bersifat imperatif. Hal ini sejalan dengan konsep Islam khususnya prinsip
Tauhid yang merupakan ajaran paling mendasar dalam Islam. Tauhid memiliki efek
pembebasan diri (self-liberation) sekaligus juga pembebasan sosial, salah satu dari implikasi
pembebasan sosial itu adalah paham egalitarianisme, yaitu bahwa semua manusia setara di
hadapan Tuhan, yang membedakan hanyalah derajat ketakwaannya saja.
Dampak paling nyata emansipasi harkat dan martabat kemanusiaan karena keimanan
kepada Allah adalah terwujudnya pola hubungan antar manusia dalam semangat
egalitarianisme. Karena setiap pribadi manusia berharga sebagai mahluk Tuhan yang
bertanggung jawab langsung kepada-Nya, tidak seorangpun dari mereka yang dibenarkan di
ingkari hak-hak asasinya, sebagaimana tidak seorangpun dari mereka yang di benarkan
mengingkari hak asasi manusia lain.
Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara transeden untuk kepentingan manusia,
lewat syariah Islam yang diturunkan melalui wahyu. Menurut syaria sendiri, manusia adalah
makhluk bebas yang memiliki tugas dan tanggung jawab, dan karenanya ia juga mempunyai
hak dan kebebasan. Dasar dari pernyataan tersebut adalah keadilan yang ditegakkan atas
dasar persamaan, tanpa membedakan yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, dapat
dinyatakan bahwa kebebasan secara ekstensial tidak terwujud tanpa adanya sebuah tanggung
jawab.
Sistem HAM dalam Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang persamaan,
kebebasan, dan penghormatan terhadap sesama manusia. Sedangkan kebebasan merupakan
elemen penting dari ajaran Islam. Kehadiran Islam memberikan jaminan pada kebebasan
manusia agar terhindar dari kesia-siaan dan tekanan dalam berbagai bidang kehidupan
(Hafniati, 2018: 269).
Dalam islam seluruh ras kebangsaan mendapat penghormatan yang sama. Sebenarnya
citra kehormatan tersebut terletak pada ketunggalan kemanusiaan, bukan pada superioritas
individual dan ras kesukuan. Kehormatan diterapkan secara global melalui solidaritas
persamaan secara mutlak. Semua adalah keturunan Adam, jika Adam tercipta dari tanah, dan
mendapat kehormatan di sisi Allah, maka seluruh anak cucunya berhak mendapatkan
kehormatan yang sama, tanpa terkecuali.
Pada dasarnya HAM dalam Islam terpusat pada lima hal pokok yang terangkum
dalam al-dloruriyat al-khomsah atau yang disebut juga al-huquq al-insaniyah fi al-islam
(hak-hak asasi manusia dalam Islam). Konsep ini mengandung lima hal pokok yang harus
dijaga oleh setiap individu, yaitu hifdzhu al-din (penghormatan atas kebebasan beragama),
hifdzhu al-mal (penghormatan atas harta benda), hifdzhu al-nafs wa al-‘ird (penghormatan
atas jiwa, hak hidup, dan kehormatan individu), hifdzhu al-aql (penghormtaan atas kebebasan
berfikir) dan hifdzhu al-nasl (keharusan untuk menjaga keturunan). Kelima hal pokok inilah
ang harus dijaga oleh setiap umat Islam supaya menghasilkan tatanan kehidupan yang lebih
manusiawi , berdasarkan atas penghormatan individu atas individu, individu dengan
masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan negara dan komunitas
agama dengan komunitas agama lainnya (Hafniati, 2018: 270).
Menurut Hussain (1996 :99), konsep hak asasi manusia dalam Islam dibagi dua
macam dilihat dari kategori huquuqul ibad. Pertama, HAM yang keberadaannya dapat
diselenggarakan oleh suatu negara (Islam). Kedua, adalah HAM yang keberadaannya tidak
secara langsung dapat dilaksanakan oleh suatu negara. Hak-hak yang pertama disebut sebagai
hak-hak legal, sedangkan yang kedua dapat disebut sebagai hak-hak moral. Perbedaan antara
keduanya hanya terletak pada masalah pertanggungjawaban di depan Negara.
Adapun masalah sumber, sifat, dan pertanggungjawaban di hadapan Allah adalah
sama. Dalam Islam keserasian kesucian HAM jauh lebih besar daripada hanya sekedar
ibadah-ibadah ritual. Jika seseorang tidak memenuhi kewajibannya di hadapan Allah dia
mungkin saja masih bisa diampuni. Namun tidak demikian dalam kasus tidak memenuhi
kewajiban kepada sesama manusia.
Dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pada pasal
1, hak asasi manusia pada dasarnya juga disandarkan kepada hakikat keberadaan manusia
sebagai mahluk Tuhan dimana HAM diartikan sebagai seperangkat hak yang melekat pada
hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati dan dijunjung tinggi oleh negara, hukum, pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Jika
ditelaah lebih jauh dasar pemikiran pembentukan Undang-undang No. 39 Tahun 1999
tentang HAM tersebut juga pada prinsipnya di dasarkan pada keberadaan manusia sebagai
mahluk Tuhan, hal ini dapat kita lihat dari penjelasan umum UU No. 39 Tahun 1999 yang
menyatakan bahwa dasar pemikiran pembentukan UU No. 39 Tahun 1999 adalah sebagai
berikut:
a. Tuhan Yang Maha Esa adalah pencipta alam semesta dengan segala isinya dan pada
dasarnya, manusia dianugerahi jiwa, bentuk, struktur, kemampuan, kemauan serta
berbagai kemudahan oleh penciptanya, untuk menjamin kelanjutan hidupnya;
b. Untuk melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan martabat manusia, diperlukan
pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia, karena tanpa hal tersebut manusia akan
kehilangan sifat dan martabatnya, sehingga dapat mendorong manusia menjadi serigala
bagi manusia lainnya (homo homini lupus);
c. Karena manusia merupakan makhluk sosial, maka hak asasi manusia yang satu dibatasi
oleh hak asasi manusia yang lain, sehingga kebebasan atau hak asasi manusia bukanlah
tanpa batas;
d. Hak asasi manusia tidak boleh dilenyapkan oleh siapapun dan dalam keadaan apapun;
e. Setiap hak asasi manusia mengandung kewajiban untuk menghormati hak asasi manusia
orang lain, sehingga di dalam hak asasi manusia terdapat kewajiban dasar;
f. Hak asasi manusia harus benar-benar dihormati, dilindungi, dan ditegakkan, dan untuk itu
pemerintah, aparatur negara, dan pejabat publik lainnya mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab menjamin terselenggaranya penghormatan, perlindungan, dan penegakan
hak asasi manusia.

C. PENGATURAN HAK ASASI MANUSIA DALAM HUKUM ISLAM


Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak dasar yang wajib dimiliki oleh setiap
manusia yang hidup di dunia tanpa terkecuali. Agama Islam sangat menjunjung tinggi dan
menghargai HAM. Rasulullah, s.a.w., bersabda: “Seorang Muslim adalah saudara muslim
lainnya. Jangan menzhaliminya dan jangan menyerahkannya. Siapa yang membantu
kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya dan siapa yang
menyelamatkan seorang muslim dari satu bencana maka Allah akan selamatkan dari satu
bencana di hari kiamat. Siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan tutupi
aibnya dihari kiamat.” (HR al-Bukhori).
Menurut Juliardi (2015) islam mengakui adanya HAM yang memiliki karakteristik
dan maqaashid yang jelas, diantaranya:
1. Karakteristik HAM dalam Islam.
a. Rabbaniyyah, dmana semua hak telah di jelaskan dalam al-Qur`an dan sunnah.
Sumbernya berasal langsung dari Allah.
b. Tsabat (tidak berubah-rubah). Walaupun banyak usaha penyesatan dan perancuan
kebenaran Islam dengan kebatilan namun tetap kebenarannya kuat dan tidak goyah.
c. Al-Hiyaad, sehingga jauh dari rasisme dan mengikuti hawa nafsu.
d. Asy-Syumul (universal), karena mencakup seluruh kepentingan dan kemaslahatan
manusia sekarang dan masa depan e. ‘Alamiyah (bersifat mendunia), karena cocok
untuk segala waktu dan tempat, karena mampu memenuhi kebutuhan manusia dan bisa
menjadi solusi terbaik semua masalah mereka.
2. Maqaashid HAM dalam Islam.
a. Mewujudkan kesempurnaan ibadah kepada Allah
b. Menjaga kehidupan manusia dalam semua marhalahnya.
c. Menyebarkan ajaran Islam keseluruh dunia melalui pembinaan dan
d. pendidikan manusia. Juga memberikan solusi atas perbedaan yang ada dengan cara
yang efektif dan efesien.
e. Mewujudkan keadilan sosial dengan menyebarkan keadilan dimuka bumi dan
menghilangkan kasta sosial yang ada.
f. Menjaga kepentingan dan kemashlahatan manusia.
g. Memuliakan manusia.
Menurut Mawdudi (1995) dalam Juliardi (2015), dalam Islam, ada kewajiban yang
diperintahkan kepada manusia dan dibagi ke dalam dua kategori, yaitu huquuqullah dan
huquuqul ‘ibad. Huquuqullah (hak-hak Allah) adalah kewajiban manusia kepada Allah yang
diwujudkan dalam bentuk ritual ibadah. Sedangkan huquuqul ‘ibad (hak manusia)
merupakan kewajiban manusia terhadap sesamanya dan terhadap makhluk Allah lainnya.
Menurut Yefrizawati (2005:3), Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber hukum islam
memberi penghargaan yang tinggi terhadap HAM. Al-Qur’an sebagai sumber hukum
pertama bagi umat Islam telah meletakan dasar-dasar HAM serta kebenaran dan keadilan
jauh sebelum timbul pemikiran mengenai hal tersebut pada masyarakat dunia. Hal ini dapat
dilihat pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Al-Quran antara lain,
1. Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 80 ayat tentang hidup, pemeliharaan hidup dan
penyediaan sarana kehidupan, misalnya dalam Surat Al-Maidah ayat 32. Di samping itu,
Al-Qur’an juga berbicara tentang kehormatan dalam 20 ayat.
2. Al-Qur’an juga menjelaskan dalam sekitar 150 ayat tentang ciptaan dan makhluk-
makhluk, serta tentang persamaan dalam penciptaan, misalnya dalam Surat Al-Hujarat
ayat 13
3. Al-Qur’an telah mengetengahkan sikap menentang kezaliman dan orang-orang yang
berbuat zalimdalam sekitar 320ayat, dan memerintahkan berbuat adil dalam 50 ayat yang
diungkapkan dengan kata-kata : ‘adl, qisth dan qishash
4. Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang berbicara mengenai larangan memaksa
untuk menjamin kebebasan berpikir, berkeyakinan dan mengutarakan aspirasi. Misalnya
yang dikemukakan oleh Surat Al-Kahfi ayat 29.
Pengaturan lain mengenai HAM dapat juga dilihat dalam Piagam Madinah dan
Khutbah Wada’. Kedua naskah yang berkenaan dengan Nabi ini kemudian menjadi
masterpeacenya HAM dalam perspektif Islam. Piagam Madinah adalah suatu kesepakatan
antara berbagai golongan di Madinah dalam menegakkan ikatan kebersamaan dan
kemanusiaan. Adapun golongan masyarakat di Madinah pada masa itu terdiri dari tiga
kelompok, yaitu golongan Islan yang terdiri dari golongan Anshar dan Muhajirin, golongan
Yahudi dan para penyembah berhala. Di tengah-tengah pluralitas masyarakat seperti itu Nabi
saw berusaha membangun tatanan kehidupan bersama yang dapat menjamin hidup
berdampingan secara damai dan sejahtera. Prakteknya, Nabi saw mempererat persaudara
Muhajirin dan Anshar berdasarkan ikatan akidah. Sedangkan terhadap mereka yang berlainan
agama, beliau mempersatukannya atas ikatan sosial politik dan kemanusiaan. Bukti
konkretnya adalah adanya kesepakatan yang tertuang dalam piagam Madinah tersebut.
Adapun inti dari Piagam Madinah ini meliputi prinsip-prinsip persamaan, persaudaraan,
persatuan, kebebasan, toleransi beragama, perdamaian, tolong menolong dan membela yang
teraniaya serta mempertahankan Madinah dari serangan musuh (Yefrizawati, 2005: 4).
Khutbah Wada’ sampai sekarang sering dikenal sebagai khutbah atau pidato
perpisahan Nabi Muhammad saw dengan umat Islam seluruh dunia dan penegasan
kesempurnaan ajaran Islam yang telah disampaikannya. Padahal sebenarnya lebih dari itu,
dalam khutbah yang bertepatan dengan pelaksanaan wukuf di Arafah pada tanggal 19
Dzulhijjah 11 H itu, terdapat hallain yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia di
muka bumi, yaitu komitmen Islam yang telah menjunjung tinggi nilai-nilai asasi manusia.
Dimana pada saat itu Nabi saw menyerukan :
“Saudara-saudara! Bahwasanya darah kamu dan harta benda kamu sekalian adalah
suci bagi kamu, seperti hari dan bulan suci ini, sampai datang masanya kamu sekalian di
hadapan Allah. Dan kamu menghadap Allah, kamu semua akan dimintai
pertanggungjawaban atas segala perbuatan kamu.”
BAB III

Penutup

A. KESIMPULAN

Berdasarkan paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ajaran Islam sangat
memperhatikan seluruh aspek kehidupan manusia. Ajaran islam juga memeberikan tuntunan
dan pengaturan pada seluruh umat manusia. Mulai dari urusan yang kecil hingga urusan yang
berskala sangat besar. Dan tentunya di dalamnya terdapat aturan dan penghargaan tinggi
terhadap HAM. Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber hukum islam memberi penghargaan
yang tinggi terhadap HAM. Al-Qur’an sebagai dasar hukum bagi umat islam telah
menerangkan tentang dasar-dasar HAM serta kebenaran dan keadilan jauh sebelum timbul
pemikiran mengenai hal tersebut. Hak-hak manusia yang dilindungi dalam hukum islam
meliputi hak hidup, hak kebebasan beragama, ha katas keadilan, hak persamaan, hak
mendapatkan pendidikan, hak kebebasan berpendapat, hak kepemilikan dan hak
mendapatkan pekerjaan.

B. SARAN

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM
kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain
jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula HAM kita
dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu
menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan orang lain
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam. 1999. Dasar Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Hafniati. 2018. Hak Asasi Manusia dalam Islam. Al-Adyan. Vol 13. No. 1 hal : 261-284
Hussain, Syekh Saukat. 1996. Hak Asasi Manusia dalam Islam. Jakarta: Gema Insani Press
Juliardi, Budi. 2018. Pengaturan Mengenai Hak Asasi Manusia Dalam Islam. Jurnal Pendidikan.
Vol 1 No. 2
Reswanto, Hari. 2016. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Jurnal HAM. Vol XIII. Hal : 1-223

Anda mungkin juga menyukai