Anda di halaman 1dari 16

HAK-HAK ASASI MANUSIA

DALAM KONTEKS INDONESIA

Dosen Mata Kuliah PPKN :

Lili Supriyadi, S.Pd., M.M.

Disusun Oleh :

Hesti Putri Rachman

NIM : 11220810000031

Manajemen 1D

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Hak-Hak Asasi Dalam Konteks Indonesia.

Tujuan penulisan makalah ini dibuat adalah dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Hak-Hak Asasi Dalam Konteks Indonesia.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Lili Supriyadi S.Pd., M.M. selaku
dosen pada Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas makalah ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang sedang
penulis tekuni. Penulis juga mengucapkan kepada semua pihak yang terlibat yang telah
memberikan sebagian pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik serta saran dari berbagai pihak untuk
kesempurnaan makalah ini.

Depok, 01 November 2022


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya
berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya
antara individu atau dengan instansi.Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh.Masalah HAM
adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini.HAM
lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi.
Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi
dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha
perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.

Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu dilahirkan.Hak asasi
dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita sebagai manusia yang bila tidak ada
hak tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai manusia.Hak ini dimiliki oleh manusia semata – mata
karena ia manusia, bukan karena pemberian masyarakat atau pemberian negara. Maka hak asasi
manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain, masyarakat lain, atau Negara lain. Hak
asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak
dapat diabaikan.

Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang mempunyai martabat yang tinggi. Hak asasi manusia ada
dan melekat pada setiap manusia. Oleh karena itu, bersifat universal, artinya berlaku di mana saja dan
untuk siapa saja dan tidak dapat diambil oleh siapapun. Hak ini dibutuhkan manusia selain untuk
melindungi diri dan martabat kemanusiaanya juga digunakan sebagai landasan moral dalam bergaul
atau berhubungan dengan sesama manusia.

2. Batasan Masalah
Pembahasan maslah HAM di sini hanya membahas HAM dalam perspektif sejarah dan hukum yang
mengatur tentang HAM baik hukum nasional maupun hkum internasional . Tulisan ini tidak
membahas kasus-kasus HAM dan pelanggaran HAM serta solusinya atau kajian filosofis tentang HAM.

3. Maksud dan Tujuan


Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan deskripsi objektif untuk mendapatkan gambaran awal
tentang HAM dalam kerngka hukum (Tinjauan dari yuridis dan historis).

4. Metode Metode penulisan


karya ilmiah ini adalah deskripsi analitis, menggambarkan apa adanya konsep-konsep HAM dari
berbagai pendapat dan dari aspek yuridis serta historis. Sedangkan metode pemikiran karya ilmiah ini
menggunakan metode logika deduktif
Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

“Manusia” dan “HAM” adalah dua kata yang sulit untuk dipisahkan. Sejak kelahirannya di Bumi, manusia
lahir dengan membawa hak-hak kodrat yang melekat integral dalam hidupnya. Pada dasarnya, Manusia
adalah makhluk bebas. Sebagaimana pendapat Jean Jaquas Rousseau, bahwa Manusia akan semakin
berkembang potensinya dan merasakan nilai-nilai kemanusiaan dalam suasana kebebasan alamiah.
Kebebasan merupakan tuntunan manusia sebagai makhluk individu. Di sisi lain, Manusia adalah makhluk
sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri, ia selalu hidup di tengah-tengah sosialitasnya, baik itu kelompok
kecil masyarakat, suku, bangsa, atau negara.

Dalam kedudukan manusia sebagai makhluk sosial inilah masalah HAM menjadi sangat kompleks. Banyak
benturan manusia yang satu dengan manusia yang lain, kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
Hak dan kebebasan secara alamiah dimiliki setiap manusia. Dalam hidup berkelompok hak ini diambil atau
didelegasikan kepada kelompoknya untuk pengaturan hidup bersama. Dalam perkembangannya
kelompok masyarakat menjadi semakin kuat, sehingga manusia hanya sebagai sub ordinasi dari tata
kehidupan yang berlaku. Hidup dan kebebasan manusia diabaikan untuk kelompok. Saat itulah hak yang
melekat pada manusia sudah terampas.

Menurut pemikir besar Rusia Nicolai Alexandrenovict Berdyaev, manusia memang makhluk soaial, namun
hidupnya tidak boleh semata-mata diabadikan untuk kelompok. Hidup dalam kelompok akan bermakna
apabila kelompok mampu menambah kualitas kehidupan pribadi manusia, (Fuad Hasan, 1989, 87-88).
Konsep HAM mempunyai spektrum yang luas. Di satu sisi ada pemikiran liberalis yang mendasarkan diri
pada individualisme, di sisi lain berkembang penolakan HAM dan kebebasan pada pemikiran sosialisme
yang menekankan kepentingan bersama dan negara.

Hak Asasi Manusia atau HAM (yang dalam bahasa Inggris: Human Rights, Bahasa Prancis: Droits De
I`Homme, ataupun dalam bahasa Belanda: Mensen Rechten), merupakan sebuah konsep hukum dan
normative yang menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya, karena ia adalah
seorang manusia. Hak Asasi Manusia berlaku kapanpun, dimanapun, dan kepada siapapun tanpa pandang
bulu, sehingga membuat sifatnya jadi universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut. Hak Asasi
Manusia juga tidak dapat dibagi-bagi, saling berhubungan, dan saling bergantung. Hak Asasi Manusia
biasanya dialamatkan kepada negara, atau dalam kata lain, Negaralah yang mengemban kewajiban untuk
menghormati, melindungi, dan memenuhi Hak Asasi Manusia, include dengan mencegah hingga
menindaklanjuti pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang. Dalam terminologi modern, Hak Asasi
Manusia dapat digolongkan menjadi Hak sipil dan politik yang berkenaan dengan kebebasan sipil
(misalnya hak untuk hidup, hak kebebasan pendapat, hak untuk tidak disiksa dan tidak dianiaya), serta
hak ekonomi, sosial, dan budaya yang berkaitan dengan akses ke barang public (seperti, hak untuk
mendapatkan memperoleh pendidikan yang layak, hak atas kesehatan).

Dikutip langsung dari Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, berikut
pengertian HAM: "Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia."

Berikut ini saya lampirkan berbagai pendapat para ahli tentang HAM. Meski dari beberapa pendapat
dibawah ini ada sedikit perbedaan, namun pada hakikatnya memiliki prinsip yang sama :
1. John Locke

Hak Asasi Manusia atau HAM adalah hak yang dibawa sejak lahir dan secara kodrati melekat
pada setiap manusia. Hak sifatnya tidak dapat diganggu gugat atau mutlak. Hak merupakan
pemberian Tuhan kepada manusia mencakup persamaan dan kebebasan yang sempurna. Hak
bukan pemberian manusia atau lembaga kekuasaan. Hak berfungsi untuk mempertahankan hidup
dan harta benda yang dimilikinya.

2. Thomas Jefferson
HAM pada dasarnya adalah kebebasan manusia yang tidak diberikan oleh Negara. Kebebasan
ini berasal dari Tuhan, yang sudah melekat pada eksistensi manusia individu. Dan Pemerintah
diciptakan untuk melindungi sekaligus menjaga pelaksanaan Hak Asasi Manusia.

3. Mariam Budiardjo

HAM adalah Hak-hak yang dimiliki oleh manusia yang telah diperoleh juga dibawanya secara
bersamaan dengan kelahiran dan kehadirannya dalam kehidupan bermasyarakat. Hak ini ada
tanpa membedakan bangsa, ras, agama, golongan, jenis kelamin, Karena itu bersifat `Asasi` dan
universal. Dasar dari semua Hak Asasi adalah bahwa semua orang harus memperoleh
kesempatan berkembang sesuai bakat dan cita-citanya.

4. Peter R. Baehr
Dalam buku dengan judul Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Politik Luar Negeri, Peter R. Baehr
mengungkapkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar yang sudah ada di dalam diri
setiap manusia yang digunakan untuk perkembangan dirinya, hak-hak dasar itu memiliki sifat
mutlak dan tidak bisa diganggu gugat.

5. Universal Declaration Of Human Right

Dalam pembukuan dari deklarasi ini dinyatakan bahwa, HAM adalah Hak kodrati yang diperoleh
oleh setiap manusia berkat pemberian Tuhan seru sekalian Alam, sesungguhnya tidak dapat
dipisahkan dari hakekat manusia. Oleh karena itu, setiap manusia berhak memperoleh kehidupan
yang layak, kebebasan, keselamatan, dan kebahagian pribadi.

Dalam dunia ini, setiap manusia pasti mempunyai hak-hak dasar dalam kehidupannya dan hak-hak
dasar itu sudah ada sejak manusia itu lahir. Selain itu, hak-hak dasar tersebut sudah diakui secara
universal. Hak-hak dasar tersebut dikenal sebagai Hak Asasi Manusia (HAM). Dengan adanya HAM,
maka setiap manusia mempunyai perlindungan secara moral dan hukum, sehingga manusia bisa
terlindungi dari berbagai macam tindak kekerasan, perampasan, penganiayaan, dan sebagainya.

Manusia yang terlindungi dari berbagai macam hal yang bisa merugikan dirinya (perampasan,
penganiayaan, dan lain-lain) akan membuat kehidupannya menjadi lebih bebas dan tak merasa ada
tekanan. Dengan kata lain, manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa akan memiliki kehidupan
yang lebih layak karena adanya HAM.
HAM itu sendiri mulai dideklarasikan secara universal oleh Perserikatan Bngsa-Bangsa (PBB) pada
tanggal 10 Desember 1948 atau sekitar 3 tahun setelah Indonesia mengalami kemerdekaan.
Deklarasi Umum Hak-Hak Asasi Manusia (The Universal Declaration of Human Rights) dilakukan
dengan tujuan untuk memberikan kebebasan hak manusia yang asasi kepada seleuruh masyarakat
dunia. Selain itu, deklarasi HAM itu juga dilakukan dengan tujuan untuk menyadarkan masyarakat di
seluruh dunia agar selalu menghormati dan menegakkan HAM.

Deklarasi HAM yang sudah dikumandangkan dan disepakati oleh antarbangsa, maka setiap negara
yang menjadi anggota PBB harus menghormati, menghargai, dan menegakkan Hak-Hak Asasi
Manusia. Penegakan terhadap HAM harus dijunjung tinggi agar setiap negara dapat berkomitmen
untuk memajukan kehidupan manusia yang sesuai dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Singkatnya,
HAM sudah harus menjadi komitmen bersama bagi seluruh masyarakat negara.

Sumber Hukum HAM


Sebelum membahas lebih jauh soal Hak Asasi Manusia, alangkah baiknya kita mengetahui sumber
hukum, dalam arti sebagai tempat ditemukannya aturan-aturan tentang Hak Asasi Manusia yang
banyak sekali tersebar dalam hukum internasional terlebih dahulu, yang antara lain :

✓ Piagam Pendirian Perserikatan Bangsa-Bangsa


✓ Universal Declaration on Human Rights 10 Desember 1948
✓ Konvenan Hak Ekonomi Sosial dan Budaya 3 Januari 1976
✓ Konvenan Hak Sipil dan Politik 23 Maret 1976
✓ Konvensi-Konvensi Den Haag tentang aturan hukum perang
✓ Konvens-Konvensi Geneva tentang aturan perlindungan terhadap korban perang

Bentuk-bentuk (Dimensi) HAM

❖ Hak sipil dan politik

Hak yang melindungi pelanggaran keamanan fisik dengan eksekusi sewenang-wenang,


penyiksaan, dan perlakuan yang merendahkan, tidak manusiawi atau bahkan hukuman yang
kejam. Hak sipil dan politik dan politik juga melindungi warga negara terhadap oleh pejabat negara
melalui pengakuan di depan hukum, praduga tak bersalah, jaminan pengadiolan terbuka yang adil
dan tidak memihak, pelarangan undang-undang yang berlaku surut ke belakang, dan
perlindungan terhadap penangkapan, penahanan sewenang-wenang atau hingga pembuangan
ke luar negeri.hak atas kewarganegaraan yang rumah di suatu negara juga dilindungi oleh ha
katas kebangsaan, kebebasan bergerak, dan memilih tempat tinggal.
Hak-hak sipil yang ada di setiap warga negara dijamin se4cara konstitusional. Hak-hak sipil
bervariasi di setiap negara karena perbedaan Demokrasi. Namun, ada beberapa hak-hak sipil
yang dikenal setiap orang adalah kebebasan berbicara, berpikir juga berekspresi, memilih
keperecayaan (Agama).

Hak Politik juga sama pentingnya, jika asas kenegaraan seseorang menganut asas Demokrasi.
Lebih luas, hak politik itu merupakan bagian dari hak turut serta dalam pemerintahan. Hak ini
bahkan pengejewantahan dari Demokrasi itu sendiri, sehingga jika hak ini tidak dipenuhi oleh
negara, maka negara tersebut tidak semestinya menyebut (tidak dapat dikatakan) Negara
Demokratis.

❖ Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya

Hak ekonomi, sosial, dan budaya diakui dalam deklarasi semesta Hak Asasi Manusia yang
mencakup atas Hak atas Makan dan standar kehidupan yang layak umtuk kesehatan sekaligus
kesejahteraan seseorang atau keluarganya. Hak ini juga meliputi Hak bekerja, beristirahat, hingga
bersantai, dan mendapatkan keamanan sosial. Demikian juga berlaku dengan Hak atas
pendidikan dan partisipasi dalam kehidupan budaya bermasyarakat.

Hak Ekonomi merupakan hak yang menyangkut kegiatan ekonomi misalnya, Produksi, distribusi,
juga konsumsi. Kegiatan ekonomi disini juga berorientasi pada kemakmuran pemenuhan barang
dan jasa yaitu, HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual).

Hak Sosial adalah hak manusia dalam berinteraksi dengan masyarakat. Hak ini mencakup hak
untuk menjalin relasi-relasi yang tepat dan menyatukan kelompok-kelompok sosial pada satuan
yang lebih luas.

Hak budaya merupakan Hak yang dimiliki setiap bangsa yang diwariskan secara turun-temurun
oleh para leluhur.

Ciri-ciri Khusus HAM

Jika dibandingkan dengan hak-hak lainnya HAM memiliki beberapa ciri khusus diantaranya sebagai
berikut :

• Tidak dapat dicabut, HAM tidak dapat dihilangkan, diserahkan, atau bahkan diperjual belikan
• Tidak dapat dibagi, semua orang berhak untuk menedapatkan semua hak, baik itu hak sipil,
politik, hak ekonomi, sosial, dan budaya.
• Hakiki, HAM merupakan Hak Asasi semua manusia yang sudah melekat sedari mereka lahir.
• Universal, HAM berlaku bagi semua orang tanpa memandang status, suku, jenis kelamin, atau
perbedaan yang lainnya. Persamaan merupakan salah satu dari berbagai ide hak asasi yang
mendasar.

Karakteristik HAM

▪ Kesetaraan (Equality)

Konsep kesetaraan mengekspresikan gagasan `Menghormati Harkat dan Martabat` yang melekat
pada setiap manusia. Hal yang sangat Fundamental dari HAM pada masa sekarang ini adalah
Meletakkan semua orang terlahir bebas dan memiliki kesetaraan.

Kesetaraan mensyaratkan adanya perlakuan yang setara, dimana pada situasi yang sama setiap
manusia diperlakukan dengan sama, dan dengan perdebatan, dimana pada situasi yang berbeda
diperlakukan dengan berbeda pula.
▪ Non-Diskriminasi

Pada dasarnya Non-Diskriminasi ini terintegrasi (tak jauh berbeda) dengan Kesetaraan, Di sini
seolah menegaskan karakteristik sebelumnya. Bahwasanya, tidak seorang pun dapat
meniadakan Hak Asasi orang lain karena berbagai macam factor eksternal, seperti Ras, Warna
kulit, Jenis kelamin, kepemilikan, status kelahiran atau lainnya.

▪ Ketergantungan (Interpendency)

Prinsip ini dimaknai dengan jenis hak tertentu akan selalu bergantung dengan hak yang lainnya
baik sebagian atau bahkan secara keseluruhan. Salah satu contohnya itu, Ha katas pekerjaan
akan bergantung pada terpenuhinya ha katas pendidikan.

▪ Tidak Dapat Dibagi-bagi (Indivisibility)


Prinsip ini sebenarnya merupakan pengembangan dari prinsip saling terkait. Prinsip `Tidak Bisa
Dibagi-bagi` ini dimaknai dengan “Semua Hak Asasi Manusia itu sama pentingnya dan oleh
karenanya sama sekali tidak diperbolehkan mengeluarkan hak-hak tertentu dari bagiannya”.
Sebagai analogi, seseorang tidak bisa hanya menerima hak politik tanpa menerima hak-hak sosial
dan buedaya.

▪ Tidak Dapat Dipertukarkan (Inalienability)

Pada pemahaman ini kembali ditegaskan bahwasanya, Hak yang telah dimiliki setiap invidu tidak
bisa dirampas, direnggut, dilepaskan, dipertukarkan, atau dipindah tangankan.

▪ Universilitas (Universality)

Prinsip ini mengatakan bahwa semua orang, di belahan dunia manapun, apapun kepercayaannya,
apapun kewarganegaraannya, bahasa ibunya, etnisnya, juga tanpa memandang identitas
politiknya dan apapun antropologisnya sekaligus terlepas dari status disabilitasnya mereka
memiliki hal yang sama.

▪ Martabat Kemanusiaan (Human Dignity)

Martabat manusia mengungkapkan apa yang merupakan keluhuran manusia yang membedakan
dirinya dari makhluk-makhluk lain di bumi ini. Pada dasarnya, yang membedakan manusia dengan
makhluk-makhluk lain di bumi adalah manusia itu memiliki martabat yang harkat kemanusiaan
dan tingkat kemanusiaannya terhormat.

Konsep Dan Perkembangan HAM di Indonesia

Sebelumnya kita memahami konesp HAM yang digunakan di Indonesia, akan lebih baik kita
mengetahui terlebih dahulu pemahaman atau ideologi yang ada diantaranya* :

1. Individualistis

Paham individualistis ini seringkali dikenal juga dengan paham liberalisme (kebebasan) yang
dikenalkan oleh John Locke dan Jan Jaques Rousseau dan dikutip oleh Max Boli Sabon dalam
bukunya Hak Asasi Manusia (hal. 87) adalah paham yang mengatakan bahwa manusia sejak dalam
kehidupan alamiah (status naturalis) telah mempunyai hak asasi, termasuk hak-hak yang dimiliki
secara pribadi. Hak manusia meliputi hak hidup, hak kebebasan dan kemerdekaan, serta hak milik
(hak memiliki sesuatu).

2. Marxisme

Paham marxisme menurut Mujaid Kumkelo, dkk dalam bukunya Fiqh HAM (Ortodoksi dan
Liberalisme Hak Asasi Manusia dalam Islam) (hal. 34) adalah paham yang diambil dari filsuf Karl Marx,
dimana paham tersebut menolak teori hak-hak alami, karena suatu hak adalah kepemilikan negara
atau kolektivitas (respository of all rights). Paham marxisme ini menurut Teguh Presetyo dalam
bukunya Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum: Pemikiran Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan
Bermartabat (hal. 42) sebuah filsafat yang tidak boleh statis, tetapi harus aktif membuat perubahan-
perubahan karena yang terpenting adalah perbuatan dan materi, bukan ide-ide. Menurut Marx,
manusia selalu terkait dengan hubungan-hubungan kemasyarakatan yang melahirkan sejarah.
Menusia adalah makhluk yang bermasyarakat, yang beraktivitas, terlihat dalam suatu proses
produksi. Hakikat manusia adalah kerja (homo laborans, homo faber). Jadi ada kaitan yang erat antara
filsafat, sejarah, dan masyarakat. Pemikiran Marx ini dikenal dengan Materialisme Historis atau
Materialisme Dialektika.

Masih dari sumber yang sama, dengan jalan pikiran ini pula Marx menjelaskan pandangannya tentang
teori pertentangan kelas, sehingga pada perkembangan berikutnya melahirkan Komunisme.

3. Integralistis
Paham integralitas adalah suatu konsep negara yang dipaparkan oleh Soepomo, yang menurutnya
negara adalah hukum, dimana jika negara berbahagia, berarti dengan demikian itu adalah kebahagian
bagi tiap individu dan golongannya juga, karena individu dan golongan tersebut cinta kepada tanah
air. Dengan demikian, hak yang berasal dari manusia sebagai otonomi sendiri adalah hal yang
bertentangan menurut prinsip integralistis, karena kepentingan individu adalah kepentingan
negara, begitu juga sebaliknya. (Pidato Soepomo dalam sidang Badan Persiapan Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) pada tanggal 31 Mei 1945. Lihat, Risalah Sidang Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945 - 22 Agustus 1945).
Lebih lanjut menurut Annisa, dalam UU HAM, UU Sipol, maupun UU Ekosob, dan regulasi-regulasi
lainnya adalah implementasi dari bentuk konsep HAM yang digunakan di Indonesia. Ia berpendapat
bahwa unsur-unsur HAM yang memiliki ciri khas untuk kepentingan diri sendiri (seperti hak untuk
hidup, hak untuk memiliki sesuatu) adalah konsep HAM individualistik. Sedangkan unsur-unsur
HAM yang memiliki ciri khas antar individu atau suatu kelompok atau berkaitan dengan keadilan (hak
untuk mendapat upah yang sama, mendapat jaminan sosial, hak untuk berkumpul) adalah konsep
HAM aliran paham marxisme.

Selain itu Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa ketika terjadi perubahan Undang-Undang Dasar
1945 (“UUD 1945”) secara konstitusional, dengan menambah Bab XA berjudul Hak Asasi Manusia,
secara konstiusional seluruh masyarakat bangsa Indonesia menerima konsep HAM sebagai konsep
yang sejalan dengan ideologi Pancasila. Dengan demikian, semua perdebatan tentang konsep HAM
yang terjadi sepanjang masa perjuangan kemerdekaan telah sirna, dan kini sudah tidak ada lagi silang
selisih pendapat tentang HAM untuk dimasukkan dalam UUD 1945.

Hak asasi manusia yang dianut Indonesia bersumber dari Pancasila sebagai filsafat bangsa dan
negara. Secara konseptual HAM yang terkandung dalam Pancasila mengakomodasi aspek manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Pengakuan tentang HAM secara prinsipial tercermin
dalam sila kedua (Pancasila). Konsep dasar HAM yang masih bersifat abstrak perlu dijabarkan dalam
konsep yang lebih kongkrit, sehingga mempunyai kekuatan hukum dalam pelaksanaannya.
Pelaksanaan HAM sangat tergantung dari good will penguasa. Penguasa meletakkan lembaga yang
legal mempunyai kekuatan untuk memaksa kehendaknya pada masyarakat. Ia menguasai alat-alat
represif. Dalam kondisi semacam ini kadang-kadang pelaksanaan HAM tidak lebih daripada mencari
legitimasi kekuasaan untuk mengukuhkan pemerintahannya. Selain itu factor penting pelaksanaan
HAM adalah pengakuan resmi Negara tentang HAM dalam wujud nyata, yaitu deklarasi yang
dikuatkan dengan Undang-undang. Adanya landasan yuridis rormal HAM ini setidak-tidaknya
pelanggaran terhadap HAM bisa dieleminir.

Perkembangan HAM di Indonesia

Apabila ditelusuri, sejarah lahirnya HAM di dunia bermula sejak periode sebelum Masehi.

Sedangkan di Indonesia sendiri, sejarah perkembangan HAM dapat dirasakan sejak sebelum
kemerdekaan.
pada periode sebelum kemerdekaan ditandai dengan kemunculan organisasi-organisasi pergerakan
nasional, contohnya :

- Budi Utomo
- Perhimpunan Indonesia

- Sarekat Islam

- Partai Komunis Indonesia (PKI)

- Indische Partij Dan Partai Nasional Indonesia

Setelah kemerdekaan

Setelah kemerdekaan, hal yang masih diperdebatkan adalah tentang hak untuk merdeka, hak
berorganisasi dalam politik, dan hak berpendapat di parlemen. Oleh sebab itu, Indonesia menjamin
hak para rakyatnya untuk berserikat, berkumpul, dan menyampaikan pendapat yang tercantum dalam
UUD 1945 Pasal 28. Orde Lama Pada periode ini, sistem politik di Indonesia dipengaruhi oleh sistem
liberalisme dan parlementer, sehingga perkembangan HAM juga ikut terpengaruh.

Beberapa pencapaian perjuangan HAM pada masa ini yaitu:

1. Partai politik semakin banyak bermunculan, meskipun tumbuh dengan ideologinya masing-
masing.
2. Hak pers, pada periode ini memiliki kebebasan.
3. Pemilihan umum dilaksanakan secara bebas, jujur, dan demokrasi.
4. Dewan Perwakilan Rakyat, menunjukkan hasil kerja yang baik dengan pengawasan dan
kontrol yang seimbang.
5. Keberadaan partai politik dengan ideologi yang berbeda-berbeda, tetap memiliki visi yang
sama yaitu untuk memasukkan tentang hak asasi manusia ke dalam batang tubuh Undang-
Undang Dasar.

Pada periode ini, Indonesia juga sempat bergabung dalam dua konvensi HAM internasional,
sebagai berikut:

1. Konvensi Jenewa tahun 1949, yang membicarakan tentang hak bagi korban perang, tawanan
perang, dan perlindungan sipil saat perang.
2. Konvensi tentang hak politik perempuan yang berisi mengenai hak perempuan tanpa
diskriminasi dan hak permepuan untuk mendapat jabatan publik. Pada 5 Juli 1959 Presiden
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden, yang berdampak pada sistem politik, di mana
kebebasan untuk berpendapat, berkumpul, dan menyampaikan pemikiran dengan tulisan
sangat dibatasi.

Orde Baru

Pemerintahan Orde Baru berusaha memberikan penolakan terkait konsep HAM, berikut ini beberapa
alasannya

➢ HAM merupakan pemikiran yang berasal dari Barat, dan dianggap bertolak belakang dengan
nilai-nilai budaya Bangsa Indonesia dan dasar negara Pancasila. R
➢ akyat Indonesia mengenal HAM melalui Undang-Undang Dasar 1945 yang lahir lebih dulu
dibandingkan dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM).
➢ Permasalahan mengenai HAM yang berasal dari Barat dianggap menjadi senjata yang tidak
terlihat untuk memojokkan negara berkembang seperti Indonesia.

Faktanya, pada masa Orde Baru telah banyak terjadi pelanggaran HAM. Misalnya, kebijakan
politik yang diterapkan bersifat sentralistis dan tidak menerima pendapat yang berbeda dengan
pemerintah.

Kemudian, terjadi beberapa kasus mengenai pelanggaran HAM pada masa Orde Baru, seperti
G30S (1965), Peristiwa Tanjung Priok (1984), Kasus Kedung Ombo (1989), dan masih banyak
lainnya.

Selama Orde Baru, berikut ini beberapa konvensi HAM yang diikuti oleh Indonesia.

• Konvensi tentang penghapusan bentuk diskriminasi terhadap perempuan, tertuang dalam


UU No. 7 tahun 1984.
• Konvensi anti-apartheid, tertuang dalam UU No. 48 tahun 1993.
• Konvensi Hak Anak, tertuang dalam keputusan Presiden No. 36 tahun 1990

1998-sekarang

Memasuki era Reformasi, HAM mengalami perkembangan yang cukup pesat. Buktinya adalah
lahirnya TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM. Selain itu, HAM juga mendapatkan
perhatian besar dari pemerintah dengan melakukan amandemen UUD 1945 guna menjamin
HAM. Setelah itu, ditetapkannya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.

Kabar Latuharhary – Komnas HAM menyimpulkan bahwa penegakan hak asasi manusia di Indonesia
pada 2019 belum mengalami kemajuan yang berarti. Berbagai komitmen dan agenda perbaikan
kondisi HAM yang dimandatkan Nawacita, Rencana Pembangunan Jangka Mengengah Nasional
(RPJMN), dan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) belum menunjukkan
pencapaian yang signifikan.

Beka juga mengungkapkan catatan penegakan hak asasi manusia pada 2019 yang diterima oleh
Komnas HAM. Sepanjang 2019, Komnas HAM menerima 2.757 (dua ribu tujuh ratus lima puluh tujuh)
aduan yang datang dari seluruh Indonesia. Wilayah terbanyak pengadu datang dari DKI Jakarta,
Sumatera Utara dan Jawa Timur dengan isu yang paling banyak diadukan adalah hak atas
kesejahteraan terkait sengketa lahan, sengketa ketenagakerjaan, serta kepegawaian.
Pelanggaran Dan Problematik HAM

A. Pengertian Pelanggaran HAM

Pelanggaran HAM merupakan ancaman besar terhadap perdamaian, keamanan, stabilitas suatu
negara. Para ahli mendefinisikan pelanggaran HAM sebagai suatu pelanggaran terhadap kewajiban
negara yang lahir dari instrumen-instrumen internasional Hak Asasi Manusia. Pelanggaran negara
terhadap kewajibannya itu dapat dilakukan baik dengan perbuatannya sendiri (Act Of Commision)
maupun oleh karena kelalaiannya sendiri (Act Of Ommission).

Berdasarkan hukum HAM Nasional, secara tegas telah dinyatakan bahwa pelanggaran HAM dapat
dilakukan oleh perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja,
maupun tidak disengaja atau kelalaian yang melawan hukum, mengurangi, menghalangi, membatasi,
dan mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang. Dengan
demikian, pelaku pelanggaran dapat dilakukan oleh individu, kelompok orang, bahkan negara
sekalipun.

B. Kategori Pelanggaran HAM

Pelanggaran HAM dapat dikelompokkan menjadi 2 bentuk, yaitu :

1. Pelanggaran HAM ringan, yang biasanya cukup disebut sebagai pelanggaran HAM biasa.
2. Pelanggaran HAM berat, yang meliputi kejahatan Genosida dan kejahatan kemanusiaan.

Kejahatan Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan tujuan untuk memusnahkan
atau menghancurkan seluruh atau sebagian dari kelompok bangsa, kelompok etnis, kelompok
agama, dan kelompok ras. Kejahatan Genosida dilakukan dengan cara membunuh anggota
kelompok, mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok, menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan
atau kehancuran secara fisik baik sebagian maupun seluruhnya, memaksakan tindakan-tindakan
yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok, hingga memindahkan secara paksa
anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.

Kejahatan kemanusiaan seringkali diartikan sebagai suatu perbuatan yang dilakukan dengan
serangan yang meluas dan sistematis. Adapun serangan yang dimaksud ditunjukkan secara
langsung terhadap penduduk sipill berupa :

- Pembunuhan, Pemusnahan.
- Perbudakan seksual, Pemerkosaan, Pemaksaan kehamilan, Pelacuran paksa, pemandulan
(sterilisasi) secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara.
- Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa, Perampasan kebebasan fisik lain
(seseorang) secara sewenang-wenang, Penghilangan orang secara paksa.
- Kejahatan Apertheid, penindasan dan dominasi suatu kelompok ras untuk mempertahankan
dominasi dan kekuasaannya.

C. Problematika HAM di Indonesia

Kasus-kasus HAM yang pernah terjadi di Indonesia memiliki latar belakang yang berbeda antara yang
satu dengan yang lain. Walau tiap tahunnya diperingati Hari HAM yang bersungsi sebagai pengingat
untuk menegakkan setiap pelanggaran HAM yang terjadi pada kasus-kasus yang tak kunjung tuntas.
Kasus tersebut juga cukup bervariasi tiap tahunnya, khususnya kasus lama yang masih terhambat,
dan terus tertumpuk di tiap masing-masing periode.

1. Pembunuhan Massal Tahun 1965

Salah satu kasus HAM terbesar di Indonesia, yang mendapat sorotan dari berbagai pihak, selalu
berenang-renang di kepala hingga tak mampu menenggelamkan tanya, apalagi kalau bukan
“Pembantaian Tahun 1965” baik Peristiwa G30SPKI maupun pemusnahan DNA Partai Komunis
Indonesia.

Disini kita akan lebih dalam membahas Pembunuhan Massal para anggota Partai Komunis Indonesia
pasca tragedI G30SPKI. Percobaan kudeta yang memuncak pada pembunuhan para jenderal di 30
September 1965 didalangi bukan oleh jutaan orang, melainkan oleh beberapa elite. Namun gara-gara
intrik politik tingkat atas tersebut, banyak orang harus terbunuh dalam aksi balasan.

Robert Cribb dalam 'The Indonesian Killings, 1965-1966: Studies from Jawa and Bali ' menjelaskan
bahwa pembunuhan dimulai beberapa pekan setelah kudeta gagal itu. Peristiwa pembunuhan massal
menyapu seluruh Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Ada pula pembunuhan di pulau-pulau lain
terkait suasana politik saat itu, skalanya cenderung lebih kecil dari Jawa dan Bali.

"Pembantaian berhenti pada Maret 1966, namun kadang muncul lagi secara tiba-tiba hingga 1969,"
tulis Robert Cribb.
Korban pembantaian massal banyak yang dibunuh langsung, tanpa diadili terlebih dulu, tanpa langkah
verifikasi dan cek fakta apakah benar yang ditangkap itu adalah anggota PKI atau bukan. Tentu butuh
energi dan pikiran yang luar biasa besar untuk membunuh banyak orang. Siapa yang mengeksekusi
pembunuhan massal itu? Robert Cribb menjelaskan, saat itu tentara dan masyarakat bersatu
membasmi 'orang-orang PKI'.

"Kebanyakan, pihak yang bertanggung jawab terhadap pembunuhan itu adalah tentara dan kelompok
vigilante. Di beberapa kasus, tentara turun langsung dalam pembuhuhan. Kadang, mereka memasok
senjata dan pelatihan dasar dan dukungan kepada kelompok sipil yang melakukan banyak
pembunuhan," tulis Cribb.
Setelah ditemukan oleh Komnas HAM dan mendapatkan perhatian khusus dari Kejaksaan Agung,
sampai sekarang kasus ini masih diproses. Terakhir, jumlah korban yang tercatat diperkirakan
dibunuh dan meninggal memakan korban hamper mencapai 1,5 Juta jiwa dengan kemungkinan yang
lebih besar.

Meski begitu, kasus ini juga sangat mempolarisasi masyarakat Indonesia, di satu sisi banyak
masyarakat yang membenci PKI hingga tulang belulang, Tapi di lain sisi kekejaman TNI dan oknum
lainnya dalam menumpas (menyerang) balik PKI juga patut dipertanyakan. Terlebih tak sedikit juga
warga sipil yang menjadi korban dari operasi serang balik ini.

2. Penculikan Aktivis 1997/1998

Pada tahun 1997/1998, Indonesia mengalami pergolakan yang cukup hebat di berbagai lapisan
masyarakat. Saat itu, ketidakpuasan terhadap pemerintah menyulut banyak aktivis semakin vocal
dalam menyuarakan penolakan terhadap pemerintah.

Seiring dengan dengan kritik aktivis (Mahasiswa) yang semakin keras kepada pemerintah, para
penguasa memutar otak, memeras akal untuk meminimalisir benturan-benturan kritik tersebut. Salah
satu caranya dengan mengamankan dan menangkap orang-orang yang dianggap sebagai
provokator.
Keadaan semakin memanas menjelang Pemilu 1997 dan siding MPR 1998. Retorika yang dikeluarkan
oleh Mahasiswa dan Aktivis semakin membara kepada pemerintah. Keadaan yang semakin genting
ini berimbas pada gencarnya pemerintah melakukan ‘Penghilangan Orang (Aktivis) secara paksa’.
Yang harapannya dapat membumihanguskan semangat bahkan menimbulkan kecemasan terhadap
para Aktivis ataupun Mahasiswa untuk bersuara ketika menyaksikan teman seperjuangannya
menghilang tanpa kabar burung sekalipun. Penculikan ini terjadi di berbagai wilayah salah satunya
Solo, Lampung, dan tentunya paling banyak dilakukan di Ibu Kota Jakarta.

‘Jumlah korban yang tercatat’ setidaknya 23 orang, salah satunya telah ditemukan tewas, Sembilan
diantaranya dapat kembali, 13 korban menghilang. Dan entah berapa korban lagi yang tidak tercatat.

3. Penembakan Misterius (PETRUS) Tahun 1982-1985

Penembakan Misterius merpakan serangkaian pembunuhan yang dilakukan pada masa


pemerintahan Presiden Soeharto. Petrus yang memiliki nama lain ‘Operasi Clurit’ yang bergerak
dengan dalih, mengatasi tingakat kriminalitas yang saat itu dinamikanya cukup tinggi. Namun, banyak
orang yang berpendapat operasi ini bertujuan untuk membungkam lawan-lawan politik Soeharto.

Operasi ini melingkupi kegiatan penangkapan dan pembunuhan, yang menitikberatkan (banyak
mengincar) orang bertato, berpenampilan seperti Preman yang mendapat stigma buruk, atau
berpotensi mengganggu ketertiban umum. Tentunya Petrus ini bertentangan dengan Karakteristik
(Prinsip) HAM, ‘Non Diskriminasi’.

Berdasarkan data yang dihimpun Komnas HAM, Ratusan orang telah terbunuh dalam peristiwa
berdarah ini. Pusat Penembakan Misterius ini terjadi di Jawa Tengah dan Jakarta, dengan pelaku
yang sampai sekarang tidak pernah ditemukan tidak pernah diadili, bahkan tidak pernah teridentifikasi
sidik jarinya (identitasnya).

4. Pembunuhan Munir

Pada saat itu, mengkritik pemerintahan merupakan suatu tindakan yang berbahaya. Kebebasan
berpendapat belum sebaik sekarang, ditambah lagi tendensi negara untuk menyerang balik para
pengkritiknya sangat besar.

Dan benar saja, Pada tahun 2004, Munir ditemukan tewas dalam Pesawat yang sedang terbang
menuju Amsterdam. Hasil autopsi yang dilakukan oleh Tim Forensik Belanda menemukan adanya
senyawa Arsenik dalam tubuh Munir. Yang menguatkan dugaan bahwa sang aktivis HAM ini sengaja
diracun oleh pihak-pihak tertentu karena merasa terpojokkan olehnya.

Setalah kasus Munir ini, banyak ketakutan yang tertanam dalam diri para Aktivis. Mereka menjadi
was-was dan harus berhati-hati saat mengkritik orang-orang di posisi kuasa lainnya.

Sebelum memasuki kesimpulan, izinkan saya untuk melampir seuntai pesan yang ditunjukkan para
Korban dan Penyintas pelanggaran HAM. Pesan ini banyak terinspirasi dari Pidato Jendral Abdul
Haris Nasution di Pemakaman 7 Jendral.

“Di sini kami semua, saksi yang hidup, kamu adalah telah berjuang, sesuai dengan kewajiban kita
semua, menegakkan keadilan, kebenaran, kemerdekaan, membela pemimpin besar kita, membela
cita-cita rakyat kita. Tidak ada yang ragu ragu, kami semua sedia juga, mengikuti jalan kamu. Jika
memang fitnah mereka itu benar, kami akan buktikan.

Sebagai pahlawan menghadaplah, kepada asal mula kita, yang menciptakan kita, Allah SWT. Karena
akhirnya Dialah panglima kita Yang Paling Tertinggi. Dialah yang menentukan segala sesuatu, juga
atas diri kita semua.
Tetapi dengan keimanan ini juga, kami semua yakin, bahwa yang benar akan tetap menang, dan yang
tidak benar akan tetap hancur. Fitnah, fitnah berkali kali, fitnah lebih jahat dari pembunuhan, lebih
jahat dari pembunuhan, kita semua difitnah, dan saudara saudara telah dibunuh, kita diperlakukan
demikian.

Tapi jangan kita, jangan kita dendam hati, iman kepada Allah SWT, iman kepada Nya, mengukuhkan
kita. Karena Dia perintahkan, kita semua berkewajiban, untuk menegakkan keadilan dan kebenaran.

Sekali lagi, Kami… Yang masih hidup… akan senantiasa meneruskan perjuangan kalian…

Dan kami menghanturkan Terima kasih yang tiada tara… terhadap pengorbanan yang tak mengenal
demi kemaslahatan Negara…

Selamat Jalan Jendral, Selamat Jalan Kamerad, Selamat Jalan para Aktivis & Mahasiswa, Selamat
Jalan Abang-abang, dan Selamat Jalan Munir”.
Kesimpulan

Dari berbagai penjelasan di atas yang mungkin agak belibet dan banyak penegasan, Maka dapat
dismpulkan bahwa Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu
dilahirkan.Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita sebagai
manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai manusia.Hak ini dimiliki
oleh manusia semata – mata karena ia manusia, bukan karena pemberian masyarakat atau
pemberian negara. Maka hak asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain,
masyarakat lain, atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.

Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang mempunyai martabat yang tinggi. Hak asasi manusia
ada dan melekat pada setiap manusia. Oleh karena itu, bersifat universal, artinya berlaku di mana
saja dan untuk siapa saja dan tidak dapat diambil oleh siapapun. Hak ini dibutuhkan manusia selain
untuk melindungi diri dan martabat kemanusiaanya juga digunakan sebagai landasan moral dalam
bergaul atau berhubungan dengan sesama manusia.

HAM memiliki ciri-ciri khusus yaitu, Tidak dapat dicabut, Tidak dapat dibagi, bersifat Hakiki &
Universal. Dimensi HAM selalu berkutat pada Hak sipil & politik, Hak soisal, ekonomi & budaya. Dan
Karakteristik HAM ini tidak dapat berdiri sendiri, saling mengikat, saling ketergantungan.

Adapun Hak asasi manusia yang dianut Indonesia bersumber dari Pancasila sebagai filsafat bangsa
dan negara. Secara konseptual HAM yang terkandung dalam Pancasila mengakomodasi aspek
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Pengakuan tentang HAM secara prinsipial
tercermin dalam sila kedua (Pancasila).

PENUTUP

Sebagai Penutup, saya ingin mempersembahkan lembar khusus ini sebagai “Hall Of Fame”
beberapa Tokoh Pejuang Hak Asasi Manusia yang paling berpengaruh.

1. Mahatma Gandhi (India, 1869-1948) yang selalu menyuarakan dan mengedepankan


kemanusiaan.
2. Martin Luther King JR. (AS, 1929-1968) dengan kontribusi menghapuskan kebijakan politik
Diskriminasi Rasial.
3. Abraham Lincoln, yang menghapus perbudakan.
4. Nelson Mandela, dengan gagasan Apertheidnya.
5. Wiji Thukul, Munir Said Thalib yang selalu aktif menyuarakan, dan mengkritik pelanggaran
HAM.
6. Sarinah, yang selalu gigih menyurakan Perjuangan Wanita.
7. R. A. Kartini, dengan gagasan “Dos Duisternis Tot Licht”nya (Habis Gelap Terbitlah Terang)
dan selalu menyurakan dengan tentang Hak-hak wanita yang direnggut.

SARAN

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita
sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan
sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-
injak oleh orang lain
DAFTAR PUSTAKA

Buku Hukum & HAM (Hak Asasi Manusia), Ario Prio Agus Santoso, SH., MH.

Vanya Karunia Mulia Putri.2022. “Pengertian HAM Beserta Tujuannya”,


https://www.kompas.com/skola/read/2022/07/13/080000969/pengertian-ham-beserta-tujuannya,
diakses pada 25 Oktober 2022

Monica Ayu Caesar Isabella.2022. “Pengertian HAM Menurut Para Ahli”,


https://nasional.kompas.com/read/2022/02/10/00000071/pengertian-ham-menurut-ahli

https://www.hukumonline.com/klinik/a/konsep-hak-asasi-manusia-yang-digunakan-di-indonesia-
lt58e0c8234493e

htps://www.kompas.com/stori/read/2021/12/28/100000079/sejarah-perkembangan-ham-di-
indonesia?page=all.

https://www.komnasham.go.id/index.php/news/2020/7/13/1480/penegakan-ham-di-indonesia-belum-
mengalami-kemajuan.html

https://news.detik.com/berita/d-5199102/pasca-g30s-pembantaian-sejuta-orang-yang-tak-pernah-
diajarkan-di-sekolah.

Anda mungkin juga menyukai