Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HAK ASASI MANUSIA ( HAM )


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PPKn

Pada prodi Bimbingan Konseling Islam

Dosen pengampu : Dr. H . Subhan Sofyan, M.Pd

Disusun oleh :

Fazni Awalia Putri

1204010054

1B

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya kepada Kita semua sehingga saya dapat menyelesaikan panulisan
makalah ini yang berjudul “Hak Asasi Manusia (HAM)”.

Selawat beriringkan salam juga tidak lupa saya sampaikan kepada Nabi kita Muhammad SAW,
karena dengan berkat kegigihan dan kesabaran beliaulah kita dapat menuntut ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan maupun
isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun sehingga kami dapat berkarya dengan lebih baik di masa yang akan
datang.

Akhirnya dengan satu harapan dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya
khususnya dan bagi rekan-rekan pada umumnya.

Amiin Yarabbal ‘alamin.


DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

Bab II Pembahasan

A. Pengertian HAM

B. Perkembangan HAM di Indonesia

C. Ciri-ciri pokok HAM

D. Tujuan HAM

E. Contoh Kasus Pelanggaran HAM

F. Penanaman nilai HAM dalam kehidupan sehari-hari

Bab III Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran-Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi.Hak juga merupakan sesuatu yang
harus diperoleh.Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas
terutama dalam era reformasi ini.HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era
reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita
hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita
melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan
HAM pada diri kita sendiri.

Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu dilahirkan.Hak asasi
dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita sebagai manusia yang bila tidak
ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai manusia.Hak ini dimiliki oleh manusia
semata – mata karena ia manusia, bukan karena pemberian masyarakat atau pemberian
negara. Maka hak asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain, masyarakat
lain, atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.

Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang mempunyai martabat yang tinggi. Hak asasi manusia
ada dan melekat pada setiap manusia. Oleh karena itu, bersifat universal, artinya berlaku di
mana saja dan untuk siapa saja dan tidak dapat diambil oleh siapapun. Hak ini dibutuhkan
manusia selain untuk melindungi diri dan martabat kemanusiaanya juga digunakan sebagai
landasan moral dalam bergaul atau berhubungan dengan sesama manusia.

B. Rumusan Masalah

1. Kita bisa mengetahui apa itu HAM dan perkembangannya

2. Kita bisa mengetahui ciri-ciri pokok HAM

3. Kita bisa mengetahui HAM di Indonesia


4. Kita bisa mengetahui apa saja contoh Kasus Pelanggaran HAM

5. Kita bisa mengetahui penanaman nilai HAM pada kehidupan sehari-hari

C. Tujuan

Dalam menyusun makalah ini mempunyai beberapa tujuan yaitu :

1. Agar mahasiswa mengerti tentang HAM dan perkembangannya

2. Mengerti ciri ciri dari HAM

3. Agar mahasiswa tidak salah persepsi mengenai makna HAM itu sendiri

4. Agar kita mengetahui tentang kasus-kasus pelanggaran HAM

5. Agar mahasiswa mengerti dan memahami dan menerapkan HAM dalam kehidupan sehari
hari.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian HAM
a. Pengertian

- HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya (Kaelan:
2002).

- Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human Rights,
United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak
yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai

manusia.

- John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang
Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994).

- Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak
Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia” A.Perdebatan Awal tentang Hak
Asasi Manusia di Indonesia

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai mahluk Tugas Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukum, Pemerintahan, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Di Indonesia, wacana hak asasi
manusia bukanlah wacana yang asing dalam diskursus politik dan ketatanegaraan bangsa ini.
Kita bisa menemuinya dengan gamblang dalam perjalanan sejarah pembentukkan bangsa ini, di
mana perbincangan mengenai hak asasi manusia menjadi bagian daripadanya.

B. Perkembangan HAM di Indonesia


a. Awal HAM di Indonesia
Jauh sebelum kemerdekaan, para perintis bangsa ini telah memercikkan pikiran-pikiran untuk
memperjuangkan harkat dan martabat manusia yang lebih baik. Percikan pikiran tersebut dapat
dibaca dalam surat-surat R.A. Kartini yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”, karangan-
karangan politik yang ditulis oleh H.O.S. Cokroaminoto, Agus Salim, Douwes Dekker, Soewardi
Soeryaningrat, petisi yang dibuat oleh Sutardjo di Volksraad atau pledoi Soekarno yang berjudul
”Indonesia Menggugat” dan Hatta dengan judul ”Indonesia Merdeka” yang dibacakan di depan
pengadilan Hindia Belanda. Percikan-percikan pemikiran pada masa pergerakan kemerdekaan
itu, yang terkristalisasi dengan kemerdekaan Indonesia, menjadi sumber inspirasi ketika
konstitusi mulai diperdebatkan di Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Di sinilah terlihat bahwa para pendiri bangsa ini sudah menyadari
pentingnya hak asasi manusia sebagai fondasi bagi negara.

Sama halnya dengan negara berkembang yang lain, hak asasi menjadi topik pembicaraan di
Indonesia. Pembicaraan ini dilakukan menjelang perumusan Undang-Undang Dasar 1945, masa
Orde Baru dan Reformasi. Pada waktu rancangan naskah UUD dibicarakan, ada perbedaan
pendapat mengenai peran hak asasi dalam negara demokratis. Banyak kalangan berpendapat
bahwa Declaration des Droits de I’Homme et du Citoyen (1789) berdasarkan individualism dan
liberalism, dank arena itu bertentangan dengan asas kekeluargaan dan gotong royong.
Mengenai hal ini Ir. Soekarno menyatakan : “jikalau kita betul-betul hendak mendasarkan
negara kita kepada paham kekeluargaan, paham tolong-menolong, paham gotong royong, dan
keadilan social, enyahkanlah tiap-tiap pikiran, tiap paham individualisme dan liberalism
daipadanya.”

Di pihak lain, Drs. Moh. Hatta mengatakan bahwa walaupun yang dibentuk negara
kekeluargaan, namun perlu ditetapkan beberapa hak warga negara agar jangan timbul negara
kekuasaan (Machtsstaat). Maka pada akhirnya tercapai kesepakatan bahwa hak asasi
dimasukkan dalam UUD 1945, tetapi dalam jumlah terbatas. Perdebatan tersebut tidak
berakhir begitu saja. Diskursus mengenai hak asasi manusia muncul kembali sebagai usaha
untuk mengoreksi kelemahan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada sidang Konstituante
(1957-1959). Sebagaimana terekam dalam Risalah Konstituente, khususnya dari Komisi Hak
Asasi Manusia, perdebatan di sini jauh lebih sengit dibanding dengan perdebatan di BPUPKI.
Berbeda dengan perdebatan awal di BPUPKI, diskusi di Konstituante relatif lebih menerima hak
asasi manusia dalam pengertian natural rights, dan menganggapnya sebagai substansi Undang-
Undang Dasar. Meskipun ada yang melihat dari perspektif agama atau budaya, perdebatan di
Konstituante sebetulnya telah berhasil menyepakati 24 hak asasi manusia yang akan disusun
dalam satu bab pada konstitusi. Namun konstituante dibubarkan oleh Soekarno, sehingga
kesepakatan-keseakatan yang dicapai urung dilakukan, termasuk mengenai Hak Asasi Manusia.
Setelah rezim Demokrasi Terpimpin Soekarno digulingkan oleh gerakan mahasiswa 1966,
maka lahirlah rezim Orde Baru yang juga memunculkan kembali perdebatan mengenai
perlindungan konstitusionalitas hak asasi manusia. Perdebatan itu muncul pada Sidang Umum
MPRS tahun 1968 di awal Orde Baru. MPRS ketika itu telah membentuk Panitia Ad Hoc
Penyusunan Hak-Hak Asasi Manusia. Hasilnya adalah sebuah “Rancangan Keputusan MPRS
tentang Piagam Hak-Hak Asasi Manusia dan Hak-hak serta Kewajiban Warga Negara”. Tetapi
sayang sekali rancangan tersebut tidak berhasil diajukan ke Sidang Umum MPRS untuk disahkan
sebagai ketetapan MPRS. Alasannya terutama diajukan oleh fraksi Karya Pembangunan dan
ABRI, akan lebih tepat jika Piagam yang penting itu disiapkan oleh MPR hasil pemilu, bukan oleh
MPR(S) yang bersifat “sementara”. Kenyataannya, setelah MPR hasil pemilu (1971) terbentuk,
Rancangan Piagam Hak Asasi Manusia itu tidak pernah diajukan lagi. Fraksi Karya Pembangunan
dan fraksi ABRI tidak pernah mengingat lagi apa yang pernah mereka putuskan pada Sidang
Umum MPRS tahun 1968 tersebut. Sampai akhirnya datang gelombang besar “Reformasi”, yang
melengserkan Soeharto dari kursi Presiden Indonesia (Mei, 1998) dan membuka babak baru
wacana hak asasi manusia di Indonesia.

b. Hak Asasi Manusia Dalam Era Reformasi

Runtuhnya rezim orde baru berarti memasuki era reformasi bagi bangsa Indonesia. B.J. Habibie
yang menggantikan Soeharto sebagai presiden RI tidak punya pilihan lain selain memenuhi
tuntutan reformasi, yaitu membuka sistem politik yang selama ini tertutup, menjamin
perlindungan hak asasi manusia, menghentikan korupsi, kolusi dan nepotisme, menghapus dwi-
fungsi ABRI, mengadakan pemilu, membebaskan narapidana politik, dan sebagainya. Pada
periode reformasi ini muncul kembali perdebatan mengenai konstitusionalitas perlindungan
hak asasi manusia. Perdebatan bukan lagi soal-soal konseptual berkenaan dengan teori hak
asasi manusia, tetapi pada soal basis hukumnya, apakah ditetapkan melalui TAP MPR atau
dimasukkan dalam UUD. Karena kuatnya tuntutan dari kelompok-kelompok reformasi ketika
itu, maka perdebatan bermuara pada lahirnya Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak
Asasi Manusia. Isinya bukan hanya memuat Piagam Hak Asasi Manusia, tetapi juga memuat
amanat kepada presiden dan lembaga-lembaga tinggi negara untuk memajukan perlindungan
hak asasi manusia, termasuk mengamanatkan untuk meratifikasi instrumen-instrumen
internasional hak asasi manusia.Hasil pemilihan umum 1999 berhasil mengangkat K.H.
Abdurrachman Wahid sebagai presiden, mereka juga berhasil menggulirkan terus isu
amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Pada Sidang Tahunan MPR tahun 2000, perjuangan
untuk memasukkan perlindungan hak asasi manusia ke dalam Undang-Undang Dasar akhirnya
berhasil dicapai. Majelis Permusyawaratan Rakyat sepakat memasukan hak asasi manusia ke
dalam Bab XA, yang berisi 10 Pasal Hak Asasi Manusia (dari pasal 28A-28J) pada Amandemen
Kedua Undang-Undang Dasar 1945 yang ditetapkan pada 18 Agustus 2000.
Amandemen Kedua tentang Hak Asasi Manusia merupakan prestasi gemilang yang dicapai
Majelis Permusyawaratan Rakyat pasca Orde Baru. Amandemen Kedua itu telah mengakhiri
perjalanan panjang bangsa ini dalam memperjuangkan perlindungan konstitusionalitas hak
asasi manusia di dalam Undang-Undang Dasar. Mulai dari awal penyusunan Undang-Undang
Dasar pada tahun 1945, Konstituante (1957-1959), awal Orde Baru (1968) dan berakhir pada
masa reformasi saat ini merupakan perjalanan panjang diskursus hak asasi manusia dalam
sejarah politik-hukum Indonesia sekaligus menjadi bukti bahwa betapa menyesatkan
pandangan yang menyatakan hak asasi manusia tidak dikenal dalam budaya Indonesia. Selain
keberhasilan memasukkan Hak Asasi Manusia ke dalam Undang-Undang Dasar, pemerintah era
reformasi juga berhasil merumuskan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia. Undang-Undang tersebut dilahirkan sebagai turunan dari Ketetapan MPR No.
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia memuat pengakuan yang
luas terhadap hak asasi manusia. Hak-hak yang dijamin di dalamnya mencakup mulai dari
pengakuan terhadap hak-hak sipil dan politik, hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, hingga pada
pengakuan terhadap hak-hak kelompok seperti anak, perempuan dan masyarakat adat
(indigenous people). Penambahan rumusan HAM serta jaminan penghormatan, perlindungan,
pelaksanaan, dan pemajuannya ke dalam Undang-Undang Dasar 1945 bukan semata-mata
karena kehendak untuk mengakomodasi perkembangan pandangan mengenai HAM yang
makin menganggap penting HAM sebagai isu global, melainkan karena hal itu merupakan salah
satu syarat negara hukum. Dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM pasal 2 dinyatakan
Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan
dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari
manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peringatan martabat
kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.

Dengan adanya rumusan HAM dalam Undang-Undang Dasar 1945, maka secara konstitusional
hak asasi setiap warga negara dan penduduk Indonesia telah dijamin. Dalam hubungan
tersebut, bangsa Indonesia berpandangan bahwa HAM harus memperhatikan karakteristik
Indonesia dan sebuah hak asasi juga harus diimbangi dengan kewajiban sehingga diharapkan
akan tercipta saling menghargai dan menghormati akan hak asasi tiap-tiap pihak.

Rumusan HAM yang masuk dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dapat dibagi ke dalam beberapa aspek, yaitu :

1. HAM berkaitan dengan hidup dan kehidupan

2. HAM berkaitan dengan keluarga

3. HAM berkaitan dengan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi


4. HAM berkaitan dengan pekerjaan

5. HAM berkaitan dengan kebebasan beragama dan meyakini kepercayaan, kebebasan


bersikap, berpendapat, dan berserikat

6. HAM berkaitan dengan informasi dan komunikasi

7. HAM berkaitan dengan rasa aman dan perlindungan dari perlakuan yang merendahkan
derajat dan martabat manusia

8. HAM berkaitan dengan kesejahteraan social

9. HAM berkaitan dengan persamaan dan keadilan

10. HAM berkewajiban menghargai hak orang dan pihak lain

Jika rumusan HAM dalam Undang-Undang Dasar 1945 diimplementasikan secara konsisten,
baik oleh negara maupun oleh rakyat, diharapkan laju peningkatan kualitas peradaban,
demokrasi, dan kemajuan Indonesia jauh lebih cepat dan jauh lebih mungkin dibandingkan
dengan tanpa adanya rumusan jaminan pengakuan, penghormatan, perlindungan, dan
pemajuan HAM dalam Undang-Undang 1945.

c. Perkembangan Pemikiran HAM

Dibagi dalam 4 generasi, yaitu :

- Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada bidang hukum
dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan politik disebabkan
oleh dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme dan adanya keinginan Negara-negara
yang baru merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru.

- Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga hak-hak sosial,
ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua menunjukan perluasan
pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua, hak yuridis
kurang mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya,
hak ekonomi dan hak politik.

- Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga menjanjikan
adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan hukum dalam suatu keranjang
yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil
pemikiran HAM generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan
terhadap hak ekonomi dalam arti pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan
hak lainnya terabaikan sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat
lainnya yang dilanggar.

- Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant dalam proses
pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan dampak negative
seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu program pembangunan yang
dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan melainkan memenuhi
kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh Negara-negara di
kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut
Declaration of the basic Duties of Asia People and Government.

d. Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia:

Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada Indische Partij
adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakukan yang sama hak
kemerdekaan. Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku 3
UUD dalam 4 periode, yaitu:

1. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945

2. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku konstitusi Republik Indonesia
Serikat

3. Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950

4. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku Kembali UUD 1945

C. Ciri Pokok Hakikat HAM


Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa ciri
pokok hakikat HAM yaitu:

- HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia secara
otomatis.

- HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.

- HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah Negara membuat
hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur Fakih, 2003).
D. Tujuan HAM
hak asasi pertama dan utama warga negara adalah:

1. Melindungi nyawa, harta dan martabat mereka bersama-sama dengan jaminan bahwa hak ini
tidak kami dicampuri, kecuali

3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganut keyakinan masing-masing

4. Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warga negara tanpa membedakan kasta
atau keyakinan. Salah satu kewajiban zakat kepada umat Islam, salah satunya untuk memenuhi
kebutuhan pokok warga negara.

Tujuan dari hak asasi manusia sendiri ialah untuk :

1. Melindungi orang dari kekerasan atau sewenang-wenang

2. Mengembangkan rasa saling menghargai antar manusia

3. Mendorong tindakan yang dimana dilandasi kesadaran atau tanggungjawab untuk


menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar

E. Contoh kasus pelanggaran HAM


Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat
negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).

Contoh-contoh kasus HAM :

1. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan yang
menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003.

2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu mata kuliah
kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap mahasiswa.

3. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap para pejalan
kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan sehingga sangat rentan
terjadi kecelakaan.
4. Para pedagang tradisioanal yang berdagang di pinggir jalan merupakan pelanggaran HAM
ringan terhadap pengguna jalan sehingga para pengguna jalan tidak bisa menikmati

5. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu jurusan tertentu
dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga seorang anak tidak bisa
memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

F. Penanaman nilai HAM pada kehidupan sehari-hari


Contoh HAM dalam kehidupan sehari-hari:

a. Hak untuk bepergian

b. Hak untuk kebebasan berpendapat

c. Hak untuk di hargai pendapatnya

d. Hak untuk di perlakukan adil terhadap sesama manusia

e. Hak untuk bebas melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinannya.

f. Hak untuk memilih

g. Hak untuk di hormati

i. Hak untuk di perlakukan adil

j. Hak untuk bersekolah

k. Hak untuk mendapat pekerjaan yang layak

l. Hak untuk mendapat perlindungan


BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu
mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa
Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.

HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam sudah lebih dulu
memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran
Islam itu yaitu Al-Qur’an dan Hadits yang merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat
dalam praktik kehidupan umat Islam.

Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana
setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu
instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan
HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat
dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

B. Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita
sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan
sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan
dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan
mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

https://makalah-update.blogspot.com/2012/11/makalah-hak-asasi-manusia-ham.html

https://www.kompasiana.com/trianunganindita/55187c31a333119306b666e8/perkembangan-
ham-di-indonesia

https://brainly.co.id/tugas/9360910

https://brainly.co.id/tugas/310566

Anda mungkin juga menyukai