Anda di halaman 1dari 13

HAK ASASI MANUSIA DALAM KAJIAN UUD 1945

DOSEN PENGAMPU : ABDUL MUTHALLIB

FAZA ALLENDILA
210201058

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SAMUDRA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hak Asasi Manusia dalam kajian UUD 1945”
dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang hak asasi manusia di Indonesia
sebagaimana telah diatur di UUD 1945.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak A.Muthallib selaku dosen Mata Kuliah
Pendidikan Pancasila. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Langsa, 3 Desember 2021

Faza Allendila

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................1

Daftar Isi ...............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................3
1.3 Tujuan ..........................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia..................................................................................4

2.2 Perkembangan Hak Asasi Manusia Di Indonesia....................................................4

2.3 Undang-Undang yang Mengatur HAM……………………………………………6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................11

3.2 Saran…………………………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak pesamaan dan hak kebebassan yang terkait
dengan interaksinya antara individu atau instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang
harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan
dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih
diperhatikan dalam era reformasi daripada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa
dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan
orang lain.
Hak asasi manusia adlah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu dilahirkan.
Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita sebagai
manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai manusia. Hak
ini dimiliki oleh manusia semata-mata karena ia manusia, bukan karena pemberian
masyarakat atau pemberian negara. Hak asasi diperoleh manusia dari penciptanya, yaitu
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.
Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang mempunyai martabat yang tinggi. Hak asasi
manusia ada dan melekat pada setiap manusia. Oleh karena itu, bersifat universal, artinya
berlaku di mana saja dna untuk siapa saja dan tidak dapat diambil oleh siapapun. Hak ini
dibutuhkan manusia sebagai landasan moral dalam bergaul atau berhubungan dengan 3p
ait manusia.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa itu HAM?
b) Bagaimana perkembangan HAM di Indonesia?
c) UUD yang mengatur tentang HAM
1.3 Tujuan
Dengan ditulisnya makalah ini penulis bertujuan memberikan penjelasan tentang Hak
Asasi Manusia dalam kajian UUD 1945, saya berharap dapat membantu memberikan
sedikit gambaran bahwa tujuan mempelajari Pancasila atau Pembukaan UUD 1945 untuk
3
memahami makna dan arti Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia dan pembukaan
Undang-Undang Dasar merupakan tujuan dan cita-cita negara.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia (HAM) dalam bahasa inggris human ringts dalam bahasa prancis
droits de i’homme jadi hak asasi manusia adalah konsep hukum dan normatif yang
menyatakan bahwa manusia memiliki hak melekat pada dirinya karna ia adalah seorang
manusia, hak asasi berlaku dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun, sehingga sifatnya
universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut, juga tidak dapat dibagi-bagi, saling
berhubungan dan saling bergantung.
Secara konseptual, hak asasi manusia dapat dilandaskan pada keyakinan bahwa hak
tersebut dianugerahkan secara alamiah oleh alam semesta, tuhan, atau nalar. Sementara
itu, mereka yang menolak penggunaan unsur alamiah meyakini bahwa hak asasi manusia
merupakan nilai-nilai yang disepakati oleh masyarakat. Dari sudut pandang hukum
internasional, hak asasi manusia sendiri dapat dibatasi atau dikurangi dengan syarat-syarat
tertentu. Pembatasan biasanya harus ditentukan oleh hukum, memiliki tujuan yang sah,
dan diperlukan dalam suatu masyarakat demokratis. Sementara itu, pengurangan hanya
dapat dilakukan dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan bangsa, dan pecahnya
perang pun belum mencukupi syarat ini. Walaupun begitu, sejumlah hak tetap tidak boleh
dikesampingkan dalam keadaan apapun, seperti hak untuk bebas dari perbudakan maupun
penyiksaan.

2.2 Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia


Hak Asasi Manusia di Indonesia dianggap sacral, diperjuangkan sepenuh jiwa, serta
sangat sejalan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia telah ikut bersama
negara lain untuk memperjuangkan HAM, memasukkan rasa kemanusiaan dalam
perundangan, sebab hal tersebut merupakan fundamental. Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia sepenuhnya mendukung dan menjunjung tinggi penegakan Hak Asasi Manusia.
Diawal kemerdekaan Indonesia, tokoh seperti Mochammad Hatta merupakan orang yang
paling vocal dalam menyuarakan HAM. Indonesia dalam memperjuangkan haknya
sebagai bangsa harus melewati beberapa fase, seperti halnya pembentukan organisasi.

4
Organisasi yang didirikan tersebut mewadahi banyak orang dimana untuk merasa sadar
bersama-sama memiliki hak-hak yang harus diperjuangkan dan dicapai.

• (1908-1945)

Boedi Oetomo
Dalam konteks pemikiran Ham, pemimpin Boedi Oetomo telah
memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui
petisi-petisi yang dilakukan kepada pemerintah kolonial maupun dalam tulisan
yang dalam surat kabar goeroe desa. Bentuk pemikiran HAM Boedi Oetomo dalm
bidang hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat.

Perhimpunan Indonesia
Lebih menitik beratkan pada hak untuk menentukan nasib diri sendiri.

Sarekat Islam
Menekankan pada usaha-usaha untuk memperoleh penghidupan yang layak
dan bebas dari penindasan dan diskriminasi rasial.

Partai Komunis Indonesia


Sebagai partai yang berlandaskan paham marxisme lebih condong pada hak-
hak yang bersifat sosial dan menyentuh isu-isu yang berkenan dengan alat
produksi.

Indische Partij
Pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk mendapatkan
kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama dan hak kemerekaan.

Partai Nasional Indonesia


Mengedepankan pada hak untuk memperoleh kemerdekaan.

Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia

5
Menekankan pada hak politik yaitu hak untuk mengeluarkan pendapat, hak
untuk menentukan nasib sendiri, hak berserikat dan berkumpul, hak persamaan di
muka hukum serta hak untuk turut dalam penyelenggaraan negara. Pemikiran
HAM sebelum kemerdekaan juga terjadi perdebatan dalam sidang BPUPKI antara
Soekarno dan Soepomo di satu pihak dengan Mohammad Hatta dan Mohammad
Yamin pada pihak lain. Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang
BPUPKI berkaitan dengan masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum,
hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan
kepercayaan, hak berserikat, hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan
pikiran dengan tulisan dan lisan.
• 1945 – 1950 merupakan pasca lepasnya Indonesia dari Belanda serta secara sah
telah merdeka. Pada masa ini Indonesia memperjuangkan HAM, yang berkutan
dengan masalah – masalah kemerdekaan serta mengatur menyampaikan dan
mengemukakan pendapat di muka umum.
• 1950 -1959, masa dimana HAM mulai berhasil tegak, ditandai banyaknya partai
politik dengan ideologi masing – masing, serta pers memiliki kebebasan dalam
menyampaikan fakta yang terjadi.
• 1966 – 1998, Masa dimana Presiden Soeharto menjabat 30 tahun lamanya, pada
masa pemerintahan ini lebih bersifat defensif serta pers tidak diberikan ruang untuk
bergerak. Di masa ini juga banyak tejadi pelangaran – pelanggaran HAM.
• 1998 – Sekarang, Masa dimana pasca revormasi, jatuhnya kekuasaan rezim
Soeharto. Beruha mengkaji tindakan – tindakan yang telah dilakukan pada masa
Orba, jangan sampaii terjadi lagi. Sejarah panjang penegakan Hak Asasi Manusia
tidak akan pernah berakhir, meski penjajahan secara fisik sudahlah hilang dari
muka bumi, namun bagaimana dengan penjajahan – penjajahan jenis lain? tentu
hal tersebut harus kita lawan demi tegaknya hak asasi, supaya manusia bisa benar
– benar hidup seutuhnya. Sejarah HAM telah mengajari banyak kepada kita, bahwa
rasa kemanusian, kesamaan dan keadilan adalah sesuatu yang harus diperjungkan.

2.3 Undang Undang yang Mengatur HAM


Di dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia, kita pernah menggunakan tiga
macam konstitusi, yaitu:
a) Undang-Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949)

6
b) Konstitusi RIS (27 Desember 1949-17 Agustus 1950)
c) Undang-Undang Dasar Sementara tahun 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959)
d) Kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-sekarang)

Antara Pembukaan UUD 1945 dan Mukadimah UUDS 1950 memuat materi kalimat
yang hampir sama, sedangkan materi Mukadimah Konstitusi RIS kalimatnya terlalu
singkat. Namun demikian esensinnya sama, yaitu memuat pernyataan tentang hak asasi
untuk merdeka dan esensi Pancasila sebagai dasar negara. Lebih lanjut tentang HAM ini
dicantumkan dalam pasal-pasal ketiga konstitusi tersebut.

Di dalam UUD 1945 sebelum diamandemen hanya ada lima pasal yang mengandunh
HAM, yaitu pasal 27-31. Setelah amandemen kedua pada tanggal 18 Agustus 2000, khusus
tentang HAM ditambahkan dalam satu bab khusus yaitu Bab X A Pasal 28 A-J.

Di dalam Konstitusi RIS 1949 memuat 35 pasal tentang HAM yaitu dalam Bagian V
tentang hak-hak dan kebebasan-kebebasan Dasar manusia dari Pasal 7-41. Sedangkan
dalam UUD Sementara 1950 memuat 37 pasal, yaitu dalam bagian V tentang hak-hak dan
kebebasan-kebebasan dasar manusia dari pasal 7-43.

2.3.1 Ketetapan MPR No, XVII/MPR/1998

Sejalan dengan kebijakan politik di era orde lama maupun orde baru yang lebih
mengedepankan kekuasaan dijamannya masingpmasing, maka HAM seolah terabaikan
keberadaannya. Oleh karena itu setelah peralihan kekuasaan pemerintahan di era
reformasi yang lebih mengedepankan hukum dan keterbukaan, MPR menerbitkan
ketetapan MPR No, XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Di dalam ketetapan
ini MPR menegaskan bahwa hak-hak asasi manusia sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi berkait
dengan harkat dan martabat manusia.

Sebelumnya pemerintah bersama DPR juga telah mengesahkan Konvensi PBB yang
menentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak
manusiawi, atau merendahkan martabat manusia (Convention Against Torture and
Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatman or Punishment) menjadi Undang-Undang
No. 5 tahun 1998.

Hak-hak asasi manusia, menurut Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998


meliputi:

7
1. Hak untuk hidup
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
3. Hak mengembangkan diri
4. Hak keadilan
5. Hak kemerdekaan
6. Hak atas kebebasan informasi
7. Hak keamanan
8. Hak kesejahteraan
9. Hak perlindungan dan kemanjuan

Karena substansi ketetapan MPR ini sudah ditindak lanjuti dengan


keluarnya UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM, dan UUD 1945 juga sudah
di amandemen dengan menambahkan Bab X A tentang Hak Asasi Manusia,
maka keberadaan ketetapan MPR No, XVII/MPR/1998 dianggap sudah
tidak valid lagi, sehingga telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi
berdasarkan pasal 1 angka 8 Ketetapan MPR No. I/MPR/2003.

2.3.2 Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia


Sebagai tindak lanjut dari ketetapan MPR No, XVII/MPR/1998, maka pada
tanggal 23 September 1999 pemerintah bersama DPR menetapkan UU No.39
Tahun 1999 tentang HAM.
Substansi HAM menurut UU No. 39 tahun 1999 pada dasarnya merupakan
pengembangan hak menurut ketetapan MPR No, XVII/MPR/1998, yang memuat
hak pokok terdiri dari :
1. Hak untuk hidup
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
3. Hak mengembangkan diri
4. Hak memperoleh keadilan
5. Hak atas kebebasan pribadi
6. Hak atas rasa aman
7. Hak atas kesejahteraan
8. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan
9. Hak khusus bagi Wanita
10. Hak anak
2.3.3 Pasal 28 A-J UUD 1945

8
MPR pasca reformasi, setelah mempelajari, menelaah dan
mempertimbangkan dengan seksama dan sungguh-sungguh hal-hal yang
bersifat mendasar yang dihadapi oleh rakyat, bangsa dan negara sert dengan
menggunakan kewenangannya berdasarkan pasal 37 UUD 1945. Maka dalam
sidangnya pada tanggal 18 Agustus 2000 MPR menambahkan bab khusus
tentang HAM sebagaimana tertuang dalam Bab X A Pasal 28 A-J.
Pada prinsipnya Hak-hak Asasi Manusia yang terkandung dalam bab
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya.
2. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
3. Hak anak untuk kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
4. Hak untuk mengembangkan diri, mendapat pendidikan, memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.
5. Hak untuk memajukan diri dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif.
6. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum serta
perlakuan yang sama didepan hukum
7. Hak untuk bekerja dan memperoleh imbalan dan perlakuan yang adil
dan layak dalam hubungan kerja.
8. Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
9. Hak atas status kewarganegaraan
10. Hak untuk bebas memeluk agama dan beribadat menuru agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganaegaraan, memilih tempat tinggal.
11. Hak untuk berkomunnikasi dan memperoleh informasi, mencari,
menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi menggunakan
segala jenis saluran yang tersedia.
12. Hak untuk mendapat perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat dan harta benda serta rasa aman dan perlindungan dari rasa
takut.

9
13. Hak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang merendahkan
derajat serta hak mendapatkan suaka politik dari negara lain.
14. Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan Kesehatan.
15. Hak untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan.
16. Hak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh.
17. Hak untuk mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil secara sewenang-wenang dari siapapun.
18. Hak untuk hidup, untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan fikiran dan hati
Nurani, hak beragama, hak tidak diperbudak, untuk diakui sebagai
pribadi, untuk tidak dituntut atas dasar hukumyang berlaku surut.
19. Hak untuk bebas dari perlakuan dan mendapatkan perlindungan dari
tindak diskriminatif.
20. Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban.
21. Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
22. Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan
prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi
manusia dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan.
23. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
24. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetaapkan dengan undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan
atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang
adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, kemauan dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia sebagai negara hukum menjunjung tinggi HAM. HAM adalah hak-hak
dasar yang dimiliki manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu mempunyai
keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa jangan
pernah melanggar atau menindas HAM orang lain
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan
RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang,
kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu negara akan diadili dalam pelaksanaan
peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara
peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
3.2 Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan
HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM
orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula
HAM kita dilanggar dan diinjak-injak oleh orang lain.

11
DAFTAR PUSTAKA
http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/download/54/219
https://osf.io/9trnz/download
http://repository.untag-sby.ac.id/1578/2/Bab%20I.pdf
http://ojs.umsida.ac.id/index.php/rechtsidee/rt/printerFriendly/105/134

12

Anda mungkin juga menyukai