Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat dan bimbingan-Nya, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang berjudul “Konsep Dan
Perkembangan Hal Azasi Manusia, Perkembangan Ham Di Indonesia Serta
Problematik Ham Di Indonesia Disertai Dengan Contoh - Contoh Kongkrit.”
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun, penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah
ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua serta Lili
Supriyadi S.Pd., M.M. sebagai dosen pengampu mata kuliah PPKN sehingga
kendala – kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Dan penulis pun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan
datang. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan terutama bagi unsur – unsur yang berkepentingan.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, 11 Maret 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
BAB 1............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1. Konsep Hak Azasi Manusia.................................................................................3
2.2 Perkembangan Hak Azasi Manusia.....................................................................4
BAB III.......................................................................................................................12
PENUTUP..................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................12
3.2 Saran.....................................................................................................................12
BAB VI........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia
sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu-gugat
oleh siapapun. Setiap warga memiliki kewajiban untuk menjunjung tinggi nilai
hak asasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan
dan lain sebagainya. Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika dalam
melaksanakan hak, kita tidak memperhatikan hak orang lain, maka yang terjadi
adalah benturan hak atau kepentingan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama dimata
hukum. Karena hukum tidak membeda-bedakan warga negara yang satu dengan
yang lain untuk menciptakan keadilan dan rasa aman pada seluruh warga negara.
Dalam perkembangannya, Indonesia telah meratifikasi Universal Declaration
Of Human Right (UDHR) yang diikuti oleh negara-negara di dunia yang
tergabung di dalam PBB pada 10 Desember 1948 ke dalam Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Undang-undang mengenai
HAM ini menjadi jawaban atas kebutuhan masyarakat Indonesia baik di tingkat
nasional maupun internasional. Sebagaimana disebutkan pada dasar pemikiran
Undang-undang No 39 Tahun 1999 pada poin d, bahwa “Bangsa Indonesia
sebagai anggota perserikatan Bangsa-Bangsa mengemban tanggung jawab moral
dan hukum untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan Deklarasi Universal
tentang Hak Asasi Manusia yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa,
serta sebagai instrumen internasional lainnya mengenai hak asasi manusia yang
telah diterima oleh negara Republik Indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dimana pun suatu negara hukum tujuan pokoknya adalah melindungi
hak azasi manusia dan menciptakan kehidupan bagi warga yang demokratis.
Keberadaan suatu negara hukum menjadi prasyarat bagi terselenggaranya
hak azasi manusia dan kehidupan demokratis. Dasar filosofi perlunya
perlindungan hukum terhadap hak azasi manusia adalah bahwa hak azasi
manusia adalah hak dasar kodrati setiap orang yang keberadaannya sejak
berada dalam kandungan, dan ada sebagai pemberian Tuhan, negara wajib
melindunginya. Perlindungan hak azasi manusia di Indonesia secara yuridis
didasarkan pada UUD Negara RI 1945. Makna hukum seperti ini
menggambarkan fungsinya sebagai pengayom, pelindung masyarakat, namun
pada masa reformasi fungsi Negara Hukum di Indonesia untuk melindungi Hak
Azasi Manusia terdapat beberapa pelanggaran HAM yang dilakukan oleh
penguasa. Adapun permasalahan yang kami temukan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Konsep Hukum Hak Azasi Manusia?
2. Apa dasar Hukum Hak Asazi Manusia di Indonesia?
3. Bagaimana Pelaksanaan dan Penegakan Hak Azasi Manusia di Indonesia ?
4. Apa saja permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam upaya penegakan Hak
Azasi Manusia ?
5. Bagaimana upaya pemerintah dalam penghormatan, pengakuan dan penegakan
Hak Azasi Manusia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Hak Azasi Manusia


Hak asasi manusia adalah hak dan kebebasan fundamental bagi semua orang,
tanpa memandang kebangsaan, jenis kelamin, asal kebangsaan atau etnis, ras,
agama, bahasa atau status lainnya. Terdapat 3 teori mengenai lahirnya Hak Azasi
Manusia, yakni:
1. Teori Hukum Kodrati
Teori kodrati bermula dari teori hukum kodrati dengan filsafat Stoika ke
zaman modern melalui tulisan- tulisan hukum kodrati Santo Thoomas Aquinas.
John Locke mengemukakan pemikiran bahwa semua individu dikaruniai oleh
alam hak yang melekat atas hidup, kebebasan dan kepemilikan, yang merupakan
milik mereka sendiri dan tidak dapat dicabut oleh Negara. Melalui suatu kontrak
sosial atau social contract, perlindungan atas hak yang tidak dapat dicabut
diserahkan kepada negara. Jika penguasa negara mengabaikan kontrak sosial,
maka rakyat di negara itu bebas menurunkan sang penguasa dan menggantinya
dengan suatu pemerintah yang bersedia menghormati hak tersebut.

SelainJohn Locke, JJ Rousseau juga menegaskan bahwa hukum kodrati tidak


menciptakan hak kodrati individu melainkan hak kedaulatan warga negara
sebagai suatu kesatuan. Setiap hak yang diturunkan dari suatu hukum kodrati
akan melekat pada warga negara sebagai satu kesatuan. Pada intinya, teori
hukum kodrati melihat HAM lahir dari Tuhan sebagai bagian dari kodrat
manusia. Ketika manusia lahir maka HAM sudah melekat dalam dirinya dan hak
tidak dapat diganti apalagi dihilangkan, apa pun latar belakang agama, etnis,
kelas sosial, dan orientasi seksual mereka.

3
2. Teori Positivisme atau Utilitarian

Menurut Jeremy Bentham, eksistensi manusia ditentukan oleh tujuan atau


utilitas mencapai kebahagiaan bagi sebagian besar orang. Penerapan hak atau
hukum ditentukan oleh apakah hak atau hukum tersebut memberikan
kebahagiaan terbesar bagi sejumlah manusia yang paling banyak. Setiap orang
pada dasarnya memiliki hak, namun hak tersebut bisa hilang jika bertentangan
dengan kebahagiaan dari mayoritas orang lain. Artinya, kepentingan individu
harus berada di bawah kepentingan masyarakat. Karena pandangan yang
mengutamakan banyak orang tersebut, teori positivisme dikenal juga sebagai
teori utilitarian.

3. Teori Keadilan

Teori keadilan lahir dari kritik terhadap teori positivisme. Tokoh yang mencetuskan
teori keadilan adalah Ronald Drowkin dan John Rawls. Teori Drowkin mendasari negara
memiliki kewajiban untuk memperlakukan warganya secara sama. Artinya, negara
menggunakan nilai moral, kekuasaan, dan pendasaran lainnya sebagai alasan untuk
mengesampingkan HAM, kecuali prinsip perlakuan sama tersebut. Sedangkan, menurut
Rawls, setiap individu memiliki hak dan kebebasan yang sama. Namun, hak dan
kebebasan tersebut kerap tidak dinikmati secara bersama. Sebagai contoh, terdapat hak
bagi setiap orang untuk memperoleh pendidikan, tapi hak ini pada faktanya tidak dapat
dinikmati oleh semua orang karena kemiskinan. Untuk mengatasi isu tersebut, Rawls
memperkenalkan asas perbedaan atau difference principle yang menyatakan bahwa
distribusi sumber daya yang merata hendaknya diutamakan dalam masyarakat.

2.2 Perkembangan Hak Azasi Manusia


Seorang ahli hukum Prancis, Karel Vasak membagi perkembangan substansi
hak-hak yang terkandung dalam konsep HAM. Karel Vasak menggunakan istilah
“generasi” untuk menunjukkan ruang lingkup hak yang diprioritaskan dalam
suatu zaman. Kategori generasi tersebut terinspirasi dari slogan Revolusi Prancis
yakni “kebebasan, persamaan, dan persaudaraan”.

4
Berikut adalah pembagian generasi Hak Azasi Manusia menurut Karel Vasak:

1. Generasi Pertama Hak Azasi Manusia

Kebebasan atau hak-hak generasi pertama mewakili hak sipil dan politik,
yaitu HAM yang bersifat klasik. Hak tersebut muncul dari tuntutan untuk
melepaskan diri dari kungkungan kekuasaan absolutisme negara yang muncul di
Amerika Serikat dan Prancis pada abad ke-17 dan ke-18. Hak yang termasuk
dalam generasi pertama adalah hak hidup, keutuhan jasmani, hak kebebasan
bergerak, hak suaka dari penindasan, perlindungan terhadap hak milik,
kebebasan berpikir, beragama dan berkeyakinan, kebebasan untuk berkumpul
dan menyatakan pikiran, hak bebas dari penahanan dan penangkapan sewenang-
wenang, hak bebas dari penyiksaan, hak bebas dari hukum yang berlaku surut,
dan hak mendapatkan proses peradilan yang adil.

Hak pada generasi pertama disebut dengan hak-hak negatif, yakni merujuk
pada tidak adanya campur tangan negara terhadap hak dan kebebasan individual.
Hak ini menjamin ruang kebebasan bagi individu untuk menentukan dirinya
sendiri. Dalam pengertian lain, negara tidak boleh berperan aktif (positif)
terhadap individu. Jika negara ikut berperan atau campur tangan, maka dapat
mengakibatkan pelanggaran terhadap hak dan kebebasan tersebut.

2. Generasi Kedua Hak Azasi Manusia

Generasi kedua HAM menganut prinsip persamaan dan mewakili


perlindungan bagi hak ekonomi, sosial dan budaya. Berbagai hak tersebut
muncul dari tuntutan agar negara menyediakan pemenuhan terhadap kebutuhan
dasar setiap orang, mulai dari makan sampai pada kesehatan.

Berbeda dengan generasi pertama, pada generasi kedua HAM, negara justru
harus bertindak aktif, agar hak tersebut dapat terpenuhi atau tersedia. Hak

5
generasi kedua dikenal dengan bahasa yang positif yaitu “hak atas” atau “right
to”, bukan dalam bahasa negatif yaitu “bebas dari” atau “freedom from”. Hak
yang diakui dalam generasi kedua HAM adalah hak atas pekerjaan dan upah
yang layak, hak atas jaminan sosial, hak atas pendidikan, hak atas kesehatan, hak
atas pangan, hak atas perumahan, hak atas tanah, hak atas lingkungan yang sehat,
dan hak atas perlindungan hasil karya ilmiah, kesusasteraan, dan kesenian.

Hak generasi kedua HAM dikatakan sebagai “hak-hak positif”. Artinya,


pemenuhan hak sangat membutuhkan peran aktif dan keterlibatan dari negara.
Sebagai contoh, untuk memenuhi hak atas pekerjaan bagi setiap orang, negara
harus membuat kebijakan ekonomi yang dapat membuka lapangan kerja. Hal
tersebut adalah contoh peran negara secara aktif dalam memenuhi HAM.

3. Generasi Ketiga HAM

Persaudaraan atau hak-hak generasi ketiga mewakili tuntutan hak solidaritas


atau hak bersama. Hak tersebut muncul dari tuntutan negara berkembang atau
dunia ketiga atas tatanan internasional yang adil. Melalui tuntutan atas hak
solidaritas tersebut, negara berkembang menginginkan adanya tatanan ekonomi
dan hukum internasional yang kondusif untuk menjamin hak atas pembangunan,
hak atas perdamaian, hak atas sumber daya alam sendiri, hak atas lingkungan
hidup yang baik, serta hak atas warisan budaya sendiri.

Dalam perkembangannya, HAM di berbagai negara di dunia telah diterima


dengan baik secara universal, dimana HAM ini telah menjadi pedoman baik
dalam hal moral, politik, maupun sebagai penentu kerangka hukum. Penetapan
hukum yang mengatur perlindungan hak asasi manusia bagi warga negaranya
menunjukkan bahwa negara menjunjung tinggi posisi HAM, yang mana hal ini
telah menjadi kewajiban negara juga untuk melindungi hak setiap warga
negaranya. Terjaminnya perlindungan HAM bagi warga negaranya yang telah
diatur dalam hukum konstitusional maupun nasional merupakan salah satu ciri

6
utama sebuah negara hukum, dimana di dalam negara hukum juga mementingkan
suatu kesetaraan dan kesamaan derajat antar sesamanya tanpa adanya
pengecualian.

3.2 Perkembangan Hak Azasi Manusia Di Indonesia


Perkembangan HAM di Indonesia, sebenarnya dalam UUD 1945 telah
tersurat, namun belum tercantum secara transparan. Setelah dilakukan
amandemen I s/d IV Undang-undang Dasar 1945, ketentuan tentang HAM
tercantum pada Pasal 28 A s/d 28 J. Kemudian berbagai pihak untuk melengkapi
UUD 1945 yang berkaitan dengan HAM, melalui MPRS dalam sidang-sidangnya
awal orde baru telah menyusun Piagam Hak-hak Asasi Manusia dan Hak-hak
serta kewajiban warga negara. MPRS telah menyampaikan Nota MPRS kepada
Presiden dan DPR tentang pelaksanaan hak-hak asasi. Berbagai kepentingan
politik pada saat itu, akhirnya tidak jadi diberlakukan. Pemerintahan orde baru
pada saat itu bersikap anti terhadap Piagam HAM, dan beranggapan bahwa
masalah HAM sudah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan.
Tanggal 11 November 1998, MPR pada sidang istimewanya mengesahkan
Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 yang menugaskan kepada Lembaga-
lembaga Tinggi Negara dan seluruh Aparatur Pemerintah, untuk menghormati,
menegakkan, dan menyebarluaskan pemahaman mengenai HAM kepada seluruh
masyarakat.

Hak asasi adalah kebutuhan mendasar dari umat manusia. Hak asasi
merupakan hak natural dan merupakan pemberian langsung dari Tuhan. Hak
Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia, tanpa hal itu manusia
tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak asasi tersebut di peroleh Bersama
denga kelahiran atau kehadiranya di dalam kehidupanya masyarakat. HAM
berlaku untuk semua orang tanpa diskriminasi. Hak asasi manusia tida diberikan
oleh peraturan, rezim, undang-undang atau siapapun juga. Oleh karna itu tidak
satu seorang atau pihak pun yang bisa mengambilnya. Hal ini berdasar pada

7
pemikiran bahwa perjuangan menegakkan hak asasi manusia merupakan tugas
suci dan anugrah bagi umat manusia.

Pemerintah Indonesia memandang bahwa Indonesia memiliki nilai-nilai unik


tersendiri dan menganggap HAM sebagai produk Barat. Dilain sisi Indonesia
telah menjadi anggota PBB, sehingga banyak konsekuensi politik dan hukum
bagi Indonesia. Oleh karena itu Indonesia memiliki kewajiban hukum terhadap
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Indonesia adalah negara terbesar
keempat di dunia dan memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalam
menerapkan HAM. Selain itu, Indonesia adalah negara yang memiliki penganut
Islam terbesar di dunia. Indonesia tidak memiliki konsep atau istilah hak. Konsep
hak di ambil dari term Islam yaitu haq yang berarti hak. Banyak konsep dan
istilah Indonesia yang di ambil dari Islam. Perspektif Islam menjelaskan bahwa
umat manusia harus menjaga hak asasi manusia dasar dan harus diseimbangkan
dengan kewajiban dasar. Islam memberikan dan menjamin hak asasi mendasar,
karena tanpa hak asasi umat manusia tidak dapa melaksanakan kewajiban
manusia sebagai mahluk Tuhan dan sebagai bagian dari umat manusia. Hak asasi
manusia adalah dasar bagi masyarakat yang beradab yang didirikan oleh Nabi
Muhammad pada tahun 600- 3 an dan dengan menggunakan Piagam Madina.
Agama dan tugas keagamaan dalam Islam memiliki hubungan erat dengan nilai-
nilai kemanusiaan dengan pemikiran tugas keagamaan manusia berdasar apa
yang dikerjakan dan bagaimana ia mengerjakan untuk memenuhi
tanggungjawabnya terhadap kemanusiaan. Islam mengharuskan bahwa semua
Muslim harus merawat yatim piatu dan fakir miskin serta kaum terlantar. Jika
orang Muslim tidak memperhatikan mereka, ia akan diklasifikasikan sebagai
pengkhianat agama. Ajaran Islam meletakkan hak orang miskin, yatim piatu
sebagai tugas mendasar bagi para muslim.

Hal yang sangat fundamental dari hak asasi manusia kontemporer adalah ide
yang meletakkan semua orang terlahir bebas dan memiliki kesetaraan dalam hak

8
asasi manusia. Masalah muncul ketika seseorang berasal dari posisi yang sama
tetapi diperlakukan secara berbeda. Jika perlakuan ini terus diberikan, maka
perbedaan ini akan terjadi terus menerus walaupun standar hak asasi manusia
telah dtingkatkan. Pelanggaran terhadap diskriminasi adalah salah satu bagian
penting prinsip kesetaraan. Jika semua orang setara, maka seharusnya tidak ada
perlakuan yang diskriminatif.

Hak asasi manusia bukanlah sesuatu yang terbagi dan dapat dipisahkan. Tiap-
tiap hak saling terkait. Hak atas jaminan sosial mempunyai banyak keterkaitan
dengan hak-hak lainnya. Dalam perspektif hak asasi di bidang sipil dan politik,
hak atas jaminan sosial mengandung aspek perlindungan hak atas hidup, hak atas
keamanan seseorang, dan juga hak atas perlindungan dari siksaan fisik maupun
segala bentuk perlakuan tidak manusiawi. Di bidang ekonomi, 2 Artidjo Alkostar.
Pengadilan HAM, Indonesia, dan Peradaban.

 Contoh Perkembangan Hak asasi Manusia Di Indinesia


1. Membentuk komisi nasional hak asasi manusia (komnas ham)
2. Membuat produk hukum yang mengatur mengenai HAM
3. Membentuk pengadilan HAM

3.3 Problematik Hak Azasi Manusia Di Indonesia Diserati Dengan Contoh –


Contoh Kongkrit
Hak asasi manusia menurut UU no 39 tahun 1999 adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Hak tidak akan bisa
lepas dari kewajiban, maka hak yang kita miliki tidak boleh digunakan sebebas-
bebasnya. Kita juga harus memperhatikan hak-hak orang lain. Hak Asasi
Manusia yang paling fundamental ialah hak kebebasan dan hak persamaan, yang
merupakan dasar dari hak-hak lainnya. Menurut pasal 1 angka 6 undang-undang

9
Republik Indonesia Nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia yang
dimaksud dengan pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan
seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun
tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang
yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikawatirkan
tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.

Berikut contoh -contoh problematika HAM di Indonesia:

1. Pembersihan PKI (1965 - 1966)

Pembersihan yang dilakukan secara masif dan menyeluruh terhadap


simpatisan komunis, diawali dari daerah Jakarta, lalu menyebar ke provinsi Jawa
Tengah, Jawa Timur dan sampai Bali dan juga pulau Sumatera. Pembunuhan dan
penahanan yang dilakukan merupakan upaya pembersihan negara dari komunis,
simpatisan-simpatisan PKI yang saat itu bukan hanya tokoh atau figur politik ikut
ditahan dan dibunuh.

2. Penembakan Misterius (1982 - 1986)

Peristiwa ini termasuk dalam golongan kasus pelanggaran Hak Asasi


Manusia, karena telah mengadili seseorang tanpa melalui proses hukum.
Pelanggaran hak asasi yang dilakukan dalam Petrus adalah menghakimi siapa
saja yang dinilai sebagai pelaku kriminal atau kejahatan, seperti preman,
perampok, dan lain-lain. Pada 1983, tercatat sebanyak 532 orang tewas dan 367
tewas karena luka tembak diduga korban penembakan misterius. Kemudian,
pada 1984, ada 107 tewas dan pada 1985 sejumlah 74 orang tewas, 28 di
antaranya tewas karena ditembak.

3. Tragedi Trisakti (1998)

10
Tragedi Trisakti sangat terkenal, disini para mahasiswa menjadi korban akan
rezim Soeharto. Dalam penertiban aksi unjuk rasa ini ternyata para aparat
keamanan tidak melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Penemuan 4
mayat sebagai korban aksi ini memecah emosi mahasiswa dan masyarakat.
Aparat keamanan melanggar hak asasi dari para mahasiswa. Pelanggaran hak
asasi yang tejadi yaitu para pemerintah dan para aparat keamanan merebut hak
mereka untuk beraspirasi, menyuarakan pendapat mereka. Para mahasiswa itu
menuntut agar Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI, turun dari
jabatannya.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa Hak Asasi
Manusia (HAM) merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat fundamental sebagai sebagai suatu anegerah Allah yang harus
dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat atau negara.

3.2 Saran
Hak asasi manusia, harus di respon positif oleh pemerintah
(government) dengan menciptakan administrasi publik yang baik berdasarkan
prinsip-prinsip good governance yang melibatkan bukan hanya pemerintah
(government) tetapi juga peran masyarakat (civil society) dan sektor swasta
(private sector), karena pola-pola Hak Asasi Manusia tercermin dalam
bagaimana administrasi publik itu dibuat dan dijalankan.

12
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

“konsep Hak Azasi manusia” diakses


file:///C:/Users/Rizky%20Putri/Downloads/Rabi%20Yati_Artikel%20Politik.pdf pada
Maret 2023 pukul 20.19

“Sejarah Hak Azasi Manusia” diakses


https://www.hukumonline.com/klinik/a/hak-asasi-manusia-pengertian-sejarah-dan-
prinsipnya-lt62d8fb697c622/ pada Maret 2023 pukul 22.00

“Problematika Hak Azasi Manusia dan Pembangunan di Indonesia” diakses


https://www.academia.edu/40133635/
PROBLEMATIKA_HAK_ASASI_MANUSIA_HAM_DAN_PEMBANGUNAN_DI
_INDONESIA pada Maret 2023 pukul 09.30

“7 Masalah Hak Azasi Manusia” diakses


https://www.hukumonline.com/berita/a/7-masalah-ham-untuk-komnas-ham-
lt59fa97ab527da pada Maret 2023 pukul 10.43

"Perkembangan hak asasi manusia" diakses


https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/17611/05.1%20bab%201.pdf?
sequence=5&isAllowed=ypada Maret 2023 pukul 03.00

"Contoh perkembangan hak asasi manusia" diakses


https://www.slideshare.net/gnastia/4-perkembangan-ham-di-indonesia pada Maret
2023 04.05

13

Anda mungkin juga menyukai