Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Hak Asasi Manusia


Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan
Dosen Pengampu: Ibu Ratna Sofiana, SH.,M.SI

Disusun Oleh kelompok 4:


1. M.ALIT MASJUDIN (22108030004)
2. ILHAM PANUNTUN (22108030008)
3. KEN ISMI A.A.R (22108030012)
4. LEADY FALIA WATI (22108030016)
5. FADHILA AMALIA (22108030021)
6. MARSHELINA ANDRIYANI (22108030025)
7. FATIMA HANNAH (22108030029)
8. M.ZIYAD AL FAIZIN (22108030035)

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Hak Asasi Manusia”. Penulis menyadari bahwa di dalam
pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah
hati menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Yogyakarta, 30 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL..................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
PENDAHULUAN...............................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C.Tujuan Makalah................................................................................................4
PEMBAHASAN..................................................................................................5
PENUTUP...........................................................................................................9
A. Kesimpulan...................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................…………………10
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak asasi manusia (HAM) sebagai gagasan serta kerangka konseptual tidak
lahir secara tiba-tiba sebagaimana kita lihat dalam Universal Declaration of Human
Right 10 Desember 1948, namun melalui suatu proses yang cukup panjang dalam
sejarah peradaban manusia. Awal perkembangan HAM dimulai ketika
ditandatangani Magna Charta (1215), oleh Raja Jhon Lacklaand. kemudian juga
penandatanganan Petition of Right pada tahun 1628 oleh Raja Charles I. Dalam
hubungan inilah maka perkembangan hak asasi manusia ini sangat erat
hubungannya dengan perkembangan demokrasi.
Demokrasi adalah cara pelaksanaan negara sebagai organisasi kekuasaan yang
menjamin pengakuan terhadap HAM dan pelaksaan demokrasi
juga harus dilandasi oleh HAM, oleh sebab itu, memahami demokrasi secara komprehensif
maka didalamnya juga harus memahami HAM, demikian juga sebaliknya. Demokrasi dan
HAM sejatinya bukan isu baru. hampir seluruh negara di
dunia saat ini menyatakan diri sebagai negara yang demokratis dan menghormati HAM.
Demokrasi menempatkan manusia sebagai pemilik kedaulatan yang kemudian dikenal
dengan prinsip kedaulatan rakyat. Berdasarkan pada teori kontrak sosial, untuk memenuhi
hak-hak setiap manusia tidak mungkin dicapai oleh masing-masing orang secara individual,
tetapi harus bersama-sama
Indonesia merupakan negara hukum yang mana di dalam negara hukum
selalu ada pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Semua
manusia akan mendapat perlakuan yang sama kedudukannya dalam hukum, sosial,
ekonomi, dan kebudayaan. Dapat terlihat jelas bahwa di negara Republik Indonesia dijamin
adanya perlindungan hak asasi manusia berdasarkan ketentuan-ketentuan hukum dan bukan
kemauan seseorang atau golongan yang menjadi dasar kekuasaan.
Di Indonesia sendiri hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat di pisahkan
dengan pandangan filsafat Indonesia yang terkandung dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD NKRI 1945)
yang dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 “Kemerdekaan adalah hak segala bangsa”. Dalam pernyataan ini
terkandung jelas pengakuan secara yuridis hak asasi manusia tentang kemerdekaan
sebagaimana yang terkandung dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa Pasal.
Bagi Indonesia, penegakan HAM merupakan prinsip yang selalu dipegang teguh.
Sebagai bangsa yang pernah mengalami penjajahan maka pendiri republik kita ini sadar akan
arti HAM dalam kegiatan berbangsa dan bernegara. Maka dari itu, didalam makalah ini
penulis akan membahas tuntas mengenai hak asasi manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan HAM?
2. Apa prinsip, ciri-ciri dan macam-macam HAM?
3. Apa Saja Pasal-pasal serta pelanggaran dalam HAM?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui tentang pengertian HAM
2. Mengetahui prinsip-prinsip, ciri-ciri dan macam macam HAM
3. Mengetahui pasal pasal dan pelanggaran HAM

PEMBAHASAN
PENGERTIAN HAM
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan istilah dalam bahasa Indonesia untuk
menyebut hak dasar atau hak pokok yang dimiliki manusia. Istilah hak asasi manusia berasal
dari istilah droits de ‘I home (Prancis) human right (Inggris) dan Huquq al - Insan (Arab),
Right dalam Bahasa Inggris berarti hak, keadilan, dan kebenaran. Secara istilah hak asasi
diartikan sebagai hak yang melekat pada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan,
hak tersebut dibawa sejak manusia ke muka bumi sehingga hak tersebut bersifat fithri
(kodrati) dan bukan pemberian manusia atau negara. Hak asasi pada hakikatnya adalah
seperangkat ketentuan atau aturan untuk melindungi warga negara dari kemungkinan
penindasan, pemasungan dan atau pembatasan ruang gerak warga negara oleh negara Artinya
ada pembatasan-pembatasan tertentu yang diberlakukan pada negara agar hak warga negara
yang paling hakiki terlindungi dari kesewenangan kekuasaan.
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 1 angka 1
menyebutkan : “Hak Asasi Manusia ialah “Seperangkat hak yang melekat pada hakikat
keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintahan, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.
Berdasarkan beberapa defenisi diatas, secara substansi ada persamaan pemahaman dalam
mendefinisikan HAM. Setidaknya disepakati bahwa HAM merupakan hak yang diberikan
Tuhan, sehingga hak tersebut bersifat melekat, kodrati dan universal. Hak tersebut tidak
tergantung oleh suatu disebabkan manusia lain,negara atau hukum,karena hak tersebut
berkaitan dengan eksistensi manusia.
Dengan demikian perbedaan jeniskelamin,ras,agama atau warna kulit tidak
mempengaruhi perbedaan terhadap eksistensi HAM. Dan berkaitan dengan keberadaan dan
eksistensi manusia, maka hak tersebut harus dihormati,dilindungi dan dihargai oleh siapapun.
Secara umum, HAM dapat dirumuskan sebagai (those right swhich are in herentinour natural
and without which we can not live as human being hak yang melekat pada kodrat,kita sebagai
manusia yang bila HAM tiada, mustahil kita akan hidup sebagai manusia) oleh masyarakat
dunia perumusan pengakuannya telah diperjuangkan dalam kurun waktu yang sangat panjang.
Negara menurut John Locke, mempunyai tujuan menjaga dan menjamin terlaksananya
kebebasan dan HAM (Firdaus Arifin, 2019).

PRINSIP-PRINSIP,CIRI-CIRI DAN MACAM-MACAM DALAM HAM

Prinsip-prinsip HAM
Manfred Nowak menyebut bahwa prinsip hak asasi manusia ada empat, yaitu
universal (universality), tak terbagi (indivisibility), saling bergantung  (interdependent), saling
terkait  (interrelated). Rhona K.M. Smith menambahkan prinsip lain, yaitu kesetaraan
(equality) dan non-diskriminasi  (non-discrimination). Beberapa kalangan menyebutkan
bahwa prinsip tak terbagi (indivisibility),saling bergantung  (interdependent) dan saling
terkait  (interrelated) merupakan prinsip turunan dari prinsip universal (universality). Di
Indonesia, UU No. 39 Tahun 1999 menyebut dengan jelas bahwa salah satu prinsip hak asasi
manusia yaitu tanggungjawab negara. Penjelasan masing-masing prinsip yakni sebagai
berikut:
a)  Prinsip Universal (Universality)
Prinsip universal adalah bahwa semua orang, di seluruh belahan dunia
manapun, tidak peduli apa agamanya, apa warga negaranya, apa bahasanya, apa
etnisnya, tanpa memandang identitas politik dan antropologisnya, dan terlepas dari
status disabilitasnya, memiliki hak yang sama sebagai manusia. Penegasan akan
prinsip ini dilakukan melalui Pasal 5 Deklarasi Wina tentang Program Aksi yang
berbunyi, “Semua hak asasi manusia adalah universal, tak terbagi, saling bergantung,
saling terkait (all human rights are universal, indivisible, interdependent and
interrelated). Disini bisa dipastikan bahwa manusia di seluruh dunia mempunyai hak
yang sama sebagai entitas manusia itu sendiri. Siapapun dan dimanapun tempatnya
dan sampai kapanpun hak sebagai manusia harus dipenuhi oleh manusia lainnya.
b). Prinsip Tak Terbagi (Indivisibility)
Semua prinsip dalam hak asasi manusia sama-sama penting, oleh karenanya
tidak diperbolehkan mengesampingkan salah satu hak tertentu atau kategorinya dari
bagian hak asasi manusia. Jika salah satu dari bagian hak asasi manusia tidak
terpenuhi secara otomatis hak asasi manusia itu sendiri belum terpenuhi. Setiap orang
memiliki seluruh kategori hak asasi manusia yang tidak dapat dibagi-bagi. Sebagai
contoh seseorang berhak untuk memilih, pada saat yang sama, dia berhak untuk
mendapatkan sandang, papan dan pangan. Dalam beragama dan berkeyakinan
seseorang berhak untuk memeluk suatu agama dan keyakinan, tetapi di sisi lain juga
mereka berhak untuk menjalankan keyakinannya. Tidak bisa salah satu dipenuhi dan
yang lainnya tidak dipenuhi, atau boleh berkeyakinan namun dilarang
menjalankannya. Hak ekonomi, hak sosial, dan hak politik, kesemuanya harus bisa
dipenuhi dan tidak bisa hanya dipenuhi salah satunya saja. Tidak boleh satu hak
diberikan, namun ada hak lainnya dicabut apalagi dihilangkan.
c) Saling Bergantung (interdependent)
Prinsip saling bergantung berarti bahwa suatu jenis hak tertentu akan selalu
bergantung dengan hak yang lain. Contohnya hak atas pekerjaan akan bergantung
pada terpenuhinya hak atas pendidikan. Maka dapat atau tidaknya penyandang
disabilitas untuk bekerja, tergantung apakah pendidikan mereka dipenuhi atau tidak
oleh negara. Contoh lainnya seperti hak untuk memilih dan menjalankan suatu
keyakinan akan bergantung pada hak untuk menyatakan pendapat di muka umum.
Para penganut aliran kepercayaan seperti Sunda Wiwitan, Wetu Telu, Kejawen dan
lainnya akan boleh melakukan peribadatan jika hak untuk menyatakan pendapatnya
di muka umum terpenuhi. Hal ini diperlukan untuk menyatakan keyakinan mereka
dilakukan di depan umum khususnya di depan pemerintah seperti saat membuat
Kartu Tanda penduduk (KTP) atau administrasi kependudukan lainnya.
e) Prinsip Nondiskriminasi (non-discrimination)
Diskriminasi terjadi ketika setiap orang diperlakukan atau memiliki
kesempatan yang tidak setara satu dengan lainnya. Misalnya ketidaksetaraan di
hadapan hukum, ketidaksetaraan perlakuan, ketidaksetaraan kesempatan pendidikan
dan lain-lain. Sebuah situasi dikatakan diskriminatif atau tidak setara, jika situasi
sama diperlakukan secara berbeda atau situasi yang berbeda diperlakukan secara
sama.
f). Kesetaraan (Equality)
Kesetaraan dimaknai sebagai perlakuan yang setara, dimana pada situasi
yang sama harus diperlakukan dengan sama, dan dimana pada situasi berbeda
diperlakukan secara sama pula. Kesetaraan juga dianggap sebagai prasyarat mutlak
dalam negara demokrasi. Kesetaraan di depan hukum, kesetaraan kesempatan,
kesetaraan akses dalam pendidikan, kesetaraan dalam mengakses peradilan yang fair,
kesetaraan berkeyakinan dan beribadah sesuai dengan kepercayaannya dan lain-lain
merupakan hal penting dalam pemenuhan hak asasi manusia. Tantangannya saat ini
yaitu bagaimana memberikan akses yang setara bagi semua masyarakat khususnya
bagi mereka kelompok rentan seperti penyandang disabilitas, masyarakat miskin dan
kelompok minoritas lainnya. Hal ini misalnya dengan memberikan fasilitas lebih
kepada penyandang disabilitas agar mereka dapat melakukan aktifitas hidup secara
setara. Jika seorang warga negara asing yang berposisi sebagai tersangka berhak
mendapat juru bahasa isyarat, maka seorang tuna rungu yang berperkara di
pengadilan, baik sebagai saksi atau terdakwa, juga berhak untuk mendapatkan juru
bahasa isyarat.
g) Tanggungjawab Negara (State’s Responsibility)
Aktor utama yang dibebani tanggungjawab untuk memenuhi, melindungi dan
menghormati hak asasi manusia adalah negara melalui aparatur pemerintahannya.
Prinsip ini ditulis di seluruh kovenan dan konvensi hak asasi manusia internasional
maupun peraturan domestik. Pasal 71 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia secara tegas mengatakan bahwa, “Pemerintah wajib dan bertanggung jawab
menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia yang
diatur dalam undang-undang ini, peraturan perundang-undangan lain, dan hukum
internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh negara Republik
Indonesia”. Negara wajib menyelenggarakan pendidikan bagi semua rakyatnya,
melindungi setiap penganut kepercayaan dalam menjalankan keyakinannya. Negara
wajib memfasilitasi para penyandang disabilitas agar bisa hidup seperti masyarakat
lainnya.

Ciri-ciri HAM
Ciri – ciri Hak Asasi Manusia :

 Hak tidak diberikan seseorang. Melainkan milik semua orang. Baik hak sipil, hak
politik, hak ekonomi, dab hak budaya.
 Hak tidak dapat dicabut, dihilangkan, atau diserahkan.
 Hak bersifat hakiki. Yaitu sudah ada sejak manusia ada di dalam kamdungan.
 Hak bersifat universal. Sehingga hak berlaku untuk semua manusia, tidak
memandang status, suku, gender, dan perbedaan status lainnya (OSF Preprints, n.d.).

Macam-macam HAM
• Hak Asai Pribadi (Personal Human Rights)
Hak ini merupakan hak yang berhubungan dengan kehidupan pribadi setiap
orang. Contoh dari personal human rights ini adalah kebebasan untuk menyampaikan
pendapat ,kebebasan untuk berpergian, bergerak , berpindah keberbagai tempat dan
lain sebagainya.
• Hak Asasi Politik (Politic Rights)
Ini merupkan hak asasi dalam kehidupan politik seseorang . contohnya hak
dipilih dan memilih ,hak dalam keikutsertaan kegiatan pemerintah, hak dalam
membuat petisi dan sebagainya.
•Hak Asasi Ekonomi (property rights)
Hak ini menyangkut hak individu dalam hal perekonomian. Contohnya
kebebasan dalam hal jual-beli,perjanjian kontrak,penyelenggaraan sewa-
menyewa,memiliki sesuatu dan memiliki pekerjaan yang pantas.
• Hak Asasi Peradialan (procedural rights)
Hak dalam memperoleh perlakuan sama dalam tata cara pengadilan.
Contonyaadalah hak untuk mendapatkan pembelaan hukum,hak untuk mendapatkan
perlakuan pemeriksaan,penyidikan,penangkapan,penggeledahan dan penyidikan antar
muka.
• Hak Asasi Sosial Budaya
Hak terkait dalam kehidupan masyarakat. Contonya adalah hak untuk
menentukan,memilih,dan melakukan pendidikan.hak untuk pengajaran untuk
mendapatkan budaya sesuai dengan bakat dan minat.
• Hak Asasi Hukum (legal equality rights)
Hak untuk mendapatkan kependudukan yang sama dalam hal hukum dan
pemerintahan. Contohnya adalah mendapatkan perlakuan yang sama dalam bidang
hukum dan pemerintahan,menjadi pegawai sipil, perlindungan dan pelayaan hukum
(OSF Preprints, n.d.).

PASAL-PASAL SERTA PELANGGARAN DALAM HAM

PASAL-PASAL HAM
Dalam UUD 1945 Pasal – pasal yang berhubungan dengan HAM dapat
ditentukan antara lain sebagai berikut :
1. Hak untuk menentukan diri sendiri (preambule), hak warga negara diatur
dalam pasal 26 UUD 1945
2. Hak akan kesamaan dan persamaan di depan hukum diatur pasal 27 UUD
1945
3. Hak asasi manusia sebagaimana diatur dalam pasal 28A sampai pasal 28J.
Sementara pasal 28G
4. Hak beragam diatur dalam pasal 29 UUD 1945
5. Hak untuk membela negara diatur dalam pasal 30 UUD 1945
6. Hak untuk mendapatkan pendidikan dan hak untuk mempertahankan bahasa
daerah diatur dalam pasal 31 UUD 1945
7. Hak untuk mempertahankan tradisi budaya penjelasan pasal 32 UUD 1945
8. Hak kesejahteraan sosial diatur dalam pasal 33 UUD 1945
9. Hak akan jqmunan sosial diatur dalam pasal 34 UUD 1945
10. Hak akan kebebasan dan kemandirian peradilan terdapat dalam penjelasan
dalam pasal 24 dan pasal 25 UUD 1945

Pelanggaran HAM
Hak asasi manusia merupakan hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata
karena ia manusia. Manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh
masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan
harkat dan martabatnya sebagai manusia. Dalam hal ini meskipun setiap orang
dilahirkan dengan latar belakang berbeda, baik suku, agama, warna kulit, jenis
kelamin, ia tetap mempunyai hak-hak tersebut dan wajib untuk dilindungi oleh
siapapun, terutama oleh negara-negara di dunia.
Dalam perkembangannya saat ini negara tidak hanya dituntut untuk menjaga
keamanan, ketertiban, dan perdamaian dunia tetapi juga keamanan bagi manusia
(human security) di manapun manusia berada. Keamanan terhadap manusia
merupakan bentuk penghormatan terhadap hak asasi manusia akan harkat dan
martabatnya sehingga manusia berhak untuk hidup dalam kebebasannya, berhak
untuk mendapat perlindungan, bebas dari rasa takut, ancaman, penyiksaan,
diskriminasi, dan lain sebagainya (Anggriani, 2017: 319). Oleh karena itu
penghormatan terhadap harkat dan martabat kemanusiaan merupakan kewajiban yang
harus dilakukan oleh negara, namun tetap ada pengecualian terhadap penegakan hak
asasi manusia ketika kondisi suatu negara dalam keadaan darurat yang disebut dengan
hak yang dapat dikecualikan.
Secara teoritik, hak asasi manusia pada dasarnya mengatur hubungan antara
individu-individu dengan negara. Hak asasi manusia telah disepakati sebagai hukum
internasional yang telah menjadi standar yang kuat bagaimana negara harus
memberlakukan indivdu-individu di dalam wilayah yurisdiksinya. Hak asasi manusia
memberikan jaminan moral dan hukum kepada individu-individu setiap manusia
untuk melakukan kontrol dan mendorong aturan-aturan dan praktik-praktik
kekuasaan yang menghormati, memastikan adanya kebebasan individu dalam
berhubungan dengan negara dan meminta negara untuk melakukan pemenuhan hak-
hak dasar individu dalam yurisdiksinya (Syafi’i, 2012: 684). Oleh karena itu individu
dalam yurisdiksi suatu negara wajib untuk dilindungi dan dihormati hak asasinya,
apapun kondisi individu yang bersangkutan. Maka ketika negara tidak mampu
melindungi dan menghormati hak asasi, saat itu juga negara telah melakukan
pelanggaran hak asasi manusia.
Pelanggaran hak asasi manusia sudah banyak terjadi di berbagai negara,
namun hingga saat ini tidak terdapat pengertian tunggal mengenai konsep
pelanggaran hak asasi manusia. Sekalipun di kalangan para ahli terdapat semacam
kesepakatan umum bahwa pelanggaran hak asasi manusia dimaknai sebagai
pelanggaran terhadap kewajiban negara yang lahir dari instrumen-instrumen
internasional hak asasi manusia. Pelanggaran terhadap hak asasi aanusia dapat berupa
tindakan by commission dan karena pembiaran by omission.
Pelanggaran hak asasi manusia oleh negara, baik yang bersifat by
commission dan by omission dapat dilihat melalui kegagalan negara memenuhi tiga
kewajiban yang berbeda, yaitu sebagai berikut:
1.Kewajiban untuk menghormati; kewajiban ini menuntut negara, organ, dan aparat
negara untuk tidak bertindak apapun yang melanggar integritas individu atau
kelompok atau pelanggaran pada kebebasan mereka, seperti; (a) pembunuhan di luar
hukum; (b) penahanan serampangan; (c) pelarangan serikat buruh; (d) pembatasan
terhadap praktik agama tertentu.
2.Kewajiban untuk melindungi; kewajiban negara dan aparatnya untuk melakukan
tindakan yang memadai guna melindungi pelanggaran hak-hak individu atau
kelompok, termasuk pencegahan atau pelanggaran atas penikmat kebebasan mereka,
contoh jenis pelanggaran ini adalah by omission dalam bentuk: (a) kegagalan untuk
bertindak, ketika suatu kelompok etnis tertentu menyerang kelompok etnis tertentu
lainnya; (b) kegagalan untuk memaksa perusahaan untuk membayar upah yang tepat.
3.Kewajiban untuk memenuhi; kewajiban negara untuk melakukan tindakan yang
memadai, guna menjamin setiap orang di dalam peluang yurisdiksinya untuk
memberikan kepuasan kepada mereka yang memerlukan, yang telah dikenal di dalam
instrumen hak asasi dan tidak dapat dipenuhi oleh upaya pribadi, contoh jenis ini
adalah by omission seperti: (a) kegagalan untuk memenuhi sistem perawatan
kesehatan dasar; (b) kegagalan untuk mengimplementasikan satu sistem pendidikan
gratis pada tingkat primer (Marzuki, 2012: 29-40).
Selain itu terdapat istilah pelanggaran hak asasi manusia berat yang muncul
dari banyak arti, seperti: gross and systematic violations, the most serious crime,
gross violations, grave violations, dan lain sebagainya. Istilah pelanggaran hak asasi
manusia berat merujuk pada dua konsep utama yaitu: Pertama, pelanggaran terhadap
asas non derogable rights atau pelanggaran terhadap ius cogens yang dilakukan
negara atau aparat negara terhadap warganya. Yang dimaksud dengan non derogable
rights adalah hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Hak ini terdapat
dalam Kovenan Hak Sipil Politik. Sedangkan ius cogens adalah norma umum dalam
hukum internasional yang disepakati, diterima, dan diakui oleh negara-negara dalam
masyarakat internasional secara keseluruhan sebagai sebuah norma yang tidak boleh
dilanggar dan atau dikurangi dan hanya bisa dirubah jika lebih banyak negara-negara
di dunia menyepakati, menerima, dan mengakui sebuah norma lain yang subsequent
dengannya. Kedua, pelanggaran berat hak asasi manusia terjadi ketika suatu negara
membiarkan terjadinya, atau justru melakukan melalui aparat-aparatnya tindak
kejahatan serius (serious crime) atau kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang
telah disepakati sebagai tindak kejahatan internasional (international crimes), dan
atau negara tersebut gagal atau tidak mau menuntut pertanggungjawaban dari aparat
pelaku tindak kejahatan tersebut. Padahal mengadili para pelaku kejahatan
internasional merupakan keharusan mutlak bagi masyarakat dunia (obligatio erga
ormes) karena para pelaku tersebut merupakan musuh bersama umat manusia (hostis
humanis generis) (Yudawiranata, 2006: 1-2).

KESIMPULAN
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan
fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap
individu, masyarakat atau negara. Secara universal pembagian hak asasi manusia adalah:
a. Hak-hak asasi pribadi
b. Hak-hak asasi ekonomi
c. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
d. Hak-hak asasi politik
e. Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan
f. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan danperlindungan
DAFTAR PUSTAKA
FIRDAUS ARIFIN, S. (2019). HAK ASASI MANUSIA TEORI, PERKEMBANGAN DAN

PENGATURAN.

OSF Preprints. (n.d.). Retrieved May 29, 2023, from

https://osf.io/preprints/inarxiv/9trnz/download&ved=2ahUKEwibxe2Uh5j_AhX7RmwGHaY

FCe4QFnoECA4QAQ&usg=AOvVaw3sF-o8NJoRs3VWXUtwD3Md

https://lmsparalel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=%2F89781%2Fmod_resource%2Fcontent
%2F18%2FPrinsip-Prinsip%20Hak%20Asasi%20Manusia.docx
https://jurnal.komisiyudisial.go.id/index.php/jy/article/download/445/pdf

Anda mungkin juga menyukai