Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

HAK ASASI MANUSIA (HAM)

Di susun oleh:
Kelompok 3
1. Ade Lia Tirta Nirmaya (10123003)
2. Anake Adyarta (10123017)
3. Ananda Nabila Wahyu Octavia (10123018)
4. Andi Lukman Mahdi (10123021)
5. Arimbi (10123028)
6. Ashiba Meyka Natasya (10123031)
7. Dewinda Rahman (10123047)

Dosen Pembimbing :
Ibu Nurul Hidayah, S. Sos. ,M. Si

PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis

dapat menyelesaikan tugas makalah “Hak Asasi Manusia (HAM)” dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan A1.

Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para

pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurul Hidayah, S. Sos., M. Si selaku

dosen pengampu Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan A1. Ucapan terima kasih juga

disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis

menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang

membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri,23 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 3
A. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM).................................... 3
B. Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM)......................................... 5
C. Periodesasi Hak Asasi Manusia (HAM)................................... 10
D. Klasifikasi dan Sifat Hak Asasi Manusia (HAM).................... 12
E. HAM Perpektif Indonesia Menurut UUD................................ 16
BAB III PENUTUP.................................................................................... 21
A. Kesimpulan .............................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah hak asasi manusia pada hakikatnya muncul karena keinsyafan manusia

terhadap harga diri, harkat dan martabat kemanusiaanya, sebagai akibat tindakan

sewenang-wenang dari penguasa, penjajahan, perbudakan ketidak adilan dan

kelaliman (tirani) yang hamper melanda seluruh umat manusia. Hak merupakan unsur

normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada

pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan

interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang

harus diperoleh.

Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas

terutama dalam era reformasi ini.HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan

dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal

pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang

lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam

usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Penegakan HAM

bertujuan agar semua orang bersuara dan berhak mendapatkan martabat dari

masyarakat, baik itu pemerintah maupun lingkungan sekitar. Ketika mereka memiliki

hak untuk menggugatnya.

Manusia memiliki hak sejak berada di dalam kandungan. Secara alamiah,

manusia mempunyai hak sejak dalam kandungan ibunya, yakni hak untuk hidup dan

lahir ke dunia. Hak untuk hidup ini merupkan hak asasi manusia, tepatnya hak anak

yang diakui dan dilindungi oleh hukum.

1
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Hak Asasi Manuasia

(HAM) merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat

universal dan langgeng. Oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan

dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)?

2. Bagaimana sejarah Hak Asasi Manusia (HAM)?

3. Jelaskan periodesasi Hak Asasi Manusia (HAM) PBB!

4. Sebutkan klasifikasi dan sifat-sifat Hak Asasi Manusia (HAM)!

5. Jelaskan HAM perpektif Indonesia menurut Undang-undang Dasar 1945 dan

regulasi lainnya!

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari hak asasi manusia

2. Untuk mengetahui sejarah dari hak asasi manusia

3. Untuk mengetahui periodesasi hak asasi manusia PBB

4. Untuk mengetahui klasifikasi dan sifat-sifat hak asasi manusia

5. Untuk mengetahui HAM perpektif Indonesia menurut UUD 1945 dan regulasi

lainnya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak Asasi Manusia (HAM) dalam bahasa inggris human ringts dalam bahasa

prsncis droits de i’homme jadi Hak asasi manusia adalah konsep hukum dan

normatif yang menyatakan bahwa manusia memiliki hak melekat pada dirinya

karna ia adalah seorang manusia Hak asai manusia berlaku kapanpun, dimanapun,

dan kepada siapapun, sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak

dapat dicabut, juga tidak dapat dibagi-bagi, saling berhubungan dan

saling bergantung.

Secara konseptual, hak asasi manusia dapat dilandaskan pada keyakinan

bahwa hak tersebut “dianugerahkan secara alamiah" oleh alam semesta, Tuhan,

atau nalar. Sementara itu, mereka yang menolak penggunaan unsur alamiah

meyakini bahwa hak asasi manusia merupakan pengejawantahan nilai-nilai yang

disepakati oleh masyarakat. Ada pula yang menganggap HAM sebagai perwakilan

dari klaim-klaim kaum yang tertindas, dan pada saat yang sama juga terdapat

kelompok yang meragukan keberadaan HAM sama sekali dan menyatakan bahwa

hak asasi manusia hanya ada karena manusia mencetuskan dan membicarakan

konsep tersebut. Dari sudut pandang hukum internasional, hak asasi manusia

sendiri dapat dibatasi atau dikurangi dengan syarat-syarat tertentu. Pembatasan

biasanya harus ditentukan oleh hukum, memiliki tujuan yang sah, dan diperlukan

dalam suatu masyarakat demokratis. Sementara itu, pengurangan hanya dapat

dilakukan dalam keadaan darurat yang mengancam "kehidupan bangsa", dan

3
pecahnya perang pun belum mencukupi syarat ini. Selama perang, hukum

kemanusiaan internasional berlaku sebagai lex specialis. Walaupun begitu,

sejumlah hak tetap tidak boleh dikesampingkan dalam keadaan apapun, seperti

hak untuk bebas dari perbudakan maupun penyiksaan.

Hak asasi manusia sudh memiliki cabang ilmu sendiri untuk mempelajarinya.

Untuk itu ada beberapa pengertian hak asasi manusia dari para ahli yang

mengemukakan cabang ilmu tentang hak asasi manusia, yaitu:

1. HAM menurut Jhon Locke

Hak asasi manusia adalah hak yang langsung di berikan Tuhan kepada

manusia sebagai hak yang kodrati. Oleh sebab itu tidak ada kekuatan di

dunia ini yang bisa mencabutnya. HAM memiliki sifat yang mendasar

dan suci.

2. HAM Menurut Jan Materson

Jan Materson adalah anggota komisi HAM di PBB. Menurutnya HAM

adalah hak-hak yang ada pada setiap manusia yang tanpanya manusia

mustahil hidup sebagai manusia.

3. HAM menurut miriam budiarjo

HAM adalah hak yang dimiliki setiap orang sejak lahir didunia. Hak itu

sifatnya universal, karna hak dimiliki tanpa adanya perbedaan. Baik itu

ras, jenis kelamin, suku dan agama.

4. HAM menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto

HAM adalah suatu hak yang bersipat mendasar. Hak yang dimiliki

manusia sesuai dengan kodratnya yang pada dasarnya tidak bisa

dipisahkan.

4
5. HAM menurut undang-undang nomer 39 tahun 1999

HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada diri manusia sebagai

ciptaan tuhan yang maha esa. Hak tersebut merupakan anugrah yang

wajib dilindungi dan dihargai oleh setiap manusia.

B. Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM)

Dalam sejarah perkembangan HAM, memperlihatkan bahwa munculnya

konsepsi HAM tidak terlepas dari reaksi atas kekuasaan absolut yang pada

akhirnya memunculkan sistem konstitusional dan konsep negara hukum baik itu

rechtstaat maupun rule of law. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Louis XIV

dengan ungkapan Letat’est Moi atau Negara adalah Saya. Kekuasaan yang

terkonsentrasi pada satu tangan menimbulkan kesewenang-wenangan, demikian

diindikasikan oleh Lord Acton: power tends to corrupt, Absolute power corrupt

absolutely. Menurut philipus M. Hadjon sebagaimana dikutip Masda El-Muhtaj,2

konsep rechtstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme sehingga

sifatnya revolusioner.

Sebaliknya konsep rule of law berkembang secara evolusioner. Hal ini

tampak baik dari isi maupun kriteria rechtstaat dan rule of law itu sendiri. Konsep

yang pertama bertumpu pada sistem hukum Eropa Kontinental yang biasa disebut

civil law. Sedang konsep yang terakhir bertumpu pada sistem hukum comman law

atau Anglosakson. Munculnya keinginan untuk melakukan pembatasan yuridis

terhadap kekuasaan, pada dasarnya, dikarenakan politik kekuasaan yang

cenderung korup. Hal ini dikhawatirkan akan menjauhkan fungsi dan peran negara

bagi kehidupan individu dan masyarakat. Atas dasar itu, terdapat keinginan yang

besar agar dilakukan pembatasan kekuasaan secara yuridis-normatif untuk

5
menghindari penguasa yang otoriter. Di sinilah konstitusi menjadi penting artinya

bagi kehidupan masyarakat. Konstitusi dijadikan sebagai perwujudan hukum

tertinggi yang harus dipatuhi oleh negara dan pejabat-pejabat pemerintah, sesuai

dengan dalil government by laws, not by men (pemerintahan berdasarkan hukum

bukan berdasarkan manusia). Di zaman modern, konsep Negara Hukum di Eropa

Kontinental dikembangkan antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julius

Stahl, Fichte, dengan menggunakan istilah Jerman, yaitu rechtsstaat. Sedangkan

dalam tradisi Anglo Amerika, konsep Negara hukum dikembangkan atas

kepeloporan A.V. Dicey dengan sebutan The Rule of Law. Menurut Julius Stahl,

konsep Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah rechtsstaat itu mencakup

empat elemen penting, yaitu:

1. Perlindungan hak asasi manusia.

2. Pembagian kekuasaan.

3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang.

4. Peradilan tata usaha Negara.

Sedangkan A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap Negara

Hukum yang disebutnya dengan istilah The Rule of Law, yaitu:

1. Supremacy of Law.

2. Equality before the law.

3. Due Process of Law.

Keempat prinsip rechtsstaat yang dikembangkan oleh Julius Stahl tersebut di atas

pada pokoknya dapat digabungkan dengan ketiga prinsip Rule of Law yang

dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk menandai ciri-ciri Negara Hukum modern

di zaman sekarang. Bahkan, oleh The International Commission of Jurist, prinsip-

6
prinsip Negara Hukum itu ditambah lagi dengan prinsip peradilan bebas dan tidak

memihak (independence and impartiality of judiciary) yang di zaman sekarang

makin dirasakan mutlak diperlukan dalam setiap negara demokrasi. Prinsip-

prinsip yang dianggap ciri penting Negara Hukum menurut The International

Commission of Jurists itu adalah:

1. Negara harus tunduk pada hukum.

2. Pemerintah menghormati hak-hak individu.

3. Peradilan yang bebas dan tidak memihak.

Sedangkan menurut Arief Sidharta, Scheltema, merumuskan pandangannya

tentang unsur-unsur dan asas-asas Negara Hukum itu secara baru, yaitu meliputi 5

(lima) hal sebagai berikut:

1. Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia yang berakar

dalam penghormatan atas martabat manusia (human dignity).

2. Berlakunya asas kepastian hukum. Negara Hukum untuk bertujuan menjamin

bahwa kepastian hukum terwujud dalam masyarakat. Hukum bertujuan untuk

mewujudkan kepastian hukum dan prediktabilitas yang tinggi, sehingga dinamika

kehidupan bersama dalam masyarakat bersifat predictable.

Asas-asas yang terkandung dalam atau terkait dengan asas kepastian

hukum itu adalah:

a. Asas legalitas, konstitusionalitas, dan supremasi hukum;

b. Asas undang-undang menetapkan berbagai perangkat peraturan tentang cara

pemerintah dan para pejabatnya melakukan tindakan pemerintahan;

c. Asas non-retroaktif perundang-undangan, sebelum mengikat undang-undang

harus lebih dulu diundangkan dan diumumkan secara layak;

7
d. Asas peradilan bebas, independent, imparial, dan objektif, rasional, adil dan

manusiawi;

e. Asas non-liquet, hakim tidak boleh menolak perkara karena alas an undang

undangnya tidak ada atau tidak jelas;

f. Hak asasi manusia harus dirumuskan dan dijamin perlindungannya dalam

undang-undang atau UUD.

3. Berlakunya Persamaan (Similia Similius atau Equality before the

Law) Dalam Negara Hukum, Pemerintah tidak boleh mengistimewakan orang

atau kelompok orang tertentu, atau memdiskriminasikan orang atau kelompok

orang tertentu. Di dalam prinsip ini, terkandung:

(a) adanya jaminan persamaan bagi semua orang di hadapan hukum dan

pemerintahan,

(b) tersedianya mekanisme untuk menuntut perlakuan yang sama bagi semua

warga Negara.

4. Asas demokrasi dimana setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang

sama untuk turut serta dalam pemerintahan atau untuk mempengaruhi tindakan

tindakan pemerintahan. Untuk itu asas demokrasi itu diwujudkan melalui

beberapa prinsip,

yaitu:

a. Adanya mekanisme pemilihan pejabat-pejabat publik tertentu yang bersifat

langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil yang diselenggarakan secara

berkala;

b. Pemerintah bertanggungjawab dan dapat dimintai pertanggungjawaban oleh

badan perwakilan rakyat;

8
c. Semua warga Negara memiliki kemungkinan dan kesempatan yang sama untuk

berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan politik dan mengontrol

pemerintah;

d. Semua tindakan pemerintahan terbuka bagi kritik dan kajian rasional oleh

semua pihak;

e. Kebebasan berpendapat/berkeyakinan dan menyatakan pendapat;

f. Kebebasan pers dan lalu lintas informasi;

g. Rancangan undang-undang harus dipublikasikan untuk memungkinkan

partisipasi rakyat secara efektif.

h. Pemerintah dan pejabat mengemban amanat sebagai pelayan masyarakat dalam

rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan bernegara

yang bersangkutan.

Dalam asas ini terkandung hal-hal sebagai berikut:

a. Asas-asas umum pemerintahan yang layak;

b. Syarat-syarat fundamental bagi keberadaan manusia yang

bermartabat manusiawi dijamin dan dirumuskan dalam aturan

perundang-undangan, khususnya dalam konstitusi;

c. Pemerintah harus secara rasional menata tiap tindakannya, memiliki tujuan

yang jelas dan berhasil guna (doelmatig). Artinya, pemerintahan itu harus

diselenggarakan secara efektif dan efisien. Gambaran konsepsi negara hukum ini

semakin mengukuhkan posisi negara sebagai welfare state. Karena adalah

mustahil mewujudkan citacita rule of law sementara posisi dan peran negara

sangat minimal. Atas dasar itulah kemudian, negara diberikan kebebasan

bertindak. Negara, dalam hal ini pemerintah, memiliki freies ermessen atau

pouvoir discretionnare, yaitu kebebasan yang dimiliki pemerintah untuk turut serta

9
dalam kehidupan ekonomi, sosial dan budaya dan keleluasaan untuk membuat

kebijakan publik guna merealisasikan hak-hak ekosob (Masda El-

Muhtaj:2005:29). Berkaitan dengan konsepsi negara hukum maka Pasal 1 ayat (3)

UUD 1945 menegaskan bahwa” Indonesia adalah negara hukum.” Bermakna

adanya pengakuan normatif dan empirik terhadp prinsip supremasi hukum; semua

masalah diselesaikan dengan hukum sebagai

pedoman tertinggi. Dalam perspektif supremasi hukum pada hakekatnya

pemimpin tertinggi negara sesungguhnya bukanlah manusia tetapi konstitusi yang

mencerminkan hukum yang tertinggi. Sejalan dengan kemunculan ide demokrasi

konstitusional yang tak terpisahkan dengan konsep negara hukum, baik rechtstaat

maupun rule of law, pada prinsipnya memiliki kesamaan yang fundamental, yakni

pengakuan pentingnya adanya pembatasan kekuasaan yang dilakukan secara

konstitusional. Oleh karena itu, terlepas dari adanya pemikiran dan praktik konsep

negara hukum yang berbeda, konsep negara hukum adalah realitas dari cita-cita

sebuah negara bangsa, tidak terkecuali bagi Indonesia.

C. Periodesasi Hak Asasi Manusia (HAM)

Mekanisme UPR merupakan sebuah mekanisme inovatif di mana seluruh

negara anggota PBB tanpa perkecualian dan didasari atas informasi yang objektif

dan dapat dipercaya, melaksanakan pelaporan mengenai pemenuhan kewajiban

dan komitmen HAM masing-masing negara.

Indonesia memegang teguh prinsip kerja sama dan dialog yang tulus serta

penguatan kapasitas negara untuk menjalankan kewajiban HAM-nya. Hingga

2019, Indonesia telah menjalani 3 (tiga) siklus UPR yaitu pada tahun 2008 di

mana Indonesia menjadi satu dari 16 negara paling pertama yang melakukan

10
pelaporan di bawah mekanisme UPR; tahun 2012; dan tahun 2017. Laporan serta

hasil UPR Indonesia siklus pertama hingga ketiga:

a. Special Procedure Mandate Holders

SPMH adalah pakar (atau sekelompok pakar) independen yang

ditunjuk oleh Dewan HAM PBB untuk memberikan laporan dan masukan

kepada DHAM terkait kondisi pelaksanaan tema-tema HAM tertentu maupun

kondisi HAM di negara tertentu. Dalam rangka menjalankan fungsinya,

SPMH antara lain melakukan pengamatan langsung melalui kunjungan ke

negara (country visit); kajian tematis; dan menyelenggarakan konsultasi

dengan para pakar, advokasi, dan pihak terkait lainnya. Sebagai implementasi

komitmennya untuk bekerjasama dengan mekanisme HAM internasional,

Indonesia telah menerima country visit kunjungan berbagai SPMH PBB.

Dalam kurun waktu 2015-2019, Pemerintah Indonesia telah menerima

kunjungan dari (2) SPMH Dewan HAM PBB yaitu Special Rapporteur on the

Right to Health (2017) dan Special Rapporteur on the Right to Food (2018).

Sejak tahun 1999, Indonesia telah menerima kunjungan dari 11 (sebelas)

SPMH Dewan HAM PBB.Atas undangan Pemerintah Indonesia, Komisaris

Tinggi HAM PBB (Mr. Zeid Ra'ad Al Hussein) juga telah melakukan

kunjungan ke Indonesia pada tanggal 4 – 7 Februari 2018.

b. Treaty Based

Indonesia telah menjadi negara pihak 8 instrumen pokok dan 2

instrumen tambahan Hak Asasi Manusia (HAM) internasional PBB. Ratifikasi

dimaksud memberikan kewajiban bagi Indonesia untuk menyampaikan

11
laporan periodik terkait implementasi instrumen HAM tersebut di tingkat

nasional.

Dalam kurun waktu 2010-2019, Indonesia telah melalui proses

penyusunan dan pembahasan laporan implementasi instrumen HAM

internasional di mana Indonesia menjadi Negara Pihak, meliputi:

a) Komite Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan

PBB (CEDAW), New York, 11 Juli 2012;

b) Komite Hak Sipil dan Politik PBB (CCPR), Jenewa, 10-11 Juli 2013;

c) Komite Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya PBB (CESCR), Jenewa,

30 April-1 Mei 2014;

d) Komite Hak Anak PBB (CRC), Jenewa, 5 Juni 2014;

e) Komite Pekerja Migran (CMW), Jenewa, 5-6 September 2017

Berbagai laporan dan rekomendasi yang disampaikan Komite kepada

Pemerintah Indonesia telah dimasukkan ke dalam Rencana Aksi Nasional

HAM (RANHAM) dan dikompilasikan dalam bentuk buku untuk keperluan

sosialisasi dan rujukan bagi pemangku kepentingan nasional di masa

mendatang.

D. Klasifikasi dan Sifat-Sifat Hak Asasi Manusia (HAM)

a. Klasifikasi HAM

Berdasarkan Universal Declaration of Human

1. Hak Asasi Pribadi (Personal Right)

Hak asasi pribadi yang melekat pada setiap individu ini mengatur

mengenai hal yang berhubungan dengan kehidupan pribadi setiap individu,

yang meliputi:

12
 Hak kebebaan untuk bergerak, bepergian dan berpindah tempat

 Hak kebebasan untuk berpendapat

 Hak untuk mengikuti kegiatan organisasi atau perkumpulan

 Hak untuk memeluk dan menjalankan agama dan kepercayaan

masing-masing setiap individu

 Hak untuk tidak disiksa dan dipaksa

2. Hak Asasi Politik (Political Right)

Hak asasi politik ini mengatur dan menjamin hak manusia dalam

kehidupan berpolitik, yang meliputi:

 Hak untuk memilih dan dipilih dalam pemilu

 Hak untuk ikut serta dan turut aktif dalam kegiatan pemerintahan

 Hak untuk membuat partai politik dan organisasi lainnya

 Hak untuk mengajukan suatu usulan atau petisi dalam rangka

merenspons suatu peristiwa

3. Hak Asasi Hukum (Right of Legal Equality)

Hak asasi hukum ini menjamin hak setiap individu agar mendapatkan

perlindungan dan perlakuan yang sama di mata hukum dan pemerintahan,

yang meliputi:

 Hak mendapatkan perlakuan yang sama dan adil di mata hukum

 Hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil dalam pemerintahan

 Hak untuk menjadi pegawai pemerintahan

 Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum

13
4. Hak Asasi Ekonomi (Property Rights)

Hak asasi ekonomi ini menjamin hak manusia dalam kegiatan

perekonomian, yang meliputi:

 Hak kebebasan dalam melakukan kegiatan jual beli

 Hak mengadakan perjanjian kontrak

 Hak kebebasan mengadakan utang-piutang, sewa-menyewa, dan

kegiatan transaksional ekonomi lainnya

 Hak kebebasan untuk kepemilikan sesuatu

 Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak

5. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)

Hak asasi peradilan ini menunjukkan bahwa setiap individu berhak

mendapatkan perlakuan yang sama dalam tata cara peradilan, yang

meliputi:

 Hak untuk mendapatkan pembelaan hukum dalam proses peradilan

 Hak persamaan atas penggeledahan, penangkapan, dan proses

penyelidikan di mata hukum

 Hak memperoleh kepastian hukum

 Hak mendapatkan perlakuan adil dalam hukum

6. Hak Asasi Sosial Budaya (Social Culture Rights)

Hak asasi sosial budaya berhubungan dengan kegiatan manusia dalam

kehidupaan bermasyarakat, yang meliputi:

 Hak menentukan, memilih, dan mendapatkan pendidikan dan

pengajaran

 Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan minat dan

bakat

14
 Hak untuk memperoleh jaminan social

 Hak untuk berkomunikasi

b. Sifat-Sifat HAM

1. HAM Bersifat Universal

Hak asasi manusia bersifat universal, artinya hak ini dimiliki oleh

setiap manusia tanpa membedakan suku, ras, agama, dan Negara. Jadi, hak

yang dimiliki antara satu orang dengan orang lainnya itu sama.

2. HAM Bersifat Tetap

Hak asasi manusia bersifat tetap, artinya tidak dapat dicabut paksa oleh

siapapun atau pihak-pihak manapun. Hak asasi manusia juga tidak bisa

diserahkan karena melekat pada diri manusia sejak lahir hingga meninggal

dunia.

3. HAM Bersifat Hakiki

Hak asasi manusia bersifat hakiki, artinya telah ada pada setiap

manusia sejak dirinya lahir di dunia sebagai karunia dari Tuhan Yang

Maha Esa.

4. HAM Bersifat Tidak Dapat Dibagi

Hak asasi manusia bersifat tidak dapat dibagi, artinya setiap manusia

memiliki hak asasi yang sama dan tidak dapat dibagi kepada orang lain.

Hak asasi ini tidak dapatt dipisahkan dari seseorang juda tidak dapat

dikelompokkan pada suatu kelompok atau berdasarkan golongan tertentu.

5. HAM Bersifat Kodrati

Hak asasi manusia berrsifat kodrati, artinya HAM telah ada dan

melekat pada diri manusia atas pemberian dari Tuhan Yang Maha Esa.

15
Setiap manusia yang lahir pasti memiliki hak ini sebagaimana kodratnya

manusia hidup.

6. HAM Bersifat Utuh

Hak asasi manusia bersifat utuh, artinya hak yang dimiliki setiap

manusia pada dasarnya utuh, tidak dapat diberikan kepada orang lain,

dikurangi, atau dirampas.

7. HAM Bersifat Tidak Dapat Dicabut

Hak asasi manusia bersifat tidak dapat dicabut oleh orang lain atau

pihak manapun tanpa memandang kekuasaan, jabatan, atau pangkat. Jadi,

hak ini melekat pada tiap manusia sejak ia lahir hingga meninggal.

8. HAM Bersifat Menjamin Kelangsungan Hidup

Adanya hak asasi manusia dimaksudkan supaya kelangsungan hidup

tiap manusia dapat terrjamin dan terpenuhi.

9. HAM Bersifat Berlaku Setiap Saat

Hak asasi manusia bersifat berlaku setiap saat, artinya hak ini selaalu

menempel pada diri manusia tanpa mengenal batasan-batsan waktu

tertentu.

10. HAM Bersifat Wajib Dihormati dan Dilindungi

Setiap negara, hukum, dan pemerintahan di dalamnya wajib

menghormati, menghargai, serta melindungi hak asasi manusia yang

merupakan warga negaranya atau yang tinggal di wilayahnya dengan

konstitusi dan undang-undang yang berlaku.

E. HAM Perspektif Indonesia Menurut UUD 1945 dan Regulasi Lain

16
a. Perlindungan dan Penegakan HAM di Indonesia

Sedangkan dalam konstitusi Indonesia, Bivitri menjelaskan bahwa hal

tersebut sangat jelas dalam perihal pertanggungjawaban negara dalam

penegakan HAM. “Ketentuan Pasal 28I ayat (4) UUD 1945 yang berbunyi,

“Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia

adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.” Sehingga negara

Indonesia memiliki tanggungjawab konstitusional untuk ikut menegakan

perlindungan HAM termasuk dalam perkara di Myanmar. Meskipun di dalam

Konstitusi UUD 1945 terdapat perlindungan yang terang-benderang terhadap

HAM setiap orang, namun dalam peraturan perundang-undangan terdapat

ketentuan-ketentuan teknis yang menghambat penegakan nilai-nilai

konstitusional perlindungan HAM.

“Setidaknya terdapat dua undang-undang yang menjadi landasan perlindungan

dan penegakan HAM di Indonesia, yaitu UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia dan UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak

Asasi Manusia. Kedua undang-undang tersebut mengatur perlindungan yang

sangat luas terkait HAM. Bahkan dalam Pasal 5 ayat (1) UU HAM, setiap

orang yang mengalami pelanggaran HAM berhak untuk menuntut secara

hukum dan memperoleh perlindungan yang sama sesuai dengan martabat

kemanusiaannya di depan hukum. Ketentuan ini diberikan kepada setiap

orang, artinya kepada siapa pun tanpa memedulikan status

kewarganegaraannya,” tandasnya.

Lebih lanjut, ia juga menerangkan, Pasal 5 ayat (2) UU HAM

memastikan bahwa setiap orang berhak mendapat bantuan dan perlindungan

yang adil dari pengadilan yang objektif dan tidak berpihak. Ketentuan

17
perlindungan HAM itu menjadi masalah dalam proses penegakannya sebab

terdapat berbagai pembatasan yang ditentukan UU Pengadilan HAM. Pasal 5

UU Pengadilan HAM menentukan pembatasan bahwa proses pengadilan

hanya diperuntukkan untuk warga negara Indonesia termasuk terhadap

kejahatan yang dilakukan di luar teritorial Indonesia.

Frasa “oleh warga Indonesia” itu membuat pelaku-pelaku kejahatan HAM

yang di luar wilayah Indonesia, baik yang pelakunya maupun korbannya

adalah warga negara asing, tidak dapat diadili dalam peradilan Indonesia.

Bagaimana jika pelaku kejahatan cukup aktif mengunjungi Indonesia dengan

berbagai kepentingan non-diplomatik sementara korban berharap dapat

mengajukan perkara ke dalam sistem pengadilan Indonesia karena konsep

perlindungan HAM yang diberikan kepada setiap orang sebagaimana diatur

dalam UUD 1945 dan UU HAM. Apalagi mustahil bagi korban untuk

menuntut keadilan kepada negara dan pengadilan asalnya karena pelaku

merupakan entitas yang berkuasa dan negara bukan tidak mungkin terlibat

dalam pelanggaran tersebut. Setidak-tidaknya Tanah Air Indonesia tidak dapat

dipijak oleh pelaku pelanggaran HAM karena hukum Indonesia dapat saja

mengadilinya karena telah melanggar konstitusi Indonesia yang melindungi

HAM setiap orang tersebut. Hukum Indonesia mengenal perlindungan HAM

untuk setiap orang yang tidak membedakan status kewarganegaraan, termasuk

terhadap pelanggaran HAM berat.

Di akhir keterangan sebagai ahli, Bivitri menyimpulkan, dengan

konstruksi UUD 1945 seperti itu, UU Pengadilan HAM ini butuh diluruskan

oleh MK, dikembalikan pada konteks UUD 1945 supaya UU Pengadilan

18
HAM juga mengatur bagaimana HAM yang lebih luas daripada hak asasi

warga negara ditegakkan dalam hukum Indonesia.

b. Pembedaan Hak dalam UUD 1945

Dalam konstitusi Indonesia, Bivitri menjelaskan, UUD 1945 terdapat

dua model hak konstitusional, yaitu hak asasi manusia dan hak warga negara.

Hak asasi manusia adalah bentuk tanggung jawab negara untuk menghormati

(to respect), memenuhi (to fullfill), dan melindungi (to protect) terhadap

seluruh orang dari mana pun asalnya.

Sedangkan hak warga negara merupakan hak istimewa yang diperoleh

khusus oleh warga negara Indonesia saja. Pembedaan hak dalam UUD 1945

tersebut biasanya didahului dengan kata “setiap orang” untuk menjelaskan

bahwa itu adalah hak asasi manusia yang beban pertanggungjawaban negara

kepada seluruh manusia. Misalnya, ketentuan Pasal 28A UUD 1945 yang

berbunyi, “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan

hidup dan kehidupannya.”

Sementara kata “setiap warga negara” merupakan ketentuan yang menjelaskan

pertanggungjawaban negara kepada warga negaranya secara khusus. Misalnya

ketentuan Pasal 28D ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi, “Setiap warga negara

berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.”

Pengelompokan hak konstitusional dalam UUD 1945 itu dapat

menjelaskan cara pandang konstitusional tanggung jawab Indonesia dalam

menghadapi kejahatan HAM internasional, termasuk terhadap pelaku

kejahatan HAM lintas batas negara. Dalam Pembukaan UUD 1945, jelas

19
Indonesia memosisikan diri sebagai negara yang “ikut melaksanakan

ketertiban dunia.”

Bahkan terdapat ketentuan yang terang dalam konstitusi yang berkaitan

dengan perlindungan yang terkait kasus Myanmar yang mana dalam Pasal 28I

ayat (1) UUD 1945 berbunyi, “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,

adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.”

Pasal 28I ayat (2) UUD 1945 berbunyi, “Setiap orang berhak bebas dari

perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak

mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.”

Ketentuan itu memperjelas bahwa konstitusi Indonesia bertujuan melindungi

hak setiap orang, termasuk warga negara asing.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tuntutan untuk menegakkan HAM kini sudah sedemikian kuat, baik dari

dalam negeri maupun melalui tekanan dari dunia internasional, namun masih banyak

tantangan yang harus dihadapi. Untuk itu perlu adanya dukungan dari semua pihak,

seperti masyarakat, politisi, akademisi, tokoh masyarakat, dan pers, agar upaya

penegakan HAM bergerak ke arah positif sesuai harapan kita bersama.

Penghormatan dan penegakan terhadap HAM merupakan suatu keharusan dan

tidak perlu ada tekanan dari pihak mana pun untuk melaksanakannya. Pembangunan

bangsa dan negara pada dasarnya juga ditujukan untuk memenuhi hak-hak asasi

warga negaranya. Diperlukan niat dan kemauan yang serius dari pemerintah, aparat

penegak hukum, dan para elite politik agar penegakan HAM berjalan sesuai dengan

apa yang dicita-citakan dan memastikan bahwa hak asasi warga negaranya dapat

terwujud dan terpenuhi dengan baik. Dan sudah menjadi kewajiban bersama segenap

komponen bangsa untuk mencegah agar pelanggaran HAM di masa lalu tidak

terulang kembali di masa kini dan masa yang akan datang.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia

https://www.hukumonline.com/klinik/a/pengertian-ham-menurut-para-ahli-hukum-nasional-

dan-internasional-lt6331716e60d8d/

https://www.pooc.org/10-sifat-sifat-hak-asasi-manusia-ham-lengkap-berserta-penjelasannya/

https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/25/113831069/penggolongan-hak-asasi-

manusia

https://www.researchgate.net/publication/330279455_Hak_Asasi_Manusia_Hak-

hak_Asasi_Manusia_HAM

https://repositori.kemdikbud.go.id/13003/1/SEJARAH%20HAK-HAK%20ASASI

%20MANUSIA%20DI%20INDONESIA.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai