Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

HAM

Dosen Pembimbing:

Nama Kelompok 1:

PRODI DIII KESEHATAN GIGI


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatnya

sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini terdiri dari pokok

pembahasan mengenai HAM. Setiap pembahasan dibahas secara sederhana sehingga

mudah dimengerti.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama

disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan

dengan cukup baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima

kasih kepada dosen yang membimbing kami.

Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa dan mahasiswi yang masih dalam

proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh

karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif,

guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Bukittinggi, 17 Agustus 2023

Kelompok 9

DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................

B. Rumusan Masalah ................................................................................

C. Tujuan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

A. Sejarah Perkembangan HAM di Barat dan di Indonesia ......................

B. Bentuk-bentuk Perkembangan HAM.....................................................

C. Konsep HAM dalam Perspektif Islam...................................................

BAB III PENUTUP........................................................................................

1. Kesimpulan...........................................................................................

2. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hak Asasi Manusia atau HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada

manusia, dari saat lahir hingga akhir hayat, yang berlaku untuk setiap orang tanpa
pandang bulu, tanpa pemisahan, diskriminasi, atau pengecualian apapun. HAM

memberikan hak dan perlindungan terhadap penindasan dan pelanggaran oleh pihak

pemerintah atau masyarakat.

Sejak awal sejarah peradaban manusia, masalah HAM selalu menjadi tema utama.

Seiring berjalannya waktu, HAM berkembang dan didefinisikan melalui perjuangan

hak-hak dasar manusia dari masa ke masa. Salah satu bentuk perjuangan dalam

mengembangkan konsep HAM adalah dengan mengedepankan nilai-nilai

kemanusiaan yang bersifat universal. Negara dan masyarakat harus memastikan

bahwa hak-hak dasar manusia dihormati dan dilindungi dalam berbagai kondisi dan

keadaan.

B. Rumusan masalah

1. Apa itu sejarah perkembangan HAM dibarat dan di Indonesia?

2. Apa itu bentuk-bentuk pelanggaran HAM?

3. Apa itu konsep HAM dalam perspektif islam?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan HAM di barat dan di Indonesia.

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perkembangan HAM

3. Untuk mengetahui konsep HAM dalam perspektif islam


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan HAM di Barat dan di Indonesia

Hak asasi manusia adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang

menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena
ia adalah seorang manusia. Hak asasi manusia berlaku kapanpun, di manapun,

dan kepada siapapun, sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak

dapat dicabut. Hak asasi manusia juga tidak dapat dibagi-bagi, saling

berhubungan, dan saling bergantung. Hak asasi manusia biasanya dialamatkan

kepada negara, atau dalam kata lain, negaralah yang mengemban kewajiban

untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi hak asasi manusia, termasuk

dengan mencegah dan menindaklanjuti pelanggaran yang dilakukan oleh

swasta. Dalam terminologi modern, hak asasi manusia dapat digolongkan

menjadi hak sipil politik yang berkenaan dengan kebebasan sipil (misalnya

hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, dan kebebasan berpendapat), serta

hak ekonomi, sosial dan budaya yang berkaitan dengan akses ke barang

publik (seperti hak untuk memperoleh pendidikan yang layak, hak atas

kesehatan, atau hak atas perumahan).

Secara konseptual, hak asasi manusia dapat dilandaskan pada

keyakinan bahwa hak tersebut “dianugerahkan secara alamiah” oleh alam

semesta, Tuhan, atau nalar. Sementara itu, mereka yang menolak penggunaan

unsur alamiah meyakini bahwa hak asasi manusia merupakan

pengejawantahan nilai-nilai yang disepakati oleh masyarakat. Ada pula yang

menganggap HAM sebagai perwakilan dari klaim-klaim kaum yang tertindas,

dan pada saat yang sama juga terdapat kelompok yang meragukan keberadaan

HAM sama sekali dan menyatakan bahwa hak asasi manusia hanya ada

karena manusia mencetuskan dan membicarakan konsep tersebut. Dari sudut


pandang hukum internasional, hak asasi manusia sendiri dapat dibatasi atau

dikurangi dengan syarat-syarat tertentu. Pembatasan biasanya harus

ditentukan oleh hukum, memiliki tujuan yang sah, dan diperlukan dalam suatu

masyarakat demokratis. Sementara itu, pengurangan hanya dapat dilakukan

dalam keadaan darurat yang mengancam “kehidupan bangsa”, dan pecahnya

perang pun belum mencukupi syarat ini. Selama perang, hukum kemanusiaan

internasional berlaku sebagai lex especialis. Walaupun begitu, sejumlah hak

tetap tidak boleh dikesampingkan dalam keadaan apapun, seperti hak untuk

bebas dari perbudakan maupun penyiksaan.

Masyarakat kuno tidak mengenal konsep hak asasi manusia universal

seperti halnya masyarakat modern. Pelopor sebenarnya dari wacana hak asasi

manusia adalah konsep hak kodrati yang dikembangkan pada Abad

Pencerahan, yang kemudian memengaruhi wacana politik selama Revolusi

Amerika dan Revolusi Perancis. Konsep hak asasi manusia modern muncul

pada paruh kedua abad kedua puluh, terutama setelah dirumuskannya

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia (PUHAM) di Paris pada

tahun 1948. Semenjak itu, hak asasi manusia telah mengalami perkembangan

yang pesat dan menjadi semacam kode etik yang diterima dan ditegakkan

secara global. Pelaksanaan hak asasi manusia di tingkat internasional diawasi

oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan Badan-Badan Traktat PBB seperti

Komite Hak Asasi Manusia PBB dan Komite Hak Ekonomi, Sosial dan

Budaya, sementara di tingkat regional, hak asasi manusia ditegakkan oleh


Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa, Pengadilan Hak Asasi Manusia Antar-

Amerika, serta Pengadilan Hak Asasi Manusia dan Hak Penduduk Afrika.

Konvenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR) dan

Konvenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

(ICESCR) sendiri telah diratifikasi oleh hampir semua negara di dunia saat

ini.

Sejarah HAM atau Hak Asasi Manusia berawal dari dunia Barat

(Eropa). Serorang Filsuf Inggris pada abad ke 17 ,John Locke,merumuskan

adanya hak alamiah (natural right) yang melekat pada setiap manusia,yaitu

hak atas hidup,hak kebebasan dan hak milik. Pada masa itu, hak masih

terbatas pada bidang sipil (pribadi) dan bidang politik. Sejarah perkembangan

HAM ditandai dengan adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu

Magna Charta,Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis.

1. MAGNA CHARTA (1215)

Piagam perjanjian anatara Raja John dari Inggris dengan para

bangsawan disebut Magna Charta. Isinya adalah pemberian jaminan beberapa

hak oleh raja kepada para bangsawan beserta keturunannya,seperti hak untuk

tidak dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan. Jaminan itu

diberikan sebagai balasan atas bantuan biaya pemerintahan yang telah

diberikan oleh para bangsawan. Sejak saat itu,jaminan hak tersebut

berkembang dan menjadi bagian dari sistem konstitusional Inggris.


2. Revolusi Amerika (1776)

Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat saat melawan penjajahan

Inggris disebut Revolusi Amerika. Declarational of Independence (Deklarasi

Kemerdekaan) dan Amerika Serikat menjadi negara merdeka pada tanggal 4

Juli 1776 merupakan hasil dari revolusi itu.

3. Revolusi Prancis (1789)

Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis kepada

rajanya sendiri (Louis XVI) yang telah bertindak sewenang-wenang dan

absolut. Declaration droits de fhomme et du citoyen (Pernyataan Hak-Hak

Manusia dan Warga Negara) dihasilkan Revolusi Prancis. Pernyataan ini

memuat tiga hal: hak atas kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan

persaudaraan (fraternite). Dalam perkembangannya, pemahaman mengenai

HAM makin luas. Sejak permulaan abad ke-20, konsep hak asasi berkembang

menjadi empat macam kebebasan (The Four Freedom). Konsep ini pertama

kali diperkenalkan oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Rooselvelt.

Keempat macam kebebasan itu meliputi :

a. Kebebasan untuk beragama (freedom of religion);

b. Kebebasan untuk berbicara dan berpendapat (freedom of speech);

c. Kebebasan dari kemelaratan (freedom from want);

d. kebebasan dari ketakutan (freedom from fear)


Perkembangan HAM di Indonesia

1. Periode sebelum Kemerdekaan (1908-1945)

Pemikiran HAM pada masa sebelum kemerdekaan dapat dilihat dalam

sejarah kemunculan organisasi. Pergerakan Nasonal Budi Oetomo (1908),

Sarekat Islam (1911), Indesche Partij (1912), Perhimpunan Indonesia (1925),

Partai Nasional Indonesia (1927). Lahirnya pergerakan–pergerakan yang

menjunjung berdirinya HAM seperti ini tak lepas dari pelangaran HAM yang

dilakukan oleh penguasa (penjajah). Dalam sejarah pemikiran HAM di

Indonesia Boedi Oetomo merupakan organisasi pertama yang menyuarakan

kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi-petisi yang di

tunjukan ke pada pemerintah kolonial maupun lewat tulisan di surat kabar.

2. Periode setelah kemerdekaan (1945-sekarang)

Perdebatan tentang HAM berlanjut sampai periode paska kemrdekaan:

a. Periode 1945-1950

Pemikiran HAM pada periode ini menekankan wacana untuk merdeka (Self

Determination), hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik

mulai didirikan, serta hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama

di Parlemen.

b. Periode 1950-1959
Periode ini dikenal dengan periode parlementer, menurut catatan Bagir

Manan, masa gemilang sejarah HAM di Indonesia tercrmin dalam empat

indikator HAM munculnya partai politik dengan berbagai idiologi, adanya

kebebasan pers, pelaksanan pemilihan umum secara aman, bebas dan

demokratris, kontrol parlemen atas eksekutif.

c. Periode 1959-1966

Periode ini merupakan masa berakhirnya demokrasi liberal dan

digantikan dengan demokrasi terpimpin yang terpusat pada kekuasan persiden

Seokarno, demokrasi terpimpin (Guided Democracy) tidak lain sebagai

bentuk penolakan presiden Seokarno terhadap demokrasi parlementer yang

dinilai merupakan produk barat. Melalui sistem demokrasi terpimpin

kekuasan terpusat di tangan persiden. Persiden tidak dapat dikontrol oleh

parlemen. Sebaliknya parlemen dikendalikan oleh persiden. Kekuasaan

persiden Sokarno bersifat absolut, bahkan dinobatkan sebagai persiden

seumur hidup. Dan akhir pemerintahan peresiden Seokarno sekaligus sebagai

awal Era pemerintahan orde baru yaitu masa pemerintahan persiden Seoharto.

d. Periode 1966-1998

Pada mulanya Orde Baru menjanjikan harapan baru bagi penegakan


HAM di Indonesia. Janji–janji Orde Baru tentang HAM mengalami
kemunduran pesat pada tahu 1970-an hingga 1980-an. Setelah mendapat
mandat konstitusional dari siding MPRS. Orde Baru menolak ham dengan
alasan HAM dan Demokrasi merupakan produk barat yang individualistik
yang militeristik. Bertentangan dengan prinsip lokal Indonesia yang
berprinsip gotong-royong dan kekeluargaan.

e. Periode paska orde baru

Tahun 1998 adalah era paling penting dalam sejarah perkembangan


HAM di Indonesia, setelah terbebas dairi pasungan rezim Orde baru dan
merupakan awal datangnya era demokrasi dan HAM yang kala itu dipimpin
oleh Bj.Habibie yang menjabat sebagai wakil presiden. Pada masa
pemerintahan Habibie misalnya perhatian pemerintah terhadap pelaksanan
HAM mengalami perkembangan yang sangat segnifikan, lahirnya TAP MPR
No. XVII/MPR/1998 tentang HAM merupakan salah satu indikator
pemerintah era reformasi. Komitmen pemerintah juga ditunjukan dengan
pengesahan tentang salah satunya, UU No.23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak, pengesahan UU No.23 Tahun 2004 tentang penghapusan
kekerasan dalam rumah tangga.

B. Bentuk-bentuk Pelanggaran HAM

Pelanggaran HAM dapat dikelompokan menjadi 2 macam yaitu

pelanggaran HAM berat dan pelanggaran HAM ringan.Kejahatan genosida

dan kejahatan kemanusiaan termasuk dalam pelanggaran HAM yang berat.

Kejahat genosida itu sendiri berdasarkan UU No.26/2000 tentang pengadilan

HAM adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk

menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok, bangsa,

ras, kelompok etnis dan kelompok agama.

Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan

yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik

yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditunjukan secara langsung


terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan kemerdekaan atau

perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggaran

(asas-asas) ketentuan pokok hokum internasional, penyiksaan, perkosaan,

perbudakan seksual, pelacuran secarapaksa atau bentuk- bentuk kekerasan

seksual lain yang setara , penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentuatau

perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan,etnis,

budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara

universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional,

penghilangan orang secara paksa, dan kejahatan apartheid.

C. Konsep HAM Dalam Perspektif Islam

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak yang secara alamiah

diperoleh seseorang sejak lahir, karena itu HAM sejalan dengan ftrah manusia

itu sendiri. HAM pada hakikatnya merupakan anugrah Allah kepada semua

manusia. Dilihat dari kodrat manusia, hakekatnya telah dianugerahi hak-hak

pokok yang sama oleh Allah SWT. Hak-hak pokok inilah yang disebut

sebagai hak asasi manusia (HAM). HAM yang melekat pada diri manusia,

bersifat kodrati, universal, dan abadi berkaitan dengan martabat dan harkat

manusia itu sendiri. HAM juga menjadi keharusan dari sebuah negara untuk

bisa menjaminnya dalam konstitusinya. Karena Hak asasi manusia adalah

seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai

mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib

dihormati, di jungjung tinggi, di lindungi oleh negara, hukum, pemerintah,


dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat martabat

manusia. Ajaran Islam meliputi seluruh aspek dari sisi kehidupan manusia,

dan tentu saja telah tercakup di dalamnya aturan dan penghargaan yang tinggi

terhadap hak asasi manusia (HAM). Namun memang tidak dalam satu

dokumen yang terstruktur, tetapi tersebar dalam ayat-ayat suci al-Quran dan

Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini Negara Indonesia yang

mayoritas penduduknya adalah Islam, selalu konsisten dalam penerapan

Hukum Islam yang senantiasa mensandingkan prinsipnya dengan Nilai-nilai

Hak Asasi Manusia yang harus di lindungi oleh Negara dan Pemerintah.

Pada dasarnya HAM dalam Islam terpusat pada lima hal pokok yang

terangkum dalam al-dloruriyat al-khomsah atau yang disebut juga al-huquq

al-insaniyah fi al-Islam (hak-hak asasi manusia dalam Islam). Konsep ini

mengandung lima hal pokok yang harus dijaga oleh setiap individu, yaitu:

1. Hifdzu al-nafs wa al-ird atau Hak Untuk hidup

Hak hidup adalah hak asasi yang paling utama bagi manusia, yang

merupakan karunia dari Allah bagi setiap manusia. Perlindungan hukum Islam

terhadap hak hidup manusia dapat dilihat dari ketentuan-ketentuan syariat

yang melindungi dan menjungjung tinggi darah dan nyawa manusia, melalui

larangan membunuh, ketentuan qishash dan larangan bunuh diri. Sebagaimana

firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 93 yang artinya: “Dan barang siapa

membunuh seorang muslim dengan sengaja maka balasannya adalah

jahannah, kekal dia didalamnya dan Allah murka atasnya dan melaknatnya

serta menyediakan baginya azab yang berat”.


2. Hifdzu al-aql atau perlindungan terhadap pikiran dan akal

Islam sangat menghormati pikiran seseorang. Bahkan seruan Islam

terhadap menggunakan dan mengembangkan pikiran banyak disorot dalam

Al-quran. Hal ini menunjukkan bahwa Islam sangat menghormati orang yang

menggunakan nalar pikirannya untuk berbuat sesuatu yang dapat

mendatangkan manfaat bagi dirinya dan orang lain. Sebaliknya apabila

terdapat orang yang berusaha merusak pikirannya dengan cara yang dilarang

oleh Allah, maka Islam akan menghukumnya sebagai suatu tindakan yang

salah dan pelakunya akan dihukum dengan berat.

3. Hifdzu al-nasl atau Hak memperoleh keadilan

Hifz al-Nasl atau menjaga keturunan adalah jaminan untuk setiap

individu demi perlindungan keturunannya. Dalam hal ini, Islam melarang seks

bebas, perzinahan, homoseksual karena bertentangan dengan azas ini.

4. Hifdzu al mal atau Hak Perlindungan harta/Milik

Dalam ajaran Islam harta adalah milik Allah SWT yang dititipkan-Nya

pada Alam dan manusia sebagai anugerah. Seluruh bumi beserta segala yang

terkandung di dalamnya, dan apa yang berada di atasnya telah dijadikan Allah

SWT untuk seluruh manusia. Sebagaimana firman Allah dalam al-Quran surat

ar-Rahman ayat 10 yang artinya :“Dan Allah telah meratakan bumi untuk

makhlukNya.” Dan juga dalam surat al-Hadid ayat 7 yang mengatakan:

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian

dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-
orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari

hartanya memperoleh pahala yang besar”. Hak milik ini perlindungannya

dipahami di dalam bentuk peraturan hukum sederhana berupa pengharaman

pencurian dan bentuk hukuman yang dapat lebih keras terhadap siapa saja

yang mencuri atas hak milik yang dinaungi oleh hukum yang legal. Hak ini

juga ditafsirkan secara lebih jauh be rupa hak bekerja dan hak untuk mendapatkan

pendapatan yang layak.

5. Hifdzu al-din atau Hak Kebebasan Beragama

Keyakinan merupakan hak personal yang perlindungannya ditetapkan

pada ajaran baku yang tertera dalam kalimat La Iqrah fi-dhiin (dalam

beragama tidak ada paksaan) atau dalam redaksi yang lain Lakum diinukum

waliyadin (bagimu agamamu, bagiku agamaku). Sebab itu pemaksaaan dalam

memeluk agama tidak dibenarkan. Namun dalam konteks tertentu hal ini tidak

berlaku karena dianggap membahayakan eksistensi negara.

Dan masih banyak lagi ayat-ayat al-Quran yang mengisyaratkan hak

asasi manusia yang dihormati secara universal. Kelima dharurat ini yang

menjadi tiang kehidupan manusia. Tidak akan hidup baik kehidupan manusia

kecuali dengan menjaga lima perkara ini.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan

kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi,

tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau

menindas HAM orang lain.


HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam,

Islam sudah lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam

dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Qur’an dan

Hadits yang merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik

kehidupan umat Islam.

Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh

perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang

dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu

Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM

menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM

sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

B. Saran

Untuk kesempurnaan pembuatan makalah ini, pembaca di harapkan

memberikan masukan-masukan yang real agar supaya makalah ini

kedepannya bisa mendekati kesempurnaan, karena pembuat makalah ini

adalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kehilafan.

DAFTAR PUSTAKA

Kosasih, Ahmad. 2003. HAM Dalam Perspektif Islam. Jakarta:Salemba Diniyah

Ricklef, MC. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta : Serambi.

Smith, Rohna K.M. 2008. Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta : Pusat Studi Hak
Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia (PUSHAM UII) Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai