Dosen Pengampu :
Agus Subagiyo, S.IP, M.Kes
Daftar Isi
I. Pendahuluan ........................................................................3
I.1 Latar Belakang....................................................................3
I.2 Rumusan Masalah...............................................................3
II. Pembahasan ........................................................................3
II.1Pengertian HAM ....................................................................4
II.2Sejarah Penegakan HAM........................................................4-5
II.3HAM Antara universalitas dan realitas...................................6
II.4Gender dan HAM....................................................................7-8
II.5Konsep HAM barat dan islam.................................................8-9
II.6Penegakan dan perlindungan HAM di indonesia ...................9-10
III. Penutup... ………………………………………………………11
3.1Kesimpulan…..........................................................................11
3.2 Saran………….…………………………………………….11-12
3.3 Daftar Pustaka ........................................................................12
BAB I
Pendahuluan
Terlepas dari konsep HAM yang bersifat universal, namun pada penerapannya
harus memperhitungkan budaya dan tradisi negara setempat, faktor ekonomi atau
tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diangkat sebagai pemegang peran penting yang
pada akhirnya ikut menentukan kualitas penegakkan HAM di suatu negara. Sehingga
dapat diartikan bahwa semakin bagus kualitas kesejahteraan di suatu negara, maka
semakin tinggi kemampuannya untuk memajukan perlindungan terhadap HAM
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian HAM
Hak asasi manusia (HAM) adalah hak-hak dasar atau hak pokok yang melekat
pada setiap manusia sejak lahir sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa dan bersifat
universal, artinya berlaku untuk semua orang di mana pun mereka berada, tanpa
memandang ras, suku, agama, jenis kelamin, bahasa, maupun status sosial.
HAM tidak dapat dipisahkan dari hakikat dan martabat manusia, dan merupakan
instrumen penting untuk melindungi dan menjamin harkat dan martabat manusia.
Melekat, artinya HAM melekat pada diri manusia sejak lahir dan tidak dapat
dipisahkan dari manusia tersebut. Kodrati, artinya HAM merupakan pemberian Tuhan
Yang Maha Esa, sehingga tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun.
Universal, artinya HAM berlaku untuk semua orang di mana pun mereka berada,
tanpa memandang ras, suku, agama, jenis kelamin, bahasa, maupun status sosial.
Inviolable, artinya HAM tidak dapat dilanggar atau dikurangi oleh siapapun,
termasuk negara. Tidak dapat dicabut, artinya HAM tidak dapat dicabut oleh siapapun,
termasuk negara.
HAM mencakup berbagai hak, seperti hak hidup, hak kebebasan, hak atas
perlindungan hukum, hak atas pendidikan, hak atas kesehatan, hak atas pekerjaan, hak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, dan lain sebagainya. HAM merupakan hal
yang penting untuk dilindungi dan ditegakkan, karena HAM merupakan fondasi dari
kehidupan yang adil dan sejahtera.
Di Indonesia, perlindungan HAM diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J. Selain
itu, perlindungan HAM juga diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan
lainnya, seperti Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Pemerintah Indonesia juga telah melakukan berbagai upaya untuk melindungi
HAM, antara lain dengan membentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM), membentuk pengadilan HAM, dan meratifikasi berbagai instrumen hukum
internasional tentang HAM.
Sejarah penegakkan HAM di Indonesia dapat dibagi menjadi empat periode, yaitu:
a. Periode Pra-Kemerdekaan
Pada periode ini, Indonesia baru saja merdeka dan masih dalam proses
membangun negara. Oleh karena itu, perhatian terhadap HAM masih belum
menjadi prioritas utama. Meskipun demikian, beberapa upaya untuk melindungi
HAM tetap dilakukan, seperti dengan pembentukan Mahkamah Agung dan Komisi
Hukum Nasional.
Pada periode ini, terjadi pelanggaran HAM yang berat, seperti pembunuhan
massal, penghilangan paksa, dan penyiksaan. Hal ini terjadi karena rezim Orde
Baru menerapkan sistem otoriter yang membatasi kebebasan masyarakat.
d. Reformasi
Reformasi yang terjadi pada tahun 1998 telah membuka jalan bagi penegakan
HAM di Indonesia. Pemerintah Indonesia mulai menempuh berbagai upaya untuk
melindungi HAM, seperti dengan membentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM), membentuk pengadilan HAM, dan meratifikasi berbagai
instrumen hukum internasional tentang HAM.
a. Kemiskinan
b. Korupsi
c. Ketidaktahuan masyarakat
a. Pelanggaran HAM
Pada level universitas, HAM dipelajari secara teoritis dan normatif. Pada
level realitas, HAM menghadapi berbagai tantangan, seperti pelanggaran HAM,
ketidaktahuan masyarakat tentang HAM, dan kebijakan pemerintah yang tidak
berpihak pada HAM.
Pada level universitas, mahasiswa dilatih untuk menganalisis berbagai kasus
pelanggaran HAM dan mengembangkan strategi untuk mengatasi pelanggaran
HAM tersebut. Pada level realitas, mahasiswa perlu terjun langsung untuk
mengatasi pelanggaran HAM tersebut.
Gender adalah konsep sosial yang mengacu pada karakteristik yang dikaitkan
dengan laki-laki dan perempuan. Karakteristik ini dapat berupa peran, perilaku,
minat, dan atribut. Gender tidak bersifat biologis, tetapi merupakan konstruksi sosial
yang dibentuk oleh masyarakat.
HAM adalah hak-hak dasar atau hak pokok yang melekat pada setiap manusia
sejak lahir sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa dan bersifat universal, artinya
berlaku untuk semua orang di mana pun mereka berada, tanpa memandang ras,
suku, agama, jenis kelamin, bahasa, maupun status sosial. HAM tidak dapat
dipisahkan dari hakikat dan martabat manusia, dan merupakan instrumen penting
untuk melindungi dan menjamin harkat dan martabat manusia.
Gender dan HAM memiliki hubungan yang erat. Gender dapat menjadi faktor
yang menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM. Misalnya, perempuan lebih rentan
menjadi korban kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi. Hal ini disebabkan oleh
konstruksi sosial yang menempatkan perempuan pada posisi yang inferior
dibandingkan laki-laki.
Upaya untuk mewujudkan gender dan HAM dapat dilakukan melalui berbagai cara,
antara lain:
a. Pendidikan
b. Pemberdayaan perempuan
Gender dan HAM merupakan dua konsep yang saling berkaitan. Gender dapat
menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM. Oleh karena itu,
upaya untuk mewujudkan gender dan HAM perlu dilakukan secara bersama-sama
oleh pemerintah dan masyaraka
Konsep hak asasi manusia (HAM) antara Barat dann Islam memiliki beberapa
perbedaan, antara lain: Pandangan tentang sumber HAM
Dalam pandangan Barat, HAM bersumber pada akal manusia. Manusia adalah
makhluk yang rasional, sehingga mereka memiliki kemampuan untuk membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk. Berdasarkan kemampuan tersebut, manusia
dapat menentukan sendiri hak-hak apa saja yang dimilikinya.
Dalam pandangan Islam, HAM bersumber pada Tuhan. Manusia adalah
makhluk ciptaan Tuhan, sehingga mereka memiliki hak-hak yang diberikan oleh
Tuhan. Hak-hak tersebut dijamin dalam Al-Qur'an dan Sunnah.
Dalam pandangan Barat, HAM mencakup berbagai hak, seperti hak hidup, hak
kebebasan, hak atas perlindungan hukum, hak atas pendidikan, hak atas kesehatan,
hak atas pekerjaan, hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, dan lain
sebagainya.
Dalam pandangan Islam, HAM juga mencakup berbagai hak, seperti hak
hidup, hak kebebasan, hak atas perlindungan hukum, hak atas pendidikan, hak atas
kesehatan, hak atas pekerjaan, hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, dan
lain sebagainya. Selain itu, Islam juga mengakui hak-hak khusus, seperti hak
untuk beragama, hak untuk berkeluarga, hak untuk memiliki harta, dan hak
untukunberjihad.
Dalam pandangan Barat, HAM dan kewajiban merupakan dua hal yang
terpisah. HAM adalah hak yang dimiliki oleh manusia, sedangkan kewajiban
adalah tanggung jawab yang harus dipikul oleh manusia.
Dalam pandangan Islam, HAM dan kewajiban merupakan dua hal yang
saling berkaitan. HAM merupakan hak yang dimiliki oleh manusia, tetapi hak
tersebut juga disertai dengan kewajiban. Misalnya, hak untuk hidup disertai
dengan kewajiban untuk menjaga hidup.
Komnas HAM dibentuk pada tahun 1999 untuk memantau, menyelidiki, dan
melaporkan pelanggaran HAM di Indonesia. Komnas HAM memiliki kewenangan
untuk melakukan penyelidikan, meminta keterangan, dan mengeluarkan
rekomendasi kepada pemerintah.
a. Kemiskinan
b. Korupsi
c. Ketidaktahuan masyarakat
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Ada beberapa poin yang kiranya perlu kami sampaikan sebagai saran untuk Hak
Asasi Manusia di Indonesia yang antara lain sebagai berikut :
1. Belum ada penjelasan tentang definisi pelanggaran HAM berat secara spesifik dan
mendetail dalam instrumen penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Undang-
Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang No.
26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) Berat yang
merupakan dasar hukum paling pokok dalam penegakan HAM, hanya
mengklasifikasikan dan menggolongkan perbuatan-perbuatan apa yang termasuk
dalam kategori pelanggaran HAM berat. Hendaknya pemerintah segera melakukan
upaya konkrit untuk melengkapi kekurangan tersebut, karena dengan adanya
pendefinisian pelanggaran HAM berat, peraturan perundangundangan tentang
HAM dapat mengantisipasi perbuatan-perbuatan baru yang belum tercantum
dalam perundang-undangan, yang dinilai mengandung unsur-unsur pelanggaran
HAM berat.
2. Untuk lebih memperkuat penegakan HAM di Indonesia, hendaknya pemerintah
lebih proaktif lagi mengkaji dan membahas instrumeninstrumen HAM
Internasional yang belum diratifikasi. Pengkajian dan pembahasan tersebut
haruslah disesuaikan dengan sistem budaya dan nilai-nilai pancasia sebagai
ideologi bangsa Indonesia. Hasil dari pembahasan tersebut hendaknya segera
dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang berkekuatan hukum
tetap sehingga mempunyai kepastian hukum. Kepastian hukum ini menjadi
penting karena dengan kepastian hukum, penegakan HAM di Indonesia
mempunyai payung hukum yang jelas.
Auli, Renata Christa. Hak Asasi Manusia: Pengertian, Sejarah, dan Prinsipnya.
Diakses pada 20 Januari 2024 dari https://shorturl.at/uAPZ2
Matondang, Ikhwan. Universalitas dan Relatifitas HAM. Diakses Diakses pada 20
Januari 2024 dari https://shorturl.at/ceguO
Nur, Asiah. Hak Asasi Manusia Perspektif Hukum Islam. Diakses pada 20 Januari
2024 dari https://shorturl.at/mHS06
Budianto, Valerie Augustine. Konsep Rule of Law dan Penerapannya di Indonesia.
Diakses pada 20 Januari 2024 dari https://rb.gy/v8m9ph
Triwahyuningsih, Susani. Perlindungan dan Penegakkan Hak Asasi Manusia (HAM)
di Indonesia. Diakses pada 20 Januari 2024 dari https://rb.gy/dpgtiv
Kusnadi. Hakikat dan Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM). Diakses
pada 20 Januari 2024 dari https://rb.gy/upblu3
Audina, Dhea Januastasya. Kesetaraan gender Dalam Perspektif hak Asasi Manusia.
Diakses pada 20 Januari 2024 dari https://rb.gy/4zzh8c