Anda di halaman 1dari 12

HAK ASASI MANUSI (HAM)

Dosen Pengampu :
Agus Subagiyo, S.IP, M.Kes

Disusun oleh : Kelompok 3


1. Juwita Prafti Dina Widya (P1337430323023)
2. Himmatun Niswah Agustin (P1337430323041)
3. Hawa Azkiyaa Zahara (P1137430323071)
4. Laudza Adzin Adil Hakim Barts (P1337430323109)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN JURUSAN


TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SEMARANG JANUARI 2024
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat wakti.Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kelompk kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik.Sholawat serta salam kami curahkan kepada junjungan nabi agung kita Muhammad
SAW yang kita nantikan syafaat nya di yaumul akhir nanti.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada kelompok
kami,penulis dan kelompok berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman bagi pembaca mengenai Pancasila dalam Konteks Sejarah
Bangsa Indonesia.
Pembuatan makalah ini dilakukan dengan metode mengumpulkan dan mengkaji
materi serta keterangan dari brbagai sumber.Tujuan penggunaan metode pengumpulan
data ini,agar makalah ini dapat memberikan nformasi yang akurat dan dapat
dipertanggung jawabakan.
Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman,kelompok kami menyadari
bahwa terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kelompok dan
penulis sangat berharap saran dan kritik yang membangun berasal dari pembaca agar
dapat meningkatkan mutu dalam penyajian berikutnya.Kiranya makalah ini dapat
dipergunakan sebaik-baiknya agar makna yang disampaikan tidak dukurangkan atau di
lebih lebihakan.

Daftar Isi
I. Pendahuluan ........................................................................3
I.1 Latar Belakang....................................................................3
I.2 Rumusan Masalah...............................................................3
II. Pembahasan ........................................................................3
II.1Pengertian HAM ....................................................................4
II.2Sejarah Penegakan HAM........................................................4-5
II.3HAM Antara universalitas dan realitas...................................6
II.4Gender dan HAM....................................................................7-8
II.5Konsep HAM barat dan islam.................................................8-9
II.6Penegakan dan perlindungan HAM di indonesia ...................9-10
III. Penutup... ………………………………………………………11
3.1Kesimpulan…..........................................................................11
3.2 Saran………….…………………………………………….11-12
3.3 Daftar Pustaka ........................................................................12

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat


hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.1

Indonesia sebagai anggota dari Perserikatan Bangsa Bangsa mengemban


tanggung jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan
Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia

yang ditetapkan oleh PBB serta berbagai instrumen internasional lainnya


mengenai Hak Asasi Manusia yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia.2

Terlepas dari konsep HAM yang bersifat universal, namun pada penerapannya
harus memperhitungkan budaya dan tradisi negara setempat, faktor ekonomi atau
tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diangkat sebagai pemegang peran penting yang
pada akhirnya ikut menentukan kualitas penegakkan HAM di suatu negara. Sehingga
dapat diartikan bahwa semakin bagus kualitas kesejahteraan di suatu negara, maka
semakin tinggi kemampuannya untuk memajukan perlindungan terhadap HAM

1.2 Rumusan Masalah

1. Memahami pengertian HAM


2. Bagaimana sejarah penegakan HAM
3. Mengetahui HAM anatara universalitas dan realitivitas
4. Mengetahui gender HAM
5. Memahami perbedaan konsep HAM anatara barat dan islam
6. Penegakan HAM dan perlindungan

BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian HAM

Hak asasi manusia (HAM) adalah hak-hak dasar atau hak pokok yang melekat
pada setiap manusia sejak lahir sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa dan bersifat
universal, artinya berlaku untuk semua orang di mana pun mereka berada, tanpa
memandang ras, suku, agama, jenis kelamin, bahasa, maupun status sosial.

HAM tidak dapat dipisahkan dari hakikat dan martabat manusia, dan merupakan
instrumen penting untuk melindungi dan menjamin harkat dan martabat manusia.

Berdasarkan pengertian tersebut, HAM memiliki beberapa sifat, yaitu:

Melekat, artinya HAM melekat pada diri manusia sejak lahir dan tidak dapat
dipisahkan dari manusia tersebut. Kodrati, artinya HAM merupakan pemberian Tuhan
Yang Maha Esa, sehingga tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun.
Universal, artinya HAM berlaku untuk semua orang di mana pun mereka berada,
tanpa memandang ras, suku, agama, jenis kelamin, bahasa, maupun status sosial.
Inviolable, artinya HAM tidak dapat dilanggar atau dikurangi oleh siapapun,
termasuk negara. Tidak dapat dicabut, artinya HAM tidak dapat dicabut oleh siapapun,
termasuk negara.
HAM mencakup berbagai hak, seperti hak hidup, hak kebebasan, hak atas
perlindungan hukum, hak atas pendidikan, hak atas kesehatan, hak atas pekerjaan, hak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, dan lain sebagainya. HAM merupakan hal
yang penting untuk dilindungi dan ditegakkan, karena HAM merupakan fondasi dari
kehidupan yang adil dan sejahtera.
Di Indonesia, perlindungan HAM diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J. Selain
itu, perlindungan HAM juga diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan
lainnya, seperti Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Pemerintah Indonesia juga telah melakukan berbagai upaya untuk melindungi
HAM, antara lain dengan membentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM), membentuk pengadilan HAM, dan meratifikasi berbagai instrumen hukum
internasional tentang HAM.

2.2 Sejarah Penegakan HAM

Sejarah penegakkan HAM di Indonesia dapat dibagi menjadi empat periode, yaitu:

a. Periode Pra-Kemerdekaan

Pada periode ini, kesadaran akan HAM di Indonesia mulai tumbuh,


terutama dalam kalangan kaum terpelajar. Hal ini terlihat dari munculnya berbagai
organisasi pergerakan nasional yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,
seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Partai Nasional Indonesia. Organisasi-
organisasi ini juga memperjuangkan hak-hak dasar masyarakat Indonesia, seperti
hak untuk menentukan nasib sendiri, hak atas kebebasan, dan hak atas persamaan.
b. Periode Orde Lama

Pada periode ini, Indonesia baru saja merdeka dan masih dalam proses
membangun negara. Oleh karena itu, perhatian terhadap HAM masih belum
menjadi prioritas utama. Meskipun demikian, beberapa upaya untuk melindungi
HAM tetap dilakukan, seperti dengan pembentukan Mahkamah Agung dan Komisi
Hukum Nasional.

c. Periode Orde Baru

Pada periode ini, terjadi pelanggaran HAM yang berat, seperti pembunuhan
massal, penghilangan paksa, dan penyiksaan. Hal ini terjadi karena rezim Orde
Baru menerapkan sistem otoriter yang membatasi kebebasan masyarakat.

d. Reformasi

Reformasi yang terjadi pada tahun 1998 telah membuka jalan bagi penegakan
HAM di Indonesia. Pemerintah Indonesia mulai menempuh berbagai upaya untuk
melindungi HAM, seperti dengan membentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM), membentuk pengadilan HAM, dan meratifikasi berbagai
instrumen hukum internasional tentang HAM.

Penegakan HAM di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, seperti:

a. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan pelanggaran


HAM. Orang yang miskin lebih rentan untuk menjadi korban pelanggaran HAM,
seperti penyiksaan, diskriminasi, dan eksploitasi.

b. Korupsi

Korupsi dapat menghambat penegakan HAM. Korupsi dapat menyebabkan


aparat negara tidak menjalankan tugasnya secara profesional dan tidak berpihak
pada masyarakat.

c. Ketidaktahuan masyarakat

Ketidaktahuan masyarakat tentang HAM dapat menyebabkan masyarakat tidak


menyadari hak-hak mereka dan tidak mampu untuk menuntut hak-hak mereka.

Pemerintah Indonesia perlu terus berupaya untuk mengatasi berbagai tantangan


tersebut agar penegakan HAM di Indonesia dapat berjalan dengan lebih efektif.
2.3 HAM Antara universalitas dan realitas

Pada level universitas, HAM dipelajari secara teoritis dan normatif.


Mahasiswa mempelajari tentang konsep- konsep HAM, sejarah HAM, instrumen
HAM, dan berbagai isu HAM yang terjadi di dunia. Mahasiswa juga dilatih untuk
menganalisis berbagai kasus pelanggaran HAM dan mengembangkan strategi
untuk mengatasi pelanggaran HAM tersebut.

Pada level realitas, HAM menghadapi berbagai tantangan, seperti:

a. Pelanggaran HAM

Pelanggaran HAM masih sering terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di


Indonesia. Pelanggaran HAM dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti
kemiskinan, korupsi, dan ketidakadilan.

b. Ketidaktahuan masyarakat tentang HAM

Ketidaktahuan masyarakat tentang HAM dapat menyebabkan masyarakat tidak


menyadari hak-hak mereka dan tidak mampu untuk menuntut hak-hak mereka.

c. Kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada HAM

Kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada HAM dapat menyebabkan


terjadinya pelanggaran HAM. Perbedaan antara HAM di universitas dan realitas

Ada beberapa perbedaan antara HAM di universitas dan realitas, yaitu:

Pada level universitas, HAM dipelajari secara teoritis dan normatif. Pada
level realitas, HAM menghadapi berbagai tantangan, seperti pelanggaran HAM,
ketidaktahuan masyarakat tentang HAM, dan kebijakan pemerintah yang tidak
berpihak pada HAM.
Pada level universitas, mahasiswa dilatih untuk menganalisis berbagai kasus
pelanggaran HAM dan mengembangkan strategi untuk mengatasi pelanggaran
HAM tersebut. Pada level realitas, mahasiswa perlu terjun langsung untuk
mengatasi pelanggaran HAM tersebut.

Pentingnya pendidikan HAM

Pendidikan HAM penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang


HAM dan mendorong penegakan HAM. Pendidikan HAM dapat dilakukan di
berbagai level, mulai dari level universitas hingga level masyarakat umum.
Upaya untuk mengatasi tantangan HAM

Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mengatasi tantangan


HAM. Pemerintah perlu memperkuat penegakan hukum dan membuat kebijakan
yang berpihak pada HAM. Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran tentang HAM
dan berpartisipasi dalam upaya penegakan HAM

2.4 Gender dan HAM

Gender dan HAM

Gender adalah konsep sosial yang mengacu pada karakteristik yang dikaitkan
dengan laki-laki dan perempuan. Karakteristik ini dapat berupa peran, perilaku,
minat, dan atribut. Gender tidak bersifat biologis, tetapi merupakan konstruksi sosial
yang dibentuk oleh masyarakat.
HAM adalah hak-hak dasar atau hak pokok yang melekat pada setiap manusia
sejak lahir sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa dan bersifat universal, artinya
berlaku untuk semua orang di mana pun mereka berada, tanpa memandang ras,
suku, agama, jenis kelamin, bahasa, maupun status sosial. HAM tidak dapat
dipisahkan dari hakikat dan martabat manusia, dan merupakan instrumen penting
untuk melindungi dan menjamin harkat dan martabat manusia.

Hubungan antara gender dan HAM

Gender dan HAM memiliki hubungan yang erat. Gender dapat menjadi faktor
yang menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM. Misalnya, perempuan lebih rentan
menjadi korban kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi. Hal ini disebabkan oleh
konstruksi sosial yang menempatkan perempuan pada posisi yang inferior
dibandingkan laki-laki.

Upaya untuk mewujudkan gender dan HAM

Upaya untuk mewujudkan gender dan HAM dapat dilakukan melalui berbagai cara,
antara lain:

a. Pendidikan

Pendidikan penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang gender dan


HAM. Pendidikan dapat dilakukan di berbagai level, mulai dari level sekolah hingga
level masyarakat umum.

b. Pemberdayaan perempuan

Pemberdayaan perempuan penting untuk meningkatkan peran dan status perempuan


dalam masyarakat. Pemberdayaan perempuan dapat dilakukan melalui berbagai
cara, seperti pendidikan, pelatihan, dan akses terhadap sumber daya.
c. Perubahan kebijakan

Perubahan kebijakan penting untuk menciptakan lingkungan yang


mendukung gender dan HAM. Pemerintah perlu membuat kebijakan yang berpihak
pada gender dan HAM, seperti kebijakan yang menjamin kesetaraan gender dan
perlindungan terhadap perempuan dari kekerasan.

Gender dan HAM merupakan dua konsep yang saling berkaitan. Gender dapat
menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM. Oleh karena itu,
upaya untuk mewujudkan gender dan HAM perlu dilakukan secara bersama-sama
oleh pemerintah dan masyaraka

2.5 Konsep HAM barat dan islam

Konsep hak asasi manusia (HAM) antara Barat dann Islam memiliki beberapa
perbedaan, antara lain: Pandangan tentang sumber HAM

Dalam pandangan Barat, HAM bersumber pada akal manusia. Manusia adalah
makhluk yang rasional, sehingga mereka memiliki kemampuan untuk membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk. Berdasarkan kemampuan tersebut, manusia
dapat menentukan sendiri hak-hak apa saja yang dimilikinya.
Dalam pandangan Islam, HAM bersumber pada Tuhan. Manusia adalah
makhluk ciptaan Tuhan, sehingga mereka memiliki hak-hak yang diberikan oleh
Tuhan. Hak-hak tersebut dijamin dalam Al-Qur'an dan Sunnah.

a.Pandangan tentang sifat HAM

Dalam pandangan Barat, HAM bersifat universal. Artinya, HAM berlaku


untuk semua orang di mana pun mereka berada, tanpa memandang ras, suku,
agama, jenis kelamin, bahasa, maupun status sosial.
Dalam pandangan Islam, HAM bersifat universal dan abadi. Artinya, HAM
berlaku untuk semua orang di mana pun mereka berada, tanpa memandang ras,
suku, agama, jenis kelamin, bahasa, maupun status sosial. Selain itu, HAM juga
bersifat abadi, artinya HAM tidak akan berubah di masa depan.

b. Pandangan tentang hak-hak yang diakui

Dalam pandangan Barat, HAM mencakup berbagai hak, seperti hak hidup, hak
kebebasan, hak atas perlindungan hukum, hak atas pendidikan, hak atas kesehatan,
hak atas pekerjaan, hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, dan lain
sebagainya.
Dalam pandangan Islam, HAM juga mencakup berbagai hak, seperti hak
hidup, hak kebebasan, hak atas perlindungan hukum, hak atas pendidikan, hak atas
kesehatan, hak atas pekerjaan, hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, dan
lain sebagainya. Selain itu, Islam juga mengakui hak-hak khusus, seperti hak
untuk beragama, hak untuk berkeluarga, hak untuk memiliki harta, dan hak
untukunberjihad.

c. Pandangan tentang hubungan antara HAM dan kewajiban

Dalam pandangan Barat, HAM dan kewajiban merupakan dua hal yang
terpisah. HAM adalah hak yang dimiliki oleh manusia, sedangkan kewajiban
adalah tanggung jawab yang harus dipikul oleh manusia.
Dalam pandangan Islam, HAM dan kewajiban merupakan dua hal yang
saling berkaitan. HAM merupakan hak yang dimiliki oleh manusia, tetapi hak
tersebut juga disertai dengan kewajiban. Misalnya, hak untuk hidup disertai
dengan kewajiban untuk menjaga hidup.

d. Pandangan tentang penegakan HAM

Dalam pandangan Barat, penegakan HAM merupakan tanggung jawab


pemerintah. Pemerintah memiliki kewajiban untuk melindungi HAM warga
negaranya.
Dalam pandangan Islam, penegakan HAM merupakan tanggung jawab
bersama antara pemerintah, masyarakat, dan individu. Pemerintah memiliki
kewajiban untuk melindungi HAM warga negaranya, tetapi masyarakat dan
individu juga memiliki peran penting dalam penegakan HAM.

Perbedaan-perbedaan tersebut tidak berarti bahwa konsep HAM Barat dan


Islam saling bertentangan. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk
melindungi hak-hak asasi manusia

2.6 Penegakan dan perlindungan HAM di indonesia

Penegakkan dan perlindungan HAM di Indonesia telah mengalami kemajuan


yang signifikan sejak reformasi tahun 1998. Pemerintah Indonesia telah melakukan
berbagai upaya untuk melindungi HAM, antara lain:

a. Meratifikasi instrumen hukum internasional tentang HAM

Pemerintah Indonesia telah meratifikasi berbagai instrumen hukum


internasional tentang HAM, seperti Konvensi Hak Sipil dan Politik (ICCPR),
Konvensi Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (ICESCR), dan Konvensi Anti-
Diskriminasi Ras (ICERD).

b. Membentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)

Komnas HAM dibentuk pada tahun 1999 untuk memantau, menyelidiki, dan
melaporkan pelanggaran HAM di Indonesia. Komnas HAM memiliki kewenangan
untuk melakukan penyelidikan, meminta keterangan, dan mengeluarkan
rekomendasi kepada pemerintah.

c. Membentuk pengadilan HAM

Pemerintah Indonesia membentuk pengadilan HAM untuk mengadili kasus-


kasus pelanggaran HAM berat, seperti kejahatan genosida, kejahatan kemanusiaan,
dan kejahatan perang. Pengadilan HAM dibentuk pada tahun 2000 dan telah
menangani beberapa kasus pelanggaran HAM berat, seperti peristiwa Tanjung
Priok dan peristiwa Semanggi.

d. Meningkatkan pendidikan dan pemahaman tentang HAM

Pemerintah Indonesia telah meningkatkan pendidikan dan pemahaman


tentang HAM melalui berbagai program, seperti sosialisasi, pelatihan, dan
kampanye. Pendidikan dan pemahaman tentang HAM penting untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentangHAM dan mendorong penegakan HAM.

Upaya-upaya tersebut telah membawa dampak positif terhadap penegakkan


dan perlindungan HAM di Indonesia. Pelanggaran HAM di Indonesia telah
berkurang dan masyarakat menjadi lebih sadar tentang HAM. Namun, masih ada
beberapa tantangan yang perlu diatasi untuk meningkatkan penegakkan dan
perlindungan HAM di Indonesia. Tantangan tersebut antara lain:

a. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan


pelanggaran HAM. Orang yang miskin lebih rentan untuk menjadi korban
pelanggaran HAM, seperti penyiksaan, diskriminasi, dan eksploitasi.

b. Korupsi

Korupsi dapat menghambat penegakan HAM. Korupsi dapat menyebabkan


aparat negara tidak menjalankan tugasnya secara profesional dan tidak berpihak
pada masyarakat.

c. Ketidaktahuan masyarakat

Ketidaktahuan masyarakat tentang HAM dapat menyebabkan masyarakat


tidak menyadari hak-hak mereka dan tidak mampu untuk menuntut hak-hak
mereka.

Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mengatasi tantangan


tersebut agar penegakkan dan perlindungan HAM di Indonesia dapat berjalan lebih
efektif.
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan

Hak Asasi Manusia(HAM) merupakan anugerah yang diberikan Tuhan


YangMaha Esa kepada seluruh manusia dan tak ada satupun orang pun yang
dapatmengganggu gugat, tidak terkecuali pemerintah. Jadi sudah sepatutnya
pemerintahmemberikan apa yang seharusnya rakyat miliki yang diantaranya adalah
hak untuk mendapatkan keadilan dan kebenaran.
Hak Asasi Manusia(HAM) sendiri juga telah diatur didalam UU No. 39
Tahun1999 yang isinya mengenai hak-hak yang dimiliki rakyat di Indonesia yaitu
Hak hidup, Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, Hak mengembangkan
diri, Hak memperoleh keadilan, Hak atas kebebasan pribadi, Hak atas rasa aman,
Hak ataskesejahteraan, Hak turut serta dalam pemerintah, Hak wanita dan Hak
anak.
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang
secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak
didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang
berlaku

3.2 Saran

Ada beberapa poin yang kiranya perlu kami sampaikan sebagai saran untuk Hak
Asasi Manusia di Indonesia yang antara lain sebagai berikut :

1. Belum ada penjelasan tentang definisi pelanggaran HAM berat secara spesifik dan
mendetail dalam instrumen penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Undang-
Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang No.
26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) Berat yang
merupakan dasar hukum paling pokok dalam penegakan HAM, hanya
mengklasifikasikan dan menggolongkan perbuatan-perbuatan apa yang termasuk
dalam kategori pelanggaran HAM berat. Hendaknya pemerintah segera melakukan
upaya konkrit untuk melengkapi kekurangan tersebut, karena dengan adanya
pendefinisian pelanggaran HAM berat, peraturan perundangundangan tentang
HAM dapat mengantisipasi perbuatan-perbuatan baru yang belum tercantum
dalam perundang-undangan, yang dinilai mengandung unsur-unsur pelanggaran
HAM berat.
2. Untuk lebih memperkuat penegakan HAM di Indonesia, hendaknya pemerintah
lebih proaktif lagi mengkaji dan membahas instrumeninstrumen HAM
Internasional yang belum diratifikasi. Pengkajian dan pembahasan tersebut
haruslah disesuaikan dengan sistem budaya dan nilai-nilai pancasia sebagai
ideologi bangsa Indonesia. Hasil dari pembahasan tersebut hendaknya segera
dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang berkekuatan hukum
tetap sehingga mempunyai kepastian hukum. Kepastian hukum ini menjadi
penting karena dengan kepastian hukum, penegakan HAM di Indonesia
mempunyai payung hukum yang jelas.

3. Perubahan sosial merupakan suatu keniscayaan seiring dengan perjalanan waktu,


sedangkan perubahan hukum hanya bisa menjadi keniscayaan jika diusahakan
oleh pihak-pihak yang berwenang membuat hukum. Hukum akan berfungsi secara
ideal jika selalu diselaraskan dengan perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat. Hendaknya, lembaga-lembaga yang berwenang dalam pembuatan
hukum selalu menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada
dengan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat dengan ukuran kemashlahatan
umum yang bisa menjamin hak-hak fundamental manusia seperti untuk menjaga
agama, jiwa, akal, nasab dan harta benda sehingga fungsi hukum sebagai alat
untuk mencapai kemakmuran (wellfare) dapat diseimbangkan dengan tujuan
utama sebuah hukum yaitu menjaga harkat dan martabat manusia.

3.3 Daftar Pustaka

Auli, Renata Christa. Hak Asasi Manusia: Pengertian, Sejarah, dan Prinsipnya.
Diakses pada 20 Januari 2024 dari https://shorturl.at/uAPZ2
Matondang, Ikhwan. Universalitas dan Relatifitas HAM. Diakses Diakses pada 20
Januari 2024 dari https://shorturl.at/ceguO
Nur, Asiah. Hak Asasi Manusia Perspektif Hukum Islam. Diakses pada 20 Januari
2024 dari https://shorturl.at/mHS06
Budianto, Valerie Augustine. Konsep Rule of Law dan Penerapannya di Indonesia.
Diakses pada 20 Januari 2024 dari https://rb.gy/v8m9ph
Triwahyuningsih, Susani. Perlindungan dan Penegakkan Hak Asasi Manusia (HAM)
di Indonesia. Diakses pada 20 Januari 2024 dari https://rb.gy/dpgtiv
Kusnadi. Hakikat dan Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM). Diakses
pada 20 Januari 2024 dari https://rb.gy/upblu3
Audina, Dhea Januastasya. Kesetaraan gender Dalam Perspektif hak Asasi Manusia.
Diakses pada 20 Januari 2024 dari https://rb.gy/4zzh8c

Anda mungkin juga menyukai