Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PERAN HAK ASASI MANUSIA DALAM PEMBANGUNAN HUKUM


NASIONAL INDONESIA

DOSEN PENGAMPU:
Hartono,SH.MH.

DISUSUN OLEH :

Yulisa Melsy 20.000.18

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM


HABARING HURUNG SAMPIT
PRODI ILMU HUKUM
SAMPIT
2023

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena segala

nikmat dan karunianya, sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan

tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas

yang ada pada mata kuliah “Hukum dan Ham” yang diampu oleh dosen

Hartono,SH.MH. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah memberikan dukungan, baik ide maupun materi. Saya berharap semoga makalah

ini dapat menambah pengetahuan dan bisa menjadi referensi bagi para pembaca.

Selain itu, besar harapan saya agar makalah ini dapat dipraktikkan dalam kehidupan

sehari-hari. Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya, tentu masih

banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saya

mengharapkan kritik dan saran yang benar-benar membangun dari para pembaca

untuk menyempurnakan makalah ini.

Sampit, 1 Febuari 2023

Yulisa Melsy

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI..........................................................................................................

..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... iii

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................... 4

1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 7

2.1 Pengetian Hak Asasi Manusia....................................................................... 7

2.2 Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia........................................... 10

2.3 Pengertian Hukum Nasional......................................................................... 13

2.4 Pembangunan Hukum Nasional di Indonesia............................................... 14

2.5 Peran Hak Asasi Manusia dalam Pembangunan Hukum Nasional................ 20

BAB III PENUTUP................................................................................................. 31

3.1 Kesimpulan................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 33

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Era globalisasi sebagai akibat revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi yang

tidak terbendung, sehingga menimbulkan berbagai dampak dalam masyarakat, baik

positif maupun negatif. Terutama bagi masyarakat yang sedang berkembang,

sehingga dalam berbagai ilmu sosial kemasyarakatan menimbulkan pemikiran-

pemikiran baru termasuk dalam bidang ilmu hukum. Mengenai sistem hukum

nasional yang berhubungan dengan perundang-undangan adalah merupakan

penjelasan kembali bahwa perundang-undangan menduduki posisi sentral atau utama

dalam pembangunan hukum nasional, yang akan dilengkapi dengan hukum tidak

tertulis (hukum adat).

Di samping itu, dikemukakan pula perlunya univikasi dengan tidak

meninggalkan kebhinekaan terutama dalam bidang-bidang kehidupan spiritual.

Berikutnya hal yang menyangkut persoalan nilai-nilai Pancasila, pada pokoknya bahwa

pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR) dalam penyusunan undang-undang

perlu dengan tepat menunjukan nilai-nilai Pancasila yang melandasi undang-undang

itu sehingga dalam penerapannya tidak akan terjadi pelanggaran terhadap hak asasi

manusia sebagai bentuk dari objek aturan yang dibuat tersebut karena HAM sebagai

hak moral yakni hak yang melekat pada diri manusia karena harkat martabatnya

(martabat berakal dan berhati nurani)1

1
Rahayu, Bahan kuliah HAM dan Pembangunan Hukum di Era Globalisasi, PDIH KPK Undip-Unila,
Semarang 17 Juli 2011, h.34

4
Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat

hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang

Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan

dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta

perlindungan harkat dan martabat manusia. 2 Indonesia sebagai anggota dari

Perserikatan Bangsa Bangsa mengemban tanggung jawab moral dan hukum untuk

menjunjung tinggi dan melaksanakan Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia

yang ditetapkan oleh PBB serta berbagai instrumen internasional lainnya mengenai

Hak Asasi Manusia yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia.

Pelaksanaan Hak Asasi Manusia harus menjamin perlindungan terhadap

siapapun tanpa terkecuali. Jika hal tersebut sudah terlaksana, maka individu ataupun

kelompok sudah memiliki kualitas dalam menghargai aspek HAM. Hak Asasi Manusia

pada dasarnya dilandasi oleh pemahaman suatu bangsa terhadap citra, harkat dan

martabat diri manusia itu sendiri. Pada hakikatnya manusia harus menyadari,

mengakui dan menjamin serta menghormati Hak Asasi Manusia orang lain juga

sebagai kewajiban. Hak Asasi Manusia dan kewajiban asasi manusia terpadu melekat

pada diri manusia sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, anggota

suatu bangsa dan warga negara, serta anggota masyarakat bangsa-bangsa. Hak Asasi

Manusia menjunjung tinggi persamaan derajat. Bukan berarti Hak Asasi Manusia

dapat digunakan sewenang-wenang. Ada batasan pada Hak Asasi Manusia dalam hal

tidak boleh memakasakan kehendak pribadi atau kelompok ditambah dengan

2
Mashyur Effendi, Dimensi / Dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan
Internasional, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994, H. 130

5
kekerasan yang berujung tidak tercapainya semangat saling menghargai Hak Asasi

Manusia.3

Martabat setiap manusia dilindungi dan dihormati karena merupakan bagian

penting dari Hak Asasi Manusia . Pembukaan Undang- undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 alinea ke 4 tertulis bahwa: “Pemerintah Negara Republik Indonesia

yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan

untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi

dan keadilan sosial.”4

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Uraian diatas, dapat diangkat beberapa masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia ?

2. Bagaimana Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia ?

3. Bagaimana Pembagunan Hukum Nasional di Indonesia ?

4. Apa Peran Hak Asasi Manusia dalam Pembangunan Hukum Nasional ?

BAB II

PEMBAHASAN

3
Sukma Indah Permana, Saat Komnas HAM Sebut Catatan Buruk di Proyek Bandara Kulon
Progo, hlm.1 https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4166760/saat-komnas-ham- sebut-catatan-
buruk-di-proyek-bandara-kulon-progo, diakses 11 April 2019 Pukul 13.25 WIB.

4
Ibid.

6
2.1. Pengertian Hak Asasi Manusia

Istilah “Hak Asasi Manusia” merupakan terjemahan dari droits de l’homme

(bahasa Perancis) yang memiliki arti sama. Etimologi kata “hak asasi manusia” dapat

dipecah menjadi tiga kata yaitu “hak”, “asasi”, dan “manusia”.

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

keberadaan makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib

dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap

orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. 5

Di Indonesia umumnya dipergunakan dengan istilah “ Hak-Hak Asasi”, yang

merupakan terjemahan dari basic rights dalam bahasa inggrs, ground rechten dalam

bahasa Belanda, sebagian orang menyebutkannya dengan istilah hak-hak fundamental

fundamentele richten sebagai terjemahan dari fundamental rights (inggris) dan

fundamentele richten (belanda) . diamerika Serikat di samping menggunakan istilah

human rights, dipakai juga dengan istilah civil rights serta termaktub juga dalam

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM . pasal 1 Butir 1 UU No. 39

TAHUN 1999 HAM adalah: “Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupukan

anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,

5
Firdaus Arifin, Hak Asasi Manusia Teori Perkembangan dan Pengaturan, Penerbit Thafa Media,
Bandung, 2019, h. 7

7
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan

martabat manusia”.6

Pengertian hak-hak manusia yang merupakan alih bahasa dari istilah droits de i’

homme yang rangkaian lengkapnya berbunyi Declaration des droits de i’ homme et du

Citoyen atau pernyataan hakhak manusia warga negara Prancis yang diproklamirkan

pada tahun 1789, sebagai pencerminan keberhasilan revolusi warga negaranya yang

bebas dari kekangan kekuasaan tunggal negara tersebut. Menurut prof. A. Mansyur

Effendy sebagaimana dikutip oleh Dr. Nurul qamar, S.H.,M.H. menyatakan bahwa

selama ini, Hak asasi manusia sering juga disebut hak kodrat, hak dasar manusia, hak

mutlak atau dalam bahasa inggris disebut natural rights, human rights, dan

fundamental rights. Dalam bahasa belanda dikenal dengan ground rechten, mense

rechten,dan rechten van mens.7

Hak-hak diatas merupakan hak yang melekat pada martabat manusia sebagai

insan ciptaan Tuhan yang Maha Esa, atau hak-hak dasar yang prinsipil sebagai

anugerah Ilahi. hak-hak asasi manusi merupakan hak-hak yang dimiliki manusia

menurut kodratnya, yang tidak bisa dipisahkan dari hakekatnya. Karena itu hak asasi

manusia bersifat luwes dan suci. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hak asasi

adalah kewenangan atau kekuasaan untuk berbuat sesuatu. Sedangkan kata asasi

adalah bersifat pokok. Dengan demikian, hak asasi manusia adalah hak dasar pokok

yang dimiliki oleh setiap manusia. Hak ini sangat mendasar sifatnya bagi kehidupan

6
Qamar Nurul, Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Demokrasi, Sinar Grafik, Jakarta Timur,
2013, h. 17
7
Ibid. h. 15

8
manusia dan merupakan hak kodrati yang tidak bisa dipisahkan dari diri dan kehidupan

manusia.

Dengan demikian, bahwa sebenarnya Hak Asasi Manusia itu hak yang dimiliki

manusia yang telah diperoleh dan dibawahnya bersamaan dengan kelahiran dan

kehadirannya didalam kehidupan masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu

dimiliki tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama dan kelamin. Dari karena itu

bersifat asasi serta universal. Dasar dari hak asasi ialah bahwa manusia harus

memperoleh kesempatan untuk berkembang sesui dengan bakat dan cita-citanya.

Kebebasan dasar dan hak-hak dasar itulah yang disebut hak asasi manusia yang

melekat pada manusia secara kodrat sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.Hak-hak

ini tidak dapat diingkari.Pengingkaran terhadap hak tersebut berarti mengingkarai

martabat kemanusiaan.Oleh karena itu, negara pemerintah, atau organisasi apapun

mengemban kewajiban untuk mengakui dan melindungi hak asasi manusia pada setiap

manusia tanpa kecuali.Ini berarti bahwa hak asasi manusia harus selalu menjadi titik

tolak dan tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Prinsip HAM pada awalnya berasal dari pemikiran Liberal Barat, yakni

ketika para filsuf berhadapan dengan bangkitnya kekuasaan negara dan meningkatnya

individualisasi warga negara.

Secara filosofis, berbagai dokumen HAM terdapat adanya perbedaan muatan

nilai dan orientasi. Di Inggris menekankan pada pembatasan raja, di Amerika Serikat

9
mengutamakan kebebasan Individu, di Perancis memprioritaskan egalitarianisme

persamaan kedudukan di hadapan hukum, di Rusia tidak diperkenalkan hak individu

tetapi hanya mengakui hak sosial. Sementara itu PBB merangkum berbagai nilai dan

orientasi sebagai kesepakatan berbagai negara setelah mengalami revolusi Perang

Dunia II yang akhirnya melahirkan pengakuan prinsip kebebasan perseorangan,

kekuasaan hukum serta demokrasi sebagaimana diformulasikan dalam Preambule

Atlantik Charter 1945.8

2.2. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia

Hak asasi manusia sebagaimana termaktub dalam piagam PBB. Kemudian

diikuti dan dimuat dalam konstitusi dan perundangundangan negara anggota PBB,

termasuk oleh negara Indonesia. Perkembangan Hak asasi manusia di Indonesia telah

dimulai pada saat para the Founding Father akan merumuskan dasar negara, mereka

bersepakat bahwa negara ini harus bertanggung jawab atas terselenggaranya

kemanusiaan yang adil dan beradab. Hak asasi manusia di Indonesia telah digulirkan

sejak negara ini akan merumuskan dasar negara dan berkembang sampai saat ini,

usaha para The founding Father dalam memasukan muatan materi Hak asasi manusia

kedalam landasan negara tentunya dimaksudkan agar negara ini dapat menghadirkan

keadilan sosial dan perikemanusiaan bagi warga negara Indonesia, Periodesasi

amandemen Peraturan perundangundangan telah menunjukan bahwa pada setiap

8
Firdaus Arifin, Hak Asasi Manusia Teori Perkembangan dan Pengaturan, Penerbit Thafa Media,
Bandung, 2019, h. 7

10
fasenya persoalan Hak Asasi manusia sangat krusial untuk ditemukan solusinya, negara

indonesa semakin berbenah dan berupaya agar Hak- Hak asasi setiap warganya dapat

dijamin melalui produk hukum yang dibuat nya.

Sejarah perkembangan hak-hak asasi manusia memiliki keterkaitan dengan

ajaran negara hukum.Sebuah negara yang berlandaskan hukum mensyaratkan jaminan

atas hak-hak asasi manusia. Jaminan tersebut termaktub dalam konstitusi negara

Indonesia. Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada pancasila.

Yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah bangsa, yakni

Pancasila. Bermuara pada Pancasila dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak asasi

manusia tersebut harus memperhatikan garisgaris yang telah ditentukan dalam

ketentuan falsafah Pancasila. Bagi bangsa Indonesia, melaksanakan hak asasi manusia

bukan berarti melaksanakan dengan sebebas-bebasnya, melainkan harus

memperhatikan ketentuanketentuan yang terkandung dalam pandangan hidup bangsa

Indonesia, yaitu Pancasila. Hal ini disebabkan pada dasarnya memang tidak ada hak

yang dapat dilaksanakan secara multak tanpa memperhatikan hak orang lain.

Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika dalam melaksanakan hak, kita

tidak memperhatikan hak orang lain,maka yang terjadi adalah benturan hak atau

kepentingan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Negara Republik

Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar

11
manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat dan tidak terpisah dari manusia yang

harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusisan,

kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.

Di Indonesia secara garis besar disimpulkan, hak-hak asasi manusia itu dapat

dibeda-bedakan menjadi sebagai berikut :

1. Hak-hak asasi pribadi (personal rights) yang meliputi kebebasan menyatakan

pendapat, kebebasan memeluk agama, dan kebebasan bergerak.

2. Hak-hak asasi ekonomi (property rights) yang meliputi hak untuk memiliki

sesuatu, hak untuk membeli dan menjual serta memanfaatkannya.

3. Hak-hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta dalam

pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih dalam pemilu) dan hak untuk

mendirikan partai politik.

4. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan

pemerintahan ( rights of legal equality).

5. Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan ( social and culture rights). Misalnya hak

untuk memilih pendidikan dan hak untukmengembangkan kebudayaan.

6. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan

(procedural rights). Misalnya peraturan dalam hal penahanan, penangkapan,

penggeledahan, dan peradilan.

12
2.3 Pengertian Hukum Nasional

Hukum di Indonesia pada dasarnya diciptakan untuk mengatur dan

mengarahkan perilaku manusia atau masyarakat kearah yang baik, hal ini ditangkan

dalam undang undang baik tertulis maupun yang tidak tertulis. Hukum tersebut

memiliki konsekuensi hukuman yang harus diterima bagi pelanggar undang undang itu

sendiri, dari sanksi sosial, sanksi denda bahkan sanksi pidana yang dapat dipenjaranya

pelanggar peraturan tersebut. Hukum yang berlaku di Indonesia memiliki beberapa

sumber yang sebelum merdeka sudah berlaku, antara lain hukum yang bersumber dari

agama, hukum yang bersumber dari adat atau kebiasaan dan hukum yang bersumber

dari negara lain yang menjajah Indonesia.

Ketiga sumber hukum tersebut sangat erat kaitannya dan tidk dapat dipisahkan

satu dengan lain, karena apabila hukum negara ditegakkan di wilayah yang sangat

menjunjung tinggi hukum adat maka keberadaan hukum itu sendiri akan berbenturan

dengan masyarakat. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan tujuan hukum itu

sendiri yaitu menciptakan mengatur dan mengarahkan manusia untuk lebih baik. Di

dalam Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Bab 1 Pasal 1 ayat

(3) dijelaskan bahwa “ Negara Indonesia adalah Negara Hukum “, hal ini menunjukkan

bahwa segala sesuatu yang terjadi. Dapat disimpulkan bahwa Hukum Nasional adalah

jenis hukum yang berlaku di dalam wilayah negara tertentu. Hukum nasional harus

dilaksanakan oleh warga negara tersebut.

13
2.4 Pembangunan Hukum Nasional di Indonesia

Pembangunan hukum dilaksanakan melalui pembaruan materi hukum dengan

tetap memperhatikan kemajemukan tataran hukum yang berlaku dan pengaruh

globalisasi sebagai upaya untuk meningkatkan kepastian dan perlindungan hukum,

penegakan hukum dan hak-hak asasi manusia (HAM), kesadaran hukum, serta

pelayanan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran, ketertiban, dan

kesejahteraan dalam rangka penyelenggaraan negara yang makin tertib, teratur,

lancar, serta berdaya saing global.

Hukum dalam penerapannya harus diarahkan untuk mencapai tujuan darimana

hukum itu berasal, jika hukum di Indonesia bersumber pada Pancasila maka setiap

produk perundang-undangan tidak mungkin terlepas dari sumbernya, yakni darimana

hukum dijiwai, dipersepsikan dan dalam penjabaranya atau diwujudkanya dalam

bentuk manifestasikanya harus selalu bernafaskan Pancasila. Negara yang sedang

membangun menunjukan fungsi hukum tidak hanya sebagai alat kontrol sosial atau

sarana untuk menjaga stabilitas semata, akan tetapi sebagai alat untuk melakukan

pembaharuan atau perubahan di dalam suatu masyarakat, as a tool of social control

politik hukum pidana (kebijakan hukum pidana) sebagai salah satu dalam

menanggulangi kejahatan dalam penegakan hukum pidana yang rasional.

Lawrence M. Friedman mengemukakan adanya 3 (tiga) pilar penting

dalam pembangunan hukum, yakni substansi (substance), struktur (structure), dan

14
budaya/kultur (culture). Secara ideal, ketiga pilar pembangunan hukum nasional itu

harus berjalan serasi, selaras, dan seimbang karena ketiga hal tersebut sangat

berkaitan erat satu sama lain. Di samping itu, dari sisi tujuan hukum, Gustav Radbruch

menyatakan bahwa tujuan hukum yaitu keadilan, kepastian dan kemanfaatan.

Keadilan harus mempunyai posisi yang pertama dan yang paling utama dari pada

kepastian hukum dan kemanfaatan. Secara historis, pada awalnya menurut Gustav

Radburch tujuan kepastian hukum menempati peringkat yang paling atas diantara

tujuan yang lain. Namun, setelah melihat kenyataan bahwa dengan teorinya tersebut

di Jerman di bawah kekuasaan Nazi melegalisasi praktek-praktek yang tidak

berperikemanusiaan selama masa Perang Dunia II dengan jalan membuat hukum yang

mensahkan praktek-praktek kekejaman perang pada masa itu.9

Pasal 1 ayat (3) UUDNRI Tahun 1945 mengatur bahwa “Negara Indonesia adalah

negara hukum”. Pasal ini berimplikasi bahwa segala aspek penyelenggaraan negara

harus berdasarkan hukum (rechtsstaat) dan bukan berdasarkan kekuasaan

(machtstaat) dengan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara dan

UUD NRI Tahun 1945 sebagai hukum dasar dan hierarki tertinggi dalam peraturan

perundang-undangan. Sistem hukum memerlukan perencanaan jangka panjang

sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang perlu dilakukan

secara bertahap untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur sebagaimana

diamanatkan oleh UUDNRI Tahun 1945. Hal ini menjadi penting karena perubahan

UUDNRI Tahun 1945 telah mengakibatkan terjadinya perubahan dalam pengelolaan

9
Op.Cit, h.24

15
pembangunan, yaitu dengan tidak dibuatnya lagi Garis-Garis Besar Haluan Negara

(GBHN) sebagai pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional.

Hukum merupakan sebuah sistem pengawas perilaku (ethical control). Wujud

hukum berupa norma yang merupakan produk dari suatu pusat kekuasaan yang

memiliki kewenangan untuk menciptakan dan menerapkan hukum. Hukum sebagai

suatu sistem kontrol searah yang dilakukan oleh suatu central organ yang memiliki

kekuasaan. Kontrol searah mengandung pengertian bahwa kontrol hanya berlangsung

dari suatu organ tertentu yang diberi kapasitas dan fungsi untuk itu. Kontrol searah

juga bersifat otomatis-mekanis yang menuntun perilaku.10

Pada masa reformasi, khususnya dalam periode pemerintahan 2009-2014,

strategi pembangunan hukum nasional secara yuridis mengacu pada Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun

2005-2025. Dalam BAB II huruf G Lampiran Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 dijabarkan

bahwa upaya perwujudan sistem hukum nasional dalam era reformasi terus

dilanjutkan dengan meliputi pembangunan substansi hukum, penyempurnaan struktur

hukum yang lebih efektif, dan peningkatan keterlibatan seluruh komponen masyarakat

yang mempunyai kesadaran hukum tinggi untuk mendukung pembangunan sistem

hukum nasional yang dicita-citakan.

10
Endarwati N, Jurnal Sistem Hukum dan Pembangunan Hukum , Volume khusus, Desember
2007 , hlm .15

16
Pembangunan substansi hukum, khususnya hukum tertulis, dilakukan melalui

mekanisme pembentukan hukum nasional yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan

pembangunan dan aspirasi masyarakat, yaitu berdasarkan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Dengan ditetapkannya undang-undang

tersebut, proses pembentukan hukum dan peraturan perundang-undangan dapat

diwujudkan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar yang mengikat

semua lembaga yang berwenang untuk membuat peraturan perundang-undangan

serta meningkatkan koordinasi dan kelancaran proses pembentukan hukum dan

peraturan perundang-undangan.

Secara struktural, amandemen UUD NRI Tahun 1945 juga telah membawa

perubahan mendasar dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia, misalnya di

bidang kekuasaan kehakiman dengan dibentuknya Mahkamah Konstitusi yang

mempunyai hak menguji Undang-Undang terhadap UUD NRI Tahun 1945 dan Komisi

Yudisial yang berwenang melakukan pengawasan terhadap sikap tindak dan perilaku

hakim. Saat ini Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 dan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial juga diubah dengan Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2011. Perubahan kedua UU tersebut dilakukan dengan pertimbangan

antara lain untuk mengimbangi cepatnya dinamika kehidupan ketatanegaraan

sehingga menyebabkan sebagian substansi dari kedua UU tersebut perlu disesuaikan

17
dengan perkembangan kebutuhan hukum masyarakat dan kehidupan ketatanegaraan.

Hal ini dilakukan untuk lebih menjamin penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang

merdeka guna menegakkan hukum dan keadilan sesuai dengan Pasal 24 ayat (1) UUD

NRI Tahun 1945, sehingga penyelenggaraan fungsi negara di bidang hukum dapat

dilakukan secara lebih efektif dan efisien.

Pada dasarnya pembangunan hukum mengandung makna ganda, yaitu:

pertama, dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memperbaharui hukum positif

sendiri sehingga sesuai dengan kebutuhan untuk melayani masyarakat pada tingkat

perkembangannya yang mutakhir, suatu pengertian yang biasanya disebut sebagai

modernisasi hukum. Penegakan hukum merupakan upaya yang dilakukan untuk

menjadikan hukum sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik

oleh para subjek hukum yang bersangkutan maupun oleh aparatur penegak hukum

yang resmi diberi tugas dan wewenang oleh undang-undang untuk menjamin

berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara.

Terlepas dari adanya kelemahan-kelemahan yang ada, perdebatan tentang

hubungan antara hak, kewajiban dalam diri hukum itu sendiri akan terus berlangsung.

Satu hal yang pasti, hak mempunyai kedudukan/ derajat utama dan pertama dalam

konteks hukum dan Hak Asasi Manusia. Dalam rangka tercapainya keharmonisan

hubungan antar anggota masyarakat dalam praksisnya terkait dengan hak, kewajiban,

18
dan juga tanggung jawab. Tiga elemen tersebut secara proporsional akan mewujudkan

hubungan ideal antar anggota masyarakat. Selama ini Hak Asasi Manusia, yang sering

disebut hak kodrat, hak dasar, juga dengan natural right, menjadi bahan perdebatan

internasional yang tidak ada hentinya. Istilah-istilah tersebut menunjuk, sebagaimana

disebut di muka, titik beratnya pengakuan adanya hak asasi manusia. Dalam kehidupan

bermasyarakat lebih lanjut, hak asasi manusia selain bergandengan tangan dengan

kewajiban asasi juga tanggung jawab asasi. Sejak Indonesia merdeka bangsa ini telah

bersepakat menjadikan Pembukaan UUD 1945 sebagai kesepakatan luhur yang final

(modus vivendi).

Dalam Pembukaan UUD 1945 dicantumkan dasar dari negara ini di dirikan,

yakni Pancasila. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara membawa konsekuensi

bahwa hukum ketatanegaraan pun harus berbasis nilai-nilai Pancasila. Pancasila telah

ditetapkan sebagai rechtsidee maupun grundnorm, baik kedudukan sebagai rechtside

dan grundnorm , nilai- nilai Pancasila harus mewarnai, menjiwai pembaharuan hukum

di Indonesia, baik pada tataran substansial (materi hukum), struktural (aparatur

hukum) maupun kultural (budaya hukum). Pancasila harus disebutkan sebagai bintang

pemandu arah (leitztern) kebijakan pembaharuan hukum di Indonesia.

Kebijakan pembaharuan yang tidak menyinggung apa yang menjadi dasar

penentuan arah kebijakan pembangunan hukum, yakni Pancasila dapat dikatakan

masih bersifat parsial karena kurang melihat sisi pembangunan hukum nasional secara

19
integral yang seharusnya melibatkan pembicaraan tentang Pancasila sebagai bintang

pemandu arah (leitztern).

2.5 Peran HAM dalam Pembangunan Hukum Nasional di Indonesia

Pembangunan merupakan bagian dari hak asasi manusia. Upaya pengakuan

internasional atas status pembangunan sebagai HAM yang bersifat kolektif telah

dilakukan oleh negara-negara berkembang sejak tahun 1970-an. Upaya tersebut

menuai hasilnya pada saat Sidang PBB pada tahun 1986 mengeluarkan Deklarasi HAM

atas Pembangunan. Herry Priyono (1992)9 mencatat bahwa Deklarasi tersebut antara

lain berisi pengakuan HAM sebagai alat sekaligus tujuan pembangunan, tuntutan atas

perluasan partisipasi rakyat sebagai manifestasi HAM atas pembangunan, dan

kewajiban badan-badan pembangunan nasional serta internasional untuk

menempatkan HAM sebagai fokus utama dalam pembangunan.

Keterkaitan HAM dengan pembangunan menjadi semakin berkembang sejalan

dengan meningkatnya gerakan demokratisasi pada era tahun 1990-an. Pemerintahan

di berbagai belahan dunia menjadikan HAM sebagai salah satu prioritas penanganan

permasalahan pembangunan domestik dalam upaya mengadaptasi gejala pluralisme di

tingkat global. Keterkaitan HAM dengan pembangunan merupakan kebutuhan

domestik dan sekaligus desakan kebutuhan objektif internasional. Pembangunan

semestinya bisa selaras dengan penegakan HAM, baik di tingkat perencanaan maupun

pelaksanaan, karena pembangunan itu sendiri merupakan bagian dari manifestasi

HAM.

20
Dalam hal perencanaan pembangunan, bangsa Indonesia telah memiliki

pengalaman panjang dan beberapa kali perubahan. Rencana pembangunan yang

tertua dalam sejarah perencanaan pembangunan Indonesia adalah rumusan

perencanaan pembangunan “Dasar Pokok Daripada Plan Mengatur Ekonomi” pada

tanggal 12 April 1947 yang dipimpin oleh Mohammad Hatta. Beberapa bulan

berikutnya pada Juli 1947, I.J. Kasimo menyusun rencana pembangunan yang disebut

dengan “Plan Produksi Tiga Tahun RI”. Selanjutnya pada tahun 1961-1969 mulai

disusun Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana yang diketuai oleh Mr.

Muhammad Yamin. Rencana pembangunan tersebut kemudian dilanjutkan oleh

pemerintahan Orde Baru yang dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu rencana rencana

pembangunan jangka panjang 25 tahun, jangka menengah lima tahun dan jangka

pendek 1 tahun.

Berbagai pengalaman perencanaan pembangunan di Indonesia di masa lampau,

serta perkembangan di tingkat domestik dan global dewasa ini meniscayakan suatu

perubahan dalam perencanaan pembangunan. Perkembangan di tingkat domestik

(nasional) terkait dengan dicanangkannya otonomi daerah yang memberi peluang

yang lebih besar kepada daerah-dearah dalam menentukan arah pembangunan di

daerahnya, sementara perkembangan di tingkat global adalah berbagai perubahan

pada aspek-aspek kehidupan yang bersifat mondial, spektakuler, dan seringkali tidak

memberi kesempatan untuk mempersiapkan diri untuk meresponnya.

21
Perubahan yang sangat cepat dan didukung oleh meningkatnya globalisasi

mengakibatkan beberapa perubahan, yaitu: pertama, perekonomian akan semakin

terbuka; kedua, pergeseran pengendalian dan penguasaan modal dari pemerintah

kepada swasta semakin meningkat; dan ketiga, peranan pemerintah daerah semakin

besar dengan semakin kuatnya desentralisasi. Perubahan-perubahan tersebut

menurut Tirta Hidayat (1996) mempengaruhi peran dan fungsi perencanaan

pembangunan. Indonesia ke depan memerlukan perencanaan pembangunan yang

semakin bersifat kualitatif; perencanaan akan semakin mengarah ke perencanaan

parsial untuk bidang dan sektor tertentu yang menjadi prioritas; dan partisipasi, serta

suara rakyat akan semakin menentukan dalam perencanaan seiring dengan

peningkatan otonomi daerah dan perkembangan demokrasi.11

Hak atas pembangunan merupakan salah satu hak asasi yang fundamental yang

berakar pada piagam pbb, deklarasi umum hak asasi Manusia, Kovenan Internasional

tentang hak-hak sipil dan politik, dan Kovenan Internasional tentang hak-hak ekonomi,

sosial, dan budaya. deklarasi hak atas pembangunan (diterima Majelis umum pbb

lewat resolusi no. 41/128, 4 desember 1986) membuat hak ini menjadi eksplisit.

deklarasi ini menyatakan dengan tegas bahwa hak atas pembangunan adalah hak yang

tidak dapat dicabut (an inalienable right) dengan dasar bahwa setiap individu dan

seluruh umat manusia memiliki hak untuk berpartisipasi, berkontribusi, dan menikmati

pembangunan ekonomi, sosial, budaya, dan politik. deklarasi Wina dan program aksi

11
Tirta Hidayat, ”Model Perencanaan Pembangunan Nasional Masa Depan,” dalam Prisma Nomor
Khusus 25 Tahun 1971-1996.

22
tahun 1993 menegaskan kembali tentang keberadaan hak atas pembangunan ini

melalui konsensus.

Hak atas pembangunan ini pun dinyatakan kembali pada tahun 1995 lewat

dekrasasi Copenhagen, yang menegaskan hubungan antara hak asasi manusia dan

pembangunan. Melalui konsensus barunya, deklarasi Copenhagen menyatakan bahwa

masyarakat harus ditempatkan sebagai pusat perhatian untuk pembangunan yang

berkelanjutan, berjanji untuk memerangi kemiskinan, meningkatkan pekerjaan secara

penuh dan produktif, serta membantu mencapai perkembangan integrasi sosial yang

stabil, aman, dan berkeadilan sosial untuk semua.

Terbitan ini merupakan prinsip-prinsip dan panduan dasar untuk

mengintegrasikan hak asasi manusia ke dalam usaha-usaha pembangunan. Lebih

spesifik lagi, prinsip-prinsip dan panduan ini ditujukan bagi para pengambil keputusan

dan praktisi yang terlibat dalam perancangan serta implementasi pembangunan dalam

rangka penerapan pendekatan hak asasi manusia.

Oleh karena telah diterima secara luas bahwa strategi pembangunan harus

“dimiliki negara”, serta hukum hak asasi manusia internasional utamanya adalah

mengatur hubungan antara negara dan individu, maka fokus utama dari panduan-

panduan ini adalah mengenai peran negara. Meskipun demikian, panduan ini juga

dapat berguna bagi aktor-aktor yang lain, seperti organisasi-organisasi masyarakat

sipil, institusi-institusi hak asasi manusia nasional, lembaga-lembaga dalam sistem pbb,

23
ataupun organisasi lainnya yang memiliki komitmen untuk mewujudkan pembangunan

yang berlandaskan hak-hak asasi manusia.

Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya

pembangunan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. Untuk mencapai tujuan

tersebut pelaksanaan pembangunan harus senantiasa memperhatikan keselarasan,

keserasian dan keseimbangan unsur pembangunan.

Implementasi dari Undang - Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional adalah Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) tahun 2004 - 2005, yang mempunyai agenda Mewujudkan Indonesia yang adil

dan demokratis diarahkan untuk mencapai 5 sasaran pokok, salah satu prioritas

pembangunan nasional yaitu, meningkatnya keadilan dan penegakan hukum yang

tercermin dari terciptanya sistem hukum yang adil, konsekuen, dan tidak diskriminatif

serta yang memberikan perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia,

terjaminnya konsistensi seluruh peraturan perundang - undangan di tingkat pusat dan

daerah dengan prioritas pembangunan yang diletakkan pada pembenahan sistem

hukum nasional dan politik hukum, penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk,

serta penghormatan, pemenuhan, penegakan atas hukum dan pengakuan atas hak

asasi manusia.

24
Pembangunan di bidang hukum merupakan salah satu bidang yang mempunyai

peranan penting dalam Pembangunan Nasional. Pembangunan hukum nasional

dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia dalam rangka

membangun masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan nasional yang

dilaksanakan oleh bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan pembangunan

manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya.

Unsur masyarakat terkecil dari suatu negara adalah keluarga. Kesejahteraan,

ketentraman, dan keserasian dalam masyarakat besar (bangsa) sangat bergantung

pada kesejahteraan, ketentraman, dan keserasian keluarga. Keluarga terbentuk

melalui perkawinan. Menurut Pasal 1 Undang - Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan, ”Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan

seseorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Selanjutnya

menurut Pasal 2 ayat 1 Undang – Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan,

”Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing - masing agamanya

dan kepercayaannya itu”.

Pada masa sekarang ini banyak sekali segi-segi kehidupan masyarakat yang

berubah dan berkembang pesat. Perubahan ini tentu saja sangat mem- pengaruhi

perkembangan hukum yang ada di Indonesia. Pembangunan di segala bidang pun

senantiasa dilaksanakan, termasuk pembangunan hukum melalui pembaharuan

hukum dalam rangka pengembangan atau pembangunn hukum nasional yang

25
bersumber pada Pancasila dan UUD 1945 yang tidak melepaskan kepentingan

masyarakat sesuai dengan konsep HAM. Meski secara teoritis berhasilnya revolusi

Indonesia yang titik kulminasinya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17

Agustus 1945 dengan sendirinya dikatakan menciptakan hukum nasional, ia hanya

melegakan dalam arti politik saja.

Secara hukum justru teori revolusi tersebut sampai kini memprihatikan bangsa

Indonesia, karena bukankah masih cukup banyak peraturan hukum dibidang

kehidupan yang mendasar dan menyentuh hajat hidup orang banyak masih dikuasai

peraturan hukum berasal dari zaman penjajahan, seperti Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPdt), dan Kitab Undang-

Undang Hukum Dagang (KUHD) yang seyogyanya masih ada pertentangan substansi

dengan konsep Hak Asasi Manusia di Indonesia. Keadaan ini tentunya telah disadari,

dan kesadaran tersebut menumbuhkan semangat untuk melakukan pembaharun atau

pembangunan hukum nasional. Hendak- nya untuk membangun suatu sistem hukum

atas dasar nilai-nilai baru keroha- nian Pancasila. Ide seperti ini memberikan tempat

yang luas untuk menggali asas- asas hukum adat dalam membuat peraturan

perundang-undangan agar sesuai dengan cita-cita hukum Indonesia, yaitu

bersemangatkan Pancasila dan UUD 1945 yang di dalamnya terdapat pengakuan

terhadap hak-hak dasar manusia sebagai perwujudan hak asasi manusia (HAM).

26
HAM sangat berperan penting dalam Pembangunan Hukum nasional untuk

1. menjamin integrasi bangsa dan negara baik secara ideologis maupun secara

teritorial;

2. berdasarkan atas kesepakatan rakyat baik diputuskan melalui musyawarah

mufakat maupun pemungutan suara, dan hasilnya dapat diuji konsistensinya

secara yuridis dengan rechtsidee;

3. dapat mewujudkan kesejahteraan umum dan keadilan sosial;

4. dapat mewujudkan toleransi beragama yang berkeadaban, dalam arti tidak

boleh mengistimewakan atau mendiskriminasikan kelompok-kelompok atau

golongan-golongan tertentu.

Selain itu, sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, pembentukan hukum nasional

perlu dilandasi asas pengayoman, kemanusiaan, kebangsaan, kekeluargaan,

kenusantaraan, bhinneka tunggal ika, keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukum

dan pemerintahan, ketertiban dan kepastian hukum, keseimbangan, keserasian, dan

keselarasan. Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan ini merupakan

derivasi dari nilai-nilai luhur Pancasila sebagai cita hukum(rechtsidee). Dengan

demikian, Pancasila menjadi ruh dan spirit yang menjiwai pembangunan hukum

nasional.

27
Pembangunan secara sederhana mengandung pengertian upaya melakukan

perbaikan dari kondisi yang kurang baik menuju ke arah yang lebih baik. Menurut

pengertian ini pembangunan bisa semakna dengan pembaharuan. Pembaharuan

(reform) merupakan upaya untuk melakukan reorientasi dan reformasi terhadap

sesuatu hal yang akan ditempuh melalui kebijakan.

Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua paradigma

besar; modernisasi dan ketergantungan. Paradigma modernisasi mencakup teori-teori

makro tentang pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial dan teori-teori mikro

tentang nilai-nilai individu yang menunjang proses perubahan. Paradigma

ketergantungan mencakup teori-teori keterbelakangan (under-development)

ketergantungan (dependent development) dan sistem dunia (world system theory).

Dari paradigma tersebut muncullah pengertian pembangunan.

Pembangunan adalah sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya.

Pembangunan juga dapat diartikan sebagai proses perubahan yang dilakukan melalui

upaya-upaya secara sadar dan terencana. Menurut Sondang P. Siagian pembangunan

adalah sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang

berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah,

menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building ). Pembangunan

mencakup semua proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai

aspek kehidupan masyarakat. Makna paling penting dari proses pembangunan ialah

adanya kemajuan, perbaikan, pertumbuhan dan terukur. Proses pembangunan terjadi

28
dan diperlukan di semua aspek kehidupan masyarakat seperti, ekonomi, sosial,

budaya, politik, dan hukum, dan sebagainya.

Hukum seperti yang disebutkan di dalam Oxford English Dictionary yaitu

kumpulan aturan baik sebagai hasil pengundangan formal maupun kebiasaan, di mana

suatu negara atau masyarakat tertentu mengaku terikat sebagai anggota atau sebagai

subyeknya. Hukum merupakan sebuah sistem pengawas perilaku (ethical control).

Wujud hukum berupa norma yang merupakan produk dari suatu pusat kekuasaan yang

memiliki kewenangan untuk menciptakan dan menerapkan hukum. Hukum sebagai

suatu sistem kontrol searah yang dilakukan oleh suatu central organ yang memiliki

kekuasaan. Kontrol searah mengandung pengertian bahwa kontrol hanya berlangsung

dari suatu organ tertentu yang diberi kapasitas dan fungsi untuk itu. Kontrol searah

juga bersifat otomatis-mekanis yang menuntun perilaku .

Pembangunan hukum tidak terbatas pada kegiatan-kegiatan legislasi saja,

melainkan pada upaya menjadikan hukum alat rekayasa sosial (social engineering).

Dengan kata lain maksud pembangunan hukum adalah mewujudkan hukum di tengah-

tengah masyarakat. Pembangunan hukum merupakan upaya membentuk hukum baru

guna memperbarui hukum lama yang sudah tidak relevan. Memperbarui artinya

menggantikan hukum-hukum lama dengan hukum yang baru.

Pembangunan hukum berarti membangun suatu tata hukum, beserta perangkat

yang berkaitan dengan tegaknya kehidupan tata hukum tersebut. Suatu tata hukum

pada umumnya merupakan seperangkat hukum tertulis yang dilengkapi dengan

29
hukum tidak tertulis sehingga membentuk suatu sistem hukum yang bulat dan berlaku

pada suatu saat dan tempat tertentu. Berlaku pada suatu saat dan tempat tertentu

berarti bergantung pada suatu kelompok orang dan pandangan hidup yang

mengikatnya dalam kurun waktu tertentu. Memiliki hukum sendiri bagi bangsa

Indonesia merupakan upaya menampakkan jati diri bangsa sesuai dengan harapan dan

cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia seperti termuat dalam Pembukaan UUD NRI

1945. Sudah ada upaya dan usaha yang dilakukan oleh bangsa Indonesia dalam rangka

menuju cita-cita tersebut, yaitu adanya program Pembinaan Hukum Nasional. Tidak

adanya hukum nasional merupakan salah satu problematika pembangunan hukum di

Indonesia, dan merupakan problematika yang muncul sejak awal-awal kemerdekaan

Republik Indonesia.

Suatu hal yang harus diperhatikan bahwa pembangunan di bidang hukum harus

berdasar atas landasan cita- cita yang terkandung pada pandangan hidup, kesadaran

dan cita-cita moral yang luhur yang meliputi suasana kejiwaan serta watak dari bangsa

Indonesia yang ditemukan dalam Pancasila dan UUD NRI 1945. Hukum sebagai

perwujudan nilai-nilai mengandung arti bahwa kehadirannya adalah untuk melindungi

dan memajukan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Hukum bukan

merupakan institusi teknik yang kosong moral dan steril terhadap moral.

Pembangunan hukum diarahkan pada terwujudnya sistem hukum nasional yang

mengabdi kepada kepentingan nasional dengan penyusunan awal materi hukum

secara menyeluruh yang bersumber pada Pancasila dan UUD NRI 1945, khususnya

30
penyusunan produk hukum baru yang sangat dibutuhkan untuk mendukung tugas

umum pemerintahan dan pembangunan nasional.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. HAM (hak asasi manusia) adalah seperangkat hak kodrati yang merupakah hak dasar

dan telah melekat pada diri seseorang semenjak lahir, sebagai pemberian langsung

dari Tuhan yang Maha Esa, yang sudah pasti dimiliki oleh setiap individu tanpa

pengecualian, karena HAM bersifat universal. HAM tidak dapat dicabut maupun

dirampas melainkan harus dijunjung tinggi dan wajib untuk dihormati, dilindungi oleh

setiap orang, negara, pemerintah dan hukum, atas kehormatan dan perlindungan

harkat dan martabat manusia. Sebagai negara hukum, negara memiliki suatu

kewajiban di dalam melindungi hak asasi manusia warga negaranya. Yang mana salah

satu ciri yang melekat di dalam negara hukum adalah terjaminnya perlindunagn hak

asasi manusia yang telah tercantun di dalam ideologi negara maupun hukum nasional.

2. Pembangunan hukum diarahkan pada makin terwujudnya sistem hukum nasional

yang bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang mencakup

pembangunan materi hukum, struktur hukum termasuk aparat hukum dan sarana

serta prasarana hukum serta perwujudan masyarakat yang mempunyai kesadaran dan

budaya hukum yang tinggi dalam rangka mewujudkan negara hukum, menciptakan

31
kehidupan masyarakat yang adil dan demokratis. Pembangunan hukum diarahkan

kepada upaya mewujudkan sistem hukum nasional yang mantap yang mampu

berfungsi baik sebagai sarana untuk mewujudkan ketertiban dan kesejahteraan,

maupun sebagai sarana untuk melakukan pembangunan.

3. HAM sangat berperan penting dalam Pembangunan Hukum nasional untuk

1. menjamin integrasi bangsa dan negara baik secara ideologis maupun secara

teritorial;

2. berdasarkan atas kesepakatan rakyat baik diputuskan melalui musyawarah

mufakat maupun pemungutan suara, dan hasilnya dapat diuji konsistensinya

secara yuridis dengan rechtsidee;

3. dapat mewujudkan kesejahteraan umum dan keadilan sosial;

4. dapat mewujudkan toleransi beragama yang berkeadaban, dalam arti tidak

boleh mengistimewakan atau mendiskriminasikan kelompok-kelompok atau

golongan-golongan tertentu.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Beriansyah, 1993, Dokumen-dokumen Pokok Mengenai Hak Asasi Manusia

Edisi Kedua, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia ( UI-Press ), hlm.610.

2. http://repository.unissula.ac.id/12029/2/babI.pdf

3. https://fh.umj.ac.id/arah-pembangunan-hukum-nasional-menurut-undang-

undang-dasar-negara-republik-indonesia-tahun-1945/.

4. http://repository.uinbaten.ac.id/3477/5/BAB%20II.pdf

5. http://osf.io/acwxz/download

6. http://repository.ut.ac.id/3929/1/PKHI4314-M1.pdf

7. http://Isc.bphn.go.id/artikel?id=365

33

Anda mungkin juga menyukai