2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan hidayah dan inay
ah- Nya berupa kemampuan berpikir dan analis sehingga terselesainya makalah Mata
Kuliah Hukum Kesehatan dengan judul “SEJARAH HAK ASASI MANUSIA DALAM
PELAYANAN KESEHATAN”. Makalah ini disusun melalui berbagai tahap, baik melalui foru
m diskusi kelompok maupun pembahasan intensif oleh kelompok kami. Makalah ini tidak ak
an mungkin terwujud tanpa adanya komitmen dan kerjasama yang harmonis diantara pihak
yang terlibat. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan tertinggi dan ucapan terim
a kasih kepada:
1. Dosen mata kuliah Hukum Kesehatan, yang telah membimbing kami dalam penulisan
makalah ini.
2. Seluruh teman-teman kami, yang telah memberikan bantuan berupa moral dan support
sehingga, bisa terselesainya makalah Hukum Kesehatan dengan judul “SEJARAH HAK
ASASI MANUSIA DALAM PELAYANAN KESEHATAN”. Akhirnya, tiada usaha yang
besar akan berhasil tanpa dimulai oleh usaha yang kecil.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………….............4
B. Tujuan ………………………………………………………………………….......4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ...................................................................................................15
B. Saran ………………………………………………………………………….........15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perlindungan HAM memiliki sejarah yang panjang. Sejak abad ke-13 perjuangan untu
k mengukuhkan jaminan perlindungan HAM telah dimulai. Namun usaha ini mengalami
kemajuan pesat pada abad ke-20. Kemajuan dalam usaha perlindungan HAM pada abad k
e-20 diilhami oleh terjadinya dua kali perang dunia yang ditandai dengan penistaan terhad
ap sejumlah hak dasar manusia, termasuk hak hidup. Tidak lama kemudian, usaha ini tela
h menjelma menjadi suatu gerakan global. Bahkan belakangan, isu-isu HAM menjadi kat
a kunci yang menentukan keberhasilan diplomasi suatu negara dalam pergaulan internasio
nal.
Definisi HAM menurut Pasal 1 Angka 1 UU No. 39/1999 tentang HAM adalah sepera
ngkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan dan m
erupakan anugerah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dilindungi negara, hukum, pe
merintah, dan tiap orang, demi kehormatan, harkat, dan martabat manusia, dengan demiki
an HAM merupakan hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yan
g berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara
yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia tanpa membeda-bedakan s
tatus, golongan, keturunan, jabatan, dan lain-lain.
B. Tujuan
1. Mengetahui Sejarah dan jenis-jenis HAM
2. Mengetahui HAM dalam pelayanan kesehatan
3. Mengetahui Hak dan kewajiban tenaga Kesehatan
4. Mengetahui Hak dan kewajiban pasien
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
berbeda. Pengertian HAM luas, menunjuk hak-hak yang mendapat pengakuan
internasional yang dibela dan dipertahankan internasional.
2. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengartikan HAM dengan istilah ha
k dasar atau yang pokok, secara umum, HAM dapat diartikan sebagai hak-hak
dasar atau pokok yang melekat pada manusia, di mana tanpa hak-hak dasar ter
sebut manusia tidak dapat hidup sebagai manusia.
3. Pemahaman HAM bagi bangsa Indonesia :
a. Hak asasi merupakan hak dasar seluruh umat manusia tanpa ada perbe
daan. Mengingat hak dasar merupakan anugerah dari Tuhan Yang Mah
a Esa, maka pengertian Hak asasi manusia adalah hak sebagai anugera
h Tuhan Yang Maha Esa yang melekat pada diri manusia, bersifat kodr
ati, universal dan abadi, berkaitan dengan harkat dan martabat manusia.
b. Setiap manusia diakui dan dihormati mempunyai hak asasi yang sama t
anpa membedakan jenis kelamin, warna kulit, kebangsaan, agama, usia
pandangan politik, status sosial, dan bahasa serta status lain. Pengabai
an atau perampasannya, mengakibatkan hilangnya harkat dan martabat
sebagai manusia, sehingga kurang dapat mengembangkan diri dan pera
nannya secara utuh.
c. Bangsa Indonesia menyadari bahwa hak asasi manusia bersifat historis
dan dinamis yang pelaksanaannya berkembang dalam kehidupan berm
asyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Penggolongan HAM dapat dibedakan dalam beberapa aspek, antara lain, yaitu:
6
Hak atas hidup, hak atas kebebasan dan keamanan pribadi, hak atas
kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama;
Hak yang sama bagi perempuan dan laki-laki untuk menikmati hak sipil
dan hak politik, hak seseorang untuk diberi tahu alasan-alasan pada saat
penangkapan persamaan hak dan tanggung jawab antara suami-istri, hak
atas kebebasan berekspresi.
4. Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (dimuat dalam international covenant on
economic, social, and cultural rights dan terdiri dari 13 pasal) antara lain memuat
hak untuk menikmati kebebasan dari rasa ketakutan dan kemiskinan, larangan
atas diskriminasi ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, persamaan hak antara
laki-laki dan perempuan untuk menikmati ekonomi, sosial, dan budaya; hak
untuk mendapatkan pekerjaan; hak untuk memperoleh upah yang adil bagi buruh
laki-laki dan perempuan; hak untuk membentuk serikat tani(buruh, hak untuk
mogok, hak atas pendidikan, hak untuk bebas dan kelaparan.
HAM bersifat universal, yang berarti bahwa seseorang berhak atas hakhak terseb
ut karena ia adalah manusia. Jadi setiap orang harus diperlakukan sesuai dengan hak-
hak itu, dan merupakan sarana etis dan hukum untuk melindungi individu, kelompok
dan golongan lemah terhadap kekuatan-kekuatan dan kekuasaan-kekuasaan yang me
nindas hak itu dalam masyarakat modern. Deklarasi Wina (1993) menyebutkan adala
h kewajiban negara untuk menegakkan HAM dan menganjurkan pemerintah untuk m
enegakkan standar-standar yang terdapat dalam instrumen-instrumen HAM internasi
onal ke dalam hukum nasional. Proses mengadopsi dan menetapkan pemberlakuan in
strumen HAM inilah yang disebut sebagai ratifikasi.
Dalam konteks negara modern, HAM telah menjadi alat anggota masyarakat unt
uk menghadapi kekuasaan dominan dan cenderung menindas (seperti aparatus atau al
at-alat negara baik birokrasi sipil maupun militer). Soal HAM memang berkaitan erat
dengan soal demokrasi. Justru, di negara-negara demokrasi inilah HAM itu mendapat
perlindungan yang paling kuat. Dengan adanya parlemen yang efektif, kehakiman in
dependen, partai-partai politik yang mapan, lembaga pers yang bebas dan sebagainya
maka sama sekali tidak mudah bagi pemerintah untuk melanggar hak-hak asasi raky
atnya (IRE, 2008).
7
B. HAM Dalam Pelayanan Kesehatan
Dalam upaya untuk menghormati (to respect), melindungi (to protect) dan me
menuhi (to fulfil) sebagai kewajiban negara mengimplementasikan norma-norma HA
M pada hak atas kesehatan harus memenuhi prinsip-prinsip :
1. Ketersediaan. Pelayanan kesehatan, dimana negara diharuskan memiiki
sejumlah pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk;
2. Aksesibilitas. Fasilitas kesehatan, barang dan jasa, harus dapat diakses
oleh tiap orang tanpa diskriminasi dalam jurisdiksi negara. Aksesibilitas
memiliki empat dimensi yang saling terkait yaitu :tidak diskriminatif,
terjangkau secara fisik, terjangkau secara ekonomi dan akses informasi
untuk mencari, menerima dan atau menyebarkan informasi dan ide
mengenai masalah-masalah kesehatan.
3. Penerimaan. Segala fasilitas kesehatan, barang dan pelayanan harus
diterima oleh etika medis dan sesuai secara budaya, misalnya menghormati
kebudayaan individu-individu, kearifan lokal, kaum minoritas, kelompok
dan masyarakat, sensitif terhadap jender dan persyaratan siklus hidup. Juga
dirancang untuk penghormatan kerahasiaan status kesehatan dan
peningkatan status kesehatan bagi mereka yang memerlukan.
4. Kualitas. Selain secara budaya diterima, fasilitas kesehatan, barang, dan
jasa harus secara ilmu dan secara medis sesuai serta dalam kualitas yang
baik. Hal ini mensyaratkan antara lain, personil yang secara medis
berkemampuan, obat-obatan dan perlengkapan rumah sakit yang secara il
mu diakui dan tidak kadaluarsa, air minum aman dan dapat diminum, serta
sanitasi memadai.
Sementara itu dalam kerangka 3 bentuk kewajiban negara untuk memenuhi hak at
as kesehatan dapat dijabarkan sebagai berikut :
8
kesehatan, antara lain : menghindari kebijakan limitasi akses pelayanan
kesehatan, menghindari diskriminasi, tidak menyembunyikan atau
misrepresentasikan informasi kesehatan yang penting, tidak menerima
komitmen internasional tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap
hak atas kesehatan, tidak menghalangi praktek pengobatan tradisional yang
aman, tidak mendistribusikan obat yang tidak aman.
b. Melindungi hak atas kesehatan
Kewajiban utama negara adalah melakukan langkah-langkah di bidang
legislasi ataupun tindakan lainnya yang menjamin persamaan akses
terhadap jasa kesehatan yang disediakan pihak ketiga. Membuat legislasi,
standar, peraturan serta panduan untuk melindungi : tenaga kerja,
masyarakat serta lingkungan. Mengontrol dan mengatur pemasaran,
pendistribusian substansi yang berbahaya bagi kesehatan seperti tembakau,
alkohol dan lain-lain, mengontrol praktek pengobatan tradisional yang
diketahu berbahaya bagi kesehatan.
c. Memenuhi hak atas Kesehatan
Dalam hal ini adalah yang harus dilakukan oleh pemerintah seperti me
nyediakan fasilitas dan pelayanan kesehatan, makanan yang cukup, inform
asi dan pendidikan yang berhubungan dengan kesehatan, pelayanan pra ko
ndisi kesehatan serta faktor sosial yang berpengaruh pada kesehatan seperti
: kesetaraan gender, kesetaraan akses untuk bekerja, hak anak untuk menda
patkan. identitas, pendidikan, bebas dari kekerasan, eksploitasi, kejatahan s
eksual yang berdampak pada kesehatan. Dalam rangka memenuhi hak atas
kesehatan negara harus mengambil langkahlangkah baik secara individual,
bantuan dan kerja sama internasional, khususnya di bidang ekonomi dan te
knis sepanjang tersedia sumber dayanya, untuk secara progresif mencapai
perwujudan penuh dari hak atas kesehatan sebagaimana mandat dari pasal
2 ayat (1) International Covenant on Economic, Social and Cultural Right
(ICESCR). 9, 14-19.
9
eningkatkan kesadaran, kemauan,dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwuju
d derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sum
ber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu u
nsur kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
bertanggung jawab, yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan kewenan
gan yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pe
latihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan, pengawasan,
dan pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan memenuhi rasa keadilan dan
perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kesehatan.
1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
2. Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga.
Pasal 11
Tenaga medis;
Tenaga psikologi klinis;
Tenaga keperawatan;
Tenaga kebidanan;
10
Tenaga kefarmasian;
Tenaga kesehatan masyarakat;
Tenaga kesehatan lingkungan;
Tenaga gizi;
Tenaga keterapian fisik;
Tenaga keteknisian medis;
Tenaga teknik biomedika;
Tenaga kesehatan tradisional; dan m. tenaga kesehatan lain.
Pasal 57
Pasal 58
11
Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi,
Standar Pelayanan Profesi, Standar Prosedur Operasional, dan etika
profesi serta kebutuhan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan;
Memperoleh persetujuan dari Penerima Pelayanan Kesehatan atau
keluarganya atas tindakan yang akan diberikan;
Menjaga kerahasiaan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan;
Membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen tentang
pemeriksaan, asuhan, dan tindakan yang dilakukan; dan
Merujuk Penerima Pelayanan Kesehatan ke Tenaga Kesehatan lain
yang mempunyai Kompetensi dan kewenangan yang sesuai.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf d hanya
berlaku bagi Tenaga Kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan
perseorangan.
Pasal 59
Pasal 66
12
(3) Standar Pelayanan Profesi yang berlaku universal ditetapkan dengan Peraturan
Menteri.
(4) Standar Prosedur Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan Standar Profesi, Standar
Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur Operasional diatur dengan Peraturan
Menteri.
13
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang di anutnya selama hal
itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit.
15. Mengajukan usul, saran perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya.
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
17. Menggugat dan / atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
maupun pidana.
18. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
KEWAJIBAN PASIEN
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No 69 tahun 2014 Pasal 28 :
1. Mematuhi peraturan yang berlaku di rumah sakit.
2. Menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggung.
3. Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak tenaga kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di rumah sakit.
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap, dan akurat sesuai kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatan pasien tersebut.
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan
yang dimilikinya.
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan di rumah
sakit dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana
terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan dan/ atau tidak mematuhi
petunjuk yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam rangka penyembuhan
penyakit atau masalah kesehatan pasien tersebut.
8. Memberikan imbalan jasa atau pelayanan yang diterima.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
HAM menurut Pasal 1 Angka 1 UU No. 39/1999 tentang HAM adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan dan merupakan anugerah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dilindungi
negara, hukum, pemerintah, dan tiap orang, demi kehormatan, harkat, dan martabat
manusia, dengan demikian HAM merupakan hak yang melekat pada diri setiap
manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu
gugat siapa pun. Hak asasi merupakan hak dasar seluruh umat manusia tanpa ada perb
edaan. Mengingat hak dasar merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, maka p
engertian Hak asasi manusia adalah hak sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yan
g melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi, berkaitan dengan h
arkat dan martabat manusia, dengan demikian HAM memiliki beberapa jenis
diantaranya yaitu hak individu, hak kolektif, hak sipil dan politik, dan hak ekonomi.
Adapun dalam HAM dalam pelayanan kesehatan harus memiliki beberapa
prinsip yaitu ketersediaan pelayan kesehatan, aksebilitas dimana terdapatnya fasilitas
kesehatan, penerimaan segala fasilitas kesehatan, dan kualitas. Maka dari itu dibentuk
3 kewajiban negara untuk menghormati hak atas kesehatan, melindungi hak atas
kesehatan dan memenuhi hak atas kesehatan.
Selain itu terdapat hak dan kewajiban bagi tenaga kesehatan yanh menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan, dan adapula Hak Pasien sesuai dengan Undang-Undang No 29 tahun 2004
Pasal 52, dan Kewajiban pasien Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No 69
tahun 2014 Pasal 28.
B. Saran
Dengan terselesaikannya makalah yang kami buat ini, maka kami sebagai
penyusun menyadari bahwa banyaknya kesalahan dalam pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari para
15
pembaca sekalian, agar dalam pembuatan makalah kami selanjutnya dapat lebih baik
dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, Safroedin. (1997). Hak Asasi Manusia: Analisis KOMNAS HAM dan Jajaran Hankam
ABRI. Jakarta: Sinar Harapan.
Komisi Nasional HAM. (1999). Hak Asasi Manusia: Tanggung Jawab Negara, Peran Institu
si nasional dan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Komnas HAM
Syamsir, Rozali Abdullah. (2002). Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan HAM di
Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sudrajat, Jajat. 2011. Mewujudkan Hak Asasi Manusia di Bidang Kesehatan. Diakses dari w
ww.antaranews.com pada tanggal 11 Oktober 2016
16