Anda di halaman 1dari 13

HAK ASASI MANUSIA (HAM)

Oleh
MAELIANTI UTARI (15)
KEPERAWATAN | XI B

SMK YARSI MATARAM


TAHUN AJARAN 2022\2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
a. Latar Belakang........................................................................................................................1
b. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
c. Tujuan Pembahasan................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................2
1. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM).................................................................................2
2. Tujuan Hak Asasi Manusia (HAM).......................................................................................2
3. Ciri-Ciri Hak Asasi Manusia (HAM).....................................................................................2
4. Macam-macam Hak Asasi Manusia (HAM)..........................................................................2
5. Sejarah Perkembagan Hak Asasi Manusia (HAM)..............................................................3
6. Hak Asasi Manusia menurut Hukum Nasional dan Internasional......................................6
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................7
a. Kesimpulan..............................................................................................................................7
b. Saran.........................................................................................................................................7
DAFTAR PUSAKA.............................................................................................................................8

i
ii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Hak asasi manusia (“HAM”) adalah hak dasar atau pokok yang dimiliki manusia.
Secara harfiah, istilah HAM berasal dari bahasa Prancis “droits de ‘I home” , dalam
bahasa Inggris “human rights” , dan dalam bahasa Arab “huquq al- insan”. HAM
merupakan hak yang melekat pada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan,
dan HAM dibawa sejak manusia ada di muka bumi, sehingga HAM bersifat kodrati
dan bukan pemberian manusia atau negara.
Dengan begitu meneggakan kembali HAM yang dimiliki manusia dalam suatu
daerah adalah hal yang harus dilakukan bagi suatu negara. Namun masih saja terdapat
pelaku yang melanggar HAM tersebut. Contohnya dinegara Indonesia yang dengan
keberagaman rakyatnya dan perkembangan populasi yang besar masih belum bisa
menegakan Hak Asasi Manusia secara menyeluruh.
Menurut Komnas HAM menyimpulkan bahwa penegakan hak asasi manusia di
Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti. Berbagai komitmen dan agenda
perbaikan kondisi HAM yang dimandatkan Nawacita, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN), dan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia
(RANHAM) belum menunjukkan pencapaian yang signifikan.
Dengan demikian penyuluhan penegakan HAM harus dilalukan agar kemanusiaan
dapat berdiri tegak dimuka bumi ini dan tidak ada lagi yang merasakan SARA. Saya
berharap dengan terbuatnya makalah ini dapat membantu pengakan HAM di
Indonesia walaupun hanya sedikit.
b. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia (HAM)?
2. Sejak kapan konsep Hak Asasi Manusia (HAM) ada?
3. Apakah terdapat instrumen hukum internasional yang secara tegas
mendefinisikan arti HAM sendiri?
c. Tujuan Pembahasan
1. Agar dapat mengetahui dengan jelas apa yang dimaksud dengan HAM, dan
2. Agar bisa menumbuhkan rasa kemanusiaan di Negara Indonesia.

1
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
Menurut Mariam Budiarjo HAM adalah hak yang dimiliki oleh manusia yang telah
diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran dan kehadiranya dalam hidup
masnyarakat. Hak ini ada pada manusia tanpa menbedakan bangsa, ras, agama,
golongan, jenis, dan kelamin karena itu bersifat asasi dan universal. Dasar dari semua
hak asasi adalah bahwa semua orang harus memperoleh kesempatan berkembang
sesuai dengan bakat dan cita-citanya.

2. Tujuan Hak Asasi Manusia (HAM)


Adanya HAM sangat penting karena melindungi hak seseorang untuk hidup dengan
harga diri, yang meliputi hak untuk hidup, hak atas kebebasan dan keamanan. Hidup
dengan harga diri berarti bahwa seseorang harus memiliki sesuatu, seperti tempat
yang layak untuk tinggal dan makanan yang cukup. Hal itu berarti bahwa seseorang
dapat berpartisipasi dalam masyarakat, untuk menerima pendidikan, bekerja, dan
mempraktikkan agama kita, berbicara dalam bahasa kita sendiri, dan hidup dengan
damai.
HAM juga bertujuan untuk melindungi orang dari kekerasan dan kesewenang-
wenangan. HAM mengembangkan saling menghargai antara manusia. HAM
mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab untuk menjamin
bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar. Misalnya, setiap orang memiliki hak untuk
hidup bebas dari segala bentuk diskriminasi, tetapi di saat yang sama, setiap orang
juga memiliki tanggung jawab untuk tidak mendiskriminasi orang lain.

3. Ciri-Ciri Hak Asasi Manusia (HAM)


Hak Asasi Manusia (HAM) memiliki beberapa ciri-ciri pokok yang mendefinisikan
makna dari HAM itu sendiri. Berikut penjelasan mengenai ciri-ciri Ham yang
meliputi hakiki, universal, tidak dapat dicabut (permanen) dan tidak dapat dibagi
(utuh).
a. Hakiki
Artinya HAM adalah hak asasi semua umat manusia yang sudah ada sejak lahir.
b. Universal
Artinya HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang status, suku bangsa,
gender atau perbedaan lainnya.
c. Tidak dapat dicabut
Artinya HAM tidak dapat dicabut atau diserahkan kepada pihak lain.
d. Tidak dapat dibagi
Artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah hak sipil dan politik,
atau hak ekonomi, sosial dan budaya.

4. Macam-macam Hak Asasi Manusia (HAM)


1. Hak asasi pribadi
 Kebebasan masuk dan mengikuti organisasi.

2
 Kebebasan mengeluarkan pendapat.
 Kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan
kepercayaan.
2. Hak asasi politik
 Hak menjadi warga negara.
 Hak untuk memilih dan dipilih.
 Hak untuk masuk dan mendirikan partai politik.
3. Hak asasi ekonomi
 Hak memiliki, mencari, dan mengumpulkan kekayaan.
 Kebebasan memilih pekerjaan.
 Hak untuk menjual, membeli, dan menyewa.
4. Hak asasi hukum
 Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan.
5. Hak sosial dan budaya
 Hak untuk mengembangkan dan berpatisipasi dalam kebudayaan.
 Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap karya cipta.
 Hak untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan pendidikan
yang lain.
6. Hak asasi dalam tata cara peradilan dan perlindungan
 Hak untuk mendapatkan peradilan dan perlindungan dalam penahanan,
penangkapan, peradilan, penyitaan, atau peng

5. Sejarah Perkembagan Hak Asasi Manusia (HAM)


Seorang ahli hukum Prancis, Karel Vasak membagi perkembangan sebstansi hak-
hak yang terkandung dalam konsep HAM. Karel Vasak menggunakan istilah
“Generasi” untuk menunjukan ruang lingkup hak yang diprioritaskan dalam suatu
zaman. Kategori generasi tersebut terinspirasi dari slogan Revolusi Prancis yakni
“Kebebasan, persamaan, dan persaudaraan”.
Berikut adalah pembagian generasi HAM menurut Karel Vasak:
 Generasi Pertama HAM
Kebebasan atau hak-hak generasi pertama mewakili hak sipil dan politik,
yaitu HAM yang bersifat klasik. Hak tersebut muncul dari tuntutan untuk
melepaskan diri dari kungkungan kekuasaan absolutisme negara yang muncul
di Amerika Serikat dan Prancis pada abad ke-17 dan ke-18. Hak yang
termasuk dalam generasi pertama adalah hak hidup, hak keutuhan jasmani,
hak kebebasan bergerak, hak suaka dari penindasan, perlindungan terhadap
hak milik, kebebasan berpikir, beragama, dan berkeyakinan, kebebasan untuk
berkumpul dan menyatakan pikiran, hak bebas dari penahanan dan
penangkapan sewenang-wenang, hak bebas dari penyiksaan, hak bebas dari
hukum yang berlaku surut, dan hak mendapatkan proses peradilan yang adil.
Hak pada generasi pertama disebut dengan hak-hak negatif, yakni merujuk
pada tidak adanya campur tangan negara terhadap hak dan kebebasan
individual. Hak ini menjamin ruang kebebasan bagi individu untuk
menentukan dirinya sendiri. Dalam pengertian lain, negara tidak boleh
berperan aktif (positif) terhadap individu. Jika negara ikut berperan atau
3
campur tangan, maka dapat mengakibatkan pelanggaran terhadap hak dan
kebebasan tersebut.
 Generasi Kedua HAM
Generasi kedua HAM menganut prinsip persamaan dan mewakili
perlindungan bagi hak ekonomi, sosial dan budaya. Berbagai hak tersebut
muncul dari tuntutan agar negara menyediakan pemenuhan terhadap
kebutuhan dasar setiap orang, mulai dari makan sampai pada kesehatan.
Berbeda dengan generasi pertama, pada generasi kedua HAM, negara justru
harus bertindak aktif, agar hak tersebut dapat terpenuhi atau tersedia. Hak
generasi kedua dikenal dengan bahasa yang positif yaitu “hak atas” atau “right
to”, bukan dalam bahasa negatif yaitu “bebas dari” atau “freedom from”. Hak
yang diakui dalam generasi kedua HAM adalah hak atas pekerjaan dan upah
yang layak, hak atas jaminan sosial, hak atas pendidikan, hak atas kesehatan,
hak atas pangan, hak atas perumahan, hak atas tanah, hak atas lingkungan
yang sehat, dan hak atas perlindungan hasil karya ilmiah, kesusasteraan, dan
kesenian.
Hak generasi kedua HAM dikatakan sebagai “hak-hak positif”. Artinya,
pemenuhan hak sangat membutuhkan peran aktif dan keterlibatan dari negara.
Sebagai contoh, untuk memenuhi hak atas pekerjaan bagi setiap orang, negara
harus membuat kebijakan ekonomi yang dapat membuka lapangan kerja. Hal
tersebut adalah contoh peran negara secara aktif dalam memenuhi HAM.
 Generasi Ketiga HAM
Persaudaraan atau hak-hak generasi ketiga mewakili tuntutan hak solidaritas
atau hak bersama. Hak tersebut muncul dari tuntutan negara berkembang atau
dunia ketiga atas tatanan internasional yang adil. Melalui tuntutan atas hak
solidaritas tersebut, negara berkembang menginginkan adanya tatanan
ekonomi dan hukum internasional yang kondusif untuk menjamin hak atas
pembangunan, hak atas perdamaian, hak atas sumber daya alam sendiri, hak
atas lingkungan hidup yang baik, serta hak atas warisan budaya sendiri.

Teori HAM
Di kalangan para ahli hukum terdapat 3 teori utama yang menjelaskan asal muasal
lahirnya pemikiran mengenai HAM, yakni:
1. Teori Hukum Kodrati
Tokoh yang dianggap paling berjasa dalam mendefinisikan dasar teori hukum
kodrati adalah John Locke dan JJ Rousseau. John Locke mengemukakan pemikiran
bahwa semua individu dikaruniai oleh alam hak yang melekat atas hidup, kebebasan
dan kepemilikan, yang merupakan milik mereka sendiri dan tidak dapat dicabut oleh
Negara. Melalui suatu kontrak sosial atau social contract, perlindungan atas hak yang
tidak dapat dicabut diserahkan kepada negara. Jika penguasa negara mengabaikan
kontrak sosial, maka rakyat di negara itu bebas menurunkan sang penguasa dan
menggantinya dengan suatu pemerintah yang bersedia menghormati hak tersebut.
Sedikit berbeda dengan John Locke, JJ Rousseau menegaskan bahwa hukum kodrati
tidak menciptakan hak kodrati individu melainkan hak kedaulatan warga negara
sebagai suatu kesatuan. Setiap hak yang diturunkan dari suatu hukum kodrati akan
melekat pada warga  negara sebagai satu kesatuan. Pada intinya, teori hukum kodrati

4
melihat HAM lahir dari Tuhan sebagai bagian dari kodrat manusia. Ketika manusia
lahir maka HAM sudah melekat dalam dirinya dan hak tidak dapat diganti apalagi
dihilangkan, apa pun latar belakang agama, etnis, kelas sosial, dan orientasi seksual
mereka.
2. Teori Positivisme atau Utilitarian
Menurut Jeremy Bentham, eksistensi manusia ditentukan oleh tujuan atau utilitas
mencapai kebahagiaan bagi sebagian besar orang. Penerapan hak atau hukum
ditentukan oleh apakah hak atau hukum tersebut memberikan kebahagiaan terbesar
bagi sejumlah manusia yang paling banyak. Setiap orang pada dasarnya memiliki hak,
namun hak tersebut bisa hilang jika bertentangan dengan kebahagiaan dari mayoritas
orang lain. Artinya, kepentingan individu harus berada di bawah kepentingan
masyarakat. Karena pandangan yang mengutamakan banyak orang tersebut, teori
positivisme dikenal juga sebagai teori utilitarian.
3. Teori Keadilan
Teori keadilan lahir dari kritik terhadap teori positivisme. Tokoh yang mencetuskan
teori keadilan adalah Ronald Drowkin dan John Rawls. Teori Drowkin mendasari
negara memiliki kewajiban untuk memperlakukan warganya secara sama. Artinya,
negara menggunakan nilai moral, kekuasaan, dan pendasaran lainnya sebagai alasan
untuk mengesampingkan HAM, kecuali prinsip perlakuan sama tersebut. Sedangkan,
menurut Rawls, setiap individu memiliki hak dan kebebasan yang sama. Namun, hak
dan kebebasan tersebut kerap tidak dinikmati secara bersama. Sebagai contoh,
terdapat hak bagi setiap orang untuk memperoleh pendidikan, tapi hak ini pada
faktanya tidak dapat dinikmati oleh semua orang karena kemiskinan. Untuk mengatasi
isu tersebut, Rawls memperkenalkan asas perbedaan atau difference principle yang
menyatakan bahwa distribusi sumber daya yang merata hendaknya diutamakan dalam
masyarakat.
Prinsip HAM
Berikut adalah beberapa prinsip-prinsip HAM yang dikemukakan oleh para ahli:
1. Universal (universality), yaitu semua orang di seluruh belahan dunia, agama apa pun,
warga negara manapun, bahasa apa pun, etnis manapun, tanpa memandang identitas
politik dan antropologis apa pun, dan terlepas dari status disabilitasnya, memiliki hak
yang sama.
2. Tak terbagi, yaitu setiap orang memiliki seluruh kategori hak yang tidak dapat
dibagi-bagi.
3. Saling bergantung. Pada prinsip ini jenis hak tertentu akan selalu bergantung dengan
hak yang lain. Sebagai contoh, hak atas pekerjaan akan bergantung pada terpenuhinya
hak atas pendidikan
4. Saling terkait, yakni sebuah hak akan terkait dengan hak yang lain, misalnya hak
untuk hidup, hak menyatakan pendapat, dan hak memilih agama, dan lainnya.
5. Kesetaraan mensyaratkan adanya perlakuan yang setara, di mana pada situasi yang
sama harus diperlakukan dengan sama, dan di mana ada situasi berbeda dengan
sedikit perdebatan maka diperlakukan secara berbeda.
6. Non Diskriminasi, yakni setiap orang harus diperlakukan dan memiliki kesempatan
setara di hadapan hukum. Ketika orang tidak diperlakukan atau memiliki kesempatan
tidak setara, maka disitulah diskriminasi terjadi.

5
7. Tanggung jawab negara, yakni prinsip yang kemudian dibagi menjadi kewajiban
untuk menghormati, kewajiban untuk memenuhi, dan kewajiban untuk melindungi.

6. Hak Asasi Manusia menurut Hukum Nasional dan Internasional


Secara normatif, definisi HAM di Indonesia dapat Anda temukan dalam Pasal 1
angka 1 UU HAM yang berbunyi:
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.
Dari pasal tersebut, dapat diartikan bahwa HAM adalah hak dasar manusia,
merupakan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa, merupakan hak natural, dan oleh
karena itu HAM tidak dapat dicabut oleh manusia lain sesama mahluk hidup.

Selanjutnya menjawab pertanyaan Anda terkait instrumen hukum internasional


yang mendefinisikan arti HAM, sepanjang penelusuran kami, instrumen hukum
internasional tidak memberikan definisi harafiah tentang HAM. Namun, Pasal
1 Universal Declaration of Human Rights/Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia (“DUHAM”) menyebutkan:
All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed
with reason and conscience and should act towards one another in a spirit of
brotherhood.

Pasal tersebut jika diartikan adalah semua manusia dilahirkan merdeka dan
memiliki martabat dan hak yang sama. Manusia dikaruniai akal dan hati nurani dan
hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.

Selain itu, definisi HAM secara tersirat diatur


dalam preamble/konsideran International Covenant on Civil and Political
Rights (ICCPR) yang telah disahkan di Indonesia UU 12/2005, yaitu “… these rights
derive from the inherent dignity of the human person” yang artinya hak-hak ini
(HAM) berasal dari martabat yang inheren atau melekat pada diri manusia.

6
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan
Kesimpulannya, HAM adalah hak dasar atau hak pokok yang dimiliki manusia,
yang diberikan oleh Sang Pencipta dan melekat sejak manusia lahir, dan tidak dapat
dihilangkan oleh siapapun, termasuk negara. Dalam mempelajari HAM, tentu kita
juga perlu memahami perkembangan HAM yang ditandai dengan munculnya generasi
pertama, kedua, dan ketiga, dengan slogan kebebasan, persamaan, dan persaudaraan.
pada intinya HAM merupakan hak yang diberikan Tuhan, sehingga hak tersebut
bersifat melekat, kodrati dan universal. HAM bukan pemberian oleh manusia lain,
negara atau hukum, karena hak tersebut berkaitan dengan eksistensi manusia. Dengan
demikian, perbedaan jenis kelamin, ras, agama atau warna kulit tidak akan
mempengaruhi perbedaan HAM. Secara umum, HAM dapat dirumuskan
sebagai those rights which are inherent in our natural and without which we cannot
live as human being, yaitu hak yang melekat pada kodrat yang bila HAM tiada,
mustahil kita akan hidup sebagai manusia.
b. Saran
Kita sebagai manusia hendaknya berperilaku layak manusia dengan menegakkan
HAM dan kabaikan dalam diri agar dapat terciptanya lingkungan yang damai dan
tenteram tanpa adanya SARA.

7
DAFTAR PUSAKA

Christha R, ‘Hak Asasi Manusia: Pengertian, Sejarah, Dan Prinsipnya’


(hukumonline.comJuly 2022) <https://www.hukumonline.com/klinik/a/hak-asasi-manusia-
pengertian-sejarah-dan-prinsipnya-lt62d8fb697c622> accessed 27 November 2022

‌ https://www.facebook.com/komnashamrepublikindonesia, ‘Penegakan HAM Di Indonesia


Belum Mengalami Kemajuan’ (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia - KOMNAS HAM13
July 2020) <https://www.komnasham.go.id/index.php/news/2020/7/13/1480/penegakan-ham-
di-indonesia-belum-mengalami-kemajuan.html> accessed 27 November 2022

‌ Christha R, ‘Pengertian HAM Menurut Para Ahli, Hukum Nasional Dan Internasional’
(hukumonline.comSeptember 2022) <https://www.hukumonline.com/klinik/a/pengertian-
ham-menurut-para-ahli-hukum-nasional-dan-internasional-lt6331716e60d8d> accessed 27
November 2022

‌ Albertus Adit, ‘Ini Pengertian, Ciri Dan Macam-Macam Hak Asasi Manusia Halaman All -
Kompas.com’ (KOMPAS.com12 August 2022)
<https://www.kompas.com/edu/read/2022/08/12/105929871/ini-pengertian-ciri-dan-macam-
macam-hak-asasi-manusia?page=all> accessed 27 November 2022

Faozan Tri Nugroho, ‘Tujuan HAM Dan Macam-Macamnya Yang Perlu Diketahui’
(bola.com25 August 2021) <https://www.bola.com/ragam/read/4639800/tujuan-ham-dan-
macam-macamnya-yang-perlu-diketahui> accessed 27 November 2022

Firdaus Arifin, Hak Asasi Manusia: Teori Perkembangan dan Pengaturan, Yogyakarta:


Penerbit Thafa Media, 2019;

Rhona K.M. Smith, Hukum Hak Asasi Manusia, Yogyakarta: Pusat Studi Hak Asasi Manusia
Universitas Islam Indonesia, 2008;

Serlika Aprita (et.al), Hukum dan Hak Asasi Manusia, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2020;

Sri Rahayu Wilujeng,  Hak Asasi Manusia: Tinjauan dari Aspek Historis dan Yuridis, Jurnal
Humanika, Vol. 18, No. 2, 2013.

Eko Riyadi,  Hukum Hak Asasi Manusia: Perspektif Internasional, Regional dan Nasional,
Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018;

8
Firdaus Arifin,  Hak Asasi Manusia: Teori, Perkembangan dan Pengaturan, Yogyakarta:
Thafa Media, 2019;

Serlika Aprita dan Yonani Hasyim, Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bogor: Mitra Wacana
Media, 2020;

International Covenant on Civil and Political Rights, yang diakses pada 27 November 2022,
pukul 10.23 WIB;

Universal Declaration of Human Rights, yang diakses pada 27 Novemver 2022, pukul 10.34
WIB.

Firdaus Arifin,  Hak Asasi Manusia: Teori Perkembangan dan Pengaturan, Yogyakarta:


Penerbit Thafa Media, 2019, hal. 1.

  Firdaus Arifin, Hak Asasi Manusia: Teori Perkembangan dan Pengaturan, Yogyakarta:


Penerbit Thafa Media, 2019, hal. 2.

Firdaus Arifin,  Hak Asasi Manusia: Teori Perkembangan dan Pengaturan, Yogyakarta:


Penerbit Thafa Media, 2019, hal. 5.

Sri Rahayu Wilujeng,  Hak Asasi Manusia: Tinjauan dari Aspek Historis dan Yuridis, Jurnal
Humanika, Vol. 18, No. 2, 2013, hal. 2.

9

10

Anda mungkin juga menyukai