Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA


Pengertian tentang Hak Asasi Manusia terus berkembang dari masa ke
masa,menjadi sangat luas dan terbuka dalam perumusannya HAM secara umum diartikan
sebagai hak hak yang bersifat kodrati dan universal. Hak hak ini sudah melekat dengan
sendirinya pada di manusia sejak ia lahir. Kekuasaan atau otoritas dalam bentuk apapun
tidak dapat mencabut dan merampas HAM. Untuk itu, Negara bertanggung jawab dan
memiliki kewajiban untuk menghormati (to promote),melindungi (to protect), dan untuk
memennuhi pelaksanaannya (to fulfil).
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang ditetapkan oleh majelis umum
perserikatan bangsa bangsa(PBB) dalam resolusi 217A (III) tertanggal 10 Desember 1948
dalam pasal 1 menyatakan “semua manusia dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat
dan hak yang sama. Mereka dikaruniai akal,budi,hati nurani, dan hendaknya bergaul satu
dengan yang lain dalam semangat persaudaraan”.
Menurut undang undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asai Manusia pasal 1
dijelaskan bahwa hak asasi manusia mrupakan seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan Anugrahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.

2.2 CIRI-CIRI HAM


Hak asasi manusia memiliki ciri ciri tertentu. Adapun ciri ciri hak asasi manusia sebagai
berikut.
a. Bersifat universal, artinya hak asasi manusia berlaku bagi semua orang, tanpa
terkecuali.
b. Bersifat hakiki, artinya hak asasi manusia melekat pasa setiap manusia sebagai
makhluk Tuhan.
c. Bersifat utuh, artinya hak asasi manusaia tidak dapat dibagi karna setiap
manusia berhak mendapatkan seluruh haknya.

d. Bersifat permanen, artinya hak asasi manusia yang melekat pada diri manusia
tidak dapat dicabut oleh orang lain.

2.3 MACAM MACAM HAM

Pada dasarnya hak asasi manusia terdiri dari atas dua hak dasar yaitu hak persamaan
dan kebebasan. Hak Asasi Manusia secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi
enam macam sebagai berikut.
a. Hak asasi pribadi / personal right
Hak asasi pribadi merupakan hak kebebasan setiap individu untuk melakukan hal
hal yang diinginkan. Hak asasi pribadi diantarannya hak untuk bergerak,
berpergian, menyatakan pendapat, hak untuk memilh, memeluk, menjalankan
agama dan kepercayaan, serta memilih dan aktif dalam organisasi atau
perkumpulan.

b. Hak asasi politik


Hak asasi politik merupakan hak asasi yang dimiliki oleh setiap individu dalam
bidang politik. Hak hak yang masuk dalam golongan hak asasi politik diantarannya
hak untuk memilih, dipilih, serta berorganisasi atau berserikat dan berkumpul.

c. Hak asasi hukum


Hak asasi hukum merupakan hak asasi yang dimiliki setiap individu dalam bidang
hukum. Beberapa hak termasuk hak asasi hukum diantarannya hak mendapatkan
layanan dan perlindungan hukum serta hak mendapatkan perlakuan yang sama
dihadapan hukum.
d. Hak asasi ekonomi
Hak asasi dalm bidang ekonomi merupakan hak kebebasan setiap individu untuk
melakukan kegiatan ekonomi. Hak aasi ekonomi diantarannya hak
memiliki,membeli,menjual.

e. Hak asasi peradilan


Hak asasi peradilan merupakan hak asasi yang dimiliki setiap individu dibidang
peradilan. Hak asasi peradilan antara lain hak mendapatkan keadilan, hak
mendapatkan perlindungan.

f. Hak asasi social budaya

Hak asasi social budaya merupakan hak aasi yang dimiliki setiap individu dibidang
social dan budaya diantarannya hak mendapatkan pelayanan kesehatan, hak
mengembangkan kebudayaan, dan hak mendapatkan pendidikan.

\2.4 SEJARAH HAM


HAM adalah masalah yang mendasar dan universal, masalah ini ada sejak beribu-
ribu tahun yang lalu. Perjuangan melawan perbudakan kaum Yahudi di Mesir pada
zaman nabi Musa pada hakekatnya didorong olrh kesadaran untuk membela keadilan
dalam rangka menegakkan HAM.

1. Hukum Hamurabi
Pada zaman kerajaan Babilonia 2000 SM telah diupayakan menyusun suatu
hukum/aturan yaitu ketentuan-ketentuan yang menjamin keadilan bagi semua warga
negara. Ketentuan ini dikenal dengan nama hukum Hamurabi. Hukum ini merupakan
jaminan HAM warga negara terhadap kesewenang-wenangan kerajaan atau kekuasaan.
2. Solon
Solon 600 SM di Athena berusaha mengadakan pembaharuan dengan menyusun
undang-undang yang menjamin keadilan dan persamaan bagi setiap warga negara.
Menurut Solon orang0orang yang menjadi budak karena tidak dapat membayar hutang
harus dibebaskan. Untuk menjamin terlaksananya hak-hak kebebasan warga solon
menganjurkan dibentuknya Mahkamah/Pengadilan (Heliaea) dan lembaga perwakilan
rakyat atau majelis rakyat (Eclesia). (Majalah What is Democracy, 7)

3. Perikles
Negarawan Athena yang berusaha menjamin keadilan bagi warga Negara yang
miskin. Setiap warga dapat menjadi anggota majelis rakyat dengan syarat sudah berusia
18 tahun. Ia menawarkan system demokrasi untuk menjamin hak asasi warga. Konsep
demokrasi yang ditawarkan Perikles secara objektif mengandung banyak kelemahan.
Terlepas dari semua kelemahan itu, ia tetap dipandang sebagai tokoh yang
memperjuangkan hak asasi manusia. Ia memperjuangkaan hak-hak politik warga yang
sebelumnya tidak ada. (Ibid.)

4. Socrates – Plato – Aristoteles


Sokrates, Plato dan Aristoteles mengemukakan pemikirannya tentang hak asasi
manusia dalam kaitannya dengan kewajiban atau tugas negara. Socarates banyak
mengkritik praktek demokrasi pada masa itu. Ia mengajarkan HAM, kebijaksanaan,
keutamaan, keadilan. Lebih jauh ditekankan agar warga berani mengkritik pemerintah
yang tidak mengindahkan keadilan dan kebebasan manusia. (Bertens, 1971, ) Ajaran ini
dipandang sangat berbahaya bagi penguasa, sehingga ia dihukum mati dengan cara
minum racun.
Plato dalam dialognya Nomoi mengusulkan suatu sistem pemerintahan dimana petugas
atau pejabat dipilih oleh rakyat tetapi dengan persyaratan kemampuan dan kecakapan.
Plato berkandaskan pada sistem demikrasi langsung ala Perikles dimana demokrasi yang
berjalan justru meminggirkan hak-hak warga. (Bertens, 1971, )
Sementara menurut Aristoteles, suatu negara disebut baik apabila mengabdikan
kekuasaan untuk kepentingan umum. Ia menawarkan pemerintahan atau Negara Politeia,
yaitu demokrasi yang berdasarkan undang-undang. Dalam sistem ini seluruh rakyat ambil
bagian dalam pemerintahan baik yang kaya maupun yang miskin, yang berpendidikan
atau tidak berpendidikan. ((Bertens, 1971, ) Secara implisit ia menganjurkan adanya
persamaan bagi warga negara tanpa adanya diskriminasi.

5. Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat (4 Juli 1776)


Deklarasi kemerdekaan Amerika ini menyatakan bahwa manusia diciptakan sama
dan sederajat oleh penciptanya. Semua manusia dianugrahi hahak hidup, kemerdekaan,
kebebasan. Hak-hak tersebut tidak dapat dicabut oleh siapapun juga.

6. Revolusi Perancis (14 Juli 1789)


Kesewenang-wenangan raja Louis XIV mendorong munculnya revolusi Perancis.
Rakyat tertindak menyerang penjara Bastille yang merupakan simbul absolutism raja.
Semboyan revolusi perancis : perasaan, persaudaraan dan kebebasan dalam
perkembangan nya menjado landasan perjuangan HAM di Perancis. Konsep ini bergema
ke seluruh penjuru dunia. Revolusi diilhami oleh pemikiran-pemikiran Jean Jaquas
Rousseau, Montesqieuw, dan Voltaire. (Majalah What is Democracy, 20)

7. Abraham Lincoln.
Ia dikenal sebagai pembela HAM dan tokoh anti perbudakan. Ia menganjurkan
persamaan, kemerdekaan bagi setiap warga Negara tanpa membedakan warna kulit,
agama dan jenis kelamin
8. Franklin D. Rosevelt

Rosevelt mengajarkan beberapa kebebasan manusia guna mencapai perdamaian,


meliputi :
a. Kebebasan berbicara
b. Kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinan masing-masing.
c. Kebebasan dari rasa takut.
d. Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan. (Majalah What is Democracy, 12)

2.5. Sejarah HAM Di Indonesia

Dari Indonesia tidak ada tokoh-tokoh yang diakui secara internasional sebagai
pelopor HAM. Namun bukan berarti di Indonesia tidak ada perjuangan untuk
menegakkan HAM. Perjuaangan menegakkan HAM dimulai sejak adanya penjajahan di
Indonesia. Perjuangan ini tidak semata-mata hanya perlawanan mengusir penjajah,
namun lebih jauh dari itu pada dasarnya juga merupakan perjuangan untuk menegakkan
HAM.
Indonesia mengalami penjajahan berabad-abad. Pada masa itu banyak sekali pelanggaran
HAM seperti penculikan, kerja paksa, pembantaian, penyiksaan, pemindasan, kesewang-
wenangan yang merupakan fenomena umum yang terjadi. Tidak ada kebebasan, keadilan,
perasaan, rasa aman, yang terjadi adalah ekploitasi besar-besaran terhadap manusia dan
kekayaan alam Indonesia untuk kepentingan penjajah. Pada masa penjajahan Belanda
masyarakat Indonesia dibedakan menjadi tiga strata sosial. Pembedaan kela-kelas dalam
masyarakat ini mempunyai implikasi yang luas. Ada diskriminasi di segala bidang
kehidupan ekonomi, politik, soaial, pendidikan dan hukum. Ketiga strata sosial itu adalah:
masyarakat Eropa sebagai kelas pertama, masyarakat Timut Asing (China, India Arab)
sebagai kelas dua dan masyarakat Irlander sebagai masyyarakat kelas tiga. Perlakuan
manusia yang didasarkan pada diskriminasi inilah yang bertentangan dengan harkat dan
martmartabat manusia sebagai makhluk Tuhan yang sederajat.
Tonggak-tonggak sejarah perjuangan HAM adalah sebagai berikut :
1. Kebangkitan Nasional (20 Mei 1908)
2. Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928)
3. Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945); merupakan puncak perjuangan untuk
menghapuskan penjajahan dengan penetapan Undang-undang Dasar 1945 yang
didalamnya terkandung pengakuan HAM.
4. UUD RIS dan UUDS 1950 secara implicit mencantumkan konsep HAM.
5. Siding Umum MPRS tahun 1966 menetapkan Ketetapan MPRS Nomor
XIV/MPRS/1966 tentang Pembentukan Panitia Ad Hock untuk menyiapkan dokumen
rancangan Piagam HAM dan Hak serta Kewajiban Warga Negara. Namun setelah
meletusnya G30S/PKI masalah ini tertunda.
6. Tahun 1993 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 dibentuk Komisi
Hak Asasi Manusia.
7. Perumusan HAM mencapai kemajuan dengan dimasukkan masalah ini dalam GBHN
Tahun 1998.
8. Siding Istimewa MPR 1998 telah berhasil merumuskan Piagam HAM secara ekplisit
lewat Ketetapan MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Pandangan dan Sikap Bangsa
Indonesia Terhadap HAM.
9. Ketetapan MPR Nomor XVII ini dijabarkan dalam Undang-undang RI Nomor 39
Tahun 2000 sebagai Hukum Positif bagi pelaksanaan HAM di Indonesia

a. HAM Secara Konseptual


Konsep tentang HAM bangsa Indonesia dapat diruntut sejak Proklamasi Kemerdekaan:
1. Proklamasi
Sebagai pernyataan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia berimplikasi kebebasan bagi
rakyatnya. Kemerdekaan dan kebebasan inilah merupakan unsur dasar HAM.
2. Pembukaan UUD 1945
Pada alenia pertama dinyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa.
Menurut Prof. Notonagoro setiap bangsa sebagai kesatuan golongan manusia merupakan
diri pribadi mempunyai hak kodrat dan hak moril untuk berdiri sebagai pribadi atau
hidup bebas. Jika ada bangsa yang tidak merdeka hal ini bertentangan dengan kodrat
manusia. Lebih jauh lagi dijelaskan dalam alinea ke empat, dimana terdapat Pancasila
sebagai fundamen moral negara. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung
ajaran tentang kemanusiaan dan keadilan yang merupakan unsur-unsur HAM.
3. Pancasila
Konsep HAM dalam Pancasila bertumpu pada ajaran sila kedua Kemanusiaan
yang adil dan beradab dalam kesatuan dengan sila-sila yang lain. Konsep HAM dalam
Pancasila ini lebih mendasar jika dijelaskan dalam tatanan filosofis. Pemahaman Pancasila
sebgai filsafat bertitik tolak dari hakekat sifat kodrat manusia sebagai manusia individu
dan soaial. Konsep HAM dalam Pancasila tidak hanya bedasarkan pada kebebasan
individu namun juga mempertahankan kewajiban sosial dalam masyarakat. Kebebasan
dalam Pancasila adalah kebebasan dalam keseimbangan antara hak dan kewajiban antara
manusia sebagai individu dan sosial, manusia sebagai makhluk mandiri dan makhluk
Tuhan, serta keseimbangan jiwa dan raga.

b. HAM Kerangka Hukum Nasional


1) UUD 1945
Konsep HAM dalam Pancasila dijabarkan dalam UUD 1945. Pengumuman HAM
tersebar dalam beberapa pasal yang menyangkut HAM pada masa damai dan HAM pada
masa sengketa bersenjata. Bahkan terdapat HAM yang belum tercantum dalam Universal
Declaration of Human Right yaitu hak menentukan menentukan nasib sendiri,hak
menggunakan sumber daya alam dan hak perutusan.
2) Ketetapan MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998 Tentang HAM
Sikap dan pandangan bangsa Indonesia tentang HAM secara tegas termuat dalam
ketetapan ini. Untuk pertama kali secara eksplisit dirumuskan dalam bentuk piagam
HAM. Piagam ini terdiri dari Pembukaan dan Batang Tubuh yang berisi X Bab dan 44
pasal. Dalam pembukaan bahwa bangsa Indonesia pada hakekatnya mengakui,
menyadarim menjamin dan menghargai HAM. Dalam pelaksanaan ini terpadu dalam
kewajiban asasi manusia sebagai pribadi, anggota keluarga masyarakat, bangsa dan
negara serta anggota masyarakat bangsa-bangsa di dunia.

1. Undang-undang RI Nomor 29 Tahun 2000 Tentang HAM.


Undang-undang ini disahkan pada tanggal 23 September 2000, terdiri dari XI Bab dan 106
pasal yang berisi tentang hak manusia sebagai ciptaan Tuhan, manusia sebagai makhluk
sosial, manusia sebagai warga negara.

2. Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1998 Tentang Konvensi Menentang Penyiksaan dan


Perlakuan dan Pelaksanaan atau Penghukuman Lain yang Kejam, tidak manusiawi atau
merendahkan martabat manusia.

3. Keputusan Presiden RI Nomor 181 tahun 1889 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan
terhadap Perempuan.

4. Keputusan Presiden RI Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional HAM.

5. Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Penghentian Penggunaan Istilah


Pribumi dan Non Pribumi dalam semua perumusan dan penyelenggaraan kebijakan,
perencanaan program ataupun pelaksanaan kegiatan-kegiatan penyelenggaraan
pemerintah.
2.6 Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Di Indonesia:
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hal-hal yang didapatkan oleh
individu, bersifat pokok, fundamental, yang merupakan pemberian dari tuhan Yang Maha
Esa yang wajib dihormati dan dijunjung tinggi oleh individu lain, dan sudah ada didalam
diri setiap manusia dari lahir, serta tidak dapat direbut atau digantikan.
Salah satu karakteristik HAM adalah bersifat universal, artinya, hak asasi
merupakan hak yang dimiliki oleh setiap manusia di dunia tanpa membedakan suku
bangsa, agama, ras maupun golongan. Oleh karena itu, setiap negara wajib menegakkan
HAM. Akan tetapi, karakteristik penegakkan HAM berbeda-beda antar negara satu
dengan yang lainnya. Ideologi, kebudayaan dan nilai-nilai khas yang dimiliki suatu negara
akan mempengaruhi pola penegakan HAM di suatu negara.
Hak asasi manusia (HAM) diatur dalam UUD 1945 Pasal 28A-28J dan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tantang Hak Asasi Manusia.
Instrumen-instrumen penegakan HAM tersebut menjadi kekuatan hukum yang mengikat
dan memaksa bagi warga negara Indonesia.
Secara yuridis, Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa pelanggaran hak asasi
manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok, termasuk aparat negara, baik
disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang
berlangsung.
Pelanggaran HAM dibedakan menjadi Pelanggaran HAM ringan dan Pelanggaran HAM
berat. Pelanggaran HAM ringan seperti melecehkan, mengejek, tidak menghargai pendapat
orang lain, dan sebagainya. Pelanggaran HAM berat itu menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM dapat diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu, Kejahatan Genosida dan Kejahatan terhadap kemanusiaan. Kejahatan genosida adalah
perbuatan yang dimaksudkan untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian
kelompok bangsa, ras, etnis, agama, dengan berbagai cara. Sedangkan kejahatan terhadap
kemanusiaan adalah perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari penyerangan yang meluas dan
sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditunjukan secara langsung kepada
penduduk sipil.

CONTOH KASUS PELANGGARAN HAM di INDONESIA


1. Peristiwa Trisakti dan Semanggi (1998)
Tragedi Trisakti terjadi pada 12 Mei 1998. Peristiwa ini berkaitan dengan gerakan di era
reformasi yang gencar disuarakan di tahun 1998. Gerakan tersebut dipicu oleh krisis moneter dan
tindakan KKN presiden Soeharto, sehingga para mahasiswa kemudian melakukan demo besar-
besaran di berbagai wilayah yang kemudian berujung dengan bentrok antara mahasiswa dengan
aparat kepolisian.
Tragedi ini mengakibatkan (4 mahasiswa meninggal dan puluhan lainnya luka-luka). Tragedi
Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998 (17 orang warga sipil meninggal) dan tragedi
Semanggi II pada 24 September 1999 (1 orang mahasiswa meninggal dan 217 orang luka-luka).

2. Kasus Marsinah 1993


Kasus Marsinah terjadi pada 3-4 Mei 1993. Seorang pekerja dan aktivitas wanita PT Catur
Putera Surya Porong, Jatim
Peristiwa ini berawal dari aksi mogok yang dilakukan oleh Marsinah dan buruh PT CPS. Mereka
menuntun kepastian pada perusahaan yang telah melakukan PHK mereka tanpa alasan. Setelah
aksi demo tersebut, Marsinah malah ditemukan tewas 5 hari kemudian. Ia tewas di kawasan
hutan Wilangan, Nganjuk dalam kondisi mengenaskan dan diduga menjadi korban pelanggaran
HAM berupa penculikan, penganiayaan dan pembunuhan. Penyelidikan masih belum
menemukan titik terang hingga sekarang.
3. Aksi Bom Bali 2002
Peristiwa ini terjadi pada tahun 2002. Sebuah bom diledakkan di kawasan Legian Kuta, Bali oleh
sekelompok jaringan teroris.
Kepanikan sempat melanda di penjuru Nusantara akibat peristiwa ini. Aksi bom bali ini juga
banyak memicu tindakan terorisme di kemudian hari.
Peristiwa bom bali menjadi salah satu aksi terorisme terbesar di Indonesia. Akibat peristiwa ini,
sebanyak ratusan orang meninggal dunia, mulai dari turis asing hingga warga lokal yang ada di
sekitar lokasi.

4. Peristiwa Tanjung Priok (1984)


Kasus tanjung Priok terjadi tahun 1984 antara aparat dengan warga sekitar yang berawal dari
masalah SARA dan unsur politis.
Peristiwa ini dipicu oleh warga sekitar yang melakukan demonstrasi pada pemerintah dan aparat
yang hendak melakukan pemindahan makam keramat Mbah Priok. Para warga yang menolak
dan marah kemudian melakukan unjuk rasa, hingga memicu bentrok antara warga dengan
anggota polisi dan TNI.
Dalam peristiwa ini diduga terjadi pelanggaran HAM dimana terdapat ratusan korban meninggal
dunia akibat kekerasan dan penembakan.

5. Kasus Penganiayaan Wartawan Udin (1996)


Kasus penganiayaan dan terbunuhnya Wartawan Udin (Fuad Muhammad Syafruddin)terjadi di
yogyakarta 16 Agustus 1996.
Sebelum kejadian ini, Udin kerap menulis artikel kritis tentang kebijakan pemerintah Orde Baru
dan militer. Ia menjadi wartawan di Bernas sejak 1986. Udin adalah seorang wartawan dari
harian Bernas yang diduga diculik, dianiaya oleh orang tak dikenal dan akhirnya ditemukan
sudah tewas.

6. Peristiwa Pemberontakan di Aceh Gerakan Aceh Merdeka/GAM (1976-2005)


Pemberontakan di Aceh dikobarkan oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk memperoleh
kemerdekaan dari Indonesia antara tahun 1976 hingga tahun 2005.
Kecenderungan sistem sentralistik pemerintahan Soeharto, bersama dengan keluhan lain
menyebabkan tokoh masyarakat Aceh Hasan di Tiro untuk membentuk Gerakan Aceh Merdeka
(GAM) pada tanggal 4 Desember 1976 dan mendeklarasikan kemerdekaan Aceh.
Wakil Panglima GAM Wilayah Pase Akhmad Kandang (alm) pernah mengklaim, jumlah
personel GAM 70 ribu. Anggota GAM 490 ribu. Jumlah itu termasuk jumlah korban DOM 6.169
orang.
Konflik antara pemerintah dan GAM yang diakibatkan perbedaan keinginan ini telah
berlangsung sejak tahun 1976 dan menyebabkan jatuhnya hampir sekitar 15,000 jiwa.

7. Penculikan aktivis 1997/1998


adalah peristiwa penghilangan orang secara paksa atau penculikan terhadap para aktivis pro-
demokrasi yang terjadi menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 1997 dan
Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1998 Jakarta Selatan.
Peristiwa penculikan ini dipastikan berlangsung dalam tiga tahap: Menjelang pemilu Mei 1997,
dalam waktu dua bulan menjelang sidang MPR bulan Maret, sembilan di antara mereka yang
diculik selama periode kedua dilepas dari kurungan dan muncul kembali. Beberapa di antara
mereka berbicara secara terbuka mengenai pengalaman mereka. Tapi tak satu pun dari mereka
yang diculik pada periode pertama dan ketiga muncul.[1]Selama periode 1997/1998, KONTRAS
(Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) mencatat 23 orang telah
dihilangkan oleh alat-alat negara. Dari angka itu, 1 orang ditemukan meninggal (Leonardus
Gilang), 9 orang dilepaskan penculiknya, dan 13 lainnya masih hilang hingga hari ini.

8. PELANGGARAN HAM DI TIMOR-TIMUR (1974-1999).


Timor Leste adalah negara baru yang berdiri secara resmi berdasarkan jajak pendapat tahun
1999. Dulunya, ketika masih tergabung dengan Republik Indonesia bernama Timor Timur,
propinsi ke-27. Pemisahan diri Timor Timur memang diwarnai dengan suatu tindak kekerasan
berupa pembakaran yang dilakukan oleh milisi yang kecewa dengan hasil referendum.
Disebutkan telah terjadi pembantaian terhadap 102.800 warga Timor Timur dalam kurun waktu
24 tahun, yakni ketika Timtim masih tergabung dengan Indonesia (1974-1999). Sekitar 85 persen
dari pelanggaran HAM, menurut laporan CAVR, dilakukan oleh pasukan keamanan Indonesia.
9. Kerusuhan Ambon/Maluku (1999)
Kerusuhan Ambon (Maluku) yang terjadi sejak bulan Januari 1999 hingga saat ini telah
memasuki periode kedua, yang telah menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang cukup
besar.
Peristiwa kerusuhan di Ambon (Maluku) diawali dengan terjadinya perkelahian antara salah
seorang pemuda Kristen asal Ambon yang bernama J.L, yang sehari-hari bekerja sebagai sopir
angkot dengan seorang pemuda Islam asal Bugis, NS, penganggur yang sering mabuk-mabukan
dan sering melakukan pemalakan (istilah Ambon "patah" ) khususnya terhadap setiap sopir
angkot yang melewati jalur Pasar Mardika – Batu Merah.
TENTANG PERKEMBANGAN TERAKHIR KONFLIK DI AMBON menurut badan pekerja
kontras (komisi yang menangani kasus orang hilang dan korban tindak kekerasan)
2.7 UPAYA PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HAM YANG DILAKUKAN
PEMERINTAH
Sejak memperoleh kemerdekaan pemerintah Indonesia telah memiliki komitmen untuk
menegakkan dan menghormati Hak Asasi Manusia. Upaya penegakan HAM diIndonesia
dilakukan secara preventif (pencegahan) dan represif (penindakan). Selain kedua cara tersebut
pemerintah melakukan upya lain, yaitu membentuk lembaga lembaga yang bertujuan melindungi
hak asasi manusia.
Upaya yang telah dilakukan antara lain adalah sebagai berikut:
a. Upaya Preventif
upaya preventif ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran hak asasi manusia.
Dengan demikian, upaya preventif ini dilakukan sebelum terjadi pelanggaran hak asasi manusia.
Upaya preventif dilakukan untuk menciptakan suasan kondusif bagi penegakan dan
penghormatan HAM. Upaya preventif dilakukan melalui beberapa cara sebagai berikut.

1. Melakukan perubahan kedua atas UUD 1945, berkenaan dengan HAM, dengan menambahkan
Bab X A dengan judul Hak Asasi Manusia. Bab ini terdiri dari 10 pasal, yaitu pasal 28 A sampai
pasal 28 J.

2. Menetapkan Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, yang
antara lain memuat sebagai berikut:
o Menugaskan kepada lembaga-lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur pemerintah untuk
menghormati, menegakkan dan meyebarluaskan pemahaman tentang hak asasi manusia kepada
seluruh warga masyarakat.
o Menugaskan kepada Presiden serta Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk
segera meratifikasi berbagai intrumen Internasional tentang hak asasi manusia sepanjang tidak
bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

3. Mengundangkan Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang
merupakan tonggak sejarah penting atas pengakuan dan perlindungan HAM. Salah satu
pertimbangan dari pembentukan undang-undang ini adalah salah satu kesadaran bahwa
pelaksanaan, penghormatan, perlindungan dan penegakan HAM selama ini sangat lemah.

4. Mengundangkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi


Manusia. Pengadilan HAM adalah Pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM yang berat
yang meliputi kejahatan terhadap genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan kemanusian.
Prinsip-prinsip yang tertuang dalam undang-undang ini diantarang diadopsi dari The Convention
and punishment of the crime of genocide (1948).

b. Upaya represif
Upaya represif merupakan bentuk usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya
penghomatan dan penegakan hak asasi manusia. Upaya represif dilakukan setelah terjadi
pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Upaya represif dilakukan berdasarkan ketentuan yang
berlaku melalui beberapa cara berikut.
1. Memberikan pelayanan dan konsuktasi serta mendampingi dan membeikan pembelaan
kepada masyarakat yang menghadapi perkara HAM
2. Menerima pengaduan dari korban pelanggaran HAM.
3. Proses penanganan HAM melaui komnas HAM, pengadilan HAM, dan pengadilan HAM
add hoc.

c. Pembentukan kelembagaan HAM diIndonesia


Usaha lain yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam upaya penghormatan dan
penegakan hak asasi manusia adalah pembentukan kelembagaan HAM beberapa lembaga yang
dibentuk dalam upaya penegakan hak asasi manusia sebagai berikut.

1. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia


2. Komisi Nasional Antikekerasan Terhadap Perempuan
3. Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia
4. Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
5. Pengadilan Hak Asasi Manusia Add hoc

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dengan banyaknya keadilan yang mengaruh kepada pelanggaran terhadap hak asasi
manusia, menunjukkan bahwa manusia Indonesia (masyarakat,penyelenggara negara dan
penegak hukum) belum memahami arti sebenarnya hak-hak asasinya (termasuk kewajiban-
kewajiban asasinya). Selengkap dan sebaik apapun peraturan dan perundang-undangan yang
mengatur Hak Aasasi Manusia hanya akan bernilai bila dipraktekkan dalam kehidupan sehari-
hari. Adanya perundang-undangan sudah seharusnya dan sewajarnya untuk dilaksanakan dan
ditegakkan. Sistem peradilan yang tidak memihak dan menjatuhkan hukuman kepada yang
bersalah berdasarkan atas hukum yang benar dan dijalankan sesuai dengan prosedur hukum yang
benar. Hak asasi manusia akan bisa berjalan dengan baik kalau setiap warga negara atau setiap
manusia menjalankan haknya dengan dirinya dengan kata lain bahwa hak asasi manusia akan
berjalan dengan baik apabila hak asasinya itu dibatasi oleh hak asasi orang lain. Peraturan
perundang-undangan adalah sebagai tools o law enforcement bagi penegakkan Hak Asasi
Manusia di Indonesia. Hak asasi manusia akan lebih berjalan atau bisa dijalankan dengan lebih
baik dalam suasana perikehidupan hukum dalam praktek kenegaraannya, senantiasa
menghormati hak-hak warga negaranya dan adanya partisipasi warga negara dalam hal
pengambilan kebijakan-kebijakan publik.

3.2 Saran
Dari kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan agar: (1) pemerintah bersama-
sama dengan masyarakatnya harus senantiasa berusaha untuk meningkatkan kesadaran akan rasa
kemanusiaan yang tinggi, sehingga tercipta masyarakat yang selaras, seimbang dalam
menjalankanhak-hak serta kewajibannya; (2) pemerintah menciptakan aparatur hukum yang
bersih, dan tidak semena-mena dalam menjalankan tugasnya; (3) memberikan sanksi yang tegas
bagi pelanggar Hak Asasi Manusia; (4) penanaman nilai-nilai etika dan keagamaan pada semua
lapisan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, Kees. (1971). Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta: Kanisius.


Forsythe, David P. (1983). Human Right and World Polotics, Terj. Tom Gunadi, Bandung:
Angkasa.
Mariam Budiharjo. (1985). Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia
Notonagoro (1971). Pancasila Dasar Falsafah Negara, Jakarta: Pancuran Tujuh
Yasin Tasrif. (1999). “Hak Asasi Manusia dalam Kerangka Hukum Nasional Indonesia”.
Makalah dalam Lokakarya Integrasi Materi HAM ke Dalam Mata Kuliah Umum,
Unversitas Diponegoro, Semarang.
Majalah, What is Democracy, United State Information Agency, 1991.
Undang-undang RI Nomor 39 Tahun 2000, Hak Asasi Manusia, Jakarta: Sinar Grafika.
Abdullah, Rozali, 2002, Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan HAM, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
A. Hamid S. Attamimi, 1999, Peranan keputusan Presiden Republik Indonesia dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, Desertasi, UI, Jakarta.
Bazar harahap, 2006, Hak Asasi Manusia Dan hukumnya, Perhimpunan cendekiawan indefenden
Indonesia. Jakarta
Dahlan Thaib, 2004. Teori dan hukum Konstitusi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Davidsoon, Scoot, 1994, Hak Asasi Manusia, PT. Pustaka Utama, Jakarta.
Lokakarya Nasional II, 1994, Hak Asasi Manusia, Departemen Luar Negeri, Jakarta.
Muladi, 2002, Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana, UNDIP, Semarang.
ISBN : 978-602-17813-0-2 MONOGRAF, VOLUME 1, 2013
Prinst, Darwon, 2001, Sosiolisasi dan Diseminasi Penegakan Hak Asasi Manusia, Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Rhona K.M. Smith, at al, 2008, Hukum Hak Asasi Indonesia, PUSHAM UII, 2008 Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai