Anda di halaman 1dari 11

PERTEMUAN – 9

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

HAK ASASI MANUSIA

Dosen :
Dr. Suparno, SH., MH

NAMA : MUHAMAD FAHRIZAL


NPM : 4322130008
FAKULTAS TEKNIK
PENGERTIAN HAM
Pengertian HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat
kodratif dan fundamental sebagai suatu anugrah Allah yang harus dihormati,
dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat atau Negara.
Sedangkan dalam UU tentang Hak Asasi Manusia dijelaskan bahwa
pengertian Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka
1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.
Pengertian HAM menurut John Locke
Sebagai seorang filsuf yang banyak memutar pemikirannya tentang berbagai
hal terkait hubungan dengan ke-Tuhan-an, pandangan John Locke tidak
terlepas dari pandangan tentang hal-hal ilahi. Secara khusus John Locke
menyebut bahwa manusia memiliki hak-hak yang secara kodrati diberikan
oleh Tuhan.

SEJARAH TERJADINYA HAM


Sejarah HAM atau hak asasi manusia berawal dari dunia Barat (Eropa).
Seorang filsuf Inggris pada abad ke 17, John Locke, merumuskan adanya
hak alamiah (natural rights) yang melekat pada setiap diri manusia, yaitu hak
atas hidup, hak kebebasan,dan hak milik. Pada waktu itu, hak masih terbatas
pada bidang sipil (pribadi) dan politik. Sejarah perkembangan hak asasi
manusia ditandai adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu Magna
Charta, Revolusi Amerika, dan Revolusi Prancis.
a. Magna Charta (1215)
Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dengan para bangsawan
disebut Magna Charta. Isinya adalah pemberian jaminan beberapa hak oleh
raja kepada para bangsawan beserta keturunannya, seperti hak untuk tidak
dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan.
b. Revolusi Amerika (1276)
Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat melawan penjajahan Inggris
disebut Revolusi Amerika. Declaration of Independence (Deklarasi
Kemerdekaan) dan Amerika Serikat menjadi negara merdeka tanggal 4 Juli
1776 merupakan hasil dari revolusi ini.
c. Revolusi Prancis (1789)
Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis kepada rajanya
sendiri (Louis XVI) yang telah bertindak sewenang-wenang dan absolut.
Declaration des droits de I'homme et du citoyen (Pernyataan Hak-Hak
Manusia dan Warga Negara) dihasilkan oleh Revolusi Prancis. Pernyataan
ini memuat tiga hal: hak atas kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan
persaudaraan (fraternite).
Keempat macam macam kebebasan itu meliputi:
a) kebebasan untuk beragama (freedom of religion),
b) kebebasan untuk berbicara dan berpendapat (freedom of speech),
c) kebebasan dari kemelaratan (freedom from want), dan
d) kebebasan dari ketakutan (freedom from fear).
Adapun berdasarkan sejarah perkembangannya, ada tiga generasi hak asasi
manusi :
a) Generasi pertama adalah hak sipil dan politik yang bermula di dunia
Barat (Eropa)
b) Generasi kedua adalah hak ekonomi, sosial, dan budaya yang
diperjuangkan oleh Negara-negara sosialis di Eropa Timur
c) Generasi ketiga adalah hak perdamaian dan pembangunan yang
diperjuangkan oleh negara-negara berkembang (Asia-Afrika).
Hak asasi manusia kini sudah diakui seluruh dunia dan bersifat universal,
meliputi berbagai bidang kehidupan manusia dan tidak lagi menjadi milik
Negara Barat saja. Sekarang ini, hak asasi manusia telah menjadi isu
kontemporer di dunia. PBB pada tanggal 10 Desember 1948 mencanangkan
Declaration Universal of Human Rights (Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia).
Hasil rumusan mengenai hak asasi manusia oleh negara-negara di dunia,
antara lain, dijabarkan dalam :
a. Declaration on The Rights of Peoples to Peace (Deklarasi Hak Bangsa
atas Perdamaian) oleh negara-negara Dunia Ketiga pada tahun 1984;
b. Bangkok Declaration, diterima oleh negara-negara Asia pada tahun 1993;
c. Deklarasi universal dari negara-negara yang tergabung dalam PBB tahun
1993;
d. African Charter on Human and Peoples Rights (Banjul Charter) oleh
negara-negara Afrika yang tergabung dalam Persatuan Afrika (OAU) pada
tahun 1981;
e. Declaration on The Rights to Development (Deklarasi Hak atas
Pembangunan) pada tahun 1986 oleh negara-negara Dunia Ketiga;
f. Cairo Declaration on Human Rights in Islam oleh negara-negara yang
tergabung dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam) tahun 1990.

PELAKSANAAN HAM MENURUT DUHAM 1928,


UUD 1945 & UU NO. 39/1999
DUHAM 1928
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) merupakan elemen
pertama dari Peraturan Perundang-Undangan Hak Asasi Manusia
Internasional (International Bill of Rights) yakni suatu tabulasi hak dan
kebebasan fundamental. Ketika DUHAM diterima, resolusi itu juga
menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menyebarluaskan isi
deklarasi tersebut.
DUHAM tetap menjadi akar dari instrumen hak asasi manusia internasional,
bahkan lebih dari 60 tahun setelah penetapannya. Tidak satu negara pun
dapat menanggung kerugian yang dapat timbul dari pengabaian hak asasi
manusia. Sebaliknya, mereka harus memastikan penghormatan terhadap
hak dan kebebasan yang dicantumkan dalam suatu deklarasi sebagai
standar minimum.
Pada intinya Konvenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (KIHSP)
memberikan dampak hukum kepada Pasal 3-21 DUHAM. Konvenan ini
mengandung hak-hak demokratis yang esensial, kebanyakan terkait dengan
berfungsinya suatu negara dan hubungannya dengan warganegaranya.
1. Hak untuk Menentukan Nasib Sendiri
2. Hak untuk Hidup
3. Kebebasan Menyampaikan Pendapat
4. Hak Beragama dan Keyakinan
5. Hak yang sama atas Hukum
6. Hak untuk Memperoleh Pendidikan
7. Hak Pekerja
8. Hak untuk Pengidupan yang Layak
UUD 1945
Hak asasi merupakan hak dasar manusia yang dibawa sejak lahir oleh setiap
diri manusia.
Sesuai dengan BAB XA tentang Hak Asasi Manusia UUD 1945 yang
termasuk kepada hak asasi manusia adalah sebagai berikut :
1. Hak untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya.
2. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
3. Hak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
4. Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan
kualitas hidupnya dan kesejahteraan umat manusia.
5. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif dan membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
6. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
7. Hak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
dan layak dalam hubungan kerja.
8. Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
9. Hak atas status kewarganegaraan.
10. Hak untuk memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilh pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
11. Berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
12. Berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.
13. Berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia.
14. Berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak
atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
15. Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh
suaka politik dari negara lain.
16. Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
17. Hak untuk mendapat kemudahan dan perlakukan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan.
18. Hak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
19. Hak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oelh siapapun
Hal-hal tersebut di atas merupakan hak asasi manusia yang disebutkan
dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, kemudian diatur lebih
lanjut dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.
UU NO. 39/1999
Dasar hukum Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia adalah:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal
30, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33 ayat (1) dan ayat (3), dan Pasal 34
Undang-Undang Dasar 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor XVII/MPR/1998
tentang Hak Asasi Manusia;
Bahwa manusia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa akal budi dan
nurani yang memberikan kepadanya kemampuan untuk membedakan yang
baik dan yang buruk yang akan membimbing dan mengarahkan sikap dan
perilaku dalam menjalani kehidupannya. Dengan akal budi dan nuraninya itu,
maka manusia memiliki kebebasan untuk memutuskan sendiri perilaku atau
perbuatannya. Sejalan dengan pandangan di atas, Pancasila sebagai dasar
negara mengandung pemikiran bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan Yang
Maha Esa dengan menyandang dua aspek yakni, aspek individualitas
(pribadi) dan aspek sosialitas (bermasyarakat). Oleh karena itu, kebebasan
setiap orang dibatasi oleh hak asasi orang lain. Ini berarti bahwa setiap orang
mengemban kewajiban mengakui dan menghormati hak asasi orang lain.
Untuk melaksanakan kewajiban yang diatur dalam Undang-Undang Dasar
1945 tersebut, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dengan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia menugaskan kepada Lembaga-
lembaga Tinggi Negara dan seluruh Aparatur Pemerintah, untuk
menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman mengenai
hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat, seta segera meratifikasi
berbagai instrumen Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi
Manusia, sepanjang tidak bertentangan dengan pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
Dasar pemikiran pembentukan Undang-undang ini adalah sebagai berikut:
a. Tuhan Yang Maha Esa adalah pencipta alam semesta dengan segala
isinya;
b. pada dasarnya, manusia dianugerahi jiwa, bentuk, struktur,
kemampuan, kemauan serta berbagai kemudahan oleh Penciptanya,
untuk menjamin kelanjutan hidupnya;
c. untuk melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan martabat
manusia, diperlukan pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia,
karena tanpa hal tersebut manusia akan kehilangan sifat dan
martabatnya, sehingga dapat mendorong manusia menjadi serigala
bagi manusia lainnya (homo homini lupus);
d. karena manusia merupakan makhluk sosial, maka hak asasi manusia
yang satu dibatasi oleh hak asasi manusia yang lain, sehingga
kebebasan atau hak asasi manusia bukanlah tanpa batas;
e. hak asasi manusia tidak boleh dilenyapkan oleh siapapun dan dalam
keadaan apapun;
f. setiap hak asasi manusia mengandung kewajiban untuk menghormati
hak asasi manusia orang lain, sehingga di dalam hak asasi manusia
terdapat kewajiban dasar;
g. hak asasi manusia harus benar-benar dihormati, dilindungi, dan
ditegakkan, dan untuk itu pemerintah, aparatur negara, dan pejabat
publik lainnya mempunyai kewajiban dan tanggung jawab menjamin
terselenggaranya penghormatan, perlindungan, dan penegakan hak
asasi manusia.
Di samping itu, Undang-undang ini mnengatur mengenai Pembentukan
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sebagai lembaga mandiri yang
mempunyai fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk
melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi
tentang hak asasi manusia.

PENYELENGGARAAN HAM DI INDONESIA :


A. KEBERHASILAN, B. KENDALA

A. KEBERHASILAN
Terwujudnya perlindungan terhadap HAM di suatu negara tidak lepas dari
kerjasama antar berbagai pihak baik warga negara, aparat kepolisian
maupun pemerintah negara. Di Indonesia perlindungan HAM juga terus
berprogres, salah satunya adalah dengan dibentuknya jaminan
penegakkan HAM dalam bentuk peraturan perundang-undangan.
Dengan adanya jaminan penegakan HAM ini, diharapkan semua jenis-
jenis pelanggaran HAM, baik yang berupa pelanggaran HAM berat
maupun Pelanggaran HAM ringan menjadi menurun jumlahnya.
Program tersebut bernama Rencana Aksi Nasional HAM. Bentuk dari
program tersebut adalah adanya persiapan dalam bentuk pengesahan
dalam perangkat hukum sifat internasional dalam HAM, adanya bentuk
penentuan dalam prioritas dalam HAM, mempunyai perangkat dalam
hukum HAM.
Pada tahun 2002, Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) telah
ditetapkan sebagai lembaga yang memberikan perlindungan HAM rakyat
Indonesia. Polri juga senantiasa menjaga supremasi HAM dengan
melaksanakan tugas-tugas yang dijelaskan dalam UU yang sama.
Untuk mencapai suatu keberhasilan penegakan HAM, pastinya perlu
pencapaian beberapa faktor pengaruhnya. Di Indonesia sendiri jika dilihat
dari keadaan penegakan HAM dan juga masih seringnya pelanggaran
terhadap HAM terjadi, maka dapat disimpulkan perlunya pencapaian
terhadap beberapa faktor keberhasilan penegakan HAM di Indonesia
berikut ini. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan penegakan
HAM di Indonesia diantaranya adalah:
1. Lembaga Penegakan Supremasi Hukum
2. Kesadaran akan HAM
3. Kesadaran Politik Pemerintah
4. Hubungan Hukum dan HAM

B. KENDALA
1. Kendala Budaya
2. Kendala Politik
3. Kendala Hukum
4. Hukum Domestik dan Hukum Internasional
5. Keterbatasan Funding

Anda mungkin juga menyukai