Lebih lanjut, dasar utama masyarakat madani adalah persatuan dan integrasi sosial
yang didasarkan pada suatu pedoman hidup, menghindarkan diri dari konflik dan
permusuhan yang menyebabkan perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan.
• Free public sphere, maksudnya adalah ruang publik yang bebas sebagai sarana
dalam mengemukakan pendapat.
• Demokratis, maksudnya adalah masyarakat dapat berlaku santun dalam pola
hubungan interaksi dengan masyarakat sekitarnya dengan tidak
mempertimbangkan aspek suku, ras, dan agama.
• Toleran, maksudnya adalah sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani
untuk menunjukkan sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang
dilakukan oleh orang lain.
• Pluralisme, maksudnya adalah pertalian sejati kebinekaan dalam ikatan-ikatan
keadaban. Pluralisme erat kaitannya dengan sikap toleransi kepada orang lain, yang
nyatanya dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat yang majemuk.
• Keadilan sosial, maksudnya adalah keseimbangan dan pembagian yang
proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga yang meliputi seluruh aspek
kehidupan.
KEWAJIBAN SEORANG MUSLIM
DALAM MASYARAKAT
Kewajiban muslim terhadap muslim lainnya tentu telah dijelaskan secara
rinci dalam islam.
Sejatinya umat muslim adalah saudara. Jika salah satu tersakiti, maka yang
lain ikut sakit. Maka itu, kita wajib bersatu dan jangan sampai terpecah belah.
Nah, berikut ini beberapa kewajiban muslim terhadap muslim lainnya yang
harus dilakukan sesuai perintah Allah Azza wa Jalla dan Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam.
Mengantarkan Jenazah
• Ketika seorang muslim meninggal, maka kewajiban muslim lainnya adalah
mengantarkan jenazah tersebut ke tempat pemakaman dan juga
menyolatkan. Kewajiban ini akan mendatangkan pahala yang besar dari
sisi Allah Ta’ala.
• Sebagaimana dijelaskan dalam hadist shahih: “Siapa yang mengantarkan
jenazah hingga menshalatkannya maka baginya pahala satu qhirath, dan
siapa yang mengantarkannya hingga dimakamkan maka baginya pahala
dua qhirat. Beliau ditanya: Apakah yang dimaksud qhirath?, beliau
menjawab: Bagaikan dua gunung yang besar.”(HR. Bukhori dan Muslim).
Mengucapkan Salam
• Kewajiban muslim terhadap muslim lainnya berikutnya adalah menebarkan
salam. Saat bertemu di jalan, hendaklah sesama muslim saling
mengucapkan salam. Ucapan salam dapat mendatangkan rahmat dan
mempererat ukhuwah islamiyah.
Memberi Nasehat
• Apabila kita melihat saudara sesama muslim melakukan sesuatu yang salah,
maka kewajiban kita untuk menasehatinya. Begitupun saat seseorang datang
kepada kita. Ia lagi tertimpa masalah dan ia bingung lalu ingin meminta saran.
Maka kita juga wajib memberikan saran-saran yang benar sesuai syariat agama.
Memenuhi Undangan
• Apabila kita mendapatkan undangan dari kerabat, baik itu undangan
pernikahan, undangan reuni, perkumpulan di majelis ilmu atau lainnya maka
kewajiban kita datang memenuhi undangan tersebut. Tujuannya untuk
menghormati orang yang telah mengundang. Selain itu juga untuk memupuk
ikatan persaudaraan. Memenuhi undangan hukumnya memang tidak
diwajibkan. Tetapi sunnah muakkad, yaitu sunnah yang diutamakan. Maka itu,
kita harus mengusahakan datang kecuali ada urusan yang benar-benar
mendesak.
Menjawab Orang Bersin
• Apabila kita bersin, maka kewajiban kita adalah mengucapkan
hamdalah sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Ta’ala. Sedangkan
untuk orang yang mendengar wajib mengucapkan “Yaharmukallah”.
Lalu kita jawab lagi “Yadikumullah”.
Saling Menyayangi
• Saling menyayangi juga merupakan kewajiban muslim terhadap
muslim lainnya. Dari sahabat Nu’man bin Basyir, Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
Saling Tolong-Menolong Dalam Kebaikan
• Sebagai sesama muslim, kita juga diwajibkan untuk saling tolong-
menolong dalam hal kebaikan. Misalnya berdakwah, membantu saat
temannya kesusahan, membantu kegiatan di kampung dan
sebagainya.
Menutupi Aib Saudaranya (Teman atau Keluarga)
• Setiap manusia pasti pernah berbuat salah. Saat kita mengetahui aib
kerabat kita maka kewajiban kita adalah diam. Kita tidak boleh
mengumbar-umbarnya. Sebab kita pun juga memiliki aib sendiri.
Daripada sibuk menjelek-jelekan orang lain, lebih baik kita memperbaiki
diri sendiri.
Memanggil Dengan Gelar yang Baik
• Menyebut orang lain dengan gelar yang buruk tampaknya sudah menjadi
fenomena di negeri kita. Tak jarang seseorang memanggil temannya
dengan sebutan yang jelek dengan dalil hanya bercanda. Padahal candaan
pun terkadang bisa menyakiti hati. Janganlah dilakukan perbuatan
demikian! Panggilah saudara kita dengan nama-nama mereka. Jangan
memanggilnya onta, babi, kambing, tiang listri, cebol atau gelar buruk
lainnya. Perbuatan tersebut sungguh sangat zalim dan bisa mendatangkan
dosa.
Tidak Saling Mendengki Atau Bemusuhan
• Dari Abu Hurairah RA. Dia berkata, Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
• “Janganlah kalian saling mendengki, saling menipu, saling membenci, saling menjauhi dan
janganlah membeli barang yang sedang ditawar orang lain. Dan jadilah kamu sekalian
hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lain,
maka tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, mendustainya dan menghinakannya.
Taqwa itu ada di sini (seraya menunjuk dada beliau tiga kali). Seseorang telah dikatakan
berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim haram darahnya
bagi muslim yang lain, demikian juga harta dan kehormatannya”. (HR. Muslim)
Tidak Boleh Saling Mendiamkan Lebih Dari 3 Hari
• Antara sesama muslim tidak boleh bertengkar dan berdiam diri lebih dari 3 hari. Sebagaimana
dijelaskan dalam hadist:
• Dari Abi Ayub al-Anshariy, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Tidak halal seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam di mana
keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling. Yang terbaik di antara
keduanya ialah orang yang memulai mengucapkan salam”. “(HR. Muslim)
Bersikap Rendah Hati
• Kewajiban muslim terhadap muslim lainnya adalah bersikap rendah hati. Tidak boleh saling
sombong, pamer dan iri hati. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Al-Quran:
• “Dan Rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang
KONSEP KEBUDAYAAN DALAM ISLAM
• Dalam Islam , memang tidak ada suatu rumusan yang kongkret mengenai
suatu kebudayaan. Berkaitan dengan masalah kebudayaan. Islam memberi
kerangka asas atau prinsip yang bersifat hakiki atau esensial. Dengan kata
lain, Islam hanya memberikan konsep dasar yang dalam perwujudannya
tergantung pada pemahaman pendukungnya.
• Dalam keadaan atau waktu yang berbeda, esensinya diwujudkan oleh
aksidensi yang sangat ditentukan oleh aspek ekonomi, politik, sosial budaya,
teknik, seni, dan mungkin juga oleh filsafat.
• Ciri-ciri yang membedakan antara kebudayaan Islam dengan budaya lain,
diungkapkan oleh Siba’i bahwa ciri-ciri kebudayaan Islam adalah yang
ditegakkan atas dasar aqidah dan tauhid, berdimensi kemanusiaan murni,
diletakkan pada pilar-pilar akhlak mulia, dijiwai oleh semangat ilmu (Zainal,
1993:60).
• Kebudyaan Islam dapat dipahami sebagai hasil olah akal,
budi, cipta, karya, karsa, dan rasa manusia yang bernafaskan
wahyu ilahi dan sunnah Rasul. Yakni suatu kebudayaan akhlak
karimah yang muncul sebagai implementasi Al-Qur’an dan
Al-Hadist dimana keduanya merupakan sumber ajaran agama
Islam, sumber norma dan sumber hukum Islam yang pertama
dan utama.
• Dengan demikian kebudayaan Islam dapat dipilah menjadi
tiga unsure prinsipil, yaitu kebudayaan Islam sebagai hasil
cipta karya orang Islam; kebudayaan tersebut didasarkan pada
ajaran Islam; dan merupakan pencerminan dari ajaran Islam.
• Ketiga unsur tersebut merupakan kesatuan yang utuh dan tidak
dapat terpisah satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, sebagus
apapun kebudayaannya, jika itu bukan merupakan produk kaum
Mslimin tidak bias dikatakan dan diklaim sebagai budaya Islam.
• Demikian pula sebaliknya, meskipun budaya tersebut merupakan
produk orang-orang Islam, tetapi substansinya sama sekali tidak
mencerminkan norma-norma ajaran Islam. Dengan kata lain, Al-
Faruqi (2001) menegaskan bahwa sesungguhnya kebudayaan Islam
adalah “Kebudayaan Al-Qur’an“, karena semuanya berasal dari
rangkaian wahyu Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW pada
abad ketujuh. Tanpa wahyu kebudayaan Islami Islam, filsafat Islam,
hukum Islam, masyarakat Islam maupun organisasi politik atau
ekonomi Islam.
PERAN ISLAM DALAM PERADABAN DUNIA
Semakin berkembang dan tersebarnya jumlah masjid dari perkotaan sampai ke pelosok desa,
merupakan potensi utama dalam mengoptimalkan peranan masjid sebagai sarana pembinaan umat,
dengan mengimplementasikan fungsi – fungsi masjid sebagai berikut :
1. Fungsi persatuan dan Ukhuwah Islamiyah, maksudnya adalah dengan berkumpulnya umat
Islam dalam rangka melaksankan shalat jama’ah di masjid akan mengarahkan segenap
Muslimin dan Muslimat untuk semakin memperkokoh keutuhan persatuan dan persaudaraan
(Ukhuwah Islamiyah) ;
2. Fungsi masjid sebagai Pewaris nilai – nilai ajaran agama Islam, dengan memposisikan
masjid menjadi tempat pengajaran, pendidikan Islam dan pengembangan ilmu ;
3. Fungsi Dakwah, yakni masjid dapat dimanfaatkan para Da’i (Muballigh dan Muballighat)
untuk memberikan fatwa atau nasehat agama kepada segenap umat Islam di sekitarnya ;