Anda di halaman 1dari 8

PERTEMUAN – 10

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SISTEM KEMASYARAKATAN DALAM ISLAM

DOSEN :
Dr. Suparno, SH.,MH.,MM

NAMA : MUHAMAD FAHRIZAL


NPM : 4322130008
FAKULTAS TEKNIK
MASYARAKAT MADANI
• Konsep masyarakat madani sebenarnya merupakan terjemahan dari
kata civil society (masyarakat sipil) yang banyak digunakan oleh
negara-negara barat. Meskipun berasal dari terjemahan bahasa
Inggris, konsep masyarakat madani tidak sama persis dengan konsep
civil society. Konsep civil society yang digunakan oleh negara-negara
barat lebih berorientasi penuh pada kebebasan individu. Sementara
dalam konsep masyarakat madani terdapat keseimbangan antara
individu dengan masyarakat.
• Ciri utama masyarakat madani adalah kemajemukan budaya,
hubungan timbal balik, dan sikap saling memahami dan menghargai.
Selain itu, masyarakat madani juga bisa diartikan sebagai proses
penciptaan peradaban yang mengacu pada nilai-nilai kebijakan
bersama.
Beberapa karakteristik masyarakat madani, yaitu:
• Free public sphere, maksudnya adalah ruang publik yang bebas
sebagai sarana dalam mengemukakan pendapat.
• Demokratis, maksudnya adalah masyarakat dapat berlaku santun
dalam pola hubungan interaksi dengan masyarakat sekitarnya dengan
tidak mempertimbangkan aspek suku, ras, dan agama.
• Toleran, maksudnya adalah sikap yang dikembangkan dalam
masyarakat madani untuk menunjukkan sikap saling menghargai dan
menghormati aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
• Pluralisme, maksudnya adalah pertalian sejati kebinekaan dalam
ikatan-ikatan keadaban. Pluralisme erat kaitannya dengan sikap
toleransi kepada orang lain, yang nyatanya dibutuhkan dalam
kehidupan masyarakat yang majemuk.
• Keadilan sosial, maksudnya adalah keseimbangan dan pembagian
yang proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga yang
meliputi seluruh aspek kehidupan.
KEWAJIBAN SEORANG MUSLIM
DALAM MASYARAKAT
Kewajiban muslim terhadap muslim lainnya tentu telah dijelaskan secara rinci
dalam islam.
Sejatinya umat muslim adalah saudara. Jika salah satu tersakiti, maka yang
lain ikut sakit. Maka itu, kita wajib bersatu dan jangan sampai terpecah belah.
Nah, berikut ini beberapa kewajiban muslim terhadap muslim lainnya yang
harus dilakukan sesuai perintah Allah Azza wa Jalla dan Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam.
Mengantarkan Jenazah
• Ketika seorang muslim meninggal, maka kewajiban muslim lainnya
adalah mengantarkan jenazah tersebut ke tempat pemakaman dan
juga menyolatkan. Kewajiban ini akan mendatangkan pahala yang
besar dari sisi Allah Ta’ala.
Mengucapkan Salam
• Kewajiban muslim terhadap muslim lainnya berikutnya adalah
menebarkan salam. Saat bertemu di jalan, hendaklah sesama muslim
saling mengucapkan salam. Ucapan salam dapat mendatangkan
rahmat dan mempererat ukhuwah islamiyah.
Memberi Nasehat
• Apabila kita melihat saudara sesama muslim melakukan sesuatu yang
salah, maka kewajiban kita untuk menasehatinya. Begitupun saat
seseorang datang kepada kita. Ia lagi tertimpa masalah dan ia bingung
lalu ingin meminta saran. Maka kita juga wajib memberikan saran-
saran yang benar sesuai syariat agama.
Memenuhi Undangan
• Apabila kita mendapatkan undangan dari kerabat, baik itu undangan
pernikahan, undangan reuni, perkumpulan di majelis ilmu atau lainnya
maka kewajiban kita datang memenuhi undangan tersebut. Tujuannya
untuk menghormati orang yang telah mengundang.
Menjawab Orang Bersin
• Apabila kita bersin, maka kewajiban kita adalah mengucapkan
hamdalah sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Ta’ala. Sedangkan
untuk orang yang mendengar wajib mengucapkan “Yaharmukallah”.
Lalu kita jawab lagi “Yadikumullah”.
Saling Menyayangi
• Saling menyayangi juga merupakan kewajiban muslim terhadap
muslim lainnya. Dari sahabat Nu’man bin Basyir, Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda :
Saling Tolong-Menolong Dalam Kebaikan
• Sebagai sesama muslim, kita juga diwajibkan untuk saling tolong-
menolong dalam hal kebaikan. Misalnya berdakwah, membantu saat
temannya kesusahan, membantu kegiatan di kampung dan
sebagainya.
Menutupi Aib Saudaranya (Teman atau Keluarga)
• Setiap manusia pasti pernah berbuat salah. Saat kita mengetahui aib
kerabat kita maka kewajiban kita adalah diam. Kita tidak boleh
mengumbar-umbarnya. Sebab kita pun juga memiliki aib sendiri.
Daripada sibuk menjelek-jelekan orang lain, lebih baik kita
memperbaiki diri sendiri.
Memanggil Dengan Gelar yang Baik
• Menyebut orang lain dengan gelar yang buruk tampaknya sudah
menjadi fenomena di negeri kita. Tak jarang seseorang memanggil
temannya dengan sebutan yang jelek dengan dalil hanya bercanda.
Padahal candaan pun terkadang bisa menyakiti hati.
Tidak Saling Mendengki Atau Bemusuhan
Dari Abu Hurairah RA. Dia berkata, Rasulullah shollallahu alaihi wasallam
bersabda:
• “Janganlah kalian saling mendengki, saling menipu, saling
membenci, saling menjauhi dan janganlah membeli barang yang
sedang ditawar orang lain. Dan jadilah kamu sekalian hamba-hamba
Allah yang bersaudara. Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang
lain, maka tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya,
mendustainya dan menghinakannya. Taqwa itu ada di sini (seraya
menunjuk dada beliau tiga kali). Seseorang telah dikatakan berbuat
jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim
haram darahnya bagi muslim yang lain, demikian juga harta dan
kehormatannya”. (HR. Muslim)
Tidak Boleh Saling Mendiamkan Lebih Dari 3 Hari
Antara sesama muslim tidak boleh bertengkar dan berdiam diri lebih dari 3
hari. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist:
• Dari Abi Ayub al-Anshariy, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam bersabda: “Tidak halal seorang muslim mendiamkan
saudaranya lebih dari tiga malam di mana keduanya bertemu lalu yang
ini berpaling dan yang itu berpaling. Yang terbaik di antara keduanya
ialah orang yang memulai mengucapkan salam”. “(HR. Muslim)
Bersikap Rendah Hati
• Kewajiban muslim terhadap muslim lainnya adalah bersikap rendah
hati. Tidak boleh saling sombong, pamer dan iri hati. Sebagaimana
firman Allah Ta’ala dalam Al-Quran:
• “Dan Rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu,
yaitu orang-orang yang beriman” (QS Asy Ssuara: 215)

KONSEP KEBUDAYAAN DALAM ISLAM


• Dalam Islam , memang tidak ada suatu rumusan yang kongkret
mengenai suatu kebudayaan. Berkaitan dengan masalah kebudayaan.
Islam memberi kerangka asas atau prinsip yang bersifat hakiki atau
esensial. Dengan kata lain, Islam hanya memberikan konsep dasar
yang dalam perwujudannya tergantung pada pemahaman
pendukungnya.
• Dalam keadaan atau waktu yang berbeda, esensinya diwujudkan oleh
aksidensi yang sangat ditentukan oleh aspek ekonomi, politik, sosial
budaya, teknik, seni, dan mungkin juga oleh filsafat.
• Ciri-ciri yang membedakan antara kebudayaan Islam dengan budaya
lain, diungkapkan oleh Siba’i bahwa ciri-ciri kebudayaan Islam adalah
yang ditegakkan atas dasar aqidah dan tauhid, berdimensi
kemanusiaan murni, diletakkan pada pilar-pilar akhlak mulia, dijiwai
oleh semangat ilmu (Zainal, 1993:60).
• Ketiga unsur tersebut merupakan kesatuan yang utuh dan tidak dapat
terpisah satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, sebagus apapun
kebudayaannya, jika itu bukan merupakan produk kaum Mslimin tidak
bias dikatakan dan diklaim sebagai budaya Islam.
• Demikian pula sebaliknya, meskipun budaya tersebut merupakan
produk orang-orang Islam, tetapi substansinya sama sekali tidak
mencerminkan norma-norma ajaran Islam. Dengan kata lain, Al-Faruqi
(2001) menegaskan bahwa sesungguhnya kebudayaan Islam adalah
“Kebudayaan Al-Qur’an“, karena semuanya berasal dari rangkaian
wahyu Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW pada abad ketujuh.
Tanpa wahyu kebudayaan Islami Islam, filsafat Islam, hukum Islam,
masyarakat Islam maupun organisasi politik atau ekonomi Islam.

PERAN ISLAM DALAM PERADABAN DUNIA


• umbangsih ajaran Islam terhadap peradaban dunia yang berfaat besar
bagi masyarakat modern justru belum banyak difahami oleh sebagian
pemeluk agama tersebut karena keterbatasan aksesnya.
• Padahal, agama Islam memiliki ajaran yang berpotensi besar dapat
membangun peradaban yang independen, unik dan komprehensif
sehingga banyak bergun bagi peradaban dunia dan kemanusiaan.
• Adapun buah astronom bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad
ibn Jabir ibn Sinan ar-Roggi al-Harrani as-Sabi al-Battani itu antara lain
tentang lamanya bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365
hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.
• Selain itu, lanjutnya, Al-Battani juga mengubah sistem perhitungan
lama yang membagi satu hari ke dalam 60 bagian, menjadi hanya 12
bagian (jam), dan setelah ditambah 12 jam waktu malam sehingga
berjumlah 24 jam.
• Al-Battani kemudian diambil alih para astronom Eropa, dan karena
Eropa menguasai perkembangan sains astronomi modern sejak abad
17 Masehi, maka patokan satu hari 24 jam menjadi populer hingga
sekarang.
• Dengan demikian, hasil observasi astronomi Al-Battani selama 42
tahun itu dianggap memiliki ketepatan yang luar biasa, dalam
menentukan koefisien astronomis dengan hasil yang sangat dekat
dengan perhitungan modern.
• Sosok Al-Battani merupakan salah satu dari para ilmuan muslim
seperti Al-Khwarizmi ( 780 - 863 M ), Abu al-Wafa', Umar Khayyam, al-
Biruni, Ibn al-Haitsam, Jabir bin Hayyan, Zakariyya al-Razi, Ibn Sina,
yang menghidupkan dimensi kreatif bidang sains, seni, budaya, filsafat
dan tasawuf yang bersumber dari ajaran Islam.

FUNGSI MASJID DI MASYARAKAT


Masjid Sebagai Pusat Ibadah
• Kehidupan umat Islam yang tetap cenderung mempertahankan
eksistensinya sebagai hamba ALLAH dengan memanfaatkan masjid
sebagai sarana melaksanakan ibadah menunjukkan betapa peranan
masjid sangat strategis, khususnya berkaitan dengan fungsinya
sebagai Pusat Ibadah.
MASJID SEBAGAI SARANA PEMBINAAN UMAT
1. Fungsi persatuan dan Ukhuwah Islamiyah, maksudnya adalah dengan
berkumpulnya umat Islam dalam rangka melaksankan shalat jama’ah
di masjid akan mengarahkan segenap Muslimin dan Muslimat untuk
semakin memperkokoh keutuhan persatuan dan persaudaraan
(Ukhuwah Islamiyah) ;
2. Fungsi masjid sebagai Pewaris nilai – nilai ajaran agama Islam,
dengan memposisikan masjid menjadi tempat pengajaran, pendidikan
Islam dan pengembangan ilmu ;
3. Fungsi Dakwah, yakni masjid dapat dimanfaatkan para Da’i (Muballigh
dan Muballighat) untuk memberikan fatwa atau nasehat agama kepada
segenap umat Islam di sekitarnya ;
4. Sebagai penghimpun khasanah ilmu pengetahuan dengan
menempatkan sarana perpustakaan ;
5. Masjid dapat berfungsi sebagai tempat bermusyawarah terhadap
berbagai
persoalan umat ;

Anda mungkin juga menyukai