Anda di halaman 1dari 14

AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN

AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI

Akhlak yang mulia merupakan salah satu indikator kekuatan iman seorang
muslim. Bagaimanapun juga, salah satu misi ajaran Islam adalah untuk menyempurnakan
akhlak umat manusia.Hal itu tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW:“Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak," (H.R. Baihaqi).

Selain dilakukan pada orang lain, akhlak terpuji juga mesti diterapkan pada diri
sendiri dengan menjalankan perintah agama dan menghindari perilaku-perilaku tercela yang
dilarang Islam.Berikut ini akhlak terpuji yang dapat diterapkan pada diri sendiri sebagaimana
dikutip dari buku Akidah Akhlak (2020) yang ditulis oleh Muta'allimah.1. Menuntut
ilmuMenuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim. Bahkan, ayat pertama yang diturunkan
pada Rasulullah adalah perintah membaca, sebagai salah satu cara untuk memperoleh ilmu.

Adapun akhlak yang baik kepada diri sendiri:


1.Bertawakal Kepada
Allah

Seorang muslim tidak hanya menyandarkan usahanya atas kemampuannya sendiri, melainkan juga
memasrahkan hasil usahanya kepada Allah SWT.Berserah diri pada Allah SWT atas usahanya itu dikenal
dengan sebutan tawakal, yaitu mewakilkan dirinya kepada Allah. Apabila seorang muslim bertawakal pada
Allah, maka ia tidak akan kecewa atau berputus asa atas hasil apa pun yang ia peroleh nantinya.Muh.
Muinudinillah Basri dalam buku Indahnya Tawakal (2008) menjelaskan bahwa tawakal mencakup
permohonan total kepada Allah SWT agar memberikan pertolongan dan rida atas tekad yang sudah
ditetapkannya.Tawakal dapat dimulai ketika seorang muslim sudah menetapkan tekad ingin melakukan suatu
hal, tidak harus menunggu hingga ia berikhtiar terlebih dahulu, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah
Ali Imran ayat 159: “Kemudian, apabila kamu telah telah membulatkan tekad, maka bertwakallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal pada-Nya," (Ali Imran [3]: 159).
2. Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim. Bahkan, ayat pertama yang diturunkan
pada Rasulullah adalah perintah membaca, sebagai salah satu cara untuk memperoleh
ilmu : Seseorang yang menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh berarti ia sudah berakhlak
mulia pada dirinya sendiri, sebagaiman
sabda Nabi Muhammad SAW:"Barang siapa menempuh satu jalan [cara] untuk mendapatkan
ilmu, maka Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga," (H.R. Muslim).Ilmu yang
wajib dipelajari seorang muslim adalah ilmu agama, minimal paham dasar-dasar ajarIslam.
Selanjutnya, ia juga dituntut untuk menimba ilmu duniawi sesuai dengan bidang yang ia
geluti sehari-harinya.
3. Bekerja Keras

Islam sangat mewanti-wanti umatnya untuk tidak


menjadi pemalas. Jika seseorang memiliki suatu
keinginan, ia diimbau untuk bekerja keras
merealisasikan keinginannya tersebut.Dalam Islam,
bekerja keras istilahnya adalah berikhtiar sesuai
kemampuan masing-masingBekerja keras dan tidak
berpangku tangan pada orang . lain adalah teladan
dari Rasulullah SAW, sebagaimana sabda
beliau:"Barangsiapa yang pada waktu sore merasa
lelah karena pekerjaan kedua tangannya [bekerja
keras] maka pada saat itu dosanya diampuni," (H.R.
Thabrani).
4. Bekerja cerdas: produktif, kreatif,
dan inovatif
● Selain bekerja keras, Islam juga mengajarkan umatnya untuk bekerja cerdas dengan kinerja
yang produktif, kreatif, dan inovatif. Orang yang bekerja cerdas akan mencari cara agar
kinerjanya efisien dan tidak membuang-buang waktu.Dalil untuk bekerja cerdas ini tertuang
dalam Al-Quran surah Ar-Ra'du ayat 11:"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya,
dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia," (QS. Ar-Ra’du [13]: 11).Perintah
untuk inovatif dan kreatif ini bertujuan agar umat Islam selalu melek perkembangan zaman,
serta tidak tertinggal dengan umat-umat lainnya.Sebagai misal, di tengah perkembangan
teknologi yang pesat, seorang muslim dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungannya,
mengembangkan diri, serta menyesuaikan dengan kondisi era sekarang.Metode dakwah juga
harus adaptif, seperti memanfaatkan media sosial, surat kabar, saluran televisi, hingga kanal
YouTube agar menjangkau audiens yang lebih luas.Kendati ada perintah untuk kreatif dan
inovatif, namun hal ini hanya berlaku untuk perkara dunia, bukan dalam perkara ibadah.
Mengada-ada hal baru dalam perkara ibadah tergolong bidah yang dilarang Islam.
Akhlak Kepada Sesama Manusia

Mengenai hubungan dengan sesama


muslim, maka tidak terlepas
dengan tetangga, famili atau
kerabat, teman, rekan kerja
maupun masyarakat muslim.
Orang yang mengaku beragama
Islam wajib melaksanakan ajaran
Islam dalam perilaku
kehidupannya sehari-hari.

Adapun akhlak yang baik kepada


sesama manusia adalah:
1. Mengucapkan salam ketika berjumpa.

Mengucapkan salam ketika berjumpa.Mengucapkan


salam. Hukumnya adalah sunah muakad. Sebab salam
merupakan sebab-sebab pemersatu orang Islam dan
sebab timbulnya rasa cinta kasih sesamanya.
Disunnahkan anak kecil memberikan salam kepada
orang dewasa(tua), orang yang sedikit memberi salam
kepada orang yang berjumlah lebih banyak dan orang
yang mengendarai kendaraan memberi salam kepada
orang yang berjalan.
2. Memenuhi undangannya.

Apabila kamu diundang, maka hadirilah undangan itu. Artinya apabila kita diundang ke
rumah orang yang mengundang kita maka datangilah. Karena mendatangi undangan
tersebut hukumnya sunnah muakkad. Sebab hal tersebut dapat menjadikan pihak yang
mengundang akan merasa senang dan mendatangkan rasa cinta kasih dan rasa persatuan
diantara mereka.
3. Saling menasehati dalam kebaikan

Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada hamba-hambanya yang beriman saling


nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati dalam bersabar satu
sama lainnya, sebagaimana yang ditegaskan dalam firman-Nya :“Sesungguhnya manusia
itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.” (QS. AlAshr : 2-3)
4. Menjenguk teman yang sakit

Hukum menjenguk orang sakit adalah fardhu kifayah. Artinya, bila ada sebagian orang yang
melakukannya maka gugur kewajiban dari yang lain. Bila tidak ada seorang pun yang
melakukannya, maka wajib bagi orang yang mengetahui keberadaan si sakit untuk
menjenguknya.
5. Tasamuh

Tasamuh berasal dari kata ‫ َت َسا َم َح – َي َت َسا َم َح‬yang artinya toleransi. Tasamuh berarti sikap
tenggang rasa saling menghormati saling menghargai sesama manusia untuk
melaksanakan hak-haknya. Kita wajib menghormati karena manusia dapat merasakan
bahagia apabila hidup bersama manusia lainnmya. Pada hakikatnya, sikap seperti ini telah
dimiliki oleh manusia sejak masih usia anak-anak, namun perlu dibimbing dan diarahkan.
Tasamuh dapat menjadi pengikat persatuan dan kerukunan, mewujudkan suasana yang
harmonis, dapat menjalin dan memperkuat tali silaturrahmi kepada sesama, mempererat tali
persaudaraan dengan semua kalangan, menjalin kasih sayang antar umat beragama, dan
memperoleh banyak kemudahan.
6. Ta’awun(gotong royong)

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri dalam masyarakat tanpa bantuan
dan kerjasama dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari baik yang
sifatnya material maupun non material. Orang kaya membantu yang miskin dalam hal materi
dan harta, sementara orang miskin membantu yang kaya dalam hal tenaga dan jasa. Saling
menolong tidak hanya dalam hal materi tetapi dalam berbagai hal diantaranya tenaga, ilmu,
dan nasihat. Suatu masyarakat akan nyaman dan sejahtera jika dalam kehidupan
masyarakat tertanam sikap ta’awun dan saling membantu satu sama lain. Seperti
penjelasan dalam Al-Qur’an:“ ُ‫اعلَى ْا ِال ْث ِم َو ْالع ُْد َوان‬
َ ‫اعلَى ْال ِبرِّ َوال َّت ْق َوى َوالَ َت َع َاو ُن ْو‬
َ ‫ َو َت َع َاو ُن ْو‬Dan tolong
menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa dan jangan tolong menolong
kamu dalam berbuat dosa dan kesalahan”
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai