Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

MAKNA, TUJUAN DAN METODOLOGI MEMAHAMI

ISLAM SERTA BAGAIMANA MANUSIA BERTUHAN

A. LATAR BELAKANG

Islam merupakan agama yang sangat komplek. Sehingga dalam


memahaminya pun dibutuhkan cara yang tepat agar dapat tercapai suatu
pemahaman yang utuh tentang islam, sejak kedatangan islam pada abad ke-
13 hingga saat ini fenomena pemahaman ke-islaman umat islam Indonesia
masih di tandai oleh keadaan umat variatif, ada sejumlah orang yang
pengetahuannya tentang keislaman cukup luas dan mendalam, namun tidak
terkoordinasi dan tidak tersusun secara sistemati. Hal ini disebabkan karena
orang tersebut ketika menerima ajaran islam tidak sistematik dan tidak
terorganisasikan secara baik. Selanjutnya kita melihat pula ada orang yang
penguasaannya terhadap salah satu bidang keilmuan cukup mendalam , tetapi
kurang memahami disiplin ilmu keislaman lainnya, hingga saat ini
pemahaman islam yang terjadi di masyarakat masih bercorak parsial belum
utuh dan belum pula komprehensif. Dan sekalipun kita menjumpai adanya
pemahaman islam yang sudah utuhdan komprehensif, namun semuannya itu
belum tersosialisasikan secara merata keseluruh masyarakat Islam.

B. Makna Islam

Secara etimologis, kata “islam” berasal dari tiga kata, yaitu:

Aslama artinya berserah diri atau tunduk patuh, yakni berserah diri atau
tunduk patuh pada aturan aturan hidup yang ditetapkan oleh Allah Swt.

Salam artinya damai atau kedamaian, yakni menciptakan rasa damai dalam
hidup (kedamaian jiwa atau ruh)

yakni menempuh jalan yang selamat dengan mengamalkan aturan-aturan


hidup yang di tetapkan oleh Allah Swt.

1
Adapun secara terminologis, Islam adalah agama yang diturunkan
dari Allah Swt kepada umat manusia melalui penutup para Nabi (Nabi
Muhammad Saw).¹1
Untuk lebih memahami makna Islam, perlu dipahami pula makna
taslim. Taslim (berserah diri) ada tiga tingkatan, yaitu: 1) Taslim fisik adalah
menyerah secara fisik karena dikalahkan oleh lawan yang memiliki fisik
lebih kuat. 2) Taslim akal adalah menyerah karena kelemahan dalil, logika,
dan argumentasi. 3) Taslim hati, biasanya disebabkan oleh fanatisme, jaga
gengsi, takut kehilangan pengikut, atau memang hatinya kufur walaupun
akhirnya sudah taslim.

C. Tujuan Memahami Islam


Para ulama sepakat bahwa tujuan didatangkanya syari’ah Islam adalah untuk
menjaga kelima hal berikut, yaitu2:²
1. Menjaga dan memilihara agama, hal ini didasarkan oleh:
a. Perlunya melahirkan ulama.
Para Nabi boleh wafat, tapi ajaran Islam tidak boleh mati.
Pemandu Islam harus selalu hadir di tengah-tengah masyarakat.
Para ulama itulah yang menjadi pemuka dan pemandu Islam
ditengah-tengah masyarakat sepanjang jaman. Implikasinya
adalah kita wajib menyelenggarakan pendidikan bagi para calon
ulama.
b. Membudayakan gerakan belajar agama
Di tingkat lokal dan institusional kita perlu membudayakan
belajar agama sepanjanghayat. Kita wajib menyelenggarakan
pengajaran agama dimana-mana, di rumah, di mesjid, di kantor,
di kampus, dan lain-lain.
c. Perlunya menguasai ilmu-ilmu dasar islam
Para ahli dan praktisi pendidikan islam telah mengembangkan
studi paket ilmu-ilmu dasar keislaman. Dengan berbekal ilmu
tersebut, diharapkan nantinya kita dapat mengembangkan sendiri
ilmu-ilmu tersebut.

d. Ilmu yang fardhu ‘ain


1
Abuddin Nata. 2009. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT. Rajawali pers. Hlm. 23
2
Ibid., hlm. 35

2
Termasuk ke dalam ilmu ini adalah pengetahuan mengenai tauhid
yang benar, zat dan sifat-sifat Allah, cara beribadah yang benar,
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan halal dan haram.
e. Melaksanakan kewajiban agama
Mari kita dengar sabda Nabi Saw. Kata beliau, yang membedakan
antara orang Islam dan bukan adalah tarkus shalat (meninggalkan
shalat). Dalam hadits yang lain disebutkan ash-shalatu
‘imaduddin (shalat itu adalah tiang agama). Dalam hadits lainnya
juga disebutkanbahwa amal-amal manusia dihitung setelah
terlebih dahulu diperiksa shalatnya. Jadi ciri pertama dan utama
orang Islam adalah mendirikan shalat. Orang yang mendirikan
shalat sudah pasti berpuasa di bulan ramadhan; jika punya
kelebihan harta sudah pasti mengeluarkan zakat, infaq, shadaqah;
dan jika punya bekal yang cukup sudah pasti menunaikan haji dan
umrah. Orang yang mendirikan shalat akan melaksanakan
perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
2. Menjaga dan memilihara jiwa
Anugerah Allah yang paling besar bagi manusia adalah hidup. Oleh
karena itu setiap usaha memelihara jiwa manusia sangat dihargai oleh
islam. Sebaliknya, segala usaha apapun yang merusak jiwa manusia
dikutuk oleh Islam. Orang yang menyelamatkan seorang nyawa
manusia oleh Allah dipandang sama dengan menyelamatkan seluruh
nyawa manusia, sedangkan orang yg membunuh seorang manusia
dipandang sama dengan membunuh seluruh manusia.
3. Menjaga dan memelihara akal
Seruan Allah agar manusia menggunakan akal dan berpikir diulang-
ulang dalam berbagai ayat dan surat dalam Al-Qur’an. Lalu, dengan
cara apakah akal dan pikiran kita bisa berkembang? Terutama lewat
belajar. Oleh karena itu, Rasulullah Saw mewajibkan belajar kepada
setiap kaum muslimin.
Hikmah diturunkannya ayat pertama tentang membaca (dalam Al-
Qur’an suat Al-‘alaq ayat 1-5) menunjukkan bahwa ajaran Islam
memang mendorong kegiatan belajar mengajar.

‫ك ٱلَّ ِذى َخلَ َق‬


َ ِّ‫ٱس ِم َرب‬ ِ ٰ ِ‫ك ٱأْل َ ْكرم خلَق ٱإْل‬
ْ ِ‫نس َن م ْن َعلَ ٍق ٱ ْقَرأْ ب‬
َ َ َ َُ َ ُّ‫ٱ ْقَرأْ َو َرب‬
‫ َعلَّ َم ٱلَّ ِذى‬ ‫نس َن َعلَّ َم بِٱلْ َقلَ ِم‬ ِ
َٰ ‫َي ْعلَ ْم مَلْ َما ٱإْل‬

3
Terjemahan

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang yang mencip-


takan

2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah

3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah

4.yang mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

4. Menjaga dan memelihara harta


Allah Swt telah menganugerahkan rizki yang luas dan harta yang
banyak bagi umat manusia. Jika dikelola dengan benar dan adil, maka
tidak akan ada seorang manusia pun dimuka di muka bumi ini yang
menghadapi kelaparan. Agama islam didatangkan dengan
seperangkat ajaran yang lengkap dan sempurna tentang pengelolaan
harta. Dalam islam, pemilik mutlak harta adalah Allah Swt. Oleh
karena itulah harta harus diperoleh secara halal.
5. Menjaga dan memelihara kehormatan
Tujuan didatangkannya agama islam yang kelima adalah menjaga
serta memelihara kehormatan dan keturunan. Agama islam, sejalan
dengan fitrah Allah, menghendaki agar setiap orang berkeluarga
dengan jalan pernikahan. Oleh karena itulah ajaran islam
menganjurkan menikah dan mengharamkan zina.

D. Metodologi Memahami Islam Serta Bagaimana Manusia


Bertuhan

Iman,keyakinan yang melandasi nilai-nilai spiritualitas, mema-


mpukan kita memenuhi panggilan hidup sambil tetap menjaga keseim-
bangan antara kehidupan duniawi, dan akhirat, sehingga kita tidak terhanyut
mengejar kebendaan dan materialism yang berlebihan. Soedjatmoko, salah
satu pengikut Sutan Sjahrir, pernah berkata: “hanya imanlah yang dapat
memberikan keberanian hidup bagi manusia. Iman juga dapat memberikan
keberanian hidup dan kemantapan moral untuk menolak peluang-peluang
yang gampang namun tidak becus, biarpun kelihatan aman dan biarpun
dipakai banyak orang, dan untuk tetap mengambil jalan yang lurus, betapun
sulit jalan yang harus dilalui.”

4
Untuk mengembangkan hati nurani yang takut akan Tuhan . ketika
hati nurani yang takut akan Tuhan itu mulai merasuki kesadaran dan hasrat
hidup kita, maka kita memiliki kemampuan untuk menempuh hidup dengan
integrasi. Hidup dengan integrasi berarti hidup dengan prinsip bahwa dengan
atau tanpa control dari pihak lain, kita tetap berpegang teguh pada nilai nilai
yang kita yakini. Artinnya, integrasi kita diukur dari apa yang kita pikirkan,
katakanlah dan lakukan, bahkan pada saat kita sendirian. Untuk
megendalikan dorongan ego dalam diri kita. Menyadarkan bahwa panggilan
hidup kita adalah anugerah pemberian dari tuhan. Sarana untuk melatih
kepekaan diri kita di dalam menggali makna kenyataan hidup.
Sudah menjadi fitrah manusia, manakala seseorang mendapati
kesulitan dalam menyelesaikan masalah masalah kehidupannya, seseorang
mengandaikan adanya kekuatan lain diluar dirinya untuk membantu
menyelesaikan problematika tersebut. Ini artinya manusia secara nalurihnya
membutuhkan yang lain yang dapat mengatasi dan melampaui batas-batas
kelemahan dan keterbatasan manusia. Dengan demikian tuhan dihadirkan
dalam kehidupan dalam rangka memenuhi kebutuhan kebutuhan manusia
yang terbatas. Semakin banyak kesadaran akan kelemahan diri, maka
semakin seseorang butuh terhadap tuhan, semakin tinggi pula
ketergantungannya terhadap tuhan.
Secara keilmuan, Tuhan tak pernah dan tak mungkin menjadi objek
kajian ilmu, karena kajian ilmu selalu parsial, terukur, terbatas dan dapat
diuji secara berulang-ulang pada lapangan atau laboratorium percobaan
keilmuan. Dengan demikian, kehendak untuk membuktikan adanya tuhan
melalui pendekatan ilmu, akan mengalami kegagalan, karena sudah sejak
dari awal tidak benar secara metodologis. Jika ilmu tidak bisa menghadirkan
tuhan dalam laboratorium untuk diujicobakan, Bukan berarti tuhan lantas
tidak ada, karena yang terjadi adalah kesalahan pada pendekatan
metodologisnya. Oleh karena itu, dalam filsafat hakikat tuhan telah menjadi
bahan perenungan yang sangat intens, sejak Yunani kuno bahkan hingga saat
ini.
Pada umumnya, manusia mengambil keyakinan mereka dari orang
disekelilingnya. Ia mengimani apa yang mereka imani. Ada kelompok yang
mau menerima hanya apa yang bisa memuaskan akalnya, dan bisa
menenangkan hatinya. Mereka mengkaji secara bahasa dan percaya
berdasarkan kepastian.

5
Dalam proses kehidupan, bertuhan memiliki setidaknya tiga aspek
makna eksistensial yang hal ini sangat mempegaruhi pola keberagamaan,
yaitu:³3

1. Memiliki Tuhan (mode of heaving)


2. Hidup bersama Tuhan (mode of being)
3. Mengabdi kepada Tuhan (mode of serving).
Dalam setiap agama selalu diajarkan tentang Tuhan, sebagai suatu
prinsip dasar dari ajaran agama itu sendiri dan Tuhan dinyatakan adanya
adalah keyakinan terhadap Tuhan. Persepsi tentang Tuhan yang dibentuk
agama ini, akan sangat tergantung bagaimana ajaran tentang Tuhan dikemas
oleh suatu agama jika Tuhan diajarkan sebagai yang maha kuasa maka
dengan sendirinya manusia menempatkan dirinya yang berlawanan yaitu
yang maha lemah.

Pada masa sekarang, orang secara umum memandang sains dan


filsafat sebagai dua hal yang bertentangan dengan agama. Sangatlah tidak
tepat untuk menurunkan Tuhan ke tingkat kategori intelektual tersendiri dan
memandang keimanan berada pada yang terpisah dari persoalan
kemanuasiaan lainnya. Para filosof tidak bermaksud menghapuskan agama,
melainkan ingin menyucikannya dari apa yang mereka pandang sebagai
unsur-unsur primitif dan parokial.

E. Aspek Pembahasan Tuhan

Dalam membahas masalah ketuhanan, setidaknya ada lima hal yang


harus dicakup. Kelimanya merupakan satu kesatuan integral, sehingga
gambaran yang mencakup kelimanya akan ketuhanan lebih dapat
menggambarkan tentang Tuhan yang lengkap, kelima cakupan tersebut
adalah:

1) Wujud
Percaya akan ada atau tiadanya Tuhan akan sangat mempengaruhi
cara dan pola kehidupan yang dijalani manusia. Dari abad ke abad,
generasi ke generasi berusaha keras mencari jawaban yang
argumentatif dan meyakinkan akan keberadaan Tuhan. Kuat atau
tidaknya argumen tersebut tergantung pada bukti-bukti.

3
Mukti Ali,.1991.Metode Memahami Islam.Jakarta:Bulan Bintang.hlm.52

6
a. Dalil Naqli, yaitu argumen yang dikemukakan melalui ayat Al-
Qur’an atau wahyu Ilahi.

b. Argumen Aqli, yaitu argumen yang dikemukakan lebih merupakan


produk pemikiran rasio akal manusia. Beberapa dalil akal tersebut
antara lain adalah:
1. Dalil Gerak
2. Sebab Akibat
3. Dalil Wahyu

c. Dalil Empiris, merupakan bukti yang didapat dari hasil pengamatan


inderawi secara langsung terhadap fenomena alam sekitar manusia,
termasuk manusia itu sendiri. Diantara bukti tersebut adalah:
1. Dalil Kosmologi
2. Dalil Teologi

d. Dalil Psikofisik, argumen yang berhubungan dengan keberadaan jiwa


manusia misteri jiwa atau ruh dapat mengantarkan kepada
keberadaan Tuhan, melalui penempatan spiritual, mampu melalui
daya-daya imajinatif kreatifnya untuk menggapai realitas ilahiyah,
atau melalui fenomena ini sebagaimana dialami oleh para nabi dalam
menerima wahyunya.

e. Argumen Moral, argumen tentang nilai baik buruk yang ada dalam
realitas kehidupan nyata ini. Tuhan menjadi sumber kebaikan dan
kasih sayang serta disembah oleh orang dengan satu sembahan yang
berisi cinta dan keimanan.

2) Dzat Tuhan

Pembahasaan tentang dzat Allah merupakan hal yang pelik dan


membutuhkan pemikiran jernih dan mendalam. Penalaran secara
umum dilarang membahas dzat Tuhan. Dengan demikian larangan
berpikiri tentang dzat Tuhan tidak bersifat mutlak, namun melihat
keadaan pemikiran seseorang. Adapun pemikiran filsafat tentang dzat
Tuhan adalah sebagai berikut:

a. Ada yang menayatakan bahwa hakekat dzat Tuhan adalah akal


yang bersifat murni metafisik.
b. Ada yang mengatakan bahwa dzat Tuhan adalah cahaya.

7
3) Sifat
Dalam hal pensifatan Tuhan, ada dua aliran pemikiran yang perlu
dikenal, yaitu Aliran Antrophomorfisme dan Teophomorfisme . Yang
pertama disebut sebagai tasybih,yaitu menyerupakan sifat tuhan
dengan sifat sifat manusia yang dapat dikenali secara mudah oleh
manusia. Yang kedua , tanjih, yaitu ketidak serupaan sama sekali
sifat tuhan dengan sifat manapun makhluknya dan hanya Tuhan
sendiri yang tahu hakikat sifatnya. Tasybih merupakan sikap
imanensi Tuhan, dan Tanzih sikap mentrandensikan Tuhan.
4) Nama nama Tuhan
Nama adalah sebutan yang bersifat symbol, tertanda yang
dinisbahkan kepada suatu realitas. Nama-nama tuhan adalah symbol
yang digunakan untuk menunjuk kepada realitas tuhan, yang
mencakup wujud, dzat, dan sifatnya. Oleh karena itu, nama nama
tuhan adalah kesatuan dari realitas Tuhan secara keseluruhan.
5) Af’al, perbuatan Tuhan
Yaitu apa saja yang telah, sedang dan akan dilakukan Tuhan dalam
kehidupan semesta ini. Perbuatan Tuhan, juga tidak lepas dari
maujud, dzat, nama, dan sifatnya
F. Pandangan Filosof Tentang Tuhan
1) Menurut Para Filosof Muslim
a. Al-Kindi
Al-Kindi menyifati Allah dengan istilah kebenaran (al-Haqq)
yang menjadi tujuan pemikiran filsafat manusia. Maka satu yang
benar (al-Wahid al-Haqq)adalah yang pertama, sang pencipta, sang
pemberi rizki, atas semua ciptaanya dan sebagainya. “Tuhan adalah
yang benar Ia tinggi dapat disifati hanya dengan sebutan-sebutan
negative”. Ia bukan materi, tak terbentuk, tak berkualitas, tak
berhubungan juga Ia tak disifati dengan cirri-ciri yang ada (Al-
Ma’qulat). Ia tak berjenis, tak terbagi, dan tak berkejadian. Ia abadi.
Dalam konsepsinya tentang ketuhanan, pertama-tama ia
memaparkan tentang makna wujud. Dalam pandangan nya, wujud
terbagi menjadi dua bagian. Pertama, wujud yang mungkin, atau
wujud yang nyata karena adanya lainnya (wajibul wujud li ghairihi).
Kedua, wujud yang nyata dengan dengan sendirinya (wajibul wujud
li dzatihi). Menurutnya, tuhan termasuk dalam

8
Wajibul wujud li dzatihi. Dengan kata lain, keberadaan tuhan tidak di
pengaruhi hokum kausalitas dimana dia dituntut adanya sebab dari
keberadaan-nya.4
b. Al-Farabi
menurut Al-Farabi, tuhan dapat diketahui dan tidak dapat
diketahui. Tuhan itu dhahir sekaligus batin. Pengetahuan terbaik
tentang tuhan adalah memahami dia adalah sesuatu yang tidak dapat
dijangkau oleh pikiran. Manusia tidak dapat mengetahui Tuhan
karena kapasitas intelektualnya terbatas. Sedangkan Tuhan adalah
substansi yang tidak terbatas.
c. Ibnu Sina
menurut Ibnu Sina, Tuhan identik dengan keberadaan-nya yang
mesti. Tuhan unik dalam arti Dia adalah kemaujudan yang mesti,
segala sesuatu selain dia bergantung kepada diri nya sendiri dan
keberadaan-nya bergantung kepada Tuhan. Kemaujudan yang mesti
itu jumlah nya harus satu. Walaupun di dalam kemaujudan ini tidak
boleh terdapat kelipatan sifat-sifat nya tetapi tuhan memiliki esensi
lain, tak ada atribut lain kecuali dia itu ada dan mesti ada.
d. Ibnu Rusyd
menurut Ibnu Rusyd pembuktian Tuhan tertumpu pada prinsip,
Pertama, semua kemaujudan sesuai dengan kemaujudan manusia
(dalil inayah) bahwa kesesuaian ini dikarenakan tidak terjadi dengan
sendirinya. Kedua , segala sesuatu diciptakan untuk kepentingan
manusia, bintang-gemintang bersinar di malam hari agar bisa menjadi
penuntun bagi manusia (dalil ikhtira’). Tindakan Tuhan bisa
diringkas menjadi lima tindakan utama yakni: pencipta, mengutus
Nabi-nabi, menetapkan takbir, mengbangkit kan kembali, dan
mengadili. Hal ini membuktikan eksistensi sang pencipta yang bijak.
2. Menurut Para Filosof Barat
a. Loyd Morgan
Menurut Loyd Morgan; perpindahan dari sederhana kepada
susunan tidak cukup untuk menafsirkan timbulnya hidup selama
dalam susunan itu tidak ada sesuatu yang baru. Ia juga mengatakan
adanya ciri ciri khas
4
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam.Jakarta;Bulan Bintang.1996. Hlm.68

9
Pada kehidupan pada benda sejak zaman dahulu. Penyusunan ini
berturut turut, dimana cirri-ciri khas kejiwaan Nampak sesudah
tersimpan sebelumnya dalam keadaan yunggal dan sederhana, seperti
pyramid yang melebar pada bagian bawahnya dan meruncing pada
bagian atasnya, jadi benda adalah bagian dasar pyramid dan akal
adalah bagian atas pyramid dan keduanya saling melengkapi. Bagi
Morgan, hokum susunan dan pilihan tidaoleh perkembangan evolusik
cukup untuk melepaskan dari Inayah tuhan pada akhirnya.

b. Samuel Alexander

Alexander menerapkan hukum hukum aliran evolusi pada Tuhan.


Ia mengumpulkan antara teori evolusi dengan aliran hegel.
Menurutnya Tuhan adalah tingkatan teladan (idealist) karenanya
alam semesta bergerak untuk mengeluarkan Dia dari lipatan-lipatan
nya (persembunyian nya)

G. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk lebih


memahami makna islam, perlu dipahami pula makna taslim. Taslim
(berserah diri) ada tiga tingkatan, yaitu: Taslim fisik, Taslim akal , Taslim
hati. Makna memahami Islam ada 5 hal, yaitu : Menjaga dab memelihara
agama, Menjaga dan memelihara jiwa, Menjaga dan memelihara akal,
Menjaga dan memelihara harta, Menjaga dan memelihara kehormatan.
Metode adalah suatu ilmu yang memberi penjelasan tentang system dan
langkah yang harus di tempuh dalam mencapai suatu penyelidikan keilmuan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin.2006.Studi Islam Kontemporer.Jakarta:Amzah.


Ali, Mukti.1991. Metode Memahami Islam.Jakarta:Bulan Bintang.
Fanani,Muhyar.2008.Metode Studi Islam: Aplikasi Sosiologi
Pengetahuan
Sebagai Cara pandang.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Muhaimin dkk.1994. Dimensi-Dimensi Studi Islam. Surabaya: Karya
Abditama
Nata, Abuddin.2009. Metodologi Studi Islam. Jakarta:PT.Rajawali
Pers.

11

Anda mungkin juga menyukai