Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PEMBENETUKAN MASYARAKAT MADANI BERDASARKAN KONSEP SOSIAL,


EKONOMI, POLITIK DAN HAM DAKAM ISLAM

Dosen Pengampu :
Dr. Izharman, M.Ag

Nama : Fadhil Zul Gibran


NIM : 2110922063

MATA KULIAH DASAR (MKDU)


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
1) Akhlak Kepada Allah
Akhlak kepada Allah adalah kita melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi
larangannya seperti yang terdapat di dalam Al Quran dan sunnah.
 Macam Macam Akhlak Kepada Allah

(a) Perbuatan Anggota Tubuh


Apa apa yang di perintahkan oleh Allah berupa ibadah badan, seperti sholat,
berdoa dan lain lain, juga perintah untuk meninggalkan semua yang di larang-Nya
seperti mencuri, memakan apa yang diharamkan-Nya dan lain lain

(b) Keyakinan Hati (Iman)


Sebagaimana nama nama Allah yang baik atau asmaul husna, bahwa Allah
maha mengetahui dan maha melihat, maka pengetahuan dan penglihatan Allah
meliputi hati hati manusia.

Allah akan mengetahui penghianatan hati dan juga keikhlasan hati setiap insan
Manusia, maka kita perlu untuk menjaga akhlak kepada Allah dengan menata hati
kita agar senantiasa ingat dan ikhlas kepada-Nya.

2) Akhlak Terhadap Diri Sendiri


Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu
jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan
pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan
membahayakan jiwa.

A. Macam – macam akhlak terhadap diri sendiri


1. Berakhlak terhadap jasmani.
a. Menjaga kebersihan dirinya
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia menekankan kebersihan
secara menyeluruh meliputi pakaian dan juga tubuh badan. Rasulullah
memerintahkan sahabat-sahabatnya supaya memakai pakaian yang bersih, baik
dan rapi terutamanya pada hari Jum’at, memakai wewangian dan selalu bersugi.

b. Menjaga makan minumnya.


Bersederhanalah dalam makan minum, berlebihan atau melampau di tegah
dalam Islam. Sebaiknya sepertiga dari perut dikhaskan untuk makanan, satu
pertiga untuk minuman, dan satu pertiga untuk bernafas.

c. Tidak mengabaikan latihan jasmaninya


Riyadhah atau latihan jasmani amat penting dalam penjagaan kesehatan, walau
bagaimnapun ia dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam tanpa
mengabaikan hak-hak Allah, diri, keluarga, masyarakat dan sebagainya, dalam
artikata ia tidak mengabaikan kewajiban sembahyang, sesuai kemampuan diri,
menjaga muruah, adat bermasyarakat dan seumpamanya.

d. Rupa diri
Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam tidak pernah
mengizinkan budaya tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan seumpamanya.
Islam adalah agama yang mempunyai rupa diri dan tidak mengharamkan yang
baik. Sesetengah orang yang menghiraukan rupa diri memberikan alasan
tindakannya sebagai zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat diterima karena
Rasulullah yang bersifat zuhud dan tawadhuk tidak melakukan begitu. Islam tidak
melarang umatnya menggunakan nikmat Allah kepadanya asalkan tidak
melampau dan takabbur.

2. Berakhlak terhadap akalnya

a. Memenuhi akalnya dengan ilmu


Akhlak Muslim ialah menjaganya agar tidak rusak dengan mengambi sesuatu
yang memabukkan dan menghayalkan. Islam menyuruh supaya membangun
potensi akal hingga ke tahap maksimum, salah satu cara memanfaatkan akal ialah
mengisinya dengan ilmu.
Ilmu fardh ‘ain yang menjadi asas bagi diri seseorang muslim hendaklah
diutamakan karena ilmu ini mampu dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia berakal
dan cukup umur. Pengabaian ilmu ini seolah-olah tidak berakhlak terhadap
akalnya.

b. Penguasaan ilmu
Sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi pemandu ilmu supaya
manusia dapat bertemu dengan kebenaran. Kekufuran (kufur akan nikmat) dan
kealfaan ummat terhadap pengabaian penguasaan ilmu ini.
Perkara utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab Allah,
bacaannya, tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah, sejarah
sahabat, ulama, dan juga sejarah Islam, hukum hakam ibadat serta muamalah.
Sementara itu umat islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada segala
bentuk ilmu, termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku dengan
cepat. Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa Yahudi
dan Syiria. Abdullah bin Zubair adalah antara sahabat yang memahami
kepentingan menguasai bahasa asing, beliau mempunyai seratus orang khadam
yang masing-masing bertutur kata berlainan, dan apabila berhubungan dengan
mereka, dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh mereka.

3. Berakhlak Terhadap Jiwa


Manusia pada umumnya tahu sadar bahwa jasad perlu disucikan selalu, begitu
juga dengan jiwa. Pembersihan jiwa beda dengan pembersihan jasad. Ada
beberapa cara membersihkan jiwa dari kotorannya, antaranya:
a. Bertaubat
b. Bermuqarabah
c. Bermuhasabah
d. Bermujahadah
e. Memperbanyak ibadah
f. Menghadiri majlis Iman

B. Cara Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri


Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri antara lain :

1). Sabar, yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari
pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar
diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa
musibah.

2). Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak
bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan
perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan
alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan
menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.

3). Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya,
orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa,
menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak
menyenangkan orang lain.

4). Shidiq, artinya benar atau jujur. Seorang muslim harus dituntut selalu berada
dalam keadaan benar lahir batin, yaitu benar hati, benar perkataan dan benar
perbuatan.

5). Amanah, artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan
iman. Semakin menipis keimanan seseorang, semakin pudar pula sifat amanah
pada dirinya. Antara keduanya terdapat ikatan yang sangat erat sekali. Rosulullah
SAW bersabda bahwa “ tidaj (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah, dan
tidak (sempurna) agama orang yang tidak menunaikan janji.” ( HR. Ahmad )

6). Istiqamah, yaitu sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman
sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Perintah supaya
beristiqamah dinyatakan dalam Al-Quran pada surat Al- Fushshilat ayat 6 yang
artinya “ Katakanlah bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,
diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa,
maka istiqamahlah menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan
kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang bersekutukan-Nya.”

7). Iffah, yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara
kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak, dan
menjatuhkannya. Nilai dan wibawa seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan
jabatannya dan tidak pula ditentukan oleh bentuk rupanya, tetapi ditentukan oleh
kehormatan dirinya.

8). Pemaaf, yaitu sikap suka member maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa
ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Islam mengajarkan kita
untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan
maaf dari yang bersalah.

C. Manfaat Akhlak Terhadap Diri Sendiri


1. Berakhlak terhadap jasmani:
– jauh dari penyakit karena sering menjaga kebersihan
– tubuh menjadi sehat dan selalu bugar
– menjadikan badan kuat dan tidak mudah lemah
2. Berakhlak terhadap akalnya:
– memperoleh banyak ilmu
– dapat mengamalkan ilmu yang kita peroleh untuk orang lain
– membantu orang lain
– mendapat pahala dari Allah SWT
3. Berakhlak terhadap jiwa:
– selalu dalam lindungan Allah SWT
– jauh dari perbuatan yang buruk
– selalu ingat kepada Allah SWT

3) Akhlak Wanita dalam Berbusana


Salah satu persyaratan pakaian muslimah yang syar’i adalah pakaian tersebut
bukanlah perhiasan. Dalam syarat ini adalah firman Allah yang artinya, “Dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. an
Nur:31). Dengan redaksinya yang umum ayat ini mencakup larangan menggunakan pakaian
luar jika pakaian tersebut berstatus “perhiasan” yang menarik pandangan laki-laki.

ُ‫َصى ِإ َما َمه‬َ ‫ق ْال َج َما َعةَ َوع‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأنَّهُ قَا َل ثَاَل ثَةٌ اَل تَ ْسَألْ َع ْنهُ ْم َر ُج ٌل فَا َر‬
َ ِ ‫د ع َْن َرسُو ِل هَّللا‬pٍ ‫ضالَةُ بْنُ ُعبَ ْي‬َ َ‫عن ف‬
‫ت بَ ْع َدهُ فَاَل تَ ْسَألْ َع ْنهُ ْم‬ َ ‫ق فَ َماتَ َوا ْم َرَأةٌ غ‬
ْ ‫َاب َع ْنهَا َزوْ ُجهَا قَ ْد َكفَاهَا ُمْؤ نَةَ ال ُّد ْنيَا فَتَبَ َّر َج‬ َ َ‫صيًا َوَأ َمةٌ َأوْ َع ْب ٌد َأب‬
ِ ‫َو َماتَ عَا‬

Dari Fadhalah bin Ubaid, dari Nabi beliau bersabda, “Tiga jenis orang yang tidak perlu
kau tanyakan (karena mereka adalah orang-orang yang binasa). Yang pertama adalah
orang yang meninggalkan jamaah kaum muslimin yang dipimpin oleh seorang muslim
yang memiliki kekuasaan yang sah dan memilih untuk mendurhakai penguasa tersebut
sehingga meninggal dalam kondisi durhaka kepada penguasanya. Yang kedua adalah
budak laki-laki atau perempuan yang kabur dari tuannya dan meninggal dalam keadaan
demikian. Yang ketiga adalah seorang perempuan yang ditinggal pergi oleh suaminya
padahal suaminya telah memenuhi segala kebutuhan duniawinya lalu ia bertabarruj
setelah kepergian sang suami. Jangan pernah bertanya tentang mereka.” (HR Ahmad no
22817 dll, shahih. Lihat Fiqh Sunnah lin Nisa’, hal 387)

Sedangkan tabarruj itu didefinisikan oleh para ulama’ dengan seorang perempuan yang
menampakkan “perhiasan” dan daya tariknya serta segala sesuatu yang wajib ditutupi
karena hal tersebut bisa membangkitkan birahi seorang laki-laki yang masih normal.

Di samping itu, maksud dari perintah berjilbab adalah menutupi segala sesuatu yang
menjadi perhiasan (baca: daya tarik) seorang perempuan. Maka sungguh sangat aneh jika
ternyata pakaian yang dikenakan tersebut malah menjadi daya tarik tersendiri. Sehingga
fungsi pakaian tidak berjalan sebagaimana mestinya.

4) Akhlak Pergaulan dengan Lawan Jenis


Berikut ini akhlak pergaulan dengan lawan jenis yang diajarkan dalam Islam:

 Perintah menjaga pandangan


“Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya
dan memelihara kemaluannya.” (QS. an-Nur: 30). Allah juga berfirman yang
artinya,”Dan katakalah kepada wanita beriman: Hendaklah mereka menundukkan
pandangannya dan memelihara kemaluannya.”

Menundukkan pandangan dalam ayat ini tentu saja dimaksudkan untuk menjaga mata dari
hal-hal yang dapat membangkitkan syahwat, termasuklah menonton video porno dan
sejenisnya.

 Larangan berdua-duaan
“Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (kholwat) dengan wanita kecuali bersama
mahromnya.” (HR. Bukhari & Muslim)

Tidak hanya larangan berdua-duaan secara fisik nyata dalam satu ruangan, melainkan
juga larangan berdua-duaan dalam chatroom. Bukankah saat ini banyak yang melakukan
cybersex, dengan webcam atau menggunakan kamera ponselnya. Walaupun tidak
bersentuhan langsung, namun mereka saling membuka aurat dan memperlihatkannya
pada lawan jenisnya, ini juga diharamkan.

 Tidak bersentuhan fisik


Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah
menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia kepada
pemimpin).” (HR. Bukhari).

Jelas bahwa sentuhan fisik antara lawan jenis bisa menstimulus syahwat. Oleh sebab itu,
perlu menahan diri ketika ingin menyentuh lawan jenis.
 Tidak mendesah atau membuat-buat dalam berbicara

Terutama kaum wanita, janganlah membangkitkan syahwat lawan jenis dengan cara
membuat-buat dalam berbicara, kata cantik berubah jadi syantik. Atau sejenisnya yang
memang disengaja untuk memancing perhatian.

5) Akhlak dalam Keluarga


Akhlak Orang Tua Kepada Anak
i) Akhlak Orang Tua Kepada Anak
ii) Kewajiban Mendidik
iii) Kewajiban Memberi Nafkah

Akhlak Anak Terhadap Orang Tua

i) Kewajiban Kepada Ibu


ii) Berbuat Baik Kepada Orang Tua
iii) Berkata Halus Kepada Orang Tua

6) Akhlak dalam Berbangsa dan Bernegara

Pemimpin harus membuat keputusan dengan benar di tengah masyarakat.Hindari


hawa nafsu yang hanya membawa pemimpin kepada ke pentingan segelintir orang dan
mengabaikan kemaslahatan masyarakat luas. Kepemimpinan akan dipertang
gungjawabkan di kehidupan dunia sekaligus akhirat. Masyarakat akan menilai apakah
kepemimpinan berjalan dengan baik atau tidak. Allah juga akan mengganjar
kepemimpinan baik dengan pahala atau bahkan siksaan.

7) Akhlak Terhadap Lingungan Alam Sekitar


1. Larangan Mengadakan Kerusakan di Muka Bumi

“…Makan dan minumlah rizki yang diberikan Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di
muka bumi dengan berbuat kerusakan” (Al-Baqarah (2): 60)

2. Larangan Merusak Tanaman dan Binatang “Dan apabila ia berpaling dari mukamu, ia
berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman dan
binatang, padahal Allah tiada menyukai kebinasaan” (Al-Baqarah (2): 205)
3. Larangan Mencemari Air Laut
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka agar
mereka kembali ke jalan yang benar” (Ar-Rum (30) 41).

4. Menjaga Keamanan Lingkungan


“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya
dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau
dipotong tangannya dan kakinya dengan bertimbal balik atau dibuang, dari negeri tempat
kediamannya” (Al Maidah (5): 33).

5. Menjaga Kebersihan Jasmani


“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka basuhlah
mukamu sampai dengan siku-siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai
dengan mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah” (Al-Maidah (5) : 6).

6. Menjaga Kebersihan, seperti Baju, Rumah, dan Masjid

Allah berfirman: “Dan bersihkanlah bajumu” (Al-Muddassir (74): 4). Nabi bersabda:
“Sungguh Allah Maha Suci senang kepada kesucian, Maha Bersih senang kepada
kebersihan, Maha Mulia senang kepada kemuliaan, Maha Dermawan senang kepada
kedermawaan, maka bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah kamu meniru orang
Yahudi” (At-Tirmizi, dari Sa’ad dari Hasan, Al-Jami’Al-Sagir 11, 239). Disebutkan
dalam suatu Hadits, “Dari Samurah bin Jundub, ia berkata: Kami diperintahkan oleh Nabi
SAW mendirikan masjid di rumah-rumah kami dan kami diperintahkan supaya selalu
membersihkannya” (Musnad Ahmad, V: 17).

7. Menjaga Kebersihan Jalan Nabi bersabda:

“Setiap langkah yang dilakukan untuk menuju kepada salat adalah sadaqah, dan
menyingkirkan kekotoran yang menyakitkan dari jalan adalah sadaqah” (Diriwayatkan
oleh Al-Bukhari)

8. Menjaga Keindahan
Allah berfirman: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap
memasuki masjid” (Al-A’raf (7): 31)
9. Menjaga Kesehatan
Nabi bersabda: “Sungguh Allah menurunkan penyakit dengan obatnya sekaligus, dan
menyediakan obat bagi setiap penyakit, maka berobatlah, tetapi janganlah berobat dengan
barang haram” (Abu Dawud).
10. Menyayangi Binatang
Nabi SAW bersabda: “Setiap muslim yang menabur atau menanam tanaman, kemudian
tanaman tersebut dimakan oleh seseorang atau binatang atau burung, maka tak lain
tanaman itu baginya adalah sadaqah” (Al-Bukhari)

Anda mungkin juga menyukai