Dosen Pengampu :
Dr. Izharman, M.Ag
Allah akan mengetahui penghianatan hati dan juga keikhlasan hati setiap insan
Manusia, maka kita perlu untuk menjaga akhlak kepada Allah dengan menata hati
kita agar senantiasa ingat dan ikhlas kepada-Nya.
d. Rupa diri
Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam tidak pernah
mengizinkan budaya tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan seumpamanya.
Islam adalah agama yang mempunyai rupa diri dan tidak mengharamkan yang
baik. Sesetengah orang yang menghiraukan rupa diri memberikan alasan
tindakannya sebagai zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat diterima karena
Rasulullah yang bersifat zuhud dan tawadhuk tidak melakukan begitu. Islam tidak
melarang umatnya menggunakan nikmat Allah kepadanya asalkan tidak
melampau dan takabbur.
b. Penguasaan ilmu
Sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi pemandu ilmu supaya
manusia dapat bertemu dengan kebenaran. Kekufuran (kufur akan nikmat) dan
kealfaan ummat terhadap pengabaian penguasaan ilmu ini.
Perkara utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab Allah,
bacaannya, tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah, sejarah
sahabat, ulama, dan juga sejarah Islam, hukum hakam ibadat serta muamalah.
Sementara itu umat islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada segala
bentuk ilmu, termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku dengan
cepat. Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa Yahudi
dan Syiria. Abdullah bin Zubair adalah antara sahabat yang memahami
kepentingan menguasai bahasa asing, beliau mempunyai seratus orang khadam
yang masing-masing bertutur kata berlainan, dan apabila berhubungan dengan
mereka, dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh mereka.
1). Sabar, yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari
pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar
diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa
musibah.
2). Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak
bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan
perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan
alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan
menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
3). Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya,
orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa,
menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak
menyenangkan orang lain.
4). Shidiq, artinya benar atau jujur. Seorang muslim harus dituntut selalu berada
dalam keadaan benar lahir batin, yaitu benar hati, benar perkataan dan benar
perbuatan.
5). Amanah, artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan
iman. Semakin menipis keimanan seseorang, semakin pudar pula sifat amanah
pada dirinya. Antara keduanya terdapat ikatan yang sangat erat sekali. Rosulullah
SAW bersabda bahwa “ tidaj (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah, dan
tidak (sempurna) agama orang yang tidak menunaikan janji.” ( HR. Ahmad )
6). Istiqamah, yaitu sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman
sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Perintah supaya
beristiqamah dinyatakan dalam Al-Quran pada surat Al- Fushshilat ayat 6 yang
artinya “ Katakanlah bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,
diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa,
maka istiqamahlah menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan
kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang bersekutukan-Nya.”
7). Iffah, yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara
kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak, dan
menjatuhkannya. Nilai dan wibawa seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan
jabatannya dan tidak pula ditentukan oleh bentuk rupanya, tetapi ditentukan oleh
kehormatan dirinya.
8). Pemaaf, yaitu sikap suka member maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa
ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Islam mengajarkan kita
untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan
maaf dari yang bersalah.
َُصى ِإ َما َمهَ ق ْال َج َما َعةَ َوع َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأنَّهُ قَا َل ثَاَل ثَةٌ اَل تَ ْسَألْ َع ْنهُ ْم َر ُج ٌل فَا َر
َ ِ د ع َْن َرسُو ِل هَّللاpٍ ضالَةُ بْنُ ُعبَ ْيَ َعن ف
ت بَ ْع َدهُ فَاَل تَ ْسَألْ َع ْنهُ ْم َ ق فَ َماتَ َوا ْم َرَأةٌ غ
ْ َاب َع ْنهَا َزوْ ُجهَا قَ ْد َكفَاهَا ُمْؤ نَةَ ال ُّد ْنيَا فَتَبَ َّر َج َ َصيًا َوَأ َمةٌ َأوْ َع ْب ٌد َأب
ِ َو َماتَ عَا
Dari Fadhalah bin Ubaid, dari Nabi beliau bersabda, “Tiga jenis orang yang tidak perlu
kau tanyakan (karena mereka adalah orang-orang yang binasa). Yang pertama adalah
orang yang meninggalkan jamaah kaum muslimin yang dipimpin oleh seorang muslim
yang memiliki kekuasaan yang sah dan memilih untuk mendurhakai penguasa tersebut
sehingga meninggal dalam kondisi durhaka kepada penguasanya. Yang kedua adalah
budak laki-laki atau perempuan yang kabur dari tuannya dan meninggal dalam keadaan
demikian. Yang ketiga adalah seorang perempuan yang ditinggal pergi oleh suaminya
padahal suaminya telah memenuhi segala kebutuhan duniawinya lalu ia bertabarruj
setelah kepergian sang suami. Jangan pernah bertanya tentang mereka.” (HR Ahmad no
22817 dll, shahih. Lihat Fiqh Sunnah lin Nisa’, hal 387)
Sedangkan tabarruj itu didefinisikan oleh para ulama’ dengan seorang perempuan yang
menampakkan “perhiasan” dan daya tariknya serta segala sesuatu yang wajib ditutupi
karena hal tersebut bisa membangkitkan birahi seorang laki-laki yang masih normal.
Di samping itu, maksud dari perintah berjilbab adalah menutupi segala sesuatu yang
menjadi perhiasan (baca: daya tarik) seorang perempuan. Maka sungguh sangat aneh jika
ternyata pakaian yang dikenakan tersebut malah menjadi daya tarik tersendiri. Sehingga
fungsi pakaian tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Menundukkan pandangan dalam ayat ini tentu saja dimaksudkan untuk menjaga mata dari
hal-hal yang dapat membangkitkan syahwat, termasuklah menonton video porno dan
sejenisnya.
Larangan berdua-duaan
“Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (kholwat) dengan wanita kecuali bersama
mahromnya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Tidak hanya larangan berdua-duaan secara fisik nyata dalam satu ruangan, melainkan
juga larangan berdua-duaan dalam chatroom. Bukankah saat ini banyak yang melakukan
cybersex, dengan webcam atau menggunakan kamera ponselnya. Walaupun tidak
bersentuhan langsung, namun mereka saling membuka aurat dan memperlihatkannya
pada lawan jenisnya, ini juga diharamkan.
Jelas bahwa sentuhan fisik antara lawan jenis bisa menstimulus syahwat. Oleh sebab itu,
perlu menahan diri ketika ingin menyentuh lawan jenis.
Tidak mendesah atau membuat-buat dalam berbicara
Terutama kaum wanita, janganlah membangkitkan syahwat lawan jenis dengan cara
membuat-buat dalam berbicara, kata cantik berubah jadi syantik. Atau sejenisnya yang
memang disengaja untuk memancing perhatian.
“…Makan dan minumlah rizki yang diberikan Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di
muka bumi dengan berbuat kerusakan” (Al-Baqarah (2): 60)
2. Larangan Merusak Tanaman dan Binatang “Dan apabila ia berpaling dari mukamu, ia
berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman dan
binatang, padahal Allah tiada menyukai kebinasaan” (Al-Baqarah (2): 205)
3. Larangan Mencemari Air Laut
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka agar
mereka kembali ke jalan yang benar” (Ar-Rum (30) 41).
Allah berfirman: “Dan bersihkanlah bajumu” (Al-Muddassir (74): 4). Nabi bersabda:
“Sungguh Allah Maha Suci senang kepada kesucian, Maha Bersih senang kepada
kebersihan, Maha Mulia senang kepada kemuliaan, Maha Dermawan senang kepada
kedermawaan, maka bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah kamu meniru orang
Yahudi” (At-Tirmizi, dari Sa’ad dari Hasan, Al-Jami’Al-Sagir 11, 239). Disebutkan
dalam suatu Hadits, “Dari Samurah bin Jundub, ia berkata: Kami diperintahkan oleh Nabi
SAW mendirikan masjid di rumah-rumah kami dan kami diperintahkan supaya selalu
membersihkannya” (Musnad Ahmad, V: 17).
“Setiap langkah yang dilakukan untuk menuju kepada salat adalah sadaqah, dan
menyingkirkan kekotoran yang menyakitkan dari jalan adalah sadaqah” (Diriwayatkan
oleh Al-Bukhari)
8. Menjaga Keindahan
Allah berfirman: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap
memasuki masjid” (Al-A’raf (7): 31)
9. Menjaga Kesehatan
Nabi bersabda: “Sungguh Allah menurunkan penyakit dengan obatnya sekaligus, dan
menyediakan obat bagi setiap penyakit, maka berobatlah, tetapi janganlah berobat dengan
barang haram” (Abu Dawud).
10. Menyayangi Binatang
Nabi SAW bersabda: “Setiap muslim yang menabur atau menanam tanaman, kemudian
tanaman tersebut dimakan oleh seseorang atau binatang atau burung, maka tak lain
tanaman itu baginya adalah sadaqah” (Al-Bukhari)