Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGANTAR AGAMA ISLAM


MAKNA, TUJUAN, DAN METODE MEMAHAMI ISLAM

Dosen:
Asrul Faruq, M.Pd.I.

DISUSUN OLEH
ANGGOTA
Leily Rezania (6210039)
Mery Handani (6210041
Nazariah (6210042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) PEMALANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW, menjamin terwujudnya
kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Didalamnya terdapat berbagai
petunjuk/tuntunan hidup (sunnah) tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi
hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-luasnya. Petunjuk-
petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat didalam
sumber ajarannya, Al-Quran dan Hadist, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan
kehidupan yang dinamis dan progresif, dengan senantiasa mengembangkan kepedulian sosial,
menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter,
kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak
mulia dan sikap-sikap positif lainnya.

Dalam rangka mencapai suatu intepretasi yang tepat dalam memahami makna,
tujuan agama islam dengan segala aspek yang terkandung di dalamnya diperlukan metode-
metode yang dapat dipergunakan untuk mendapat pemahaman yang tepat.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa makna memahami islam?
2. Apa tujuan memahami islam?
3. Bagaimana metode memahami islam?

3. TUJUAN
1. Mengetahui makna memahami islam.
2. Mengetahui tujuan memahami islam.
3. Mengetahui metode memahami islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Makna Islam

Secara etimologis, kata “islam” berasal dari tiga akar kata, yaitu:
- Aslama artinya berserah diri atau tunduk patuh, yakni berserah diri atau tunduk patuh pada
aturan-aturan hidup yang ditetapkan oleh Allah Swt.
- Salam artinya damai atau kedamaian, yakni menciptakan rasa damai dalam hidup
(kedamaian jiwa atau ruh).
- Salamah artinya keselamatan, yakni menempuh jalan yang selamat dengan mengamalkan
aturan-aturan hidup yang ditetapkan oleh Allah Swt.

Untuk memahami Islam secara benar, terdapat empat cara yang tepat menurut Nasruddin
Razzak, yaitu sebagai berikut:

1. Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu Alqur’an dan sunnah Rasul.
2. Islam harus dipelajari secara integral atau secara keseluruhan.
3. Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar, kaum zu’ama,
dan sarjana Islam.
4. Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis dalam Alqur’an kemudian
dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris dan sosiologis.

Untuk memahami makna islam tentunya kita harus memahami tauhid. Tauhid adalah
meyakini keesaan Allah Swt dalam rububiyah, ikhlas beribadah kepada-Nya, serta
menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat-Nya. Dengan demikian, tauhid ada tiga macam,
yang setiap macam memiliki makna yang harus dijelaskan agar menjadi terang perbedaan
antara ketiganya.

1. Tauhid Rububiyah.
Artinya mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal perbuatanNya. Seperti mencipta,
memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan, mendatangkan bahaya, memberi manfaat,
dan lain-lain yang merupakan perbuatan-perbuatan khusus Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Seorang muslim haruslah meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memiliki sekutu
dalam RububiyahNya.

2. Tauhid Uluhiyah
Artinya mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam jenis-jenis peribadatan yang telah
disyariatkan. Seperti ; shalat, puasa, zakat, haji, do’a, nadzar, sembelihan, berharap, cemas,
takut, dan sebagainya yang tergolong jenis ibadah. Mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
dalam hal-hal tersebut dinamakan Tauhid Uluhiyah ; dan tauhid jenis inilah yang dituntut
oleh Allah Subhanhu wa Ta’ala dari hamba-hambaNya. Karena tauhid jenis pertama, yaitu
Tauhid Rububiyah, setiap orang (termasuk jin) mengakuinya, sekalipun orang-orang musyrik

3
yang Allah Subhanahu wa Ta’ala utus Rasulullah kepada mereka. Mereka mayakini Tauhid
Rububiyah ini, sebagaiman tersebut dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

َ‫ فََأنَّ ٰى يُْؤ فَ ُكون‬ ۖ ُ ‫َولَِئ ْن َسَأ ْلتَهُ ْم َم ْن َخلَقَهُ ْم لَيَقُولُ َّن هَّللا‬
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, Siapakah yang menciptakan mereka ?
niscaya mereka menjawab Allah. Maka bagaimana mereka dapat dipalingkan (dari
menyembah Allah)“. [Al-Zukhruf/43 : 87]

“Katakanlah, Siapakah yang mempunyai tujuh langit dan mempunyai Arsy yang besar ?
Mereka akan menjawab, Kepunyaan Allah. Katakanlah, Mengapa kamu tidak bertaqwa?”
[Al-Mu’minun/23 : 86-87]

Masih banyak ayat-ayat yang menunjukkan bahwa orang-orang musyrik meyakini Tauhid
Rububiyah. Akan tetapi, sebenarnya yang dituntut dari mereka adalah mengesakan Allah
dalam hal ibadah. Jika mereka mengikrarkan Tauhid Rububiyah, maka hendaknya juga
mengakui Tauhid Uluhiyah (ibadah). Sungguh, Rasulullah (diutus untuk)menyeru mereka
agar meyakini Tauhid Uluhiyah. Hal ini disebutkan dalam firmanNya Subhanahu wa Ta’ala.

‫ فَ ِس ~يرُوا‬ ۚ ُ‫الض ~اَل لَة‬ ْ َّ‫ فَ ِم ْنهُ ْم َم ْن هَدَى هَّللا ُ َو ِم ْنهُ ْم َم ْن َحق‬ ۖ َ‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِي ُك ِّل ُأ َّم ٍة َر ُسواًل َأ ِن ا ْعبُدُوا هَّللا َ َواجْ تَنِبُوا الطَّا ُغوت‬
َّ ‫ت َعلَ ْي ~ ِه‬
َ‫ض فَا ْنظُرُوا َك ْيفَ َكانَ عَاقِبَةُ ْال ُم َك ِّذبِين‬ ِ ْ‫فِي اَأْلر‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul kepada tiap-tiap umat (untuk menyerukan),
Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut, lalu diantara umat-umat itu ada orang-orang
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula orang-orang yang telah dipastikan sesat. Oleh
karena itu, berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-
orang yang mendustakan (para rasul)” [An-Nahl /16:36]

3. Tauhid Asma was Sifat


Yaitu menetapkan nama-nama dan sifat-saifat untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai
dengan yang telah ditetapkan oleh Allah untuk diriNya maupun yang telah ditetapkan oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ; serta meniadakan kekurangan-kekurangan dan aib-
aib yang ditiadakan oleh Allah terhadap diriNya, dan apa yang ditiadakan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

2. Tujuan Memahami Islam

Semua agama monoteisme, mempunyai tujuan akhir yang sama, yaitu selamat, bahagia dan
sejahtera. Hidupnya di dunia dan di akhirat (sa’addatun fid dunya wal akhiroh).
Jadi tujuan seseorang beragama tidak hanya mengutamakan keselamatan duniawi yang
bersifat materi saja, tetapi yang lebih penting lagi adalah keselamatan dan kebahagiaan
ukhrowi yang bersifat spiritual.
Secara jelas agama diturunkan memiliki tujuan yaitu untuk menjadi aturan bagi manusia
untuk menjalani hidup di dunia yang sementara. Dengan ilmu hidup menjadi lebih mudah,
dan dengan agama hidup menjadi lebih terarah.

4
Para ulama sepakat bahwa tujuan didatangkannya syari’ah islam (maqasid al-syari’at) adalah
untuk menjaga kelima hal berikut, yaitu :
Menjaga dan memelihara agama (Hifz ad-Diin), hal ini didasarkan oleh :

Perlunya melahirkan ulama.


Para Nabi boleh wafat, tapi ajaran islam tidak boleh mati. Pemandu islam harus selalu hadir
di tengah-tengah masyarakat. Para ulama itulah yang menjadi pemuka dan pemandu islam di
tengah-tengah masyarakat sepanjang jaman. Implikasinya adalah kita wajib
menyelenggarakan pendidikan bagi para calon ulama.

Membudayakan gerakan belajar agama


Di tingkat lokal dan institusional kita perlu membudayakan belajar agama sepanjang hayat.
Kita wajib menyelenggarakan pengajaran agama dimana-mana, di rumah, di mesjid, di
kantor, di kampus, dan lain-lain.

5
Perlunya menguasai ilmu-ilmu dasar islam
Para ahli dan praktisi pendidikan islam telah mengembangkan studi paket ilmu-ilmu dasar
keislaman. Dengan berbekal ilmu tersebut, diharapkan nantinya kita dapat mengembangkan
sendiri ilmu-ilmu tersebut.
Ilmu yang fardhu ‘ain
Termasuk ke dalam ilmu ini adalah pengetahuan mengenai tauhid yang benar, zat dan sifat-
sifat Allah, cara beribadah yang benar, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan halal
dan haram.

Melaksanakan kewajiban agama


Mari kita dengar sabda Nabi saw. Kata beliau, yang membedakan antara orang islam dan
bukan adalah tarkush-shalat (meninggalkan shalat).

Dalam hadits yang lain disebutkan ash-shalatu ‘imaduddin (shalat itu adalah tiang agama).
Dalam hadits lainnya juga disebutkan bahwa amal-amal manusia dihitung setelah terlebih
dahulu diperiksa shalatnya.

Jadi, ciri pertama dan utama orang islam adalah mendirikan shalat. Orang yang mendirikan
shalat sudah pasti berpuasa di bulan ramadhan; jika punya kelebihan harta sudah pasti
mengeluarkan zakat, infaq, shadaqah; dan jika punya bekal yang cukup sudah pasti
menunaikan haji dan umrah. Orang yang mendirikan shalat akan melaksanakan perintah-
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Menjaga dan memelihara jiwa (Hifz an-Nafs)


Salah satu tujuan dasar syariat Islam yang mulia adalah keselamata jiwa (Hifz an-Nafs).
(Rowa’I’ul Bayan Tafsir Ayatul Ahkam, Juz hal.52)
Anugerah Allah yang paling besar bagi manusia adalah hidup. Oleh karena itu setiap usaha
memelihara jiwa manusia sangat dihargai oleh islam.

Sebaliknya, segala usaha apapun yang merusak jiwa manusia dikutuk oleh islam. Orang yang
menyelamatkan seorang nyawa manusia oleh Allah dipandang sama dengan menyelamatkan
seluruh nyawa manusia, sedangkan orang yang membunuh seorang manusia dipandang sama
dengan membunuh seluruh manusia.
(QS. Al-Maidah : 32)
Menjaga dan memelihara akal (Hifz al-‘Aql)
Seruan Allah agar manusia menggunakan akal dan berpikir diulang-ulang dalam berbagai
ayat dan surat dalam Al-Qur’an. Lalu, dengan cara apakah akal dan pikiran kita bisa
berkembang? Terutama lewat belajar. Oleh karena itu, Rasulullah saw mewajibkan belajar
kepada setiap kaum muslimin.
Hikmah diturunkannya ayat pertama tentang membaca menunjukkan bahwa ajaran islam
memang mendorong kegiatan belajar mengajar.

6
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang
mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (QS. Al – ‘Alaq)

Menjaga dan memelihara harta (Hifz al-Maal)


Allah Swt telah menganugerahkan rizki yang luas dan harta yang banyak bagi umat manusia.
Jika dikelola dengan benar dan adil, maka tidak akan ada seorang manusia pun di muka bumi
ini yang menghadapi kelaparan. Agama islam didatangkan dengan seperangkat ajaran yang
lengkap dan sempurna tentang pengelolaan harta. Dalam islam, pemilik mutlak harta adalah
Allah Swt. Oleh karena itulah harta harus diperoleh secara halal.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya,
maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah
bagi Allah (QS An Nisaa: 29-30).
Menjaga dan memelihara kehormatan (Hifz an-Nasl)
Tujuan didatangkannya agama Islam yang kelima adalah menjaga serta memelihara
kehormatan dan keturunan. Agama islam - sejalan dengan fitrah Allah- menghendaki agar
setiap orang berkeluarga dengan jalan pernikahan. Oleh karena itulah ajaran islam
menganjurkan menikah dan mengharamkan zina.

Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sampai
Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. (QS. An-Nur :33)

7
3. Metode Memahami Islam

A. PENGERTIAN METODOLOGI
Dalam membahas metodologi pemahaman islam kita harus memahami pengertian
“metodologi” itu sendiri. Secara harfiah, kata “metodologi” berasal dari bahasa Greek, yakni
“metha” yang berarti melalui dan “hodos” berarti jalan atau cara. Sedangkan “logos” berarti
ilmu pengetahuan yang membahas tentang cara atau jalan yang harus dilalui . Jadi
metodologi pemahaman islam adalah ilmu yang membicarakan cara - cara memahami islam
secara efektif dan efisien.
Kata “metodologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos, yang berarti cara atau jalan.
Dalam bahasa Inggris kata ini ditulis method, dan bangsa Arab menterjemahkannya dengan
thariqat dan manhaj. Dalam bahasa Indonesia, kata tersebut megandung arti:
 cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan
dan sebagainya);
 cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
suatu yang ditentukan.
Menurut Hasan Bakti Nasution metodologi adalah dari kata metode, dan metode berasal dari
bahasa Greek (Yunani) yang terdiri dari kata “meta” yang berarti melalui, dan kata “hodos”
yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang di lalui. Secara operasional, metode
memilki banyak pengertian, seperti:
 suatu prosedur yang dipakai utuk mencapai suatu tujuan;
 suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahua dari suatu
materi tertentu;
 suatu ilmu yang merumuskan aturan aturan dari suatu prosedur dan cara kerja yang
sistimatis yang digunakan untk memahami suatu obyek yang dipermasalahkan atau ralitas
yang diteliti.
Dalam rangka mencapai suatu intepretasi yang tepat dalam memahami agama
dengan segala aspek yang terkandung di dalamnya diperlukan metode-meode yang dapat
dipergunakan untuk mendapat pemahaman yang tepat. Menjawab berbagai masalah yang
dihadapi saat ini, diperlukan metode yang dapat menghasilkan pemahaman islam yang utuh
dan komprehensif. Dalam hubungan ini metodologi adalah masalah yang sangat penting
dalam sejarah pertumbuhan ilmu.

8
B. KEGUNAAN METODOLOGI
Sejak kedatangan Islam pada abad ke-13M. Hingga saat ini, fenomena pemahaman
ke-Islaman umat Islam Indonesia masih ditandai oleh keadaan amat variatif. Kondisi
pemahaman ke-Islaman serupa ini barangkali terjadi pula di berbagai negara lainnya. Kita
misalnya melihat adanya sejumlah orang yang pengetahuannya tentang ke-Islaman cukup
luas dan mendalam, namun tidak terkoordinasi dan tidak tersusun secara sistematis. Hal ini
disebabkan karena orang tersebut ketika menerima ajaran Islam tidak sistematik dan tidak
terorganisasikan secara baik. Mereka biasanya datang dari kalangan ulama yang belajar ilmu
ke-Islaman secara otodidak atau kepada berbagai guru yang antara satu dan lainnya tidak
pernah saling bertemu dan tidak pula berada dalam satu acuan yang sama semacam
kurikulum, dalam artian tidak merujuk kepada Al Quran dan Sunnah sesuai Ahlus Sunnah.
Selanjutnya kita melihat pula munculnya paham ke-Islaman bercorak tasawuf yang
sudah mengambil bentuk tarikat yang terkesan kurang menampilkan pola hidup yang
seimbang antara urusan duniawi dan urusan ukhrawi. Dalam tasawuf ini, kehidupan dunia
terkesan diabaikan. Umat terlalu mementingkan urusan akhirat, sedangkan urusan dunia
menjadi terbengkalai. Akibatnya keadaan umat menjadi mundur dalam bidang keduniaan,
materi dan fasilitas hidup lainnya.
Dari beberapa uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa metode memiliki peranan
sangat penting dalam kemajuan dan kemunduran. Untuk mencapai suatu kemajuan,
kejeniusan saja belum cukup, melainkan harus dilengkapi dengan ketepatan memilih metode
yang akan digunakan untuk kerjanya dalam bidang pengetahuan. Metode yang tepat adalah
masalah pertama yang harus diusahakan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan.
Kewajiban pertama bagi setiap peneliti adalah memilih metode yang paling tepat untuk riset
dan penelitinya. Kini disadari bahwa kemampuan dalam menguasai materi keilmuan tertentu
perlu diimbangi dengan kemampuan dibidang metodologi sehingga pengetahuan yang
dimilikinya dapat dikembangkan.

9
C. METODOLOGI PEMAHAMAN ISLAM

BEBERAPA PENDAPAT TENTANG ISLAM

Ada dua sisi yang dapat digunakan untuk memahami pengertian Agama Islam, yaitu
sisi kebahasaan dan sisi peristilahan. Kebahasaan Islam dari bahasa Arab salima selamat,
sentosa dan damai. Kemudian Aslama berserah diri masuk dalam kedamaian.

Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan, beliau berkata: “Islam adalah agama yang dibawa oleh
para Rasul ‘alahis shalatu was salam. Semua Rasul datang dengan membawa ajaran Islam.
Setiap Nabi berdakwah mengajak kepada Allah dan datang dengan membawa syariat yang
berasal dari Allah, dan itulah Islam. Maka hakikat Islam adalah beribadah kepada Allah
‘Azza wa Jalla semata di setiap masa sesuai syariat-Nya. Dan Allah menurunkan syariat
kepada para Nabi pada setiap masa, kemudian me-nasakh-nya (menghapusnya). Jika suatu
syariat sudah di nasakh dengan syariat yang baru, maka dalam keadaan ini, mengamalkan
syariat yang baru itulah yang disebut Islam. Hingga akhirnya Allah me-nasakh semua syariat
terdahulu dengan syariat yang di bawa Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam.

Allah Ta’ala berfirman:


ِ ‫ت ۖ َو ِعن َدهُ ُأ ُّم ْال ِكتَا‬
‫ب‬ ُ ِ‫لِ ُك ِّل َأ َج ٍل ِكتَابٌ يَ ْمحُو هَّللا ُ َما يَ َشا ُء َوي ُْثب‬
“Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu). Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki
dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh
mahfuzh)” (QS. Ar Ra’du: 38-39).

Maka Islam adalah ajaran yang dibawa para Rasul, berupa dakwah dan amalan sesuai
masanya. Hingga akhirnya diutus Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Sehingga
jadilah Islam itu adalah ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi
Wasallam, bukan ajaran yang selain beliau. Orang yang tetap berada pada agama-agama
sebelumnya dan tidak beriman kepada Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam maka ia
bukan Muslim. Karena dengan sikapnya itu berarti ia tidak taat kepada Allah dan tidak patuh
kepada Rasul-Nya Shallallahu’alaihi Wasallam.

10
Pengertian Islam menurut Maulana Ali dapat dipahami dari Firman Allah surat Al-Baqorah
ayat 208:

ِ ‫يَاَأيُّهَاالَّ ِذ ْينَ أ َمنُوْ اا ْد ُخلُوْ ا فِى الس ِّْل ِم َكافَّةَ َوالَتَتَّبِعُوْ ا ُخطُ َوا‬
‫ت ال َّش ْيطَا ِن اِنَّهُ لَ ُك ْم َعد ٌُّو ُّمبِي ٌْن‬

“Hai Orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Kedamaian/Islam secara


menyeluruh dan jangan kamu ikuti langkah-langkah Setan. Sesungguhnya setan musuh yang
nyata bagimu” Kata ‫ السـلم‬yang dalam ayat diatas diterjemahkan kedamaian atas Islam,
makna dasarnya adalah damai atau tidak mengganggu.
Dari definisi itu dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang diturunkan Allah
kepada manusia melalui Rasul-rasul-Nya berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, manusia dengan alam semesta.
Dengan kasih sayangnya, Allah menurunkan Ad-Dien (aturan hidup) kepada
manusia. Tujuannya agar manusia hidup teratur dan menemukan jalan yang benar menuju
Tuhannya. Aturan itu meliputi seluruh bidang kehidupan: politik, hukum, sosial, budaya, dan
sebagainya. Dengan demikian, manusia akan tenteram dan damai, hidup rukun, dan bahagia
dengan sesamanya dalam naungan ridha Tuhannya (Al-Baqarah: 38).
Karena kebijaksanaan-Nya, Allah tidak menurunkan banyak agama. Dia hanya menurunkan
Islam. Agama selain Islam tidak diakui di sisi Allah dan akan merugikan penganutnya di
akhirat nanti.
َ ‫ت هَّللا ِ فَ~ِإ َّن هَّللا‬ َ ‫اختَلَفَ الَّ ِذينَ ُأوتُوا ْال ِكت‬
ِ ‫َاب ِإاَّل ِم ْن بَ ْع ِد َم~ا َج~ ا َءهُ ُم ْال ِع ْل ُم بَ ْغيًا بَ ْينَهُ ْم َو َم ْن يَ ْكفُ~رْ بَِآيَ~ا‬ ْ ‫ِإ َّن ال ِّدينَ ِع ْن َد هَّللا ِ اِإْل ْساَل ُم َو َما‬
‫ب‬ِ ‫َس ِري ُع ْال ِح َسا‬
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-
orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah,
maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Ali Imran: 19)
Islam merupakan satu-satunya agama yang bersandar kepada wahyu Allah secara
murni. Artinya, seluruh sumber nilai dari nilai agama ini adalah wahyu yang Allah turunkan
kepada para Rasul-Nya terdahulu. Dengan kata lain, setiap Nabi adalah muslim dan mengajak
kepada ajaran Islam. Ada pun agama-agama yang lain, seperti Yahudi dan Nasrani, adalah
penyimpangan dari ajaran wahyu yang dibawa oleh para Nabi tersebut.

11
D. BEBERAPA METODE MEMAHAMI ISLAM

Perjalanan Islam sampai kini telah melampui kurun waktu yang cukup lama dan
dipeluk oleh manusia diseluruh penjuru dunia. Pemikiran Islam dapat diibaratkan dengan
sebagai sungai yang besar dan panjang. Wajar jika sumber mata airnya yang semula bening
dan jernih serta mengalir pada alur sempit dan deras dalam perjalanannya menuju muara kian
melebar, berliku-liku dan bercabang-cabang. Airnya kian pekat karena mengangkut pula
lumpur dan sampah, geraknyapun menjadi lamban.
Mempelajari Islam dengan metode ilmiah saja tidak cukup, karena metode dan
pendekatan dalam memahami Islam yang demikian itu masih perlu dilengkapi dengan
metode yang bersifat teologis dan berdalil. Oleh karena itu kami mencoba menelusuri metode
memahami Islam sepanjang yang dapat dijumpai dari berbagai literaratur ke-Islaman dan
dalil.
Metode ilmiah digunakan untuk memahami Islam yang terkandung dalam Al Quran
dan Hadist. Melalui metode teologis normatif seseorang memulai dari meyakini Islam
sebagai agama yang mutlak benar. Hal ini didasarkan pada alasan, karena agama bersal dari
Allah ‘Azza wa Jalla, dan apa yang berasal dari Tuhan Mutlak benar, maka agamapun mutlak
benar.
Setelah itu dilanjutkan dengan melihat agama sebagai norma ajaran yang berkaitan
dengan aspek kehidupan manusia yang secara keseluruhan diyakini amat ideal yang
berlandaskan Al Quran dan Sunnah sesuai Ahlus Sunnah.

12
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

- Untuk lebih memahami makna islam, perlu dipahami pula makna aslama yang artinya
berserah diri atau tunduk patuh pada aturan-aturan yang ditetapkan Allah Swt. Dan Salamah
yang keselamatan, yakni menempuh jalan yang selamat dan mengamalkan aturan-aturan yang
ditetapkan Allah Swt.
- Tujuan Memahami Islam ada 5 hal, yaitu : Menjaga dan memelihara agama (Hifz ad-Diin),
Menjaga dan memelihara jiwa (Hifz an-Nafs), Menjaga dan memelihara akal (Hifz al-‘Aql),
Menjaga dan memelihara harta (Hifz al-Maal), Menjaga dan memelihara kehormatan (Hifz
an-Nasl)
- Metodologi pemahaman islam adalah ilmu yang membicarakan cara - cara memahami islam
secara efektif dan efisien.
- Metode ilmiah digunakan untuk memahami Islam yang terkandung dalam Al Quran dan
Hadist.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Ali, Mukti. 1991. Metode Memahami Islam. Jakarta: Bulan Bintang

2. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, 2006, Jakarta: Amanah, Hlm. 147

3. Abuddin NT, Metodologi Studi Islam, 2009, Jakarta: Rajawali Pers,Hlm.95

4. At Ta’liq ‘Ala Syarhis Sunnah lis Syaikh Shalih Al Fauzan, 14

5. Fuad Hasan dan Koentjaraningrat, Beberapa Asas Metodologi Ilmiah, dalam


Koentjaraningrat (ed) Metode metode Penelitian Masyarakat, Jakarta, Gramedia, 1977, h. 16

6. Team Penyusun Kamus Basar Bahasa Indonesia, Cet. I, Balai Pustaka, Jakarta, 1988 hal.
580 dan Lihat Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. IX, Balai Pustaka,
Jakarta, 1986, hal. 649

7. Method ; 1. A way of doing anything; mode; procedure, process; especially, a regular,


orderly definite procedure or way of teaching, inverstigating, etc; 2. Regularity and
orderliness in action, thought, or expression; system in doing things or handling ideas; and 3.
Regular orderly arrangement (Noah Webster, Webster‟s New Twentieth Century Dictionary,
Cet II, Amerika Serikat: William Collins, 1980, hal. 1134)

8. Hasan Bakti Nasution, Metodologi Studi Pemikiran Islam, Kalam Filsafat Islam, Tasawuf,
Tareqat, Perdana Publishing, Medan, 2016, hal. 1

9. Abdullah, M. Amin. Antologi Studi Islam: Teori & Metodologi. Yogyakarta: Sunan
Kalijaga Press, 2000.

10. Saifuddin, Endang. Kuliah al-Islam, Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi.
Bandung: Pustaka Salman ITB, 1980. ;c

11. https://muslim.or.id/23508-islam-adalah-as-sunnah.html

14

Anda mungkin juga menyukai