Anda di halaman 1dari 3

Nama : Anggoro Tri Legowo

NPM : 1951020263
Kelas : E/Perbankan Syariah
Matkul : Metode Study Islam

1. Dua hal utama dalam Aqidah Islamiyah yang mendasar kita dalam bertauhid adalah
islam dan iman. Semua Nabi membawa risalah ajaran Islam, tetapi nama-nama agama
yang diikui oleh umat para Nabi berbeda-beda, seperti Yahudi, Nasrani, Islam. Apa
makna yang terkandung dalam terminologi Islam dimaksud? Bagaimana kaitannya
dengan Iman dan Ihsan?

Jawaban :

Bila suatu keadaan itu tetap tidak berubah sebagaimana biasanya, maka tidak
perlu dikeluarkan petunjuk yang berbeda-beda. Tetapi saat keadaan itu sudah berubah,
adalah suatu kebijaksanaan bahwa ajaran itu harus berbeda-beda.
Pada masa Adam, umat manusia hidup dalam satu tempat, oleh karena itu
maka ajaran yang coraknya satu itu telah mencukupinya. Hingga zaman Nabi Nuh,
umat manusia hidup dalam tempat-tempat yang terpencil. Setelah Nuh, umat manusia
itu merata di pelbagai dunia ini. Tetapi pengaruh ajaran Nabi Nuh ini mulai
berkurang. Maka datanglah rasul-rasul yang lain, dan pengaruh mereka berangsur-
angsur berkurang pula dan tiap-tiap Rasul itu diutus untuk kaumnya masing-masing
dan untuk masa tertentu.
Inilah yang menyebabkan adanya perbedaan hukum antara satu agama dengan
yang lainnya, terutama lagi karena akal manusia belum benar-benar berkembang.
Perbedaan itu tidak bisa dicegah karena terbatasnya ajaran-ajaran para nabi
terdahulu. Jika Al-Quran tidak diturunkan, maka perbedaan itu akan berlangsung terus
menerus. Dunia tidak akan mengenal Sang Pencipta Yang Esa dan juga tidak dapat
memahami bahwa penciptaannya itu mempunyai tujuan yang agung. Perbedaan antara
agama-agama sebelum kedatangan Islam itu malahan merupakan suatu keharusan dan
bukan penghalang akan kedatangan seorang Nabi yang akan menyatukan mereka
semua. Itulah Nabi Muhammad saw.
2. Orang dalam beragama pada prinsipnya adalah untuk meraih kebahagiaan. Apakah
setiap orang yang beragama sudah meraih kebahagiaan? Bagaimana dengan orang
beragama yang telah bekerja keras mencari rizki, serta rajin beribadah akan tetapi
kesejahteraannya juga belum meningkat (miskin)? Jelaskan!

Jawaban :

Orang yang beragama belumlah tentu bahagia, karena tolak ukur bahagia itu
bukanlah dari seberapa banyak ia beragama. Kebahagian itu memiliki tolak ukur yang
berbeda bergantung dengan orang yang merasakannya. Allah SWT memang telah
menjanjikan kebahagiaan tersebut, akan tetapi kebahagiaan itu tidak datang dengan
sendiri, melainkan harus diupayakan dengan mencari dan berusaha untuk
mendapatkan kebahagian tersebut.
Kerja keras dan kekayaan itu bersanding, tetapi tidak berhubungan. kerja keras
itu kewajiban hamba, sedangkan rejeki itu urusan Allah. Tugas kita sebagai hamba
hanya meminta, kemudian memantaskan diri untuk menerima yang kita minta. Kalau
rezeki kita belum sesuai, syukuri dulu karena itu yang terbaik dari Allah. Tetapi tetap
dilanjutkan dengan berusaha dan berdoa. Jika kita hanya berdiam diri tanpa berusaha
maka hal itu akan mencabut kepantasan kita untuk mendapat rezeki yang lebih besar.
Jika ada orang yang jarang ibadah tapi dikasih rezeki lebih, itu adalah bukti
bahwa Allah Maha Pengasih yang tak pernah pilih kasih, karena Allah itu Maha Adil,
yang tidak beribadah pun kalau dia bekerja keras maka tetap akan diberi rezeki.
3.  Apakah agama ini diposisikan sebagai ritual yang terpisah dari kehidupan sehari-hari,
atau sebagai pelarian-pelarian dari ketidakberdayaan yang diliputi dengan
keputusasaan, ataukah agama telah memerankan sebagai spirit kehidupan yang aktual
sehari?

Jawaban :

Agama Islam mengajarkan tentang niat. Dalam melakukan kegiatan atau


memilih apa saja, Islam memberikan tuntunan untuk memilih yang terbaik. Semua
pekerjaan harus diselesaikan dengan sabar, ikhlas, istiqomah, penuh amanah, harus
tawakkal dan atau menyerahkan segala sesuatu tentang apa yang telah dilakukan
kepada Dzat Yang Maha Kuasa.
Islam harus dihadirkan di dalam semua jenis kegiatan sehari-hari. Islam tidak
hanya menjawab persoalan ritual dan atau melihat sesuatu dari aspek fiqhnya,
melainkan akan menjawab berbagai persoalan luas secara tidak terbatas yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari oleh siapapun, di manapun, dan kapanpun. Maka, sebuah
pekerjaan disebut telah dikerjakan secara Islami manakala diawali dengan niat yang
tepat, dikerjakan dengan jujur, sabar, ikhlas, istiqomah, memilih pendekatan atau cara
terbaik, hingga akhirnya pekerjaan itu disebut sebagai sebuah amal shaleh.
Agama tidak pernah meninabobokan dan bukanlah sebagai tempat pelarian
dari rasa putus asa. Agama adalah sebuah pemberhentian, yang membangunkan setiap
orang dari kelalaian, kelupaan dan bangkit dari rasa putus asa. Harapan yang
ditawarkan agama berjalan bersama tugas dan tanggung jawab serta menuntut
kesungguhan hati untuk memperjuangkannya. Harapan itu tidak boleh mati, bahkan
mesti kerap gagal dan dicemooh.

Anda mungkin juga menyukai