SKRIPSI
Oleh:
Martinus
NIM: 011124022
Oleh:
Martinus
NIM: 011124022
Pembimbing,
ii
SKRIPSI
Kalimantan Barat
iv
MOTTO
“Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang
kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah
sumber damai sejahtera akan menyertai kamu”
(Flp 4: 9)
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam kutipan
Martinus
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya yang
SEMINARI TINGGI”.
iman siswa Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop khususnya siswa kelas III
Pembinaan yang diupayakan oleh pembina seminari ini masih kurang menjawab dan
membantu para siswa seminari khususnya siswa kelas III dalam rangka
seminari tinggi, hal tersebut dikarenakan 2 pastor pembina ini selain menjadi
Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop. Waktu mereka lebih banyak
sehingga mereka mampu dan berani mengambil keputusan pribadi secara mantap,
dewasa, dan bijaksana, untuk melanjutkan ke jenjang seminari tinggi atau pun tidak.
ix
Skripsi ini dapat tersusun berkat dukungan dan bantuan pelbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis dengan hati yang tulus
1. Drs. H.J. Suhardiyanto SJ. selaku dosen pembimbing utama yang dengan
2. Drs. F.X. Heryatno W.W., SJ., M. Ed. selaku dosen penguji yang senantiasa
3. Dra. Yulia Supriyati, M. Pd., selaku dosen penguji sekaligus dosen pembimbing
4. Segenap staf, dosen, dan karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan
skripsi ini.
tempat dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian. Juga atas
x
6. Para siswa seminari khususnya siswa kelas III yang memberi dukungan kepada
7. Ayahku Yosef Kingkeng, ibuku Lusiana Lambang, abang Simon, abang Anton,
kakak Mariana, adik Marsius, adik Yosefina Tuti dan sanak saudara yang
IPPAK.
8. Istriku Agustina dan anakku Deananda yang menjadi sumber motivasi dan
10. Keluarga besar istriku yang selalu menyemangati dan membiayai penulis untuk
menyelesaikan skripsi.
11. Rekan-rekan mahasiswa, angkatan 2001 dan 2002 yang telah meneguhkan,
12. Akhirnya, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam proses
dalam penyusunan skripsi ini, sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari rekan-rekan pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya, semoga
skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan, terlebih khusus untuk pihak Asrama Seminari Menengah St. Paulus
xi
Nyarumkop Kalimantan Barat dalam rangka mempersiapkan para siswa seminari
Penulis,
Martinus
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
MOTTO ........................................................................................................... v
ABSTRACT..................................................................................................... viii
C. Tujuan Penulisan........................................................................................ 4
D. Manfaat Penulisan...................................................................................... 5
1. Arti Katekese........................................................................................ 9
xiii
2. Tujuan Katekese................................................................................... 10
1. Pengertian Pembinaan.......................................................................... 32
2. Tujuan Pembinaan................................................................................ 33
3. Manfaat Pembinaan.............................................................................. 35
a. Latihan doa..................................................................................... 36
b. Rekoleksi........................................................................................ 36
c. Retret .............................................................................................. 37
d. Live in............................................................................................. 38
xiv
2. Pembinaan Iman dalam Rangka Mempersiapkan Diri Memasuki
Jenjang Seminari Tinggi ..................................................................... 40
xv
5. Responden Penelitian ........................................................................... 56
1. Pengertian Program.............................................................................. 71
2. Pemikiran dasar.................................................................................... 72
xvi
b. Tujuan ............................................................................................ 73
B. Saran........................................................................................................... 123
LAMPIRAN..................................................................................................... (1)
xvii
DAFTAR SINGKATAN
6.
xviii
D. Singkatan Lain
Art : Artikel
Bdk : Bandingkan
Ed : Editor
Agama Katolik
St : Santo
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hidup yang dimiliki untuk mengikuti Yesus Kristus dalam tugas pengembalaan
umat Allah. Di Indonesia ada banyak sekolah seminari menengah yang memang
dibangun untuk memupuk benih-benih panggilan kaum muda kristiani, dan salah
bahwa:
Ini menunjukkan perlu usaha dari pihak sekolah dan asrama seminari
Para siswa yang masuk di Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop ini
memiliki benih-benih panggilan yang baru tumbuh dalam diri mereka. Dan
2
mereka yang masuk Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop dengan harapan,
benih panggilan yang baru tumbuh bisa semakin berkembang dan semakin kuat.
Untuk itu pihak keluarga siswa, pihak sekolah, dan pihak asrama seminari perlu
pembinaan yang diberikan di asrama bagi para siswa seminari khususnya bagi
para siswa kelas III. Berdasarkan pengalaman penulis sendiri dan cerita dari para
siswa seminari yang baru menyelesaikan studi di Seminari Menengah St. Paulus
berikut:
1. Doa rutin bagi para siswa yaitu doa pagi dan malam
5. Perayaan Ekaristi
yang tinggi apalagi dengan peraturan yang ketat. Penulis melihat, pembinaan yang
ada masih kurang atau rasanya tidak cukup dalam mempersiapkan para siswa
khususnya kelas III seminari untuk memasuki jenjang seminari tinggi. Apalagi
kegiatan-kegiatan di atas terutama pendalaman Kitab Suci tidak ada yang menjadi
3
pembina seminari kurang terlibat dalam pendalaman Kitab Suci, pada hal untuk
berkesinambungan. Fakta yang ada, pembinaan yang diberikan hanya sebatas bisa
terlaksana saja. Menjadi pertanyaan, mengapa dari sekitar 50 orang siswa kelas
III seminari menengah, yang berani melanjutkan ke jenjang seminari tinggi hanya
1-6 siswa saja. Hal ini yang menjadi bahan permenungan penulis dan menarik
perhatian penulis untuk mencari akar masalah para siswa kelas III seminari tidak
yang dimiliki para siswa pada saat mereka mulai memberanikan diri memasuki
seminari menengah menjadi pudar dan hilang ketika mereka menjalankan hidup
seminari menengah, penulis berpikir bahwa para siswa seminari khususnya kelas
III perlu juga mengalamai katekese untuk meningkatkan hidup rohani mereka
bagi mereka (siswa kelas III) dalam mempersiapkan diri untuk memasuki jenjang
seminari tinggi.
pemikiran dan memaparkannya dalam bentuk karya tulis dengan judul “UPAYA
dilakukan pembinaan bagi siswa-siswa seminari khususnya yang kelas III yang
B. Rumusan Masalah
para siswa seminari khususnya kelas III dalam mempersiapkan diri memasuki
para siswa seminari khususnya kelas III dalam mengolah hidup rohaninya?
C. Tujuan Penulisan
4. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata Satu (S1) Prodi IPPAK-
USD, Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan
E. Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
KALIMANTAN BARAT
Barat
BARAT
penelitian
7
BAB V : PENUTUP
Kesimpulan
Penutup
BAB II
Pada bagian ini penulis akan menguraikan gambaran umum katekese yang
meliputi arti katekese, tujuan katekese, ciri-ciri katekese, isi katekese, kekhasan
gambaran umum pembinaan yang meliputi arti kata pembinaan dan tujuan
pembinaan. Dan pada bagian ketiga, penulis akan membahas katekese sebagai
pembinaan iman siswa seminari menengah. Bagian ini terdiri dari arti pembinaan
iman dan pembinaan iman dalam rangka mempersiapkan para siswa memasuki
umat. Ini tentu dikarenakan umat kristiani sebagai subyek katekese tidak dapat
terus menerus.
1. Arti Katekese
Kata katekese berasal dari bahasa atau kata Yunani “katechein” bentukan
dari kata “kat” yang artinya pergi atau meluas, dan “echo’ yang memiliki arti
ini digunakan oleh Gereja dan umat kristiani dalam menyampaikan pewartaan
Kata katekese juga dapat ditemukan dalam Luk 1: 4 (diajarkan); Kis 18: 25
Kor 14:19 (mengajar); dan Gal 6: 6 (Pengajaran). Dalam konteks ini, katekese
Pembinaan iman anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman, yang
khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya
diberikan secara organis dan sistematis, dan dengan maksud menghantar para
pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art. 18)
Rumusan yang tersebut di atas ingin menyatakan bahwa katekese itu adalah
ajaran Kristen secara terus menerus kepada semua umat beriman kristiani tidak
iman mereka saling membantu sedemikian rupa sehingga iman mereka masing-
masing diteguhkan dan diwujudkan dalam hidup sehari-hari. Melihat hal tersebut
katekese adalah usaha dari Gereja untuk menolong umat, agar semakin
10
diri menuju kematangan iman sebagai orang kristiani (Komkat KWI, 1995: 14).
2. Tujuan Katekese
Dalam buku katekese umat dan evangelisasi baru (Komkat KWI, 1995: 14),
tumbuh, dan dari hari kehari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin
memantapkan perihidup Kristen umat beriman, muda maupun tua” (CT, art. 20).
Pemaparan katekese itu ditujukan kepada mereka yang baru tumbuh imannya.
dan mampu memberi kesaksian imannya tersebut bagi semua orang. Tujuan
katekese dirumuskan dalam Sinode Para Uskup di Roma tahun 1977 yaitu:
14)”. Sementara itu menurut Amalorpavadas (1972: 8), tujuan katekese adalah
3. Ciri-ciri Katekese
tersendiri yang bisa dibedakan dengan pelayanan sabda yang lain. Dalam Anjuran
tujuan, oleh karena itu perlu sungguh dipersiapkan dengan langkah-langkah yang
Katekese bukanlah hal yang mengarah pada persoalan teologis yang sering
diperdebatkan. Katekese lebih mengarah pada penghayatan iman umat. Selain itu
katekese ini tidak hanya berbicara seputar pewartaan akan Yesus Kristus, katekese
perlu juga mengangkat persoalan hidup yang dihadapi oleh umat dengan harapan
membaharui diri serta seluruh jemaat beriman. Ciri tersebut di atas menegaskan
4. Isi Katekese
Salah satu cara pelayanan sabda bagi umat beriman adalah katekese. Yang
dibicarakan dalam katekese ini adalah seluruh ajaran, tindakan, dan pribadi Yesus
yang harus disampaikan di dalam katekese adalah ajaran, tindakan dan pribadi
Yesus, bukan gagasan pribadi. Dengan kata lain isi pokok katekese adalah
seluruh misteri hidup Yesus Kristus, dari seluruh karya dan sabda-Nya sampai
peristiwa wafat dan kebangkitan-Nya (CT, art. 6).
menjadi sumber katekese dan pusat katekese. Hidup Yesus Kristus sendiri
merupakan pemakluman tentang Allah yang mengasihi manusia. Hal itu ingin
menunjukkan bahwa isi katekese ini merupakan pewartaan kabar gembira bagi
Hubber (1981: 19) merumuskan, bahwa isi katekese umat adalah Yesus
Kristus sendiri. Kita berkumpul untuk bersaksi tentang iman kita akan Yesus
pasti berbicara akan Yesus Kristus. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang
Yesus Kristus (Komkat KWI, 1995: 14). Dalam katekese, umat bersaksi tentang
pengalaman iman mereka akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda
kepada manusia dan pengantara manusia dalam menanggapi Sabda Allah. Yesus
Kristus ini tampil sebagai pola hidup manusia dalam Kitab Suci, khususnya dalam
5. Kekhasan Katekese
Katekese sebagai salah satu cara dalam pelayanan sabda tentu memiliki
pelayanan sabda lainnya. Oleh karena itu ciri khas katekese adalah komunisasi
iman atau tukar pengalaman hidup beriman di mana umat sendirilah yang menjadi
14
sehubungan dengan pengalaman yang paling mendasar dari Yesus dan Gereja.
Katekese ini membantu jemaat untuk menerima dan membaca hidupnya dalam
yang mencakup refleksi dan semua sarana yang digunakan untuk menganalisa
Kristus menjadi pengalaman yang benar-benar aktual, karena tidak ada katekese
yang benar-benar terjadi tanpa adanya suatu pengalaman kristiani yang autentik
(murni dan dapat dipercaya) dari pada diterima dan ditafsirkan serta
dikomunikasikan.
Jelaslah bahwa katekese ini adalah bentuk pelayanan pastoral Sabda Tuhan
guna kematangan iman pribadi dan bersama dalam kesatuan dan persaudaraan.
{{{
15
6. Model-model Katekese
teoritis, skematis dan abstrak yang menawarkan suatu cara konseptual dan alat
sehari-hari.
kegiatan yang utuh yang mempunyai latar belakang pemikiran tertentu dengan
menggunakan metode tertentu. Dan berikut ini penulis akan menyajikan empat
model katekese yakni: model pengalaman hidup, model biblis, model campuran
(biblis dan pengalaman hidup, dan model SCP (Shared Christian Praxis).
[
tolak dari pengalaman hidup umat yang mereka alami dalam hidup mereka sehari-
hari baik itu dalam keluarga, pekerjaan, maupun dalam hidup bermasyarakat.
Katekese model pengalaman hidup ini, ingin membantu umat untuk mengalami,
peristiwa atau pengalaman iman yang mereka alami dalam segala kegiatan atau
aktivitas sehari-hari dengan kacamata iman atau terang iman. Untuk membantu
umat memahami, merasakan kehadiran Allah, dan mampu untuk tampil menjadi
saksi Allah bagi sesama. Guna membantu mereka mencapai semua itu, katekese
pembacaan Kitab Suci atau Tradisi Gereja, pendalaman teks Kitab Suci atau
Tradisi, rangkuman pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi, penerapan dalam
diambil dari peristiwa konkrit dicocokkan dengan tema pertemuan yang sedang
bisa juga mengambil seluruh peristiwa dari koran atau surat kabar, bisa dengan
cerita rakyat, dan bisa mengangkat kisah tayangan dari CD, dll. Kemudian
pengalaman itu diungkapkan dalam kelompok kecil bila pesertanya banyak, dan
tergantung dari jumlah peserta yang datang. Alangkah baik bila peserta dibagi
mereka tanpa ada rasa malu, selain itu memudahkan mereka untuk merasakan
situasi hidup mereka yang konkrit. Dan tugas fasilitator adalah mendampingi,
pengalaman hidup peserta katekese. Dengan kata lain pengalaman hidup peserta
kesempatan untuk merefleksikan teks Kitab Suci yang dibagikan atau dibacakan,
berusaha membantu para peserta untuk mencari dan mengungkapkan makna atau
inti pesan Kitab Suci yang berhubungan dengan tema yang diangkat. Fasilitator
Kitab Suci, selain itu mampu menciptakan suasana terbuka agar peserta merasa
tidak takut untuk mengungkapkan tafsiran atas isi Kitab Suci sesuai dengan
dipakai dan diolah sesuai dengan tema dan tujuan yang akan dicapai. Setelah
fasilitator menarik kesimpulan dari proses katekese dan memberi kesimpulan. Dan
setiap langkah hidup mereka sehari-hari. Mereka dihantarkan agar berani menjadi
saksi iman bagi sesamanya. Untuk itu fasilitator perlu mampu menciptakan
suasana yang penuh kekeluargaan dan sikap terbuka sehingga mereka merasakan
kedekatan dengan yang lain sebagai satu keluarga, akhirnya mereka tidak sungkan
dan sikap terbuka mereka dapat merasakan kehadiran Allah serta menemukan
b. Model biblis
Katekese model biblis merupakan katekese yang bertitik tolak dari Kitab
Suci yang di pilih fasilitator pada saat melaksanakan pertemuan katekese. Dalam
pelaksanaan katekese dengan model biblis ini mengajak peserta katekese untuk
tindakan yang konkrit dalam hidup di tengah keluarga dan masyarakat. Dapat
hidupnya.
katekese model biblis yaitu pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, pendalaman
teks Kitab Suci, pendalaman pengalaman hidup, penerapan dalam hidup peserta,
mengajak peserta katekese untuk mendengarkan Sabda Allah dari teks Kitab Suci
yang sudah di pilih sesuai dengan tema yang di angkat, kemudian fasilitator
kembali teks Kitab Suci secara pribadi (membaca dalam hati), baru kemudian
fasilitator mengajak peserta katekese mendalami teks Kitab Suci dalam kelompok
kecil atau kelompok besar dengan panduan pertanyaan yang sudah dipersiapkan
19
oleh fasilitator. Dalam mendalami teks Kitab Suci mereka di bantu dengan
katekese mengungkapkan pesan inti dari teks Kitab Suci yang baru di dengar dan
direnungkan. Selanjutnya peserta katekese diajak untuk menangkap pesan inti itu.
Fasilitator membuat rangkuman dari apa yang sudah ditemukan oleh para peserta
katekese untuk menghubungkan pesan inti teks Kitab Suci yang baru dibicarakan
menuntun peserta katekese untuk mengolah pengalaman hidup yang mereka alami
pesan inti teks Kitab Suci yang telah mereka bicarakan. Setelah merefleksikan
teks Kitab Suci dan menghubungkan dengan pengalaman hidup, peserta katekese
diajak membuat niat-niat secara pribadi maupun bersama untuk diwujudkan dalam
merupakan gabungan dari katekese model pengalaman hidup dengan model biblis
atau tradisi, karena katekese model campuran ini bertitik tolak dari pengalaman
Pembukaan
pertamanya adalah menyajikan teks Kitab Suci atau Tradisi yang sudah
katekese dalam menyajikan atau membacakan teks Kitab Suci atau Tradisi itu.
Setelah mendengarkan isi teks Kitab Suci, fasilitator mengajak peserta katekese
untuk hening sejenak merenungkan kembali isi teks Kitab Suci atau Tradisi yang
baru mereka dengarkan, kemudian itu baru masuk pada penyajian pengalaman
atau sarana pendukung seperti cerita rakyat, cerita bergambar, vcd, tape recorder,
kaset, dll. Setelah mendengarkan isi teks Kitab Suci atau Tradisi dan penyajian
hidup sesuai dengan apa yang telah disajikan bertolak dari isi teks Kitab Suci atau
Tradisi di atas. Dalam mendalami pengalaman hidup bertitik-tolak dari Kitab Suci
bila pesertanya banyak, akan tetapi bila peserta sedikit tidak perlu dibagi dalam
kelompok kecil. Dalam kelompok kecil ataupun kelompok besar peserta katekese
yang disajikan, kemudian secara obyektif mencari apa yang sebetulnya terjadi
dalam dalam penyajian pengalaman hidup tadi. Selain itu peserta katekese juga
diajak menemukan sendiri tema dam pesan pokok dari penyajian pengalaman
untuk merenungkan pesan itu bagi hidupnya sehari-hari dalam terang teks Kitab
Suci atau Tradisi yang telah didalami secara bersama-sama. Peran fasilitator
tema yang dihasilkan bersama. Dan bila mungkin mengajak peserta katekese
22
memikirkan tindakan konkrit, atau paling tidak sampai pada sebuah niat pribadi
maupun bersama.
bagi hidup mereka sehari-hari sesuai dengan penyajian pengalaman hidup dan
Katekese model SCP merupakan salah satu bentuk katekese yang tidak asing
lagi bagi umat kristiani. Katekese model SCP ini pertama kali diperkenalkan oleh
seorang tokoh atau ahli katekese yang bernama Thomas H. Groome. Beliau
berkatekese yang bersifat dialogal dan partisifatif yang mampu mendorong peserta
katekese berdasarkan konfrontasi antara tradisi visi hidup peserta katekese dengan
tradisi dan visi kristiani, sehingga peserta katekese baik secara pribadi maupun
Allah. Katekese model SCP ini bermula dari pengalaman hidup peserta katekese
tumbuh sikap dan kesadaran baru yang mampu memotivasi ke arah keterlibatan
baru.
23
1) Pengertian S-C-P
a) Shared
Kata Shared berasal dari kata bahasa Inggris to share yang mempunyai arti
berbagi, dan dalam hal ini membagi pengalaman kepada orang lain atau biasa di
sebut sharing pengalaman (Mangunhardjana, 1985: 108). Dalam diktat PPL Pak
Dalam sharing, setiap peserta katekese mengambil bagian atau terlibat aktif dalam
Dalam sharing, peserta katekese harus memiliki sikap rendah hati mau
sebenarnya dalam sharing, yang seharusnya terjadi bukan hanya dialog antar
peserta katekese saja, akan tetapi dialog para peserta katekese dengan Tuhan.
b) Christian
mengusahakan harta kekayaan iman tradisi kristiani dan visinya sepanjang sejarah
dapat terjangkau dan relevan bagi kehidupan umat. Setiap manusia mempunyai
dalam menghayati dan menjalani hidupnya atas dasar keyakinan imannya. Tradisi
kristiani ingin mengungkapkan realitas iman umat yang hidup dan sungguh-
24
manusia terhadap pewahyuan diri Allah yang terlaksana dalam hidup mereka.
Tradisi kristiani tidak bisa lepas dari visi kristiani. Visi kristiani bukan sekedar
suatu pengetahuan tertentu saja, tetapi suatu kenyataan konkrit dari isi tradisi yang
menjadi jawaban hidup orang beriman terhadap apa yang ditawarkan dalam
pengalaman iman kristiani dan janji Allah yang terungkap dalam tradisi atau
pengalaman iman kristiani. Dalam diktat PPL PAK Paroki, visi kristiani peserta
keberimanan manusia yang senantiasa terbuka akan masa depan, (Sumarno, 2002:
16).
c) Praxis
Kata praxis dalam pengertian katekese model SCP bukan hanya suatu
praktek saja, akan tetapi praxis disini lebih pada tindakan sebagai buah refleksi
dan tindakan. Praxis yang mengacu pada sebuah tindakan meliputi seluruh
keterlibatan dan apa yang perlu dilakukan manusia di dalam dunia. Tindakan
manusia itu mempunyai tujuan guna perubahan hidup manusia itu sendiri yang
mencakupi kesatuan antara praktek dan teori yang membentuk suatu kreativitas
manusia dan antara reflesi kritis dan kesadaran historis yang mengarahkan
manusia pada keterlibatan baru (Groome, 1997: 2). Dapat dikatakan praxis di sini
intelektual, dan spiritual. Ungkapan itu sesuai dengan apa yang peserta katekese
Praxis memiliki tiga unsur yang saling berkaitan yaitu aktivitas, refleksi, dan
praxis baru yang mampu dipertanggungjawabkan. Dalam diktat kuliah PPL PAK
2) Langkah-langkah S-C-P
yang berurutan dan terus mengalir. Thomas Groome mengemukakan lima langkah
menemukan topik pertemuan yang bertolak dari konkrit mereka yang nantinya
menjadi tema dasar pertemuan. Untuk menemukan salah satu topik dasar
seperti simbol, cerita, poster, video, kaset suara, film, dsb. Dengan menggunakan
peserta untuk terlibat aktif dan menekankan partisipasi dan dialog sepanjang
menunjang guna menemukan salah satu aspek yang cocok menjadi topik dasar
pertemuan katekese.
permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, dan bisa gabungan keduanya yang
cocok dengan tema yang dihasilkan bersama (Sumarno, 2002: 18; bdk. Groome,
1997: 5).
yang di buat harus jelas, terarah, dan tidak menyinggung perasaan peserta
tanggapi sebagai suatu laporan. Dalam sharing-dialog ini, peserta katekese boleh
diam, karena diam pun merupakan salah satu cara berdialog, dan diam tidak sama
27
puisi, nyanyian, tarian, gambar, lambang, simbol, dsb (Sumarno, 2002: 18).
peka pada keadaan dan permasalahan yang di hadapi peserta katekese, dsb
hidup dan tindakannya. Refleksi kritis pada langkah ini ingin membantu peserta
(Sumarno, 2002: 18; bdk. Groome, 1997: 5-6). Selain itu langkah ini membantu
peserta agar bertitik tolak dari pengalaman hidupnya sampai pada tingkat
saran peserta katekese yang lain, mendorong peserta katekese untuk mengadakan
harga diri peserta atau apa yang sedang dirahasiakan peserta katekese (Sumarno,
2002: 19).
Terjangkau
dan visi kristiani dapat terjangkau dan dapat lebih menggema untuk kehidupan
pewahyuan Ilahi. Tradisi ini terungkap dalam Kitab Suci, dogma, pengajaran
kehidupan umat beriman. Sementara itu visi kristiani mengungkapkan janji dan
tanggung jawab yang berasal dari tradisi kristiani yang bertujuan mendorong atau
mengungkapkan pewahyuan diri dan kehendak Allah sampai pada hidup dan
sendiri, menghormati tradisi dan visi kristiani sebagai sumber yang otentik dan
pendukung seperti audio visual atau media murah untuk menghantar peserta
Peserta
Langkah ini berdasarkan nilai tradisi dan visi kristiani mengajak peserta
nilai-nilai hidup mereka ke dalam tradisi dan visi kristiani. Di lain pihak
milik mereka sendiri (Sumarno, 2002: 20; bdk. Groome, 1997: 7).
langkah pertama dan kedua dengan isi pokok langkah ketiga. Peserta katekese
mengenai nilai tradisi dan visi kristiani berdasarkan hidup konkrit mereka serta
mempertemukan nilai pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai tradisi dan
untuk merubah sikap dari pendengar pasif guna menjadi pihak yang aktif
menerus. Langkah ini juga perlu sampai pada suatu keputusan praxis yang
tradisi Gereja sepanjang sejarah dan visi kristiani. Keputusan praxis di atas
kelompok yaitu:
Peran fasilitator pada langkah ini ialah mengusahakan agar peserta katekese
sampai kepada keputusan pribadi dan bersama. Fasilitator juga harus merangkum
hasil dari langkah pertama sampai langkah keempat, guna membantu peserta
mengetengahkan sikap optimis yang realistis kepada peserta katekese untuk masa
depan yang lebih baik dengan keyakinan bahwa Allah senantiasa hadir dalam
lulusan seminari menengah yang bersangkutan. Profil yang penulis maksud adalah
kualifikasi pribadi yang perlu dicapai siswa seminari yang lulus dari seminari
menengah dan siap memasuki jenjang seminari tinggi. Profil ini menyangkut:
beriman kristiani, baik secara umum, maupun secara khusus, sebagai yang di
1. Pengertian Pembinaan
Kata pembinaan dimengerti dari terjemahan kata Inggris yaitu training yang
artinya latihan, pendidikan, dan pembinaan. Pembinaan ini tidak bisa lepas dari
pribadi manusia. Akan tetapi ada perbedaan yang mendasar antara pembinaan dan
32
7).
melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum
hidup yang sedang di jalani, (1986: 12). Rumusan arti pembinaan diatas
penuh dalam hidupnya secara lebih efektif. Sedangkan menurut Suhardi dalam
2. Tujuan Pembinaan
kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan kecakapan dan pengetahuan baru
untuk mencapai tujuan hidup yang sedang dijalani secara lebih efisien dan efektif
Sedangkan menurut Spektrum, tujuan pembinaan adalah agar peserta bina/ siswa
seminari menengah dapat mewujudkan profil lulusan seminari, sebagai arah dan
33
sasaran dalam hidup sehari-hari (1995: 32). Sehubungan dengan ini, arah yang
mau di capai:
Pembinaan yang diberikan bagi para siswa seminari sebagai manusia pada
umumnya bertujuan agar para siswa dapat lebih mengenal diri yang meliputi
cipta, bakat, dan keterampilan. Selain itu, sebagai makhluk sosial para siswa perlu
menyadari posisi diri mereka dalam hidup bersama agar mampu bergaul yang
132).
dengan cara mengembangkan diri menjadi orang yang berinisiatif, kreatif, jujur,
bertanggung jawab, dan tekun demi pengabdian dan pelayanan bagi sesama.
bertujuan membantu siswa seminari memiliki iman pribadi yang otentik dan
terbuka pada Sabda Allah. Iman pribadi yang otentik yang di maksud adalah siswa
seminari memiliki iman yang asli untuk percaya dan menyerahkan diri kepada
Allah lewat Yesus Kristus (Yohanes Paulus II, 1992: 133). Selain itu para siswa
34
mampu menjadikan Yesus Kristus sebagai pola hidup mereka, sehingga mereka
semakin terbuka dan ingin bersatu dengan Yesus Kristus, semakin menyadari
konsekuensi dalam mengikuti Yesus Kristus, dan semakin memiliki sikap yang
terbuka pada Sabda Allah adalah mampu mengolah hidupnya sebagai orang
hidupnya atas dasar Sabda Allah yang dapat di ketahui dalam Kitab Suci.
panggilan sekaligus sebagai calon imam bertujuan membantu siswa seminari guna
dengan menyerahkan diri pada kehendak Tuhan dan siap menyediakan diri
menjadi sarana pelayanan bagi orang lain. Menyerahkan diri kepada Tuhan yang
dimaksud adalah menyerahkan diri secara pribadi. Untuk itu para siswa seminari
3. Manfaat Pembinaan
pembinaan mampu menangkap sekaligus memahami apa yang mereka terima, dan
kemudian mereka mampu mempraktikkan semua ilmu yang diterima dalam hidup
(Kristianto. SFK, 2005: 5-6). Peserta juga dibantu untuk menyadari keadaan diri
dan kehidupannya. Pihak seminari membantu peserta guna menolong dia kembali
hidupnya baik segi positif maupun negatifnya. Baik dari segi kelebihan maupun
peserta akan terbuka terhadap kritik dan saran dari orang lain, yang berarti juga
4. Bentuk Pembinaan
Dalam membantu siswa seminari mencapai sikap yang perlu mereka miliki,
pembinaan siswa seminari menengah dalam mencapai profil yang perlu dimiliki.
a. Latihan doa
Doa adalah komunikasi manusia dengan Allah. Di dalam kamus teologi, doa
kesedihan, dan mohon berkat kepada Allah (O’Collins, dkk, 1996: 56). Orang
melakukan doa dengan berdialog atau berkomunikai dengan Allah secara total dan
36
dengan Allah dibutuhkan banyak latihan. Mendengar kata latihan, pasti muncul
dalam bayangan setiap orang, suatu ranagkaian usaha atau kegiatan yang
dilakukan secara sistematis dan teratur guna mencapai suatu hasil tertentu
(Mangunharjana, 1985: 9). Demikian juga perihal doa, orang perlu melakukan
latihan-latihan doa seperti kontemplasi, merenungkan teks Kitab Suci, dan refleksi
pribadi. Dengan banyaknya latihan doa orang akan semakin dekat dengan Allah
b. Rekoleksi
dengan retret yaitu mengajak peserta meninjau kembali karya Allah atas
hidupnya dan menuntun peserta guna memberi tanggapan atas karya Allah
(Mangunhardjana, 1985: 18). Bertitik tolak dari arti rekoleksi di atas, bahan
Kemudian dari berbagai pengalaman yang sudah di jalani perlu di olah, agar
pengalaman hidup itu lebih bermakna demi perkembangan hidup beriman orang
itu sendiri.
c. Retret
Retret adalah suatu latihan rohani untuk memperteguh iman akan Allah.
Kata retret berasal dari kata prancis ia retraite yang memiliki arti pengunduran
mengikuti retret berarti melepaskan diri dari suasana ramai dan mengasingkan
mengolah pengalaman itu untuk menemukan makna hidup dan karya Allah atas
dirinya, sehingga mampu menanggapi dan menjawab cinta Allah dan bimbingan
Allah atas dirinya (Mangunhardjana, 1985: 11). Selain itu melalui retret dan
merasakan karya cinta kasih Allah, guna makin mengenal karya cinta kasih dan
bimbingan Allah serta berani memberi tanggapan terhadap karya cinta kasih
Allah.
diantaranya: retret dikotbahkan artinya retret yang diberikan kepada orang dewasa
yang jumlahnya cukup besar dan bahan-bahannya diuraikan panjang lebar dan
terbimbing artinya retret yang bahannya disampaikan cukup terurai kepada peserta
retret secara bersama-sama, retret terbimbing penuh artinya bahan retret diberikan
secara ringkas, terkadang cukup pembahasan teks Kitab Suci secara bersama-
sama, dan retret terbimbing pribadi artinya bahan retret terkecuali bahan renungan
d. Live in
iman mereka). Hendaknya mereka yang melaksanakan “live in” dengan sepenuh
hati menjalankan hidup bersama-sama mereka, baik dalam suka maupun duka,
pengertian dari iman itu sendiri. Iman merupakan tanggapan manusia terhadap
tapi iman yang ada mengandaikan kebebasan penuh dari pihak manusia karena
personal dan bebas untuk menanggapi diri Allah yang menjumpainya secara
39
personal juga. Maka iman bukanlah suatu pengetahuan belaka, melainkan sebuah
hubungan atau relasi pribadi antara manusia dengan Allah, yang mewahyukan
Dari pengertian iman di atas, maka arti dari pembinaan iman seminari adalah
upaya membantu siswa seminari untuk berpedoman pada Sabda Allah (dalam
cahaya Injil) menemukan arti hidup yang sesungguhnya dalam situasinya yang
hari dan membantu siswa seminari menjawab panggilan Allah tersebut dalam dan
melalui realitas hidup para siswa seminari (Hardawiryana, 1977: 29). Selain itu
sapaan dan pewahyuan dari Allah, sehingga mereka mampu menyerahkan dirinya
secara total pada Allah dan kehendak-Nya dengan menyediakan diri menjadi
Seminari Tinggi
a. Pengertian seminari
Misi Yesus dan Para Rasul untuk mewartakan Kerajaan Allah kepada semua
40
orang. Di dalam seminari mereka dididik dan didampingi oleh pembina dengan
bekerjasama dengan orang tua sehingga menjadi manusia kristiani yang dewasa
yang mengikuti Yesus Kristus ke arah imamat dalam Gereja sebagai umat Allah
dalam dalam konteks Indonesia. Kata seminari berasal dari kata Latin Seminarium
adalah sebuah tempat (sebuah sekolah yang digabung dengan asrama, tempat
belajar dan tempat tinggal) di mana benih-benih panggilan imam yang terdapat
dalam diri anak-anak muda, disemaikan secara khusus untuk jangka waktu
tertentu dengan tata cara hidup dan pelajaran yang memiliki kekhasan dari sekolah
b. Jenjang seminari
pendidikan dan pembinaan sebagai bekal dan persiapan hidup mereka menuju
1) Seminari menengah
Seminari awal bagi para seminari sebelum masuk seminari menengah adalah
benih panggilan dalam diri seminaris. Keluarga harus mengenalkan Allah pada
sehingga rahmat dan panggilan yang Tuhan tanamkan kedalam hati mereka mulai
siswa yang baru menyelesaikan studi di bangku SMP. Seminari menengah adalah
sebuah seminari yang melayani mereka yang merasa terpanggil dan ingin
seminari tinggi tidak boleh menjadi paksaan dari pihak lain, akan tetapi semuanya
seminari menengah, dan yang memilih menjadi imam. Selama satu tahun mereka
untuk lebih mengenal dan menghayati seluk beluk seorang imam (Ponomban,
2005: 1). Tahun orientasi rohani (TOR) para seminari diberi kesempatan untuk
menguji diri dan dalam motivasi panggilan, hidup rohani, ketangguhan pribadi,
42
kegembalaan secara konkrit. Aspek ini terwujud lewat acara bergaul, bekerja
sama dengan orang lain, mengalami kegembiraan dan kesulitan di bidang pastoral.
keputusan untuk menjadi imam, dan juga menyadari bahwa panggilan menjadi
imam semata-mata adalah karunia dari Allah (Komisi Seminari KWI, 1989: 42).
Untuk itu pada tahap tahun orientasi rohani (TOR), setiap kegiatan para
terkerkecuali. Evaluasi perlu diperkaya dengan rekoleksi, hal ini penting supaya
para seminaris dapat senantiasa maju langkah demi langkah dalam tugas dan
hidup panggilannya. Pada masa tahun orientasi rohani (TOR), para seminaris
perlu banyak belajar dalam bekerja sama dengan rekan sejawat serta perlu
kedewasaan dalam berhadapan dengan orang lain terutama dengan kawan lain
Seminari tinggi adalah jenjang pembinaan terakhir dari para calon imam
untuk lebih mengenal tugas panggilannya dan pengabdiannya dalam Gereja yakni
bagi mereka yang mau atau bersedia menjadi imam sesudah mengikuti pendidikan
mengikuti pendidikan filsafat dan teologi saja, bahkan juga untuk tidak tinggal di
Iman adalah penyerahan diri manusia secara total dan bebas kepada
kehendak Allah yang mewahyukan diri-Nya dalam Yesus Kristus. Penyerahan diri
manusia secara total dan bebas melibatkan seluruh akal budi dan kehendak
sepenuhnya kepada Allah (KWI 1996: 128). Dari pengertian tersebut, nampak
bahwa iman harus selalu dibina oleh manusia, memang manusia dapat beriman
44
karena bantuan Roh Kudus (Kis 6: 14; bdk. 2 Kor 3: 16-18) tetapi manusia juga
Iman yang dimiliki bukanlah hal mati yang hanya diterima dan dipahami
satu kali saja oleh manusia. Iman adalah suatu proses yang dinamis, maka perlu
adanya pembinaan, sehingga sesuai dengan tradisi dan dapat bertahan dalam
komunikasi iman atau tukar pengalaman iman sebagai salah satu media untuk
atau diwujudkan dalam hidup sehari-hari, maka iman yang ada tidak akan
tumbuhdan berkembang, seperti iman yang tidak disertai dengan perbuatan, maka
iman itu hakekatnya adalah mati (Yak 2: 17). Dengan demikian tujuan katekese
sebagai pembinaan iman siswa seminari adalah membantu gerak pertobatan bagi
siswa seminari sebagai sikap dasar yang selalu mempersatukan dan membantu
siswa seminari, yang perlu guna membantu tercapainya kematangan sikap iman
yaitu konsolidasi pengambilan bagian dalam afeksi yang dituntut oleh kehidupan
sikap dan kegiatan yang sesuai dengan tindakan siswa seminari sebagai orang
45
seminari, maka fungsi katekese dalam pembinaan iman siswa seminari adalah
pertobatan (metanoia) terus menerus. Katekese perlu juga bisa membantu siswa
Yesus Kristus:
Dengan pengakuan akan Yesus sebagai Allah, manusia secara mengimani dan
menyerahkan diri kepada-Nya dengan selalu berusaha semakin dekat dengan Dia.
Agar lebih mengenal Yesus, terlebih dahulu diperlukan rahmat Ilahi dan
pertolongan Roh Kudus, karena Dialah yang menyerahkan dan mengarahkan hati
mereka kepada Allah. Gereja sendiri selalu memperhatikan hidup beriman umat
termasuk hidup beriman siswa seminari. Iman yang mereka miliki bersifat bebas,
46
tidak seorang pun di paksa melawan kemauan sendiri untuk beriman. Dalam
umat berimannya apalagi siswa seminari sebagai calon imam. Sebagai calon
imam, siswa seminari perlu di batu mengembangkan hidup beriman mereka guna
kepada Yesus dan Gereja dalam imamat untuk di utus menjadi gembala dan
pewarta. Selain itu para perlu membuka diri terhadap bimbingan rohani, karena
panggilan Allah yakni panggilan untuk makin berkembang menjadi putera Allah,
sehingga makin menyadari dan sanggup menjawab panggilan yakni menjadi imam
atau gembala.
Siswa seminari adalah kaum muda yang merasa tertarik menjadi imam,
sehingga bibit-bibit panggilan itu dapat tumbuh dan berkembang. Gereja sendiri
kaum muda yang salah satunya melalui lembaga seminari menengah (Spektrum,
1995: 31).
Katekese adalah salah satu sarana untuk mewartakan Kabar Gembira, oleh
seminari untuk semakin sadar dan semakin menghayati akan penyertaan Tuhan
O’Collins, dkk, 1996: 243). Pengalaman religius atau pengalaman rohani yang
Pengalaman hidup itulah yang perlu diolah dalam katekese. Melalui katekese
siswa seminari diajak mengalami dan menyadari bahwa mereka masuk seminari
memanggil mereka.
48
mantap dan mereka mampu bertanggung jawab atas imannya sendiri. Dalam
memelihara bibit-bibit panggilan yang sedang tumbuh dalam hati para siswa, agar
satu bentuk pembinaan pembinaan ke arah ini adalah katekese, karena katekese
kepada keputusan pribadi (tindakan konkrit). Melalui katekese siswa akan dibantu
(Mark 1: 16-20). Para murid mengambil keputusan untuk mengikuti Yesus tanpa
syarat. Sikap para murid itu bisa dijadikan teladan bagi para siswa seminari dalam
Para seminaris juga perlu belajar dan meneladani Bunda Maria yang bersedia
mengandung dan melahirkan Yesus Kristus walau pun saat itu kondisinya tidak
semua semua serba jelas. Dengan sikap rendah hati Bunda Maria berkata
49
“Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; terjadilah padaku seturut kehendak-Mu itu”
(Luk 1:38). Sikap seperti inilah yang perlu ada pada para calon imam, sehingga
mereka sendiri berani berkata seperti yang disanggupkan oleh Bunda Maria.
bimbingan Roh Kudus, dalam menjawab sapaan Allah, yang memanggilnya untuk
mengikuti Dia sebagai imam atau gembala yang meneguhkan iman umat dan yang
Seminari menengah St. Paulus didirikan di sebuah desa yang tidak terlalu
jauh dari kota Singkawang. Desa itu adalah desa Nyarunkop, oleh karena di sebut
yang jauh, karena yang belajar di persekolahan katolik Nyarumkop bukan berasal
dari daerah sekitar Nyarumkop saja, akan tetapi kebanyakan berasal dari berbagai
Persekolahan Katolik Nyarumkop atas dorongan orang tua mereka yang pernah
gunung Poteng, keadaan alamnya masih alami dan jauh dari keramaian, sehingga
51
sangat mendukung para siswa yang belajar di sana, keadaannya terasa tenang dan
dari berbagai daerah yang ada di Kalimantan Barat sebagai berikut: Kapuas Hulu,
Bengkayang. Mereka datang dari berbagai daerah dengan maksud dan tujuan
waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan atau komunitas seminari, juga
seminari berasal dari latar belakang keluarga, daerah, dan pribadi yang berbeda-
beda, sehingga beberapa siswa yang rencana awalnya masuk seminari untuk
menyesuaikan diri, sehingga dia akhirnya mengambil inisiatif untuk pindah atau
yaitu 2 orang pastor dan 1 orang tenaga awam. Tugas mereka adalah mengawas
dan mendampingi para siswa seminari, akan tepapi 2 pastor yang bertugas sebagai
paroki Nyarumkop, sehingga waktu mereka untuk mendampingi para siswa sangat
seminari berjalan hanya di dampingi oleh 1 tenaga awam, akan tetapi waktunya
Para siswa karena tidak adanya pembina yang mengawasi atau mendampingi
pembinaan yang ada atau sama sekali tidak melaksanakan kegiatan yang terjadual
tersebut.
untuk para siswa. Para siswa wajib melaksanakan juga mengikuti kegiatan harian
dijalankan oleh para siswa seminari setiap harinya. Jadual ini menjadi sangat
seminari. Melalui jadual, para siswa seminari secara tidak langsung dibantu,
waktu. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang sudah diatur dalam jadual para siswa
agar pembinaan untuk siswa tidak menganggu kegiatan belajar mengajar mereka
Pontianak. Tim Komkatlah yang mengolah tema, tujuan tema, judul pertemuan,
tujuan pertemuan, materi, metode, sarana, dan sumber bahan, bagi pembinaan
program pembinaan bagi siswa seminari adalah: retret dan rekoleksi [Lamp. 3: (6
)].
Para siswa seminari juga dilatih keterampilan dalam melayani umat, maka
pada saat kelas III para siswa melakukan turne ke kampung-kampung untuk
melayani umat untuk memimpin ibadat sabda. Dalam kegiatan kunjungan atau
turne, pembina seminari bekerja sama dengan pihak paroki. Dalam melakukan
kunjungan atau turne, para siswa seminari berangkat hari Sabtu sore dan Minggu
sore baru pulang ke seminari, jadi para siswa harus menginap di rumah umat
B. Penelitian Pembinaan Iman bagi Siswa Kelas III Seminari Menengah St.
Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat
1. Tujuan Penelitian
Bertolak dari judul skripsi yang sedang dibahas, maka penelitian akan
dikarenakan siswa seminari menengah sudah masuk sekolah setelah liburan Natal.
Selain itu pada pertengahan bulan Januari 2007 penulis punya waktu untuk
mengadakan penelitian.
3. Metode Penelitian
dari sejumlah unit atau individu dalam waktu atau jangka waktu bersamaan.
Survai tidak hanya untuk mengetahui status gejala yang terjadi, akan tetapi juga
sudah dipilih atau ditentukan. Survai dilakukan untuk penyelidikan dengan gerak
kearah meluas dan merata, karena mampu membenarkan keadaan sample yang
diselidiki.
4. Instrumen Penelitian
mengetahui informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 1998: 140). Selain itu penggunaan
kuesioner dibagi menjadi dua jenis yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tetutup.
memilih (Suharsimi Arikunto 1998: 141). Melihat kedua kusioner di atas maka
terbuka dan tertutup, di mana penulis memuat daftar pertanyaan berupa pilihan
56
(responden tinggal memilih jawaban) dan isian singkat. Penyebaran kuesioner itu
5. Responden Penelitian
penelitian bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas
adanya tujuan tertentu, (Suharsimi, 1998: 127). Dari keseluruhan jumlah siswa
seminari menengah, penulis hanya mengambil 49 responden dari 160 siswa yaitu
seluruh siswa kelas III untuk dijadikan responden penelitian.. Alasan penulis
memilih kelas III untuk dijadikan responden penelitian karena penulis melihat
pribadinya.
6. Variabel Penelitian
penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998: 12). Menurut Sutrisno Hadi (1974: 224),
variabel merupakan suatu gejala atau peristiwa yang bervariasi menurut jenis dan
variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
a. Identitas responden
7. Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dibahas laporan hasil penelitian yang dilaksanakan di
kuesioner atau 98% dari kuesioner yang disebarkan. Laporan penelitian disajikan
sesuai menurut urutan variabel penelitian yang tertera dalam Tabel. 1 yang terdiri
dari: identitas responden, upaya pembinaan iman bagi siswa seminari, bentuk-
a. Identitas responden
meliputi nama, umur, asal daerah, motivasi masuk seminari, yang terungkap
Menengah St. Paulus Nyarumkop berasal dari berbagai daerah, kabupaten, dan
Menengah St. Paulus Nyarumkop berasal dari Sambas (22,4%), dan responden
yang paling sedikit masuk ke seminari ini adalah dari Pontianak (4,08%). Dan
Pada bagian ini penulis akan memaparkan hasil penelitian dari variabel
upaya pembinaan iman untuk siswa seminari, yang terungkap dalam tabel 3
sebagai berikut:
Hasil penelitian tentang upaya pembinaan iman bagi siswa seminari yang
(79,5%). Dan sedikit responden yang menyatakan bahwa pembinaan iman bagi
diri sebagai calon imam ( 57,1%). Banyak responden merasa senang terhadap
Bagian ini penulis akan menguraikan hasil penelitian dari variabel tentang
bahwa bentuk pembinaan adalah retret (51,02%), akan tetapi banyak responden
(10,2%). Banyak responden yang selalu mengikuti pembinaan iman (83,6%), dan
sedikit responden yang mengatakan tidak membantu (8,16%). Cukup banyak juga
Bagian ini akan menguraikan hasil penelitian yakni harapan atau usulan
pendukung (20,4%).
diadakan pembahasan tentang hasil penelitian guna mengetahui fakta yang terjadi
berikut:
a. Identitas responden
responden yang palin banyak masuk ke seminari adalah dari Sambas (22,4%), dan
65
yang paling sedikit dari Pontianak (4,08%). Sementara dari Bengkayang (18,3%),
(8,16%), dan dari Ketapang (6,12%). Dapat dilihat dan dibandingkan dengan
kabupaten lain, responden yang paling sedikit masuk ke seminari adalah dari
untuk memupuk panggilan (83,6%), dan ada juga responden yang masuk ke
seminari atas keinginan atau dorongan dari orang tua (6,12%). Banyaknya
mereka sungguh-sungguh memiliki harapan yang mulia untuk menjadi imam atau
gembala.
mengikuti pembinaan iman karena merasa diri sebagai calon imam (57,1%), akan
tetapi tidak sedikit responden yang mengikuti pembinaan iman karena peraturan
dimungkinkan mereka ini mengikutinya karena ada perasaan takut di hukum atau
diupayakan (71,4%), tetapi ada beberapa responden yang memiliki sikap biasa-
yang diupayakan oleh pihak seminari adalah retret (51,2%), yang mengatakan
iman (18,3%), tetapi banyak responden yang menjawab bentuk pembinaan yang
dan sebaliknya yang menjawab retret malah sedikit (10,2%), hal tersebut
pembinaan iman yang dilaksanakan (83,6%), dan ada beberapa responden yang
responden ini memang kurang suka dengan pembinaan iman yang dilaksanakan.
Dari pembinaan yang ikuti, banyak responden mengatakan pembinaan iman yang
67
diikuti sangat membantu perkembangan hidup rohani (40,8%), tetapi ada juga
responden yang menjawab kedua-duanya tidak jauh beda. Banyak responden yang
(20,4%). Melihat hal itu, maka harapan responden penelitian adalah bagai mana
proses katekese mampu membawa mereka pada komunikasi iman yang saling
kabupaten, keuskupan, akan tetapi responden yang paling banyak berasal dari
yang paling sedikit berasal dari kabupaten Pontianak (4,08%). Dan banyak
kehendak orang tua (6,12%). Dari hasil penelitian menurut Tabel. 3, untuk
pembinaan yang diupayakan oleh pihak seminari karena merasa diri sebagai calon
imam (57,1%).
yang diupayakan oleh pihak seminari adalah retret (51,2%), mengatakan rekoleksi
rekoleksi (36,4%), dan retret (10,2%). Dari pelaksanaan bentuk pembinaan, yang
mengalami kesulitan (16,3%). Akan tetapi ada responden yang menyatakan yang
iman terlalu monoton (10,2%), dan ada masalah pribadi (10,2%). Akan tetapi
mengayatakan perasaan senang (85,7%), akan tetapi ada juga responden yang
iman sangat membantu memperkembangkan hidup rohani (95,9%), dan ada juga
masa yang akan datang harus di buat menarik (24,4%), juga pertemuan katekese
harus di pandu oleh pembina seminari (32,6%), dan ada juga responden yang
Paulus Nyarumkop dan melihat permasalahan dan beberapa usulan dari responden
dalam arti program ini belum praktekkan dilapangan. Program pembinaan iman
ini akan menjadi tujuan kegiatan, yang didalamnya terdapat tema, tujuan tema,
judul pertemuan, tujuan pertemuan, materi, metode, sarana, sumber bahan, dan
1. Pengertian Program
Program adalah prosedur yang dijadikan landasan untuk menentukan isi dan
urutan acara yang dilaksanakan (Mangunharjana, 1986: 16). Untuk itu program
dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang disusun guna mencapai
tujuan yang didalamnya terdapat tema, tujuan tema, judul pertemuan, tujuan
program itu sendiri bagi mereka yang akan dibina. Hubungan program ini dengan
skrispsi ini penulis mengartikan bahwa program adalah sebuah rancangan atau
2. Pemikiran Dasar
a. Latar Belakang
dan pembinaan yang diadakan bagi mereka tidak menjawab apa yang menjadi
kebutuhan peserta bina. Hal itu terjadi karena pendamping atau pembina kurang
tanggap dengan situasi yang ada. Selain itu pendamping atau pembina
mencapai apa yang menjadi target atau tujuan. Perumusan program pembinaan
tindak lanjut dan bentuk konkrit dari pelaksanaan hasil penelitian yang
dan menjawab panggilan Allah atas dirinya. Usulan program katekese ini
seminari.
b. Tujuan
perencanaan secara matang juga memiliki tujuan yang jelas. Maka tujuan
penyusunan program adalah untuk memperjelas arah dan tujuan yang ingin
program katekese diharapkan dapat berjalan dengan baik dan lancar sehingga
akan tetapi yang berani melanjutkan ke jenjang seminari tinggi hanya beberapa
siswa saja (1-5) saja. Hal ini tentu dikarenakan mereka belum berani mengambil
keputusan yang mantap untuk melanjutkan ke jenjang seminari tinggi. Gereja dan
umat yang ada di Kalimantan barat mengharapkan para siswa yang masuk
seminari nantinya benar-benar menjadi Imam atau Pastor, yang bisa mengabdikan
diri melayani Gereja dan umat yang ada di Kalimantan Barat. Hal ini dikarenakan
tenaga imam dan pastor yang ada di Kalimantan Barat sangat kurang.
para siswa menaruh harapan yang besar terhadap pembinaan yang akan datang
supaya proses pembinaannya diolah dan diorganisir dengan baik. Selain itu
harapan para siswa seminari adalah agar pembinaan iman katekese yang akan
mereka dan mampu menentukan pilihan hidup mereka untuk menjadi imam.
menentukan pilihan yaitu menjawab panggilan Allah atas dirinya atau tidak.
Melalui katekese dengan model Shared Christian Praxis (SCP), para siswa
baik hubungannya dengan sesama siswa seminari, pembina dan pendamping dan
adalah:
Berangkat dari tema di atas, maka penulis menjabarkan usulan tema di atas
dalam tiga sub tema yang memiliki penekanan tersendiri. Keempat sub tema itu
adalah:
Sub Tema I : Hidup Rohani sebagai usaha menjalin dan menjaga hubungan
3. Usulan Program Pembinaan Iman Bagi Siswa Kelas III Seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat
Tujuan : Bersama pendamping, peserta dapat menghayati dan mengembangkan panggilan Allah atas dirinya, sehingga semakin
No. Tema Tujuan tema Judul pertemuan Tujuan pertemuan Uraian materi Metode Sarana Sumber bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Hidup Rohani Bersama-sama a. Bangunan Membantu peserta - Kebutuhan dasar - Ceramah - Kertas flep - Rogers, Carl
sebagai usaha pendamping hidup untuk mampu melihat manusia adalah - Diskusi - Spidol Ransom.1987.
menjalin dan peserta rohaniku relasinya dengan berelasi kelompok - Balpoin Antara Engkau
menjaga menyadari Allah dalam upaya - Arti sebuah relasi - Bermainan - Tape dan Aku.,
hubungan bahwa memupuk relasinya - Kedekatan relasi - bernyanyi recorder Jakarta:
pribadi pelaksanaan dengan sesama. anatara Allah dan - Kaset Gramedia. (149-
dengan Allah hidup rohani manusia serta - Teks Lagu 158).
sangat perlu antara manusia - Viscoott, David,
dalam hidup dengan MD,1992..Men
sehari-hari, sesamanya dewaskan
sehingga mampu Hubungan antar
menjalin Pribadi.,
hubungan secara Yogyakarta:
personal baik Kanisius. (17-
dengan Allah 42)
maupun dengan
sesama Membantu peserta - Berkomunikasi - Ceramah - Kertas flep - Bartruff.
b. Berelasi untuk mampu - Mendengarkan - Diskusi - Spidol B.D.2003.
dengan menjalin relasi - Rekonsiliasi kelompok - Balpoin Menjadi Pribadi
Tuhan dan dengan Allah dan - Bermainan - Tape yang
sesama sesama - bernyanyi recorder Dikehendaki
- Kaset Tuhan. Jakarta
Gunung Mulia.
(9-18).
78
2 Kepribadian Bersama b. Hidupku Membantu peserta - Arti hidup - Informasi - Kibab Suci - A. Heuken, dkk
pendamping adalah untuk mampu - Allah sumber - Penugasan - Kertas flep 1989. tantangan
peserta dapat anugerah mensyukuri anugerah kehidupan. - Refleksi - Spidol membina
mensyukuri dari Allah yang diberikan Allah - Allah yang pribadi - Balpoin kepribadian.
hidup adalah atas hidupnya, memberi - Sharing - Tape Jakarta: Obor
anugerah Tuhan sehingga semakin kehidupan. recorder (12-17).
dan termotivasi bersemangat - Syukur atas hidup - Kaset - F. Mardi
memperkembang menanggapi yang diberikan - Teks Lagu Prasetyo. 2001.
kan diri sebagai panggilan Tuhan Allah. Yogyakarta:
wujud jawaban sebagai tanda syukur Kanisius. (117-
atas panggilan dan terimakasihnya 120).
Tuhan. kepada Tuhan.
b. Siap Agar peserta mampu - Menjadi diri yang - Ceramah - Kibab Suci - Alek Lanur.
mengampun mengampuni sesungguhnya. - Refleksi - Kertas flep 1983.
i sebagai sesamanya untuk - Hati yang - Diskusi - Spidol Menemukan
prasyarat keharmonisan mendengarkan dan kelompok - Balpoin diri.
mampu hubungan yang mengampuni. - Bermainan - Teks Lagu Yogyakarta:Kan
melakukan persahabatan dan - Membuka diri - bernyanyi isius.
rekonsiliasi persaudaraan. untuk - Haring.
demi mengampuni. Bernhard. 2004.
pelestarian Doa Napas
persaudaraa Hidupku.
n Jakarta: Obor.
(55-74).
- Markus 12: 28-
34.
- Roger. Carl
Ransom. 1987.
Antara Engkau
dan Aku.
Jakarta:
Gramedia.
(133).
4 Panggilan Bersama a. Aku di Agar peserta semakin - Arti panggilan - Informasi - Kibab Suci - LBi. 1981.
pendamping Panggil oleh menyadari dan secara umum. - Refleksi - Madah Tafsir
peserta Tuhan. memahami bahwa - Arti panggilan - Sharing Bhakti Perjanjian Baru
menyadari mereka masuk ke secara khusus. - Bernyanyi - Teks cerita 3 Injil Matius.
bahwa seminari seminari menengah - Pemahaman “Riwayat Yogyakarta:
tempat benar-benar berasal tentang Hidup St. Kanisius.
pendidikan calon dari Tuhan, sehingga panggilanku Paustina. - Matius 4: 18-22.
imam; bukan mereka perlu lebih berasal dari Allah. - Gitar - Paguyuban
sekedar asrama bersungguh-sungguh - Kapan Allah Devosi
81
b. Maria Agar peserta - Keikhlasan hati - Informasi - Kibab Suci - Bergant, Dianne
teladan bagi menyadari dan Maria - Refleksi - Kertas flep & Karris,
panggilanku mengenali Bunda - Ketegasan Maria - Diskusi - Spidol Robert. J. (Ed.)
. Maria sebagai teladan dalam mengambil kelompok - Balpoin 2002. Tafsir
seminaris dalam keputusan Tuhan. - Bermainan - Teks Lagu Alkitab
menjawab panggilan - Bagaimana dengan - bernyanyi Perjanjian
Tuhan sikapku dalam Baru.
menjawab Yogyakarta:
panggilan Tuhan? Kanisius.
- Lukas 1:26-38.
- Kahlil
Gibran.1999.
Yesus Sang
Anak Manusia.
Yogyakarta:
Yayasan
Bentang
Budaya.
82
diusulkan dalam skripsi ini ada 8 tema pertemuan. Masing-masing tema di setiap
pembinaan iman yang usulkan ini sepenuhnya penulis serahkan kepada pihak
sendiri berkaitan dengan materi, metode, dan sarana pendukung yang bisa
dilaksanakan pada hari minggu, karena pada hari minggu para siswa seminari
tidak ada kegiatan. Akan tetapi dalam hal ini pelaksanaan pembinaan iman dapat
(siswa kelas III seminari). Sehingga pelaksanaan pembinaan iman itu sendiri tidak
iman yang penulis pilih dari 8 tema pertemuan dalam program di atas. Tiga
contoh persiapan pembinaan iman ini dapat dijadikan sebagai gambaran atau
contoh bagi pihak pembina Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop
dalam membuat atau menyusun persiapan pembinaan iman bagi para siswa
seminari. Ketiga contoh persiapan pembinaan iman itu, sudah penulis siapkan
program dan persiapan yang diusulkan, maka penulis akan mengajak teman-teman
lulusan IPPAK-USD yaitu Ridan dan Febriyanto bekerja sama dengan tim
1. Contoh Persiapan I
a. Identitas
6) Hari/tgl : Minggu/menyusul
7) Waktu : 09.00-15.00
9) Sarana :
• Gitar
Paguyuban Kerahiman.
• Matius 4: 18-22
3 10.20- Minum&snack -
10.30
b. Pemikiran dasar
manusia untuk memilih dan menentukan pilihan hidupnya misalnya pilihan hidup
pilihan hidupnya didasarkan rasa tertarik, rasa prihatin, dan melihat manfaat dari
pilihannya tersebut. Pilihan hidup akan berdayaguna bagi manusia bila sebelum
meentukan pilihan manusia perlu memahami alasan, arti, tujuan, manfaat, serta
Wujud konkrit atas pilihan para murid adalah meninggalkan apa yang selama ini
menjadi andalan dan jaminan atas pilihan hidupnya. Melalui kisah panggilan para
Tuhan yang memanggil, mengundang atau mengajak manusia sebagai pihak yang
manusia bisa menerima atau menolak tawaran itu. Melalui rekoleksi pada hari ini,
Tuhan, dan terbantu untuk semakin mantap menentukan pilihan serta mampu
c. Pengembangan langkah
1) Pembukaan (09.00-09.20)
a) Pengantar
bertemu kembali dalam acara rekoleksi hari ini dengan tema rekoleksi “Aku di
Panggil oleh Tuhan”. Adapun tema rekoleksi hari ini, kita bersama-sama diajak
melihat kembali perjalanan panggilan kita untuk menjadi imam yang dibina di
seminari menengah hampir 3 tahun ini. Tentu kita sama-sama berharap setelah
87
mengikuti rekoleksi ini, kita semakin mantap dalam menjawab panggilan Tuhan
c) Doa Pembukaan
mengikuti Engkau. Tuhan, bimbinglah kami dalam rekoleksi hari ini agar kami
mampu membuka diri untuk melihat perjalanan panggilan kami selama ini.
Kristus, Tuhan dan Pengantara kami, yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang
masa. Amin
2) Langkah I & II: Kapan Allah memanggilku dan apa jawabanku atas
Tuhan dalam hidup kita. Allahlah yang berinisiatif memanggil kita masuk ke
• Waktu Tuhan memanggil Helena untuk pertama kalinya, apa yang dibuat
• Sikap apa yang diambil Helena waktu Yesus memanggilnya untuk yang
kedua kalinya?
• Nilai-nilai apa yang dapat diambil dan dikembangkan lewat cerita tadi,
c) Pleno
d) Intisari cerita
dekat kota Lodz di polandia. Nama asli Santa Paustina adalah Helena, dan dia
anak ke tiga dari 10 bersaudara. Pada usia muda, ia mengalami banyak peristiwa
spiritual yang unik dan banyak menghabiskan waktunya untuk berdevosi dan
berdoa. Pada saat dia berusia 7 tahun, ia mendapat panggilan Tuhan untuk hidup
religius tetapi orang tuanya tidak mau mendengar Helena masuk biara. Dan
Helena patuh kepada keluarganya, sehingga pada usia 14 tahun Helena berhenti
89
sekolah dan bekerja membantu orang tuanya, karena keluarganya miskin. Helena
tetapi pada saat ia beusia 19 tahun, di saat berdansa dalam suatu pesta di halaman
Helena:
“Berapa lama Aku harus menunggumu…. Dan berapa lama kau membiarkan
Aku menderita….”
Tuhan Yesus, katakanalah apa yang harus kubuat?” dan Yesus menjawab:
bergegas pergi ke Warszawa dan akhirnya diterima di biara para Suster Bunda
Berbelas Kasih (Our Lady of Mercy). Di sana Helena diterima menjadi postulan
pada tanggal 1 Agustus 1925. Selanjutnya Helena masuk novisiat di biara dekat
e) Penegasan
• Panggilan untuk menjadi suster, bruder, dan pastor adalah inisiatif dari
Tuhan.
• Tuhan yang memanggil kita, dan sebagai pihak yang di panggil kita bisa
• Tuhan yang punya rencana atas hidup kita, dan kita di panggil untuk
melaksanakannya.
a) Salah satu peserta diminta untuk membacakan teks injil Matius 4: 18-22
b) Peserta diajak mendalami teks injil Matius 4: 18-22 dalam kelompok masing-
• Sikap apa yang ditunjukkan para murid dalam menjawab pangilan Tuhan?
c) Pleno
d) Rangkuman
Panggilan merupakan inisiatif Tuhan. Dari perikop di atas dapat kita rasakan
Panggilan menuntut suatu jawaban. Dari perikop tadi, kita lihat orang-orang yang
Jawaban atau tanggapan itu dinyatakan dalam tindakan mereka yaitu SEGERA
sesuatu/kelekatan perahu dan jalanya bagi seorang nelayan merupakan alat yang
Yesus. Hidup mereka dipercayakan pada kuasa Yesus, dan harapan mereka tertuju
kepada Yesus.
Kata SEGERA dapat kita temukan selama 2 kali yaitu ayat 20 dan ayat 22. Kata
tunda, perlu dibangun sikap siap sedia, hati terbuka, dan kerelaan untuk berkorban
konsekuensi atas pilihan menjadi tuntutan pengikut Yesus yang sejati. Tuntutan
menjadi pengikut Yesus yaitu kesiapan, kesediaan untuk menjadi penjala manusia
hidupku? (11.30-12.30)
a) Pengantar
arti panggilan dan konsekuensi dalam menjawab panggilan Tuhan. Kita juga
sudah melihat bagaimana sikap Suster Maria Faustina dan sikap para murid dalam
menjawab panggilan Tuhan. Sebagai orang yang di panggil Tuhan, kita pun perlu
memiliki sikap seorang pengikut yang sejati, seperti yang diteladan oleh Suster
92
Maria Faustina dan para murid, yaitu terbuka dan berani meninggalkan segala
sesuatu untuk mengikuti Yesus untuk ambil bagian dalam karya penyelamatan.
Pertemuan rekoleksi hari ini merupakan saat penuh rahmat, karena kita dibantu
b) Refleksi
Sebagai bahan refleksi agar kita semakin menghayati arti dan konsekuensi
• Melalui rekoleksi hari ini, sejauh mana saya merasa terbantu dan
• Sikap mana saja yang perlu saya perjuangkan agar semakin mantap
d) Rangkuman
dan siap sedia melaksanakan kehendak Tuhan. Maka perlulah kita meneladani
sikap Suster Maria Faustina dan para murid yang mempercayakan hidupnya hanya
kepada Tuhan, dan menyediakan diri untuk dipakai oleh Tuhan, agar kita semakin
Tuhan (13.15-13.45)
a) Pengantar
mendalami pengalaman baik pengalaman dari cerita tentang Riwayat Hidup Santa
Faustina maupun pengalaman kita sendiri seputar usaha yang dilakukan untuk
itu kita pertemukan dengan pengalaman Kitab Suci tentang Yesus yang
sehingga kita semakin berani dan mantap dalam menjawab panggilan Tuhan.
rencana yang akan kita buat agar semakin mantap dan semakin berani menjawab
panggilan Tuhan
• Apa saja yang akan saya lakukan agar semakin mantap menjawab
panggilan Tuhan?
tersebut?
94
2. Persiapan II
a. Identitas
7) Waktu : 09.00-15.00
sharing, bernyanyi.
95
9) Sarana :
• VCD
• TV
Yogyakarta: Kanisius
3 10.20- Minum&snack -
10.30
b. Pemikiran Dasar
dan calon tulang punggung Gereja. Sesuai dengan usia mereka kelak, orang muda
ini diharapkan menjadi penerus pewartaan Yesus bagi seluruh umat beriman.
yang membuat kaum muda mudah kehilangan identitas dirinya. Mereka kurang
97
menyadari segala kekurangan dan kelebihan yang ada dalam diri mereka sehingga
sebagai akibatnya, mereka mudah terperangkap dalam nafsu egois yang membuat
dengan menemukan kekurangan dan kelebihan yang ada mereka dapat dibantu
memupuk bibit-bibit panggilan yang tertanam di dalam diri mereka. Para siswa
perlu mempelajari lebih banyak tentang dirinya sendiri, karena mereka bergumul
sehingga kekurangannya disadari dan terdorong untuk mengatasi serta keluar dari
kekurangannya itu. Para siswa juga perlu menyadari bahwa kelebihan yang
mereka miliki adalah anugerah dari Tuhan dan kelebihan itu perlu dikembangkan
Menjawab panggilan Allah bagi para siswa seminari memang tidak mudah.
Karena itu, bagi mereka perlu ada upaya pembinaan terus menerus, agar mereka
semakin menemukan arti hidup mereka agar terbantu dalam mengambil keputusan
Dalam Matius 25: 14-30, mengisahkan tentang hamba pertama dan kedua
talenta-talenta yang Dia berikan. Melalui rekoleksi ini para siswa seminari diajak
kedua.
c. Pengembangan Langkah
1) Pembukaan
a) Pengantar
kegiatan rekoleksi hari ini. Tentu kita sama-sama berharap agar setelah mengikuti
kegiatan rekoleksi ini, hidup kita benar-benar berkembang. Apalagi kita sebagai
siswa seminari yakni sebagai calon imam, merasakan pentingnya kegiatan ini,
karena lewat kegiatan ini kita akan melihat kekurangan dan kelebihan yang kita
miliki. Kekurangan yang kita miliki, perlu disadari agar kita berani membuka diri
dan mengatasi kekurangan itu. Sedangkan kelebihan yang ada perlu kita
kembangkan demi pemjawab sapaan Tuhan yang memanggil kita untuk bekerja
diladangnya.
Reff.
99
c) Doa Pembukaan
Ya Allah Bapa yang maha baik, kami mengucap syukur dan terima kasih
atas rahmat kasih yang selalu Engkau curahkan kepada kami setiap waktu, atas
segala yang kami miliki dengan segala kekurangan dan kelebihan kami masing-
masing. Kami juga bersyukur, karena Engkau telah mengumpulkan kami, siswa
membina diri dengan menyadari kekurangan dan kelebihan kami. Berilah kami
kekuatan agar kami mampu mengatasi kekurangan yang kami miliki, dan selalu
KudusMu atas kami selama mengikuti rekoleksi ini, sehingga semuanya dapat
berjalan dengan lancar seturut kehendakMu. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara
kami yang hidup dan bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang
masa. Amin
a) Pengantar
Rekan-rekan siswa seminari, perlu kita ketahui bahwa setiap kita memiliki
mempunyai kelebihan. Kelebihan yang kita miliki adalah anugerah Tuhan yang
diberikan kepada kita, dan sepatutnyalah kita kembangkan. Untuk itu marilah kita
melihat sejenak film “A Gift of Hope”, perjuangan tokoh Tony Melendez dalm
film tersebut dapat memberikan inspirasi kepada kita untuk berjuangan dalam
• Pendalaman cerita
¾ Bayangkan anda saat ini cacat seperti Toni Melendez dalam film diatas,
¾ Nilai-nilai apakah yang dapat kita ambil dan kembangkan dalam hidup
• Intisari cerita
Film ini mengisahkan tentang Toni Melendez yang menderita cacat sejak
lahir. Ia tidak memiliki tangan seperti layaknya manusia normal. Ia terlahir cacat
dikarenakan pada saat dalam kandungan, ibunya meminum obat penghilang rasa
tahun kemudian ia hijrah ke Amerika Serikat yakni los Angeles tepatnya di daerah
Chino.
membuahkan kepercayaan diri yang besar pada Tony. Ia tidak minder sehingga
kemampuan memainkan alat musik gitar dan bernyanyi. Bermula dari keisengan
dihadapan Sri Paus yang pada saat itu melakukan kunjungan pastoral ke
sebagai sebuah persembahan bagi Sri Paus. Adegan yang tak terlupakan adalah
ketika Sri Paus turun mendekatinya dan memeluk serta menciumnya. Pengalaman
yang sangat berkesan itu memberikan pegaruh besar dalam hidupnya. Pesan Sri
Paus kepada dirinya agar terus mewartakan kabar gembra melalui kemampuannya
itu selalu mendorong Tony untuk terus menerus bersaksi tentang anugerah yang
Amerika Serikat.
Tuhan. Peristiwa yang ia sebut sebagai sebuah keajaiban adalah ketika seseorang
mau menerima dirinya sebagai seorang suami. Ia sangat bersyukur dan berterima
kasih. Keinginan untuk mendapatan seorang anak tak kunjung terwujud, ia pun
ditengah istri dan anak tercinanya. Semua berkat anugrah Tuhan yang Maha Baik.
¾ Orang yang penuh harapan adalah orang yang mampu menjawab secara
kreatif panggilannya.
Pertanyaan Panduan:
¾ Jika anda menjadi hamba dalam perikop diatas, bagaimana anda telah
anda miliki?
103
c) Pleno
d) Rangkuman
cacat, akan tetapi karena diterima keluarganya, walau cacat tetapi Toni tidak
minder. Dibalik cacatnya Toni memiliki kelebihan yang sangat menonjol. Toni
lain.
hambatan atau kesulitan hidup, ada kalanya mereka berjuang sendiri karena
sebagai pendorong dan penyemangat. Kehadiran orang lain sangat perlu agar
mereka dapat semakin tumbuh dan berkembang guna menyongsong masa depan
mereka. Di sisi lain sikap terbuka terhadap pertolongan dan cinta Tuhan perlu
ditanamkan.
kekurangan dalam diri kita. Padahal sebagai manusia tentu hidup kita memiliki
kekurangan kita sehingga secara keseluruhan kita tidak menjadi rendah diri.
Dalam Matius 25: 14-30, dikisahkan tentang seorang tuan yang memangil
dikembangkan dan digunakan. Akan tetapi hamba yang ketiga itu penakut pada
resiko bila mengembangkan talenta yang dipercayakan Tuan kepadanya (ayat 25),
dan Tuan yang telah memberi sejumlah talenta itu bertindak tegas terhadap hamba
Apa yang dikehendaki Tuhan kepada kita lewat perumpamaan tentang talenta?.
untuk perkembangan diri. Janganlah meniru tindakan hamba yang ketiga yang
a) Pengantar
sejenak melihat diri kita sendiri. Tentu banyak kekurangan dan kelebihan yang
kita miliki, akan tetapi kita tidak tahu harus berbuat apa dengan kekurangan dan
105
kelebihan itu. Dalam kesempatan ini, marilah kita melihat diri kita dengan
jangan sampai terlewati, dan jawablah sesuai dengan apa yang anda alami.
Berilah tanda (─) untuk kekurangan yang anda miliki dan tanda (┼) untuk
• Penegasan
¾ Entah besar entah kecil setiap orang tentu memiliki kelebihan dan
kelemahan
agar mampu menjadi alat Tuhan untuk ikut serta dalam karya
penyelamatan-Nya.
Reff
Hanya ini Tuhan permohonanku
Terimalah Tuhan persembahanku
Pakailah hidupku sebagai alatMu
107
Seumur hidupku
pertanyaan berikut:
• Apa yang akan saya buat dengan kelemahan-kelemahan yang saya miliki?
miliki?
Peserta diajak untuk menulis rencana masing-masing tentang apa yang akan
mereka lakukan dengan kekurangan dan kelebihan yang di miliki setelah rekoleksi
ini, kemudian niat-niat yang sudah ditulis di beri nama dan dipersembahkan
a. Identitas
6) Hari/tanggal : Minggu/menyusul
7) Waktu : 09.00-15.00
pribadi
9) Sarana :
• VCD
• TV
Yogyakarta: Kanisius
3 10.20- Minum&snack -
10.30
b. Pemikiran dasar
menciptakan segala mahluk hidup di bumi ini adalah Allah, dan pada saat semua
ini tercipta Allah melihat itu baik adanya. Bahkan Allah mencipta manusia Adam
dan Hawa sebagai wakil laki-laki dan perempuan yang setara dan serupa dengan
yang telah diadakan-Nya, baik yang ada di darat, di laut dan di udara. Allah tidak
menunjuk salah seorang manusia yaitu Adam atau Hawa, tapi Allah
saat itu sangat harmonis, masing-masing hidup dengan bebas sesuai dengan
kodratnya, namun akibat ulah manusia yang ingin menyamai Allah membuat
mereka jatuh dalam dosa dan hidup menderita, karena masing-masing saling
111
menyalahkan. Adam menyalahkan Hawa, Hawa menyalahkan ular dan terjadilah
kehancuran dalam hidup bersama, karena rasa saling percaya, setia, bersaudara
tidak ada lagi. Manusia lupa bahwa dirinya dan semua mahluk hidup yang lain
Sebenarnya manusia sadar atau tidak sadar di dalam lubuk hati yang
terdalam terus menerus mencari dan berusaha membangun hidup yang harmonis,
tetapi juga terus menerus digoda untuk menghancurkan hidup harmonis yang
diciptakan. Setiap orang entah suku, agama, budaya, miskin, kaya, berpendidikan
atau tidak, perempuan atau laki-laki, anak dan seterusnya mempunyai kehendak
kompak, bersatu, saling mengasihi, saling memaafkan dalam bumi yang satu dan
daerah, watak, sifat, status, dan lain-lain. Mereka pasti mencari, merindukan dan
selalu berusaha untuk menerima perbedaan yang ada, apalagi mereka sebagaii
calon imam/gembala yang nantinya harus melayani umat dan hidup bersama
dengan umat, maka mereka perlu dipersiapkan untuk menghargai dan menerima
Melalui teks 1 Korintus 12: 12-31, para siswa seminari ditantang dan diajak
untuk menerima perbedaaan yang ada. Teks 1 Korintus 12: 12-31, mengambarkan
Gereja diibaratkan tubuh. Tubuh dikatakan sebagai tubuh apabila ada kaki, ada
mata, ada tangan, ada telinga, dst. Dan warga Gereja merupakan anggota-anggota
tubuh tersebut, karena sebagai murid Yesus mereka ini adalah anggota-anggota
112
tubuh dan Yesus sendiri sebagai Roh dan Kepala dari tubuh itu sendiri. Semoga
teks 1 Korintus 12: 12-31 dapat memotivasi para siswa seminari mengharagi dan
warga Gereja.
c. Pengembangan langkah
1) Pembukaan (09.00-09.20)
a) Pengantar
berjumpa kembali di tempat ini. Hari ini, kita akan mengadakan rekoleksi dengan
tema “Menerima Perbedaan”. Kita yang hadir ditempat ini tentu berasal dari
berbagai daerah yang memiliki sifat dan watak yang berbeda. Kita sudah
Harapan kita bersama, melalui rekoleksi hari ini, kita terbantu untuk menerima
perbedaan di antara kita guna semakin akrab satu dengan yang lain,dan sebagai
bekal kelak kalau kita sudah menjadi pastor/gembala yang akan melayani banyak
orang.
Reff:
Cintailah sesamamu
Seperti dirimu sendiri
Bersama-sama kami nikmati
Apa yang dikaruniakan-Nya
c) Doa pembukaan
Allah Bapa yang penuh kasih, tiada henti-hentinya kami mengucap syukur
bisa berkumpul bersama-sama ditempat ini. Bapa pada saat ini kami berkumpul di
Perbedaan”. Kami bersyukur karena kami Kau ciptakan berbeda satu dengan yang
lain. Perbedaan kami membuat dunia ini penuh dengan warna-warni. Warna ini
Bapa, agar kami mampu menghargai perbedaaan diantara kami, sehingga semakin
Semua ini kami mohon dan serahkan kepada-Mu ya Bapa dengan perantaraan
akan mencoba melihat perbedaan-perbedaan yang ada dan telah kita alami di
dalam asrama hampir 3 tahun, dan sejauh mana kita sudah mengusahakan
¾ Pemutaran film “Tindak Kekerasan” oleh Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC
• Apa yang mengesankan dari film “Tindak Kekerasan” tadi bagi anda?
• Apa yang diserukan oleh Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC dalam film
tadi?
• Bagaimana tindakan anda dengan apa yang disampaikan oleh Mgr. Petrus
• Nilai apa yang dapat ditemukan dalam film tadi sehingga dapat bermanfaat
¾ Intisari cerita
adanya bom bunuh diri yang menunjukkan tindak kekerasan. Keadaan Indonesia
dengan balas dendam?. Sebagai pengikut Yesus Kristus, kita harus menjadikan
gaya Yesus Kristus menjadi gaya kita, watak Yesus Kristus menjadi watak kita,
sifat Yesus Kristus menjadi sifat kita. Dalam injil dikisahkan Yesus Kristus
banyak mengalami masalah relasi dengan kaum manusia terutama kaum Farisi
dan Ahli Taurat. Kekerasan yang dijalankan oleh kaum Farisi dan Ahli Taurat
lebih berat lagi yaitu Yesus Kristus dipaku di kayu salib. Akan tetapi Yesus tidak
115
mendendam, malah Yesus menjawab kekerasan dengan pengampunan (lih. Matius
23: 34). Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC, mengajak kita umtuk mengikuti
teladan yang diberikan oleh Yesus yaitu untuk menjawab kekerasan bukan dengan
kekerasan dan balas dendam, tetapi dengan memaafkan dan mengampuni. Mgr.
Petrus Canisius Mandagi MSC, juga mengajak kita belajar dari perkataan Paus
Paulus Yohanes II, yaitu: kekerasan itu untung jangka pendek tetapi rugi jangka
panjang, dan sebaliknya pengampunan rugi jangka pendek tetapi untung jangka
panjang. Seruan Paus Paulus Yohanes II, mengajak kita untuk meninggalkan
memaafkan dan mengampuni kita akan mendapat banyak teman. Tetapi kalau kita
kehidupan kita.
• Sebagai pengikut Yesus Kristus, kita harus menjadikan gaya Yesus Kristus
menjadi gaya kita, watak Yesus Kristus menjadi watak kita, sifat Yesus
• Kekerasan itu untung jangka pendek tetapi rugi jangka panjang, dan
panjang.
bersikap mengampuni.
116
• Dengan mengampuni kita akan mendapat banyak teman atau sahabat.
a) Salah satu peserta dimohon bantuannya membacakan teks 1 Korintus 12: 12-
31.
kelompok 5 orang).
Pertanyaan panduan
• Sikap apa yang ingin ditanamkan bagi kita dari isi perikop tersebut?
c) Pleno
d) Rangkuman
anggota pada kerja sama dari anggota-anggota yang lain supaya berfungsi sebagai
bagian dari tubuh. Melalui baptis kaum beriman mengambil bagian dalam Kristus
digabungkan satu dengan yang lain dalam tubuh-Nya. Sakaramen ini memberi
banyak anggota yang saling bekerja sama. Masing-masing kaum beriman adalah
anggota dari tubuh Kristus; tubuh kaum berian juga di sebut kenisah Roh Kudus
117
(lih. 1 Kor 6: 19). Tubuh mengumpulkan para anggota dan semua menjadi satu.
pembangunan tubuh. Perbedaan dari anggota yang satu tidak dapat menjadi yang
lain, juga yang satu tidak dapat meggantikan peranan yang lain. Jika satu anggota
menderita, semua anggota yang lain menderita, dan secara naluriah mendukung
anggota yang menderita. Begitu juga, jika sebuah anggota mendapat kehormatan,
semua anggota yang lain lebih bersemangat karena mengambil bagian dalam
kehormatan itu. Dalam anggota janganlah ada persaingan, karena seriap orang
1) Langkah IV: Apa yang harus kulakukan dengan perbedaan yang ada
(11.30-12.30)
Reff
Tuhan jadikanlah daku pembawa damai
Kan kunyanyikan lagu penawar badai
Tuhan jadikanlah daku penabur benih
Kan kudamaikan silang selisih
disekitar kita. Dalam slide tadi, kita juga telah melihat dan mendengar apa yang
menjadi seruan Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC, yakni kita harus meneladani
Yesus Kristus. Kita juga perlu mendalami maksud dan makna dari perkataan Paus
Yohanes Paulus II yaitu kekerasan itu untung jangka pendek tetapi rugi jangka
panjang, dan sebaliknya pengampunan rugi jangka pendek tetapi untung jangka
panjang. Pesan Paus Yohanes ini lah yang akan kita terapkan dalam hidup kita
teman atau sahabat. Dalam kesempatan ini, marilah kita melihat perjalanan hidup
kita di asrama seminari, bagaimana sikap kita dalam hidup di tengah teman-teman
yang tentu berasal dari daerah yang berbeda, watak, sifat, pribadi yang berbeda.
c) Refleksi pribadi
• Sikap mana yang saya perjuangkan agar saya dapat menerima perbedaan
yang ada?
• Hikmah apa yang bisa saya petik dari VCD “Tindak Kekerasan” dan
perikop tadi?
d) Penegasan
• Dalam hidup bersama, sikap saling menghargai itu sangat perlu dijaga.
a) Pengantar
Kekerasan” dan persan perikop 1 Korintus 12: 12-31, peserta diajak untuk
menulis rencana masing-masing tentang apa yang akan mereka lakukan setelah
rekoleksi ini yang berkaitan dengan hubungan diantara mereka selama hidup
diasrama seminari dan hubungan mereka dengan orang lain, kemudian rencana
masing yang sudah ditulis, diberi nama dan dipersembahkan kepada Tuhan, dalam
kepada peserta.
• Apa yang akan saya buat pulang dari rekoleksi hari ini?
• Apa saja yang saya perjuangkan setelah pulang dari rekoleksi ini dalam
Sesuai dengan kenyataan yang dialami oleh para siswa yang masuk di
panggilan yang mereka miliki, akan tetapi sayang setelah melalui proses
pendidikan dan pembinaan di seminari menengah ini, banyak dari mereka malah
seminari sebagai subyek bina. Penulis siap bila pihak seminari mengajak
A. Kesimpulan
berbagai bentuk pembinaan iman. Akan tetapi sayang pembinaan iman yang
121
Menengah St. Paulus amat kurang, hanya 2 pastor dan 1 awam. Selain bertugas
sebagai pembina di seminari, 2 pastor ini juga membantu di paroki, dan waktu
dalam kehidupan umat termasuk para siswa seminari. Pembinaan iman dapat
perkembangan iman dan panggilan. Pembinaan iman tidak boleh asal terlaksana
saja. Pembinaan iman itu harus memiliki tujuan yang jelas, maka pembina
seminari maupun siswa seminari perlu mengetahui apa yang menjadi tujuan dan
manfaat pembinaan iman yang dilaksanakan, kedua belah pihak akan terbantu
untuk terlibat aktif dalam melaksanakan dan mengikuti proses pembinaan iman.
sarana sesuai dengan situasi para siswa. Untuk itu pembina perlu tanggap terhadap
diarahkan, dan diberi pembinaan terus menerus, agar bibit-bibit panggilan yang
tinggi tanpa ada paksaan dari pembina, orang tua, dan orang lain, tetapi bisa
karena proses katekese dapat menggali permasalahan yang dialami para siswa
melalui sharing dan dialog di antara mereka. Sharing dan dialog dapat membantu
mereka untuk saling meneguhkan satu dengan yang lain. Peran pembina adalah
dan memperkembangkan iman dan panggilan para siswa seminari untuk menjadi
imam. Semoga program katekese yang dibuat ini dapat membantu karya
B. Saran
dengan lebih baik, maka penulis mengusulkan beberapa saran sebagai berikut:
iman. Tema pembinaannya perlu juga disesuaikan dengan masalah yang sedang
memadai sebagai persiapan diri guna melanjutkan studi di Perguruan Tinggi atau
Seminari Tinggi. Maka pihak sekolah perlu membentuk wawasan intelektual para
kemandirian, agar para siswa mampu untuk bersikap kritis terhadap pendapatnya
sendiri maupun pendapat guru dan pembimbing. Pihak sekolah perlu juga
pengajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Adisusanto, FX. SJ. (2000). Katekese Sebagai Pendidikan Iman. (Seri Puskat No.
370). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat.
________________. (2000c). Katekese Sebagai Pendidikan Iman. (Seri Puskat
No. 372). Yogyakarta: LPKP PUSKAT.
Amalorpavadas, D.S (1982). Katekese Sebagai Tugas Pastoral Gereja. (Seri
Puskat No. 11). Yogyakarta: Pusat Kateketik.
Bartruff, B. D. 2003. Menjadi Pribadi yang Dikehendaki Tuhan. Jakarta: Gunung
Mulia.
Bergant, Dianne CSA., & Karris Robert J., OFM. (Ed). (2002). Tafsir Alkitab
Perjanjian Baru. (A.S. Hadiwiyata, Penerjemah). Yogyakarta:
Kanisius. (Buku asli diterbitkan tahun, 1989).
Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese,
(Drs. FX. Heryatno W.W. SJ., M. Ed., Penyadur). (Seri Puskat No.
356). Yogyakarta: LPKP PUSKAT. (Buku asli diterbitkan tahun
1991).
Hardawiryana, R. Dr. SJ. (1977). Pelaksana Pelayanan. Spektrum, No.1. Jakarta:
Bagian Dokumentasi dan Penerangan MAWI.
____________________. (1978). Sinode Para Uskup di Roma 1977. Tentang
Katekese. (Seri Pradnyawidya 1). Yogyakarta: Pradnyawidya.
Komisi Kateketik KWI. (1995). Katekese Umat dan Evangelisasi Baru.
Yogyakarta: Kanisius.
Komisi Liturgi KWI. (2003). Penanggalan Liturgi 2004: Tahun C/II. Yogyakarta:
Kanisius.
Komisi Seminari KWI. (1989). Pedoman Dasar Pembinaan Imam Di Indonesia.
Spektrum. No.1. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Pererangan
KWI.
Konferensi Waligereja Indonesia. (1996a). Iman Katolik: Buku Informasi dan
Referensi. Yogyakarta: Kanisius
__________________________. (1996b). Pedoman Gereja Katolik Indonesia.
Bogor: SMK Grafika Mardi Yuana.
Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana,
Penerjemah). Jakarta: Obor (Dokumen asli diterbitkan tahun 1965).
Kristianto, Yosef. SFK. (2005). Teori Pendidikan Agama Katolik Pendidikan
Menengah. Diktat Mata Kuliah Teori PAK-PM Semester V,
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama
Katolik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
LBI. (1981). Tafsir Perjanjian Baru.3, Injil Matius. Yogyakarta: Kanisius.
Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab Deuterokanonika. (2001). Jakarta:
Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia.
Mangunharjana, A. (1985). Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius
_______________. (1986). Pembinaan: Arti dan Metodenya. Yogyakarta:
Kanisius.
125
(2)
Lampiran: 2
(3)
20.15-21.00 Santai dan nonton bersama
21.00-04.00 Tidur
Kamis 04.00-04.30 Bangun, rapikan tempat tidur, mandi
04.30-05.15 Belajar
05.15-06.15 Doa pagi dan misa di kapel
06.15-06.45 Sarapan pagi dan berangkat ke sekolah
13.15-13.45 Makan siang
13.45-15.00 Istirahat/tidur siang
15.00-16.00 Kerja bakti bersih-bersih asrama
16.00-17.15 Santai dan olah raga
17.15-18.00 Mandi
18.00-18.45 Makan malam
18.45-20.00 Belajar
20.00-20.15 Doa malam di kapel
20.15-21.00 Santai dan nonton bersama
21.00-04.00 tidur
Jumat 04.00-04.30 Bangun, rapikan tempat tidur, dan mandi
04.30-05.15 Belajar
05.15-06.15 Doa pagi dan misa di kapel
06.15-06.45 Sarapan pagi dan berangkat ke sekolah
13.15-13.45 Makan siang
13.45-15.00 Istirahat siang
15.00-16.00 Studi /belajar
16.00-17.15 Santai dan olah raga bersama
17.15-18.00 Mandi/mencuci
18.00-18.45 Makan malam
18.45-20.00 Belajar
20.00-20.15 Doa malam bersama di kapel
20.15-21.00 Santai dan nonton bersama
21.00-04.00 Istirahat/tidur malam
Sabtu 04.00-04.30 Bangun, rapikan tempat tidur, mandi
04.30-05.15 Belajar
05.15-06.15 Doa pagi dan misa di kapel
06.15-06.45 Sarapan pagi dan berangkat ke sekolah
13.15-13.45 Makan siang
13.45-15.00 Istirahat siang
15.00-16.00 Belajar
16.00-17.15 Santai dan olah raga
17.15-18.00 Mandi/Mencuci
18.00-18.45 Makan malam
18.45-20.00 Belajar malam
20.00-20.15 Doa malam bersama di kapel
20.15-21.30 Santai dan nonton bersama
21.30-05.00 Istirahat /tidur
(4)
Minggu 05.00-05.45 Bangun, rapikan tempat tidur, mandi
05.45-06.00 Doa pagi bersama di kapel
06.15-07.15 Misa bersama (SMP, SMK, SMA) di gereja
07.30-08.15 Sarapan pagi
08.15-09.30 belajar
09.30-12.00 Santai, nonton, dan jalan-jalan
12.00-12.30 Makan siang
12.30-15.00 Istirahat, santai, nonton, dll
15.00-16.00 Bersih-bersih asrama
16.00-17.30 Olah raga/santai
17.30-18.00 Mandi
18.00-18.45 Makan malam
18.45-20.00 Belajar
20.00-20.15 Doa malam bersama di kapel
20.15-21.00 Santai dan nonton
21.00-04.00 Tidur
(5)
Lampiran: 3
No Kegiatan Keterangan
(1) (2) (3)
1 Retret • Dilaksanakan 1 tahun sekali
• Pelaksanaannya setiap bulan Juni dan tanggal
pelaksanaannya tidak tetap
2 Rekoleksi • Dilaksanakan 1 tahun sekali
• Pelaksanaannya setiap bulan Februari dan tanggal
pelaksanaannya tidak tetap.
3 Turne kampung- • Pelaksanaan turne khusus untuk kelas III
kampung • Turne dilaksanakan di wilayah Paroki St. Maria
Nyarumkop
• Para siswa kelas III berangkat turne Sabtu siang dari
asrama seminari dan Minggu sore harus sudah
kembali ke asrama
• Pelaksanaan turne setiap setiap tahunnya pada bulan
Februari dan Maret.
(6)
Lampiran: 4
Dengan Hormat
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Martinus
NIM : 011124022
(7)
Lampiran: 5
Berilah tanda silang (X) pada jawaban sesuai dengan kenyataan yang ada!
Upaya Pembinaan Iman Bagi Siswa Seminari
5. Menurut pendapat anda apakah pihak seminari sudah mengupayakan
pembinaan iman yang efektif? (tulislah jawaban anda pada pilihan d bila jawaban a, b, c
tidak ada yang sesuai!)
a. Sudah diupayakan
b. Belum diupayakan
c. Tidak tahu
d. …………..
6. Sejauh mana pembinaan iman yang diupayakan dilaksanakan? (tulislah jawaban
anda pada pilihan d bila jawaban a, b, c tidak ada yang sesuai!)
a. Dilaksanakan setiap pagi hari dan malam hari
b. Dilaksanakan seminggu 3 (tiga) kali
c. Dilaksanakan seminggu 1 (satu) kali
d. ………….
7. Bagaimana sikap anda terhadap pembinaan iman yang sudah ada? (tulislah
jawaban anda pada pilihan d bila jawaban a, b, c tidak ada yang sesuai!)
a. Mengikuti pembinaan iman tergantung kesadaran diri
b. Melaksanakan pembinaan iman dengan terpaksa karena peraturan yang
ada
c. Melaksanakan pembinaan iman tergantung kesadaran diri
d. ………….
8. Perasaan anda terhadap pembinaan iman yang diupayakan bagi anda?
a. Senang
b. Biasa-biasa saja
c. Binggung
d. Tidak tahu
Berilah tanda silang (X) dibawah ini sesuai dengan kenyataan yang ada!
Bentuk-bentuk Pembinaan Iman
9. Bentuk pembinaan iman macam apa yang diupayakan pihak seminari bagi
anda? (tulislah jawaban anda pada pilihan d bila jawaban a, b, c tidak ada yang sesuai!)
a. Retret
b. Rekoleksi
(8)
c. Katekese/pembinaan iman
d. ………….
10. Bentuk pembinaan iman macam apa yang sering dilaksanakan? (tulislah jawaban
anda pada pilihan d bila jawaban a, b, c tidak ada yang sesuai!)
a. Retret
b. Rekoleksi
c. Katekese/pembinaan iman
d. …………..
11. apakah bentuk pembinaan iman yang dilaksanakan sering anda ikuti?
a. Selalu mengikuti
b. Sering mengikuti
c. Kadang-kadang mengikuti
d. Tidak pernah mengikuti
12. Sering terlibat dan mengikuti bentuk pembinaan iman dalam membantu
memperkembangkan hidup rohani anda?
a. Sangat membantu
b. Membantu
c. Tidak membantu
d. Tidak tahu
13. Pernahkah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti bentuk pembinaan
iman yang diupayakan?
a. Pernah
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
d. Tidak tahu
14. Sesuai jawaban No. 13, kesulitan macam apa yang anda alami dalam
mengikuti pembinaan yang sudah diupayakan? (tulislah jawaban anda pada pilihan d
bila jawaban a, b, c tidak ada yang sesuai!)
a. Pembinaan imannya tidak terorganisir
b. Pembinaan iman terlalu monoton
c. Masalah pribadi
d. …………..
15. Apakah anda berusaha untuk mengatasi kesulitan yang ada?
a. Ya, sudah berusaha, caranya………
b. Tidak, alasannya……..
c. Masih dalam rencana, yaitu……….
d. Tidak tahu, alasannya……….
Berilah tanda silang (X) dibawah ini sesuai dengan kenyataan yang ada!
Pandangan Mengenai Katekese
(9)
d. ………….
17. Apakah anda mengikuti kegiatan katekese (pembinaan iman)? (tulislah jawaban
anda pada pilihan d bila jawaban a, b, c tidak ada yang sesuai!)
a. Selalu mengikuti
b. Kadang-kadang mengikuti
c. Tidak pernah mengikuti
d. ……………
18. Bagaimana perasaan anda terhadap pelaksanaan katekese (pembinaan iman)?
a. Senang sekali
b. Biasa-biasa saja
c. Binggung
d. Tidak tahu
19. Apakah katekese (pembinaan iman) membantu memperkembangkan hidup
rohani anda?
a. Sangat membantu, alasannya……..
b. Binggung, alasannya……..
c. Tidak membantu, alasannya……..
d. Tidak tahu, alasannya………..
20. Apakah ada usul dan saran anda terhadap pelaksanaan katekese (pembinaan
iman) agar dapat memperkembangkan hidup rohani atau panggilan anda untuk
menjadi imam? (tuliskan usul dan saran anda pada titik dibawah ini!)
……………………………………………………………………
(10)
Lampiran: 6
(11)
Lampiran: 7
Berilah tanda (-) sesuai dengan kelebihan dan kekurangan yang anda miliki!
(12)