Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI BUDAYA SUNGKEM JADIKAN MOTIVATOR DALAM

OPTIMALISASIAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP MENURUT


PERSPEKTIF AGAMA
Bagaimana kondisi budaya lokal sekarang ini?
Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan bangsa yang menunjukkan jati diri
bangsa tersebut. Budaya menjadi identitas suatu bangsa sehingga membedakan dengan
bangsa yang lain. Identitas tersebut merupakan suatu nilai dan norma yang baik yang
membawa bangsa menjadi bangsa yang luhur dan bermartabat. Identitas tersebut juga dapat
melahirkan generasi-generasi penerus bangsa yang diharapkan sesuai dengan cita-cita bangsa.
Mengingat pentingnya hal tersebut maka mucul kesadaran untuk melestarikan budaya
setempat khususnya budaya local.
Namun budaya local sekarang ini, dianggap sesuatu yang ketinggalan jaman dan tidak
sesuai dengan perkembangan budaya internasional dalam era globalisasi. Banyak orang
menganggap budaya lokal Indonesia saat ini kuno terutama dikalangan pemuda yang
merupakan aset penting karena merupakan generasi penerus bangsa. Banyak pemuda bangsa
yang kehilangan jati diri sebagai pemuda Indonesia karena adanya pengaruh budaya bangsa
lain, utamanya adanya perkembangan teknologi dan informasi yang telah merebak dalam
semua sendi kehidupan.
Banyak contoh pemuda bangsa yang kehilangan jati dirinya sebagai pemuda
Indonesia. Salah satu yang terjadi sekarang adalah kurang adanya sikap menghormati dan
menghargai terhadap sesama makhluk Tuhan yang telah berdampak pada rusaknya
lingkungan hidup. Salah satu gambaran yang nyata dan sederhana adalah banyaknya orang
yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Meskipun tidak langsung berdampak buruk
pada kehidupan, lambat laun hal tersebut akan berdampak nyata bahkan akan membawa
kehancuran pada lingkungan hidup.
Kegiatan kecil seperti membuang sampah tidak pada tempatnya merupakan contoh
kongkrit dalam mendeskripsikan keadaan moral bangsa Indonesia dalam menyikapi
kelestarian lingkungan hidupnya. Masih banyak contoh lainnya yang merupakan hal kecil
namun berat dalam melakukan kewajiban hal tersebut. Dalam konteks hal yang besar,
ternyata para pembesar juga ikut andil dalam merusak lingkungan hidup, seperti membuka
areal hutan yang menjadi paru-paru untuk dijadikan tempat menjalankan program yang hanya
menguntungkan dirinya sendiri dan tidak memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.

Mengingat pentingnya melestarikan lingkungan hidup yang akan menunjang


kehidupan generasi bangsa dan di sisi lain semakin melunturnya budaya bangsa Indonesia,
penulis mencoba menghubungkan kedua masalah tersebut untuk memberikan solusi yang
mungkin dapat membawa bangsa Indonesia terutamanya pemuda Indonesia menjadi bangsa
yang mempunyai jati diri yang kokoh dalam pandangan bangsa dunia. Budaya lokal
mempunyai aspek pembelajaran terhadap nilai-nilai yang baik yang ditanamkan dalam diri
seseorang yang diharapkan menjadi suatu kebiasaan hidup dan menjadi prinsip dalam
hidupnya. Dengan adanya nilai-nilai yang telah mendarah daging diharapkan bangsa
Indonesia Indonesia dapat bersikap kritis terhadap segala fenomena yang terjadi disekitarnya
dan berusaha bagaimana cara untuk menyikapinya. Penulis akan mengaitkan bagaimana
budaya lokal sungkem dalam mempengaruhi pola pikir seseorang terhadap masalah
kelestarian lingkungan hidup.
Dasar pemikiran apa yang dapat dijadikan alternative solusi?
Seiring dengan lunturnya jati diri bangsa, lingkungan hidup juga mengalami
penurunan kualitas diakibatkan rendahnya sikap kurang menghargai dan peduli pada
lingkungan. Budaya local sebagai pembentuk karakter individu mulai tergeser dengan adanya
budaya modern yang dianggap lebih dapat mengikuti arus mode zaman. Dibutuhkan suatu
penggerak dalam menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan pada diri seseorang
sehingga menjadi suatu kebiasaan yang didasarkan pada pandangan agama. Sebab sebagai
Negara berketuhanan, bangsa Indonesia harus berpedoman pada nilai-nilai agama agar semua
jelas dan lebih terarah.
Di dalam budaya sungkem terdapat nilai-nilai luhur seperti menghormati,
menghargai, patuh, dan bersikap rendah hati. Nilai-nilai ini akan mempengaruhi karakter
hidup seseorang sehingga menjadi suatu kebiasaan dalam hidupnya. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan proses pembelajaran sejak dini dengan membiasakan seorang anak untuk
melakukan sungkem atau mencium tangan orang tuanya pada saat akan pergi atau akan
mengerjakan sesuatu. Hasil pembelajaran tersebut meliputi aspek pemahaman (kognitif),
sikap (afektif), dan tingkah laku (psikomotorik). Ketiga aspek ini diharapkan dicapai oleh
seseorang dan menghubungkan aspek satu dengan aspek yang lain, sehingga ada suatu
tindakan nyata setelah seseorang terbiasa melakukan sungkem.

Budaya sungkem yang diajarkan melalui proses pembelajaran yang kontinu akan
dikaitkan dengan masalah kelestarian lingkungan hidup. Dengan adanya nilai luhur sungkem
dalam diri seseorang diharapkan sungkem dapat dijadikan suatu pendorong seseorang dalam
usahanya menjaga kelestarian lingkungan hidupnya. Apalagi dalam agama dijelaskan
kewajiban manusia untuk menjaga lingkungan akan menguatkan seseorang untuk melakukan
kewajibannya sebagai khalifah di bumi.
Apakah budaya sungkem itu?
Sungkeman berasal dari kata sungkem yang berarti mencium tangan dengan posisi
setengah jongkok atau bersimpuh. Sungkem adalah suatu prosesi dimana anak atau orang
yang lebih muda bersikap hormat dengan berlutut dan menghanturkan sembah dengan
mencium tangan orang yang lebih tua dengan maksud meminta maaf, berterima kasih atau
meminta doa restu. Sungkem ini biasa dilakukan bagi masyarakat yang berada di Pulau Jawa
terutama Jawa Tengah seperti Yogjakarta, Solo dan kota-kota lainnya yang berada di Jawa
Tengah karena ini merupakan adat orang jawa. Sungkeman ini menjadi tradisi ketika hari
raya idul fitri dengan tujuan untuk meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah
dilakukan kepada orang tua, namun saat ini pada saat hari raya idul fitri sudah jarang sekali
melakukan sungkeman. Selain hari lebaran, sungkeman ini biasa juga dilakukan pada acara
pernikahan.
Sungkem menjadi suatu kebanggaan bagi bangsa indonesia karena merupakan
khasanah bangsa Indonesia yang memiliki nilai-nilai kebudayaan yang sangat tinggi yang
mencakup norma-norma kesopanan yang sudah hampir ditinggalkan oleh bangsa Indonesia.
Bukan pemandangan yang aneh lagi di Indonesia jika kita melihat anak anak kecil sudah
dididik untuk mencium tangan, ketika berpamitan akan berangkat ke sekolah ataupun
bepergian. Tradisi mencium tangan orang yang lebih tua memang sudah mengakar dalam
keseharian masyarakat indonesia. Sebuah bentuk penghormatan dan gambaran budi pekerti
luhur yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Sejak kecil kita sudah
dididik untuk mencium tangan orang yang lebih tua sebagai penghargaan dan sopan santun.
Untuk itu sebagai genarasi pemuda penerus bangsa usahakan harus ikut serta dalam
melestarikan budaya bangsa sungkem yang mulai luntur ini agar budaya-budaya bangsa tetap
melekat pada diri masyarakat, karena budaya-budaya ini merupakan identitas bangsa
indonesia yang masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan dan kesopanan, sebagai

generasi pemuda harus mampu menumbuhkan nilai-nilai kesopanan dalam masyarakat, selalu
menghormati orang tua adalah bentuk dari rasa terimakasih kita kepada orang tua, untuk itu
selalu junjung tinggi nilai-nilai serta budaya-budaya yang ada pada negara kita ini agar
budaya-budaya kita tidak tergerus jaman yang serba modern ini, sehingga budaya kita dapat
kita turunkan pada anak cucu kita kelak.
Bagaimana pandangan islam tentang sungkem?
Ternyata banyak orang mengira bahwa arti atau makna sungkem adalah sujud yang
diidentikkan dengan menyembah, sehingga banyak orang yang berpikir bahwa sungkem itu
adalah menyekutukan-Nya. Anggapan semacam itu tentu tidak benar, mengingat kisah
dimana Nabi Yusuf pernah menaikkan kedua orang tuanya ke atas sebuah Singgasana dan
menerima sujud dari kedua orang tuanya. Sujud disini tidak diartikan sebagai menyembah,
melainkan suatu penghormatan.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil. (surah Al Israa ayat 24).
Sujud disini ialah sujud penghormatan bukan sujud ibadah. Persoalan hubungan
kepada Allah taala dan juga hubungan kepada orang tua sangat tegas dalam Al-Quran. Kita
dituntut untuk berbuat baik kepada orang tua, bahkan kita disuruh merendahkan diri kita
dihadapan mereka, kecuali jika kita disuruh menyembah orang tua.
Batasan antara menyembah dengan penghormatan tentunya bukan dilihat dan
didefinisikan dari sebuah gerakan, melainkan dari niatnya. Gerakan menyembah di tiap
agama, budaya, bangsa akan berbeda. Ada yang menyembah dengan bersujud, membakar
dupa, berjongkok, berbaring, bahkan juga berdiri dll. Tentunya perbedaan antara menyembah
dengan bukan menyembah, adalah terletak pada niatnya. Berbuat baik, patuh dan menuruti
perkataan orang tua, tetapi tidak menyembah mereka juga tertulis dalam surah Al Isra ayat
24. Allah SWT menegaskan:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,

maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan


janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Sungkem adalah wujud kerendahan diri, bakti seorang anak kepada orang tua
sebagaimana telah dibahas dalam surah Al Isra ayat 24 di atas. Allah menyuruh anak berbakti
kepada orang tua agar supaya dijauhkan dari perbuatan sombong lagi durhaka. Sebagaimana
firmannya dalam surah Maryam ayat 15 yang Artinya:
dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang
sombong lagi durhaka.
Kesadaran untuk berbuat baik kepada mereka karena sesungguhnya orang tualah yang
telah membesarkan dan merawat kita diwaktu kecil. Sebagai mana Allah SWT berfirman
dalam surah As Syura ayat 16 yang artinya:
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah
(pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia
telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: Ya Tuhanku, tunjukilah
aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu
bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah
kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku
bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.
Apakah menjaga lingkungan itu wajib?
Di dalam Al Quran dijelaskan bahwa tugas utama manusia di bumi adalah sebagai
khalifah yang mampu menjaga, merawat dan melestarikan lingkungan hidup. Lingkungan
hidup dapat hubungan antara sesama manusia atau makhluk hidup lainnya bahkan benda tak
hidup. Apabila manusia menjalankan tugasnya dengan baik tentu lingkungan hidup akan
memberikan manfaatnya dengan optimal untuk menunjang kehidupan manusia di bumi. Allah
juga akan memberikan balasannya kelak dikemudian hari kepada manusia mengenai apa
yang dikerjakannya selama hidup di bumi. Hal ini seperti yang terkandung dalam QS. AlAraf ayat 7:

dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.
Namun melihat kenyataannya sekarang, masih banyak lingkungan yang rusak yang
sebagian besar diakibatkan oleh ulah manusia sendiri. Ketamakan menjadi sifat yang tak bisa
dihindarkan dalam zaman persaingan sekarang. Banyak manusia yang hanya memenuhi
segala kesenangannya tanpa memperdulikan dampaknya terhadap kehidupan orang lain
apalagi kelestarian lingkungan hidupnya. Sebagai contohnya banyak dibangunnya pabrikpabrik industri yang dibangun dengan membuka areal hutan. Padahal hutan adalah komponen
utama kehidupan karena dapat menjaga keseimbangan siklus hidup. Bahkan tidak jarang
pabrik-pabrik industry tersebut yang mencemari lingkungannya karena membuang limbah
industri tanpa melalui proses terlebih dahulu. Contoh kecil lainnya adalah membuang sampah
sembarangan, penggunaan mesin yang menghasilkan gas berbahaya yang tidak kita sadari
telah memberikan dampak buruk pada lingkungan. Dalam hadist telah jelas bahwa manusia
dilarang untuk merusak lingkungan seperti orang yang menebang pohon akan dimasukkan
dalam neraka, yakni dalam hadist riwayat Abu Daud:
Barang siapa yang menebang pepohonan, maka Allah akan mencelupkannya dalam neraka (
Abu Daud).
Manusia juga diperintahkan untuk menjaga keseimbangan alam/ lingkungan habitat yang ada
tanpa merusaknya. Karena Allah menciptakan segala sesuatu di bumi dengan perhitungan dan
pasti akan membawa dampak yang positif bagi manusia. Untuk itu sebaliknya manusia
sebagai khalifah di bumi harus menjaga lingkungan agar lingkungan hidup kita tetap menjaga
keseimbangannya. Hal ini seperti yang difirmankan Allah dalam QS. Al-Mulk (67):
Allah yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang. Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (QS. Al Mulk:67)
Bagaimana budaya mempengaruhi pola sikap?
Kepribadian adalah keseluruhan cara dimana seorang individu berinteraksi dan
bereaksi dengan induvidu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat
yang bisa diukur yang ditunjukan oleh seseorang. Berdasarkan penjelasan Gordon Allport

tersebut kita dapat melihat bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis
dan fisik ) yang merupakan suatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan,
kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
Kebudayaan yang baik akan menghasilkan kepribadian yang naik. Hal ini dapat
dikatakan demikian karena kebudayaan yang tertanam sejak usia dini pada seseorang
cenderung lebih kuat untuk menangkal masuknya kebudayaan negatif pada seseorang.
Tentunya dibutuhkan peranan orang tua untuk memperkenalkan anak pada ajaran-ajaran
agama sejak dini.
Kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat dengan kepribadian. Hal ini dapat
dilihat dari berbagai perilaku manusia yang masih mencerminkan kebudayaan mereka masing
masing. Proses pembentukan kepribadian terjadi sejak individu masih kecil dilingkungan
keluarga, ketika menerima pendidikan kepribadian secara internal dari keluarga sebagai orang
terdekat individu tersebut. Disinilah terjadi peranan kebudayaan secara internal membentuk
kepribadian individu. Sebagaimana orang tua yang telah mengajarkan pendidikan kepribadian
pada individu dari masa kanak kanak dengan kebiasaan kebiasaan yang yang telah
diterapkan maupun yang telah dipelajari oleh mereka. Kebiasaan kebiasaan yang diterapkan
tersebut berdasarkan pada kebudayaan yang mendarah daging pada orang tua masing
masing. Kebiasaan-kebiasaan ini akan sangat diingat dikarenakan memori anak saat masa
kanak-kanak sangat kuat bahkan ada orang yang menyebut anak kecil adalah perekam yang
sangat baik. Marilah membiasakan kebudayaan dan perilaku baik di hadapan anak kecil.
Beranjak dewasa, individu pun mendapat pengaruh kebudayaan dari luar lingkungan
keluarga yang dapat mengubah kepribadian seseorang. Disinilah terjadi peranan kebudayaan
secara eksternal dalam membentuk kepribadian individu. Lingkungan yang memiliki
kebudayaan baik di luar lingkungan keluarga akan memberi pengaruh baik terhadap
karakteristik kepribadian individu tersebut. Akan tetapi lain halnya dengan lingkungan yang
berkebudayaan buruk di luar lingkungan keluarga juga dapat mengubah karakteristik dari
kepribadian individu yang semula berperilaku baik berubah menjadi berperilaku buruk.
Walaupun kembali lagi kepada kepribadian dan pola pikir individu tersebut, apabila individu
itu mendapat lingkungan yang buruk. Akan tetapi dia dapat berpikir jernih dan tidak
terpengaruh oleh lingkungan yang berbudaya buruk tersebut walaupun kemungkinannya
sangat kecil.

Sebaliknya, kebudayaan di masyarakat turut memberikan sumbangan pada


pembentukan kepribadian seseorang. Kepribadian suatu individu masyarakat, walaupun
berbeda-beda distimulasi dan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-norma dalam sistem
budaya dan juga oleh sistem sosial yang telah diinternalisasinya melalui proses sosialisasi dan
proses pembudayaan selama hidup sejak masa kecilnya sampai tua.
Penjelasan di atas telah menunjukkan bahwa peranan kebudayaan sangatlah besar
dalam menunjang pembentukan karakteristik dari kepribadian seseorang. Sehingga tak akan
ada keraguan lagi mengenai besarnya peranan kebudayaan dalam pembentukan kepribadian
individu.
Alternative tindakan apa yang dapat diambil untuk menanamkan nilai-nilai sungkem
sebagai pendorong untuk melestarikan lingkungan?
Adapun hipotesis yang dapat kita terapkan dalam menanamkan nilai budaya sungkem
dalam memotivasi seseorang dalam menyadari pentingnya menjaga lingkungan adalah
sebagai berikut.
Membiasakan dan menghidupkan kembali budaya sungkem dan menjadikannya
sebuah aturan dalam lingkungan keluarga dan sekolah. Dengan diterapkan aturan seperti itu
anak harus mengikutinya, memang membutuhkan waktu yang lama. Dibutuhkan kerjasama
dari seluruh pihak yang mendukung adanya proses pembelajaran tersebut. Setelah menjadi
kebiasaan hidup anak, nilai-nilai yang terkandung dalam budaya sungkem akan lebih mudah
tertanam dalam diri anak.
Memberikan pengertian dan gambaran nyata tentang pentingnya pelestarian
lingkungan melalui sosialisasi yang tepat. Sosialisasi tersebut untuk menggugah hati individu
akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup sebagai pintu awal dari proses penanaman nilai
budaya sungkem sebagai motivator pelestarian lingkungan. Soaialisasi dapat dilakukan lewat
pengajaran mengasyikkan di sekolah dengan memberikan contoh pengalaman hidup yang
menginspirasi untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan pentingnya menjaga keseimbangan
lingkungan hidup.
Mengembalikan jati diri bangsa dengan menghidupkan dan melestarikan kebudayaan
lokal seperti sungkem. Disamping sebagai pendorong untuk melestarikan lingkungan, dengan

membudayakan budaya sungkem kepada anak akan menumbuhkan kembali jati diri bangsa
yang sempat hilang ini. Nilai-nilai budaya sungkem akan mengkokohkan kembali jati diri
bangsa sebagai bangsa yang luhur, menghormati, menghargai, ramah tamah, kerakyatan baik
antarsesama manusia, bangsa lain bahkan dalam hubungannya dengan alam sekitarnya.
Diharapkan dengan adanya nilai-nilai budaya sungkem tersebut, akan mendorong karakterkarakter luhur, utamanya sifat saling menghormati, menghargai dan peduli tertahap sesame
umat manusia selanjutnya dapat diterapkan dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup kita.
Sebaiknya budaya sungkem dimasukkan ke dalam aturan baik di lingkungan keluarga
maupun sekolah. Hal tersebut dapat membuat anak menjadi terbiasa melakukan dalam
kehidupannya sehari-hari. Sehingga dalam diri anak memiliki nilai-nilai luhur dari kegiatan
sungkem tersebut. Karena Hasil pembelajaran dari kegiatan sungkem berupa aspek kognitif
(pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotorik (tingkah laku). Ketiga aspek tersebut saling
berkaitan yang kemudian akan mempengarui perkembangan jiwa anak.
Dari pembelajaran tersebut akan membuat anak tergugah hatinya untuk melestarikan
lingkungan karena sadar betapa pentingnya hal tersebut seperti yang tertuang dalam ajaran
agama. Disamping pembelajaran diatas kita beri pengetahuan tentang lingkungan hidup,
manfaat dan tugas kita sebagai manusia. Pengetahuan tersebut dapat diajarkan melalui
pendidikan agama yang kuat. Anak diberikan pendidikan agama untuk mengetahui mana
yang baik dan mana yang buruk termasuk memberi pelajaran akan pentingnya menjaga
lingkungan. Hal tersebut menjadi penguat tindakan seseorang karena agama merupakan
pedoman yang hakiki dimana segala amal perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban
di kemudian hari kelak.
Dari pengamatan terhadap sampel yang telah diajarkan kebudayaan sungkem terjadi
perubahan perilaku pada sampel. Sebagai contohnya nilai peduli terhadap lingkungan dalam
budaya sungkem dicerminkan oleh mulai tumbuhnya kesadaran akan pentingnya membuang
sampah pada tempatnya karena lingkungan yang bersih adalah sebagian dari iman yang
menjadi penguat sampel melakukan tindakan tersebut. Contoh lainnya adalah tidak merusak
atau memberi dampak yang buruk bagi lingkungan yang diilhami oleh nilai menghargai
dalam budaya sungkem karena dalam agama pun manusia di bumi adalah sebagai khalifah
yang bertugas memelihara, merawat dan melestarikan bumi.

Apa yang dapat disimpulkan?


Budaya lokal mengandung nilai-nilai luhur yang mengajarkan manusia menjadi
manusia sejati. Budaya sungkem di jawa mengandung nilai-nilai untuk menghargai,
menghormati, peduli dengan sesama tidak halnya pada lingkungan hidup kita. Manusia wajib
menjaga alam seperti diwajibkan dalam Al Quran yaitu manusia sebagai khalifah yang
menjaga kelestarian lingkungan. Dengan adanya nilai budaya sungkem yang tertanam dalam
diri seseorang akan mendorong seseorang menjalankan kewajibannya tersebut. Sehingga
dengan dibudayakannya kembali kegiatan sungkem di lingkungan keluarga dan sekolah, akan
meningkatkan kualitas diri seseorang, utamanya dalam usaha meningkatkan dan menciptakan
individu-individu yang peduli, menghargai, menyanyangi lingkungan sekitar seperti nilainilai yang terkandung dalam kebudayaan sungkem di jawa.

Anda mungkin juga menyukai