Budaya sungkem yang diajarkan melalui proses pembelajaran yang kontinu akan
dikaitkan dengan masalah kelestarian lingkungan hidup. Dengan adanya nilai luhur sungkem
dalam diri seseorang diharapkan sungkem dapat dijadikan suatu pendorong seseorang dalam
usahanya menjaga kelestarian lingkungan hidupnya. Apalagi dalam agama dijelaskan
kewajiban manusia untuk menjaga lingkungan akan menguatkan seseorang untuk melakukan
kewajibannya sebagai khalifah di bumi.
Apakah budaya sungkem itu?
Sungkeman berasal dari kata sungkem yang berarti mencium tangan dengan posisi
setengah jongkok atau bersimpuh. Sungkem adalah suatu prosesi dimana anak atau orang
yang lebih muda bersikap hormat dengan berlutut dan menghanturkan sembah dengan
mencium tangan orang yang lebih tua dengan maksud meminta maaf, berterima kasih atau
meminta doa restu. Sungkem ini biasa dilakukan bagi masyarakat yang berada di Pulau Jawa
terutama Jawa Tengah seperti Yogjakarta, Solo dan kota-kota lainnya yang berada di Jawa
Tengah karena ini merupakan adat orang jawa. Sungkeman ini menjadi tradisi ketika hari
raya idul fitri dengan tujuan untuk meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah
dilakukan kepada orang tua, namun saat ini pada saat hari raya idul fitri sudah jarang sekali
melakukan sungkeman. Selain hari lebaran, sungkeman ini biasa juga dilakukan pada acara
pernikahan.
Sungkem menjadi suatu kebanggaan bagi bangsa indonesia karena merupakan
khasanah bangsa Indonesia yang memiliki nilai-nilai kebudayaan yang sangat tinggi yang
mencakup norma-norma kesopanan yang sudah hampir ditinggalkan oleh bangsa Indonesia.
Bukan pemandangan yang aneh lagi di Indonesia jika kita melihat anak anak kecil sudah
dididik untuk mencium tangan, ketika berpamitan akan berangkat ke sekolah ataupun
bepergian. Tradisi mencium tangan orang yang lebih tua memang sudah mengakar dalam
keseharian masyarakat indonesia. Sebuah bentuk penghormatan dan gambaran budi pekerti
luhur yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Sejak kecil kita sudah
dididik untuk mencium tangan orang yang lebih tua sebagai penghargaan dan sopan santun.
Untuk itu sebagai genarasi pemuda penerus bangsa usahakan harus ikut serta dalam
melestarikan budaya bangsa sungkem yang mulai luntur ini agar budaya-budaya bangsa tetap
melekat pada diri masyarakat, karena budaya-budaya ini merupakan identitas bangsa
indonesia yang masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan dan kesopanan, sebagai
generasi pemuda harus mampu menumbuhkan nilai-nilai kesopanan dalam masyarakat, selalu
menghormati orang tua adalah bentuk dari rasa terimakasih kita kepada orang tua, untuk itu
selalu junjung tinggi nilai-nilai serta budaya-budaya yang ada pada negara kita ini agar
budaya-budaya kita tidak tergerus jaman yang serba modern ini, sehingga budaya kita dapat
kita turunkan pada anak cucu kita kelak.
Bagaimana pandangan islam tentang sungkem?
Ternyata banyak orang mengira bahwa arti atau makna sungkem adalah sujud yang
diidentikkan dengan menyembah, sehingga banyak orang yang berpikir bahwa sungkem itu
adalah menyekutukan-Nya. Anggapan semacam itu tentu tidak benar, mengingat kisah
dimana Nabi Yusuf pernah menaikkan kedua orang tuanya ke atas sebuah Singgasana dan
menerima sujud dari kedua orang tuanya. Sujud disini tidak diartikan sebagai menyembah,
melainkan suatu penghormatan.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil. (surah Al Israa ayat 24).
Sujud disini ialah sujud penghormatan bukan sujud ibadah. Persoalan hubungan
kepada Allah taala dan juga hubungan kepada orang tua sangat tegas dalam Al-Quran. Kita
dituntut untuk berbuat baik kepada orang tua, bahkan kita disuruh merendahkan diri kita
dihadapan mereka, kecuali jika kita disuruh menyembah orang tua.
Batasan antara menyembah dengan penghormatan tentunya bukan dilihat dan
didefinisikan dari sebuah gerakan, melainkan dari niatnya. Gerakan menyembah di tiap
agama, budaya, bangsa akan berbeda. Ada yang menyembah dengan bersujud, membakar
dupa, berjongkok, berbaring, bahkan juga berdiri dll. Tentunya perbedaan antara menyembah
dengan bukan menyembah, adalah terletak pada niatnya. Berbuat baik, patuh dan menuruti
perkataan orang tua, tetapi tidak menyembah mereka juga tertulis dalam surah Al Isra ayat
24. Allah SWT menegaskan:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.
Namun melihat kenyataannya sekarang, masih banyak lingkungan yang rusak yang
sebagian besar diakibatkan oleh ulah manusia sendiri. Ketamakan menjadi sifat yang tak bisa
dihindarkan dalam zaman persaingan sekarang. Banyak manusia yang hanya memenuhi
segala kesenangannya tanpa memperdulikan dampaknya terhadap kehidupan orang lain
apalagi kelestarian lingkungan hidupnya. Sebagai contohnya banyak dibangunnya pabrikpabrik industri yang dibangun dengan membuka areal hutan. Padahal hutan adalah komponen
utama kehidupan karena dapat menjaga keseimbangan siklus hidup. Bahkan tidak jarang
pabrik-pabrik industry tersebut yang mencemari lingkungannya karena membuang limbah
industri tanpa melalui proses terlebih dahulu. Contoh kecil lainnya adalah membuang sampah
sembarangan, penggunaan mesin yang menghasilkan gas berbahaya yang tidak kita sadari
telah memberikan dampak buruk pada lingkungan. Dalam hadist telah jelas bahwa manusia
dilarang untuk merusak lingkungan seperti orang yang menebang pohon akan dimasukkan
dalam neraka, yakni dalam hadist riwayat Abu Daud:
Barang siapa yang menebang pepohonan, maka Allah akan mencelupkannya dalam neraka (
Abu Daud).
Manusia juga diperintahkan untuk menjaga keseimbangan alam/ lingkungan habitat yang ada
tanpa merusaknya. Karena Allah menciptakan segala sesuatu di bumi dengan perhitungan dan
pasti akan membawa dampak yang positif bagi manusia. Untuk itu sebaliknya manusia
sebagai khalifah di bumi harus menjaga lingkungan agar lingkungan hidup kita tetap menjaga
keseimbangannya. Hal ini seperti yang difirmankan Allah dalam QS. Al-Mulk (67):
Allah yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang. Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (QS. Al Mulk:67)
Bagaimana budaya mempengaruhi pola sikap?
Kepribadian adalah keseluruhan cara dimana seorang individu berinteraksi dan
bereaksi dengan induvidu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat
yang bisa diukur yang ditunjukan oleh seseorang. Berdasarkan penjelasan Gordon Allport
tersebut kita dapat melihat bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis
dan fisik ) yang merupakan suatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan,
kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
Kebudayaan yang baik akan menghasilkan kepribadian yang naik. Hal ini dapat
dikatakan demikian karena kebudayaan yang tertanam sejak usia dini pada seseorang
cenderung lebih kuat untuk menangkal masuknya kebudayaan negatif pada seseorang.
Tentunya dibutuhkan peranan orang tua untuk memperkenalkan anak pada ajaran-ajaran
agama sejak dini.
Kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat dengan kepribadian. Hal ini dapat
dilihat dari berbagai perilaku manusia yang masih mencerminkan kebudayaan mereka masing
masing. Proses pembentukan kepribadian terjadi sejak individu masih kecil dilingkungan
keluarga, ketika menerima pendidikan kepribadian secara internal dari keluarga sebagai orang
terdekat individu tersebut. Disinilah terjadi peranan kebudayaan secara internal membentuk
kepribadian individu. Sebagaimana orang tua yang telah mengajarkan pendidikan kepribadian
pada individu dari masa kanak kanak dengan kebiasaan kebiasaan yang yang telah
diterapkan maupun yang telah dipelajari oleh mereka. Kebiasaan kebiasaan yang diterapkan
tersebut berdasarkan pada kebudayaan yang mendarah daging pada orang tua masing
masing. Kebiasaan-kebiasaan ini akan sangat diingat dikarenakan memori anak saat masa
kanak-kanak sangat kuat bahkan ada orang yang menyebut anak kecil adalah perekam yang
sangat baik. Marilah membiasakan kebudayaan dan perilaku baik di hadapan anak kecil.
Beranjak dewasa, individu pun mendapat pengaruh kebudayaan dari luar lingkungan
keluarga yang dapat mengubah kepribadian seseorang. Disinilah terjadi peranan kebudayaan
secara eksternal dalam membentuk kepribadian individu. Lingkungan yang memiliki
kebudayaan baik di luar lingkungan keluarga akan memberi pengaruh baik terhadap
karakteristik kepribadian individu tersebut. Akan tetapi lain halnya dengan lingkungan yang
berkebudayaan buruk di luar lingkungan keluarga juga dapat mengubah karakteristik dari
kepribadian individu yang semula berperilaku baik berubah menjadi berperilaku buruk.
Walaupun kembali lagi kepada kepribadian dan pola pikir individu tersebut, apabila individu
itu mendapat lingkungan yang buruk. Akan tetapi dia dapat berpikir jernih dan tidak
terpengaruh oleh lingkungan yang berbudaya buruk tersebut walaupun kemungkinannya
sangat kecil.
membudayakan budaya sungkem kepada anak akan menumbuhkan kembali jati diri bangsa
yang sempat hilang ini. Nilai-nilai budaya sungkem akan mengkokohkan kembali jati diri
bangsa sebagai bangsa yang luhur, menghormati, menghargai, ramah tamah, kerakyatan baik
antarsesama manusia, bangsa lain bahkan dalam hubungannya dengan alam sekitarnya.
Diharapkan dengan adanya nilai-nilai budaya sungkem tersebut, akan mendorong karakterkarakter luhur, utamanya sifat saling menghormati, menghargai dan peduli tertahap sesame
umat manusia selanjutnya dapat diterapkan dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup kita.
Sebaiknya budaya sungkem dimasukkan ke dalam aturan baik di lingkungan keluarga
maupun sekolah. Hal tersebut dapat membuat anak menjadi terbiasa melakukan dalam
kehidupannya sehari-hari. Sehingga dalam diri anak memiliki nilai-nilai luhur dari kegiatan
sungkem tersebut. Karena Hasil pembelajaran dari kegiatan sungkem berupa aspek kognitif
(pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotorik (tingkah laku). Ketiga aspek tersebut saling
berkaitan yang kemudian akan mempengarui perkembangan jiwa anak.
Dari pembelajaran tersebut akan membuat anak tergugah hatinya untuk melestarikan
lingkungan karena sadar betapa pentingnya hal tersebut seperti yang tertuang dalam ajaran
agama. Disamping pembelajaran diatas kita beri pengetahuan tentang lingkungan hidup,
manfaat dan tugas kita sebagai manusia. Pengetahuan tersebut dapat diajarkan melalui
pendidikan agama yang kuat. Anak diberikan pendidikan agama untuk mengetahui mana
yang baik dan mana yang buruk termasuk memberi pelajaran akan pentingnya menjaga
lingkungan. Hal tersebut menjadi penguat tindakan seseorang karena agama merupakan
pedoman yang hakiki dimana segala amal perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban
di kemudian hari kelak.
Dari pengamatan terhadap sampel yang telah diajarkan kebudayaan sungkem terjadi
perubahan perilaku pada sampel. Sebagai contohnya nilai peduli terhadap lingkungan dalam
budaya sungkem dicerminkan oleh mulai tumbuhnya kesadaran akan pentingnya membuang
sampah pada tempatnya karena lingkungan yang bersih adalah sebagian dari iman yang
menjadi penguat sampel melakukan tindakan tersebut. Contoh lainnya adalah tidak merusak
atau memberi dampak yang buruk bagi lingkungan yang diilhami oleh nilai menghargai
dalam budaya sungkem karena dalam agama pun manusia di bumi adalah sebagai khalifah
yang bertugas memelihara, merawat dan melestarikan bumi.