A. Dasar Pemikiran
Ma’had Al-Jamiah pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) mempunyai
posisi dan peran yang sangat strategis dalam membangun sivitas akademika kampus agar
menjadi generasi agamis dan nasionalis. Selain menjadi ciri pembeda dengan perguruan
tinggi umum lainnya, keberadaan Ma’had Al-Jamiah juga sangat penting dalam proses
pembinaan mahasiswa dan peningkatan budaya akademik di lingkungan kampus. Ma’had Al-
Jamiah diharapkan mampu memperkuat pemahaman dasar-dasar keagamaan dan kemampuan
bahasa asing sekaligus menjadi tempat Pendidikan, pengajaraan agama Islam seperti tahfidz
Al-Qur’an, tafsir, dan seterusnya. Saat ini, sudah banyak Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
telah mengembangkan Ma’had al-Jami’ah dengan berbagai varian modelnya sesuai dengan
lokalitas masing-masing.
Sebelum ma’had al-Jami’ah terlebih dahulu terdapat Ma’had Aly di kalangan pondok
pesantren. Kata Ma’had ‘Aly” secara etimologi berarti “Pesantren Tinggi” atau dengan kata
lain setingkat dengan perguruan tinggi. Dalam konteks pesantren, sebagai suatu institusi,
Ma’had ‘Aly merupakan pendidikan tinggi keagamaan yang merupakan lanjutan dari
pendidikan diniyah tingkat 'Ulya atau pendidikan pasca pesantren Ma’had ‘Aly adalah
lembaga pendidikan ulama tingkat tinggi sebagai lanjutan dari pendidikan dan pengajaran
diniyah tingkat Aliyah atau yang sederajat (Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok
Pesantren Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam Depertemen Agama RI 2004: 9).
Dari sedikit pengertian di atas dapat dikatakan bahwa Ma’had ‘Aly merupakan satuan
pendidikan tingkat tinggi keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh dan di pondok
pesantren untuk menghasilkan ahli ilmu agama Islam, dengan kekhususan bidang keilmuan
tertentu berbasis kitab kuning, serta bisa mengeluarkan gelar akademik.
Ma’had Aly termasuk dalam Lembaga keagamaan Islam Pendidikan Diniyah Formal
(PDF), yang regulasinya adalah PP RI Nomor 55 tahun 2007, yang kemudian diperjelas lagi
dengan PMA RI Nomor 13 tahun 2014. Dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) Republik
Indonesia nomor 13 tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam pada pasal 1 ayat 1
menjelaskan bahwa Pendidikan Keagamaan Islam adalah pendidikan yang mempersiapkan
pesertadidik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan
1
tentang ajaran agama Islam dan/atau menjadi ahli ilmu agama Islam dan mengamalkan ajaran
2
agama Islam. Sedangkan pada ayat 7 Pendidikan Diniyah Formal adalah lembaga pendidikan
keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh dan berada di pesantren secara terstruktur dan
berjenjang pada jalur pendidikan formal. PDF berbeda dengan madrasah diniyah takmiliyah,
karena bentuk PDF ini dalam penyelenggaraan lebih jelas yakni dengan persyaratan
wajib/harus memperoleh izin dari Menteri. Satuan pendidikan diniyah formal didirikan dan
dimiliki oleh pesantren. Peserta didik pendidikan diniyah formal wajib bermukim dalam
lingkungan pesantren (santri mukim).
Pada pasal 15 PP Nomor 55 tahun 2007, PDF menyelenggarakan pendidikan ilmu-
ilmu yang bersumber dari ajaran agama Islam pada jenjang pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sedangkan kurikulum
pendidikan diniyah dasar formal diatur dalam pasal 18, ayat 1 yaitu wajib memasukkan
muatan pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, dan ilmu pengetahuan
alam dalam rangka pelaksanaan program wajib belajar. Ayat 2 tentang kurikulum pendidikan
diniyah menengah formal ditambah mata pelajaran seni dan budaya.
PDF merupakan salah satu dari entitas kelembagaan pendidikan keagamaan Islam
yang bersifat formal untuk menghasilkan lulusan mutafaqqih fiddin (ahli ilmuagama Islam)
guna menjawab atas langkanya kader mutafaqqih fiddin. Jenjang PDF dimulai dari jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan dasar
ditempuh pada PDF Ula selama 6 (enam) tahun, dan PDF Wustha selama 3 (tiga) tahun.
Jenjang pendidikan menengah ditempuh pada PDF Ulya selama 3 (tiga) tahun. Sedangkan
jenjang pendidikan tinggi ditempuh pada Ma’had Aly untuk program sarjana (S1), magister
(S2), dan doktor (S3). Kurikulum yang akan dikembangkan oleh PDF terdiri atas pendidikan
umum dan pendidikan keagamaan Islam berbasis kitab kuning (kutub al-turats). Mata-mata
pelajaran pendidikan umum hanya terdiri atas Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa
Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam, serta untuk tingkat ulya ditambah
dengan Seni dan Budaya, sementara mata pelajaran keagamaan Islam hingga di tingga ulya
meliputi: Al-Qur’an, Tauhid, Tarikh, Hadist-Ilmu Hadits, Fiqh-Ushul Fiqh, Akhlaq-Tasawuf,
Tafsir-Ilmu Tafsir, Bahasa Arab, Nahwu-Sharf, Balaghah, Ilmu Kalam, Ilmu Arudh, Ilmu
Mantiq, dan Ilmu Falak yang semuanya berbasis kitab dan berbahasa Arab. Jika diakumulasi
beban mata-mata pelajaran pendidikan keagamaan Islam setidaknya 75% dari seluruhbeban
pelajaran, sementara beban mata-mata pelajaran pendidikan umum sekitar 25% dari seluruh
beban pelajaran. Disadari benar bahwa kehadiran PDF ini merupakan bagian implementasi
dari skenario besar untuk menjadikan pendidikan di Indonesia, khususnya pesantren, sebagai
destinasi pendidikan. Sebab, dalam konteks pendidikan Islam secara global, harapan
masyarakat dunia terhadap pendidikan Islam masa kini dan masa depan itu berada di pundak
Indonesia. Pasalnya, seperti kita saksikan dalam gejolak sosial-politik dan perkembangan
keislaman di sejumlah negara muslim belakangan ini, terlebih di kawasan Timur Tengah, kita
patut menyayangkan terhadap gejolak tersebut yang mengakibatkan pusat-pusat keislaman
pun menjadi redup. Mesir, Libya, Suriah, dan Yaman kini ditimpa musibah konflik yang
hingga kini belum usai (A. Zayadi, http://ditpdpontren.kemenag.go.id/pendidikan-diniyah-
formal-pdf-solusikelembagaan-permanen-untuk-kaderisasi-ulama, akses 10 Agustus 2017).
Di samping PDF terdapat juga Madrasah Diniyah Takmiliyah sesuai dalam PP No. 55
Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan merupakan pendidikan keagamaan
non formal yang keberadaannya tumbuh dan berkembang di masyarakat. Pendidikan dan
pengajaran pada Madrasah Diniyah bertujuan untuk memberikan tambahan dan pendalaman
pengetahuan agama Islam kepada pelajar-pelajar di pendidikan umum. Madrasah Diniyah
Takmiliyah merupakan lembaga pendidikan keagamaan Islam yang memberikan pendidikan
dan pengajaran pengetahuan agama Islam. Pendidikan dan pengajaran pada Madrasah
Diniyah bertujuan untuk memberikan tambahan dan pendalaman pengetahuan agama Islam
kepada pelajar-pelajar di pendidikan umum. Madrasah Diniyah Takmiliyah memiliki 4
jenjang, yaitu: (1) Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA); (2) Diniyah Takmiliyah Wustha
(DTW); (3) Diniyah Takmiliyah Ulya (DTU); dan (4) Ma’had Al-Jami’ah At-Takmiliyah.
(Nur Alia, 2016: 455).
Dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014 tentang
Pendidikan Keagamaan Islam pada Pasal 1 Ayat 10 dijelaskan bahwa madrasah diniyah
takmiliyah adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam pada jalur pendidikan nonformal
yang diselenggarakan secara terstruktur dan berjenjang sebagai pelengkap pelaksanaan
pendidikan agama Islam pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Madrasah
diniyah takmiliyah sebenarnya salah satu bagian dari madrasah diniyah nonformal, karena
apabila melihat bunyi Pasal 45 Ayat 1 pada PMA Nomor 13 Tahun 2014, pendidikan diniyah
nonformal diselenggarakan dalam bentukDalam PP Nomor 55 Tahun 2007 Pasal 25 Ayat 3
penyelenggaraan diniyah takmiliyah dilaksanakan di masjid, mushalla, atau di tempat lain
yang memenuhi syarat. Pasal 5 menjelaskan juga bahwa penyelenggaraan diniyah takmiliyah
dapat dilaksanakan secara terpadu dengan SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MK, atau
pendidikan tinggi. Dalam pasal 25 menegaskan bahwa diniyah takmiliyah bertujuan untuk
melengkapi pendidikan Agama Islam yang diperoleh di SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK, atau
di perguruan tinggi dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada
Allah SWT.
Madrasah diniyah dibagi menjadi tiga tingkatan. Pertama, Madrasah Diniyah
Awaliyah (MDA) adalah satuan pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang
menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat dasar dengan masa belajar 6 tahun.
Kedua, Madrasah Diniyah Wustho (MDW) adalah satuan pendidikan keagamaan jalur
sekolah yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat menengah pertama sebagai
pengembangan pengetahuan yang diperoleh pada madrsah diniyan Awaliyah dengan masa
belajar tiga tahun. Ketiga, Madrasah diniyah ulya (MDU) adalah satuan pendidikan
keagamaan jalur luar sekolah yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat
menegah atas denan melanjutkan dan mengembangkan pendidikan madrasah diniyah wustho,
masa belajar selama tiga tahun dengan jumlah jam belajar minimal 18 jam pelajaran dalam
seminggu.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam telah mengeluarkan petunjuk teknis
penyelenggaraan madrasah diniyah takmiliyah al-jami’ah nomor 4052 tahun 2018 dalam
upaya mendorong peningkatan mutu dan perluasan akses Pendidikan keagamaan melalui
madrasah diniyah takmiliyah. Dalam pedoman tersebut disebutkan bahwa Madrasah Diniyah
Takmiliyah Al-Jami’ah dan sejenisnya dapat didirikan, diselenggarakan dan dikelola oleh
semua kelompok masyarakat, Lembaga social keagamaan, dan kelompok profesi, atau
Lembaga Pendidikan baik formal maupun non formal. Dari segi penyelenggaraan, Madrasah
Diniyah Takmiliyah al-Jami’ah dan atau sejenisnya dapat dikelompokan ke dalam 2 (dua)
kategori, yaitu: 1) Madrasah Diniyah Takmiliyah al-Jami’ah Terpadu dan atau sejenisnya
yaitu Madrasah Diniyah Takmiliyah al-Jami’ah dan atau sejenisnya yang diselenggarakan
oleh Perguruan Tinggi baik Umum (PTU) maupun keagamaan Islam (PTKI). 2) Madrasah
Diniyah Takmiliyah al-Jami’ah Mandiri dan atau sejenisnya yaitu Madrasah Diniyah
Takmiliyah al-Jami’ah dan atau sejenisnya yang diselenggaran oleh kelompok masyarakat,
lembaga sosial keagamaan, ataupun Lembaga Pendidikan non-formal, seperti masjid,
pesantren, majlis taklim, kelompok profesi guru dan lain sebagainya.
Berbeda dengan Pendidikan Diniyah Formal (PDF) dan Madrasah Diniyah
Takmiliyah (MDT), Ma’had al-Jami’ah juga telah berkembang di beberapa Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam (PTKI). Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
dengan berbekal semangat integrasi keilmuan dan moderasi beragama, memposisikan fungsi
Ma’had al-Jami’ah diharapkan mampu mencetak mahasiswa menjadi ulama yang mempunyai
wawasan keilmuan, kemoderenan dan keindonesiaan yang handal. UIN Jakarta
mempersiapkan Ma’had al-Jami’ah sebagai Lembaga Pendidikan non formal, berperan
sebagai unit pelayanan bagi mahasiswa dalam mendukung kea rah terwujudnya visi dan misi
UIN Jakarta. Ma’had al-Jami’ah UIN Jakarta diresmikan oleh Rektor pada tanggal 17 Juni
2011 di Gedung baru Ma’had jalan Legoso Raya Pisangan Ciputat Tangerang Selatan.
(http://mahadaljamian.uinjkt.ac.id).
Selain itu, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang memandang
keberhasilan pendidikan Mahasiswa, apabila mereka memiliki identitas sebagai seorang yang
mempunyai; (1) ilmu pengetahuan luas, (2) penglihatan yang tajam, (3) otak yang cerdas, (4)
hati yang lembut dan (5) semangat tinggi karena Allah (Tarbiyah Uli al-Albab: Dzikir, Fikir
dan Amal Sholeh). Untuk mencapai keberhasilan tersebut, kegiatan kependidikan di
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, baik kurikuler, ko-kurikuler
maupun ekstra kurikuler, diarahkan pada pemberdayaan potensi dan kegemaran Mahasiswa
untuk mencapai target profil lulusan yang memiliki ciri-ciri; (1) kemandirian, (2) siap
berkompetisi dengan lulusan Perguruan Tinggi lain, (3) berwawasan akademik global, (4)
kemampuan memimpin/sebagai penggerak umat, (5) bertanggung jawab dalam
mengembangkan agama Islam di tengah-tengah masyarakat, (6) berjiwa besar, dan (7)
kemampuan menjadi tauladan bagi masyarakat sekelilingnya (Visi, Misi dan Tradisi UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang, 2006:5). (https://msaa.uin-malang.ac.id/).
Bagi IAIN Padang Sidempuan, mahasantri yang berhasil adalah mereka yang
memiliki identitas sebagai seseorang yang mempunyai: (1) Intlektualitas yang tajam dan
cerdas serta berilmu pengetahuan yang luas (2) Spritualitas yang istiqomah dengan hati yang
lembut serta semangat yang tinggi karena Allah (3) Emosional yang terpuji dengan Akhlaqul
karimah dan (4) Keteladanan yang terampil melakukan perbaikan dan perubahan dalam
berbagai lini kehidupan.
Untuk mencapai keberhasilan dimaksud pembinaan mahasantri difokuskan pada: (1)
Keseimbangan Spiritualitas, emosional dan intlektualitas dendan wawasan keislaman dan
bahasa yang universal (2) Kemandirian dan Istiqomah (3) Berkompetisi (3) Kemampuan
memimpin dengan berjiwa besar serta bertanggung jawab sebagai penggerak umat (4)
Kesiapan menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya. Strategi mensiasati keberhailan
mahasantri diatas membutuhkan: (1) Tenaga akademik yang handal dalam berbagai aktivitas
ilmiah-religius, (2) Tradisi akademik religius, Bahasa dan Ibadah (4) Inisiatif yang antisipatif
masa depan dan bersifat proaktif, (5) Pengkolaborasian seluruh potensi yang dimiliki menjadi
kekuatan penggerak secara menyeluruh, (6) Kemauan membangun bi’ah Bahasa kultur
akademik dan bi’ah Islamiyah yang mampu menumbuhsuburkan akhlaqul karimah dan (7)
Asrama atau Ma’had sebagai Pusat pembinaan. (https://www.iain-
padangsidimpuan.ac.id/visi-dan-misi-mahad-jamiah/).
Beragamnya posisi, kedudukan, kurikulum, fungsi Ma’had al-Jami’ah di PTKI
merupakan kekayaan khazanah yang baik guna dikembangkan dan dipupuk, pada aspek lain
perlu dikembangkan karena keberadaannya yang sangat urgen sebagai pembeda antara PTKI
dengan PT umum lainnya. (Muhammad Nasir, 2020). Karena itu, perlu penyelarasan sesuai
dengan tujuan sebagiamana diamanatkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan
Islam Nomor 2498 Tahun 2019 Tentang Pedoman Implementasi Integrasi Ilmu di Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam. Lebih dari itu, mengingat pentingnya Ma’had al-Jami’ah, harus
dikembangnya posisi, kedudukan, organisasi, bukan hanya pada suplemen pelengkap di PTKI
seperti yang selama terjadi, namun harus diposisikan kedudukannya sebagai “Ruh PTKI”
agar tercapai visi misi PTKI mencetak ulama yang bukan hanya pandai ilmu agama, namun
juga menguasai kemoderenan dan keindonesiaaan.
B. Landasan Hukum
Dengan diberlakukannya undang-undang nomor 20 tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional, maka untuk mengatur lembaga pendidikan yang beragam di Indonesia
dikeluarkan pula peraturan pemerintah yaitu hasil pendidikan non formal dapat dihargai
setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penyetaraan oleh
lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah ataupemerintah daerah dengn mengacu pada standar
nasional pendidikan.
Dasar penyelenggaraan Ma’had al-Jami’ah dalam konteks Sistem Pendidikan
Nasional, baik pendidikan diniyah formal (PDF) maupun pendidikan diniyah takmiliyah
(MDT) termasuk kategori pendidikan nonformal. Semua aktivitas pendidikan termasuk
Ma’had al-Jami’ah merupakan sub-sistem dari sistem pendidikan nasional. Jika keberadaan
Ma’had al-Jami’ah akan ditempatkan sebagai pendidikan formal, maka perlu diperhatikan
dasar-dasar hukum sebagai berikut:
a. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
b. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
c. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
d. Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan
e. Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 72 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
g. Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Kompetensi Lulusan
Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
h. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan
Pendidikan No. 22 dan 23 Tahun 2006
i. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
BAB II
KEDUDUKA
A. Komponen Ma’had
8
calon mahasiswa yang berasal dari kalangan pesantren, melainkan sekolah umum
9
layaknya SMA/SMK juga menjadi subyek yang akan diterima di PTKIN. Klasifikasi
tersebut dilakukan kembali tatkala calon Mahasiswa telah diterima sebagai Mahasiswa
baru di PTKIN. Hal ini guna memudahkan proses pembelajaran dan pemahaman
mengenai Al-Qur’an dan pembentukan karakter yang bermoderasi.
1
Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Nomor 2498 Tahun 2019 Tentang Pedoman
Implementasi Integrasi Ilmu di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam.
11
B. Struktur Organisasi
Ma’had Al Jamiah sebagai Unit Pengelola Teknis pada perguruan tinggi
ditempatkan setingkat unit lainnya seperti Lembaga Penelitian, Lembaga Penjaminan
Mutu, dan Fakultas. Hal ini dilakukan agar Ma’had Al Jamiah bukan lagi hanya sebagai
suplemen pembantu atau kegiatan ektrakulikuler, namun Ma'had mengawal visi integrasi
pada pelaksanaannya tidak hanya sebatas teori saja melainkan yang diinginkan adalah
nyata terlaksana di PTKIN.
Pendidik pada Ma’had Al-Jamiah harus memenuhi kompetensi ilmu agama Islam
dan/atau kompetensi sesuai dengan bidang yang diampu dan bertanggung jawab.
Pemenuhan kompetensi ditetapkan oleh Direktur atau Mudir pada masing-masing
Ma’had Al-Jamiah.
Pendidik pada Ma’had Al-Jamiah menyelenggarakan pendidikan dalam bentuk
integrasi keilmuan wajib memenuhi ketentuan kualifikasi dan kompetensi pendidik
pada pendidikan tinggi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain
itu, pendidik wajib memenuhi ketentuan kualifikasi dan kompetensi pendidik pada
pendidikan tinggi dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Direktur Ma’had Al-Jamiah
atau Mudir Al Ma’had.
b. Kualifikasi
Kualifikasi sebagai pendidik pada Pendidikan Al-Jamiah merupakan kualifikasi
akademik yang sekurang-kurannya diperoleh melalui pendidikan tinggi pada program
magister (S-2), pernah menempuh pendidikan pesantren dan mengikuti sertifikasi
pelatihan moderasi beragama yang diselenggrakan oleh Kementerian Agama.
Setiap orang yang memiliki keahlian dengan prestasi luar biasa dapat diangkat
menjadi pendidik pada Ma’had Aljamiah. Ketentuan mengenai jabatan akademik untuk
pendidik pada Ma’had Al-Jamiah sebagaimana ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pendidik pada Ma’had Al-Jamiah dapat diangkat secara langsung menduduki
jenjang jabatan akademik berdasarkan hasil penilaian terhadap kualifikasi akademik,
kompetensi, dan pengalaman yang dimiliki.
2. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan pada Ma’had Al-Jamiah dapat berasal dari pendidik yang
diberikan tugas tambahan dan tenaga lain sesuai dengan kebutuhan. Tenaga lain yang
dimaksud merupakan tenaga kependidikan yang diangkat oleh PTKI.
Tenaga Kependidikan Pesantren meliputi:
a. Direktur Ma’had Al-Jamiah atau disebut Mudir;
b. Wakil Direktur Bidang Akademik
c. Wakil Direktur Bidang Kerumahtanggaan
d. Wakil Direktur Bidang Kesantriaan dan Kerjasama
e. Kepala Bidang Ta'lim Al Afkar
f. Kepala Bidang Ta'lim Alquran
g. Kepala Bidang Bahasa
h. Kepala Bidang Ubudiyah; dan
i. Tenaga kependidikan lainnya sesuai kebutuhan dan kekhasan masing-masing PTKI
Tenaga kependidikan di atas memiliki tugas, sebagai berikut:
a. Direktur Ma'had Al Jamiah adalah Mudir, diangkat oleh Rektor berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Rektor.
b. Mudir sebagai pimpinan Ma’had mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan
pembinaan pemahaman keislaman melalui model integrasipendidikan pesantren dan
pendidikan umum di lingkungan Universitas.
c. Wakil Direktur Bidang Akademik bertugas membantu Mudir dalam
mengkoordinasikan bidang akademik dan penjaminan mutu Ma'had Al Jamiah
d. Wakil Direktur Bidang Kerumahtanggaan bertugas membantu Mudir dalam
mengkoordinasikan bidang umum dan kerumahtanggan
e. Wakil Direktur Bidang Kesantriaan dan Kerjasama bertugas membantu Mudir dalam
mengkoordinasikan bidang kesantrian dan kerjasama
f. Kepala Bidang Ta'lim Al Afkar bertugas membantu Mudir dalam memimpin dan
mengkoordinasikan pelaksanaan Ta’lim Al-Afkar di Ma’had.
g. Kepala Bidang Ta'lim Alquran bertugas membantu Mudir dalam memimpin dan
mengkoordinasikan pelaksanaan Ta’lim al-Qur’an di Ma’had.
h. Kepala Bidang Bahasa bertugas membantu Mudir dalam memimpin dan
mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan kebahasaan di Ma’had.
i. Kepala Bidang Ubudiyah bertugas membantu Mudir dalam memimpin dan
mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan Ubudiyah di Ma’had.
Tenaga Kependidikan berfungsi untuk mendukung pembelajaran, pengembangan,
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional serta mewujudkan tujuan pendidikan tinggi dan
tujuan pendidikan nasional.
Tenaga Kependidikan pada Ma’had Al-Jamiah harus memenuhi kualifikasi dan
kompetensi. Kualifikasi sebagai tenaga kependidikan harus berpendidikan tinggi dan
pernah menempuh pendidikan pesantren. Kompetensi sebagai tenaga kependidikan harus
memenuhi kompetensi ilmu agama Islam dan/atau kompetensi sesuai dengan bidang yang
diampu dan bertanggung jawab.
Kompetensi sebagai tenaga kependidikan pada Ma’had Al-Jamiah merupakan
kompetensi ilmu agama Islam dan/atau kompetensi sesuai dengan bidang yang diampu
dan bertanggung jawab meliputi kompetensi, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional.
a. Kompetensi kepribadian meliputi:
1) Bertakwa yang sebenar-benarnya kepada Allah SWT;
2) Toleran, moderat, seimbang, dan santun;
3) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keislaman rahmatan lil‘alamin dalam
menjalankan tugas berdasarkan agama, moral, dan etika;
4) Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa Indonesia;
5) Menghargai keanekaragaman agama, kepercayaan, budaya, dan etnik;
6) Menghargai pendapat yang berbeda atau temuan orisinal orang lain;
7) Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;
b. Kompetensi sosial meliputi:
1) Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila;
2) Berorientasi pada kemaslahatan;
3) Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat
dan lingkungan;
c. Kompetensi profesional memiliki etos pengembangan ilmu-ilmu keislaman berbasis
kitab kuning atau dirasah islamiyah teringerasi dengan pendidikan tinggi.
2
Zawaqi Afdal Jamil, “Evaluasi Manajemen Ma’had Al-Jami’ah Perguruan Tinggi Agama Islam”,
(TADBIR: Jurnal Studi Manajemen Pendidikan, Volume 2, Nomor 1, Juni 2018), h. 2.
dalam melakukan proses pembelajaran paling sedikit seperti halnya ruang kelas, ruang
pimpinan, ruang dosen, ruang tata usaha, dan ruang perpustakaan.3
Namun, karena Ma’had Al Jamiah yang tidak hanya berbasis pesantren melainkan
juga berbasis akademik secara umum, maka fasilitas utama yang dibutuhkan dalam
kegiatan adalah adanya asrama untuk mahasantri atau mahasiswa tersebut bertempat
tinggal. Sehingga kewajiban menyediakan asrama untuk tempat tinggal santri dan
mahasantri pada Ma’had Al Jamiah di Perguruan Tinggi sifatnya menjadi wajib. Oleh
karenanya, salah satu fasilitas penting yang harus disediakan dalam pengelolaan Mahad Al
Jamiah, harus menyediakan asrama untuk mahasiswa/mahasantri.
Fasilitas penting lainnya dalam pengelolaan Ma’had Al Jamiah ialah adanya masjid
atau aula yang dapat memfasilitasi kegiatan proses belajar dan mengajar. Fasilitas ini juga
menjadi inti utama dalam melakukan kegiatan Ma’had. Karena, jika berkaca pada
Peraturan Menteri Agama Nomor 32 Tahun 2020 Tentang Ma’had Aly, syarat pendirian
Mahad Aly yang berkaitan dengan sarana dan prasarana paling sedikit adanya ruang kelas
yang memfasilitasi kegiatan belajar dan mengajar.
Fasilitas lain yang perlu diadakan dalam penunjang kegiatan Mahad Aly adalah
adanya rumah dinas bagi Direktur Ma’had Al Jamiah yang dalam hal ini disebut Mudir.
Mudir harus merupakan unsur dari seorang yang dihormati secara ahlak maupun
keilmuan. Permenag Tentang Ma’had Aly menyebutkan bahwa unsur yang dihormati
secara ahlak maupun keilmuan dapat disebut dengan seorang Kiai yang dapat menjadi
figur teladan dan juga sekaligus pendidik yang memiliki kompetensi ilmu agama Islam
yang komperhensif guna menjadi pengasuh Mahad Aly secara keseluruhan. 4 Fasilitas
utama lainnya dalam melakukan kegiatan Mahad Aly dapat berupa ketersediannya
Alquran bagi setiap mahasantri, kitab kuning atau kitab keislaman lain yang menjadi
pegangan keilmuan dalam proses pembelajaran.
Pada proses fasilitasi sarana dan prasarana, karena Ma’had Al Jamiah berada dalam
naungan PTKIN sudah banyak berstatus Badan Layanan Umum, maka terdapat beberapa
tata cara dan pengawasan atas aset-aset yang berlaku pada Ma’had. Tata cara tersebut ialah
ketika Ma’had membutuhkan fasilitas berupa barang baik bergerak maupun tidak
bergerak, maka harus didasarkan pada proses pengadaan barang sesuai dengan prinsip
3
Lihat Pasal 5 ayat (4) Peraturan Menteri Agama Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Ma’had Aly.
4
Lihat Pasal 1 angka 4 Peraturan Menteri Agama Nomor 32 Tahun 2020 Tentang Ma’had Aly.
19
efisiensi, ekonomis dan praktek bisnis yang sehat serta peraturan perundang-undangan
yang berlaku.5
Pengelolaan terhadap barang milik Ma’had berlaku pembedaan yaitu aset tetap dan
tidak tetap. Pada aset tetap BLU atau PTKIN tidak dapat mengalihkan,
memindahtangankan, menghapus aset atau penggunaan aset untuk kegiatan lain yang tidak
terkait langsung dengan tugas, pokok, dan fungsi BLU, kecuali melalui persetujuan yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan pejabat yang berwenang. 6. Sementara
pada aset tidak tetap berupa barang inventaris dapat dialihkan kepada pihak lain atau
dihapuskan berdasarkan pertimbangan ekonomis dengan cara dijual, dipertukarkan,
ataupun dihibahkan.7
E. Pembiayaan
Pola keuangan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) pada
hakikatnya memiliki disparitas yang tergantung pada status badan hukum yang dimiliki
oleh Perguruan Tinggi itu sendiri. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014
Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi,
klasifikasi Perguruan Tinggi terbagi menjadi tiga yaitu umumnya berupa Satuan Kerja
(Satker) Pemerintah, Badan Layanan Umum, dan berbentuk Badan Hukum.
Klasifikasi Perguruan Tinggi dalam pengelolaan keuangannya terdiri dari tiga, 1).
PTN dengan pengelolaan keuangan negara pada umumnya atau konsepsi ini tidak
memberikan keleluasaan PTN untuk melakukan kegiatan operasionalnya dengan
membuka ruang untuk melakukan kegiatan bisnis ataupun bersumber dari masyarakat
selain tarif layanan. 2). PTN dengan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum,
dengan status ini PTN dapat melakukan kegiatan bisnis, menerima hibah terikat atau tidak
terikat dan menetapkan tarif layanan guna menunjang kegiatan PTN sebagian atau
seluruhnya dengan tetap melaporkan laporan keuangan setiap tahunnya kepada
Kementrian. PTN Jenis ini, merupakan klasifkasi semi-otonom8 3). PTN sebagai badan
5
Tata cara proses pengadaan barang yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dapat
dikecualikan jika terdapat alasan efekfitifas dan/atau efisiensi. Lihat Pasal 20 dan Penjelasannya Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
6
Lihat Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
7
Lihat Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum.
8
Lihat Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum.
20
hukum adalah klasifikasi terakhir dengan menekankan pada pengelolaan PTN secara
otonom dalam artian luas dengan konsep kekayaan yang telah di pisahkan atau layaknya
Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Konsepsi pengelolaan keuangan tersebut secara mutatis mutandis juga berlaku pada
Mahad yang dimiliki oleh PTKIN. Dengan status Satker Pemerintah (Belum BLU), maka
pola pendanaan Ma’had Al Jamiah tetap harus disetujui secara keseluruhan oleh
Kementrian Agama sebagai induk lembaga PTKIN yang masih dalam status hukum Satker
Pemerintah, karena PTKIN dengan Satker Pemerintah tidak dapat dengan leluasa
mendapatkan pendanaan yang cukup melalui kerjasama dan unit-unit usaha layaknya
status hukum PTKIN dengan Badan Layanan Umum. Sedangkan dengan status BLU
dengan berkaca pada pengelolaan keuangan Mahad UIN Maulana Malik Ibrahim atau UIN
Malang, maka Mahad sebagai bagian dari aset tetap dan penunjang dalam fungsi
pelayanan publik PTKIN9 guna memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa, menerapkan sistem pengelolaan keuangan sebagaimana telah
disebutkan diawal, pendanaan tersebut dapat berupa APBN, tarif layanan atau biaya
pendidikan yang dibayarkan oleh mahasiswa, hibah terikat dan tidak terikat, dan
kerjasama dengan pihak lain dan/atau melalui unit-unit usaha yang di miliki oleh PTKIN.
Namun, dari sekian banyak opsi pendanaan atau sumber anggaran yang tersedia
sebagai akibat status hukum Badan Layanan Umum, PTKIN dalam melakukan
pengelolaan Mahad memiliki sumber utama yang berasal dari tarif layanan atau biaya
pendidikan yang dibayar oleh mahasiswa dan subsidi APBN. Hipotesis tersebut di
afirmasi dalam rasio legis Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 Tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum dan Peraturan Menteri Agama Nomor 7 Tahun 2018
Tentang Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi pada Perguruan Tinggi
Keagamaan Negeri.
Secara vis a vis, dua beleid tersebut menghasilkan postulat bahwa tarif layanan atau
biaya pendidikan yang dibayarkan oleh mahasiswa digunakan untuk tujuan menutup
seluruh atau sebagian dari biaya (pengelolaan perguruan tinggi) 10 dan pengelolaan
operasional perguruan tinggi guna pendanaan langsung kegiatan program studi maupun
9
Lihat Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum.
10
Lihat Penjelasan Pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 Tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
secara tidak langsung yang berkaitan dengan biaya administrasi umum, pengoperasian
sarana dan prasarana, pengembangan institusi dan biaya operasional lainnya.11
Anggaran Ma’had yang akan diselenggarakan guna menopang kegiatan Ma’had
secara keseluruhan dikategorikan sebagai pendanaan tidak langsung yang terdapat dalam
perhitungan penentuan UKT12, sehingga pendanaan tersebut juga berasal dari mahasiswa
yang ditetapkan melalui Uang Kuliah Tunggal. Dalam tahapan praktis, mekanisme Uang
Kuliah Tunggal tersebut di subsidi dengan adanya penetapan Bantuan Operasional
Perguruan Tinggi (BOPTN), Biaya Kuliah Tunggal (BKT) dan mekanisme subsidi silang
antara mahasiswa.13 Fragmentasi atas pendaan demikian adalah kompilas dari pendanaan
yang berasal dari biaya pendidikan dan di subsidi dengan APBN.
Mekanisme tersebut bagi PTKIN dengan basis Badan Layanan Umum, wajib
dimasukkan dalam menyusun Rencana Biaya Anggaran (RBA) dengan mengacu kepada
rencana strategis lima tahunan yang telah disusun dengan mengacu kepada Rencana
Strategis (Renstra) Kementrian Agama sebagai lembaga induk dari PTKIN. Dalam
penyusunan tersesbut, anggaran Mahad wajib dirinci dalam RBA a quo dengan
mempertimbangkan salah satunya adalah tarif layanan atau biaya pendidikan yang berasal
dari masyarakat berupa Uang Kuliah Tunggal. Bahkan, sebagai pendanaan tidak langsung
(Mahad), wajib di rinci dalam RBA14 agar realisasi dari pengelolaan Mahad mendapatkan
proporsi yang tepat melalui penetapan UKT dan APBN.
Sumber pendanaan Ma’had lainnya dalam kerangka kelembagaan yang berada
dibawah PTKIN, Ma’had Al Jamiah dapat menerima hibah tidak terikat dan terikat. Dalam
skema hibah tidak terikat dan terikat, Ma’had wajib melaporkan terkait adanya hibah baik
tidak terikat maupun terikat kepada Rektor PTKIN atau pimpinan BLU. Perbedaan secara
mendasar dari kedua hibah tersebut ialah hibah tidak terikat dapat digunakan langsung
sebagai bagian dari operasional Mahad setelah dilaporkan kepada Rektorat agar
dilaporkan sebagai bagian dari PNBP. Sementara, pada hibah terikat tidak dapat dikelola
langsung untuk membiayai Mahad yang telah tercantum dalam RBA.15
11
Lihat Pasal 3 Peraturan Menteri Agama Nomor 7 Tahun 2018 Tentang Standar Satuan Biaya
Operasional Pendidikan Tinggi pada Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri.
12
Lihat Pasal 8 ayat (1) juncto Pasal 3 ayat (4) dan (5) Peraturan Menteri Agama Nomor 7 Tahun 2018
Tentang Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi pada Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri.
13
Kementrian Agama RI, Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi pada Perguruan Tinggi
Keagamaan Negeri, (Jakarta: 2019), h. 63.
14
Lihat Pasal 10 ayat (3b) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
15
Lihat Pasal 14 ayat (2), (3), (5), dan (6) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
Kulminasi dari sumber-sumber yang telah disebelumnya dapat disebut sebagai
sumber pendanaan yang bersifat pasif. Pada sumber pendanaan UKT dan BOPTN, hal
tersebut bersifat pasif dan sifatnya tahunan. Sementara, hibah baik terikat maupun tidak
terikat pasif karena tidak adanya kegiatan yang mengharuskan Mahad untuk melakukan
sebuah timbal balik atas hibah tersebut. Namun, terdapat sumber pendanaan yang dapat
diklasifikasikan sebagai sumber pendanaan aktif yaitu berupa hasil kerjasama Mahad
sebagai bagian dari BLU atau hasil usaha yang dimiliki oleh Mahad.16
Konsepsi hukum administrasi negara, jika Ma’had diberikan Mandat 17 oleh pimpinan
BLU ataupun Rektorat untuk melakukan kerjasama dengan pihak lain atau dapat membuka
unit-unit usaha yang diperuntukkan untuk Mahad itu sendiri sebagai pendanaan Mahad,
pendanaan Mahad dapat bersifat sangat aktif dalam pengelolaan operasionalnya selain
sumber pendanaan utama yang berasal dari UKT dan APBN. Hal demikian harus
ditegaskan secara tertulis dalam bentuk ketetapan (beschikking) atau Surat Keputusan
yang dikeluarkan rektorat, agar pelaksanaan kerjasama dengan pihak lain dan membuka
unit-unit usaha tidak harus selalu di limpahkan kepada rektorat dari awal kerja sama,
melainkan dapat dilakukan oleh Mahad dengan tanggung jawab akhir berada pada
rektorat.
Oleh karenanya, berdasarkan hal tersebut sumber pendanaan Ma’had Al Jamiah
dengan status BLU dapat diklasifisikan menjadi dua jenis yaitu sumber pendanaan pasif
dan sumber pendanaan aktif. Sumber pendanaan pasif berasal dari UKT, subsidi silang
dan APBN (BOPTN), serta hibah terikat maupun tidak terikat. Sementara sumber
pendanaan aktif berasal dari kerjasama dengan pihak lain ataupun melakukan kegiatan
bisnis berupa pembentukan unit-unit usaha dibawah Mahad PTKIN dengan tindakan
administrasi berupa Mandat.
Pengelolaan operasional Mahad baik yang bersumber dari pendanaan pasif ataupun
aktif, wajib dimasukkan ke dalam Rencana Biaya Anggaran (RBA) agar realisasi
pengelolaan Mahad dapat dilakukan secara efektif sebagaimana diamanatkan Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum, bahwa RBA harus disusun berdasarkan basis kinerja dan perhitungan akutansi
16
Lihat Pasal 14 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum.
17
Mandat adalah wewenang yang dimiliki oleh lembaga atau individu tertentu karena adanya pelimpahan
wewenang dari atasan dan bertindak atas nama atasan. Tanggung jawab akhir akan pelaksanaan yang diberi
mandat, tetap pada pemberi mandat (rektorat) atau tidak dapat terjadi peralihan tanggung jawab. Lihat pada
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 109-110
biaya dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat,
badan lain, dan APBN/APBD.18
18
Lihat Pasal 10 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
BAB IV
KURIKULUM MA’HAD AL-JAMIAH
25
1. Kurikulum Ma’had Al-Jamiah menonjolkan materi kuliah keagamaan dan
akhlak yang didasarkan pada al-Quran dan Hadis serta tokoh-tokoh ulama salaf
yang shalih.
2. Kurikulum Ma’had Al-Jamiah mengutamakan pengembangan menyeluruh
aspek individu mahasantri, yaitu aspek jasmani, akal dan ruhani. Oleh karena
itu, Ma’had Al-Jamiah memberikan materi atau matakuliah semisal ilmu-ilmu
al- Qur’an; ilmu-ilmu hadis; ilmu fiqh; ilmu tauhid, ilmu filsafat, ilmu akhlak,
ilmu tasawuf, ilmu bahasa, sejarah Islam, dan ilmu-ilmu lain yang dibutuhkan.
3. Kurikulum Ma’had Al-Jamiah memperhatikan keseimbangan antara individu,
masyarakat, dan bangsa/negara dengan mempromosikan nilai-nilai moderasi.
Karenanya, Ma’had Al-Jamiah mendorong pengajaran materi atau matakuliah
semisal moderasi agama, metodologi Studi Islam, dan Studi Islam
Interdisipliner.
4. Kurikulum Ma’had Al-Jamiah memperhatikan seni, budaya, dan ketrampilan.
Karenanya, Ma’had Al-Jamiah mendorong pengajaran materi atau matakuliah
sastra, seni tulis dan gambar, olahraga, dan bahasa asing yang didasarkan pada
penelusuran minat, bakat, dan kebutuhan.
Ma’had Al-Jamiah juga menerapkan beberapa prinsip yang menjadi
pedoman dalam penyusunan kurikulum pendidikannya, yaitu: (1) Prinsip
kesinambungan ajaran, pemikiran dan tradisi keislaman dari masa ke masa; (2)
Prinsip holistic dalam keislaman baik secara material maupun metodologikal
(ushul); (3) Prinsip dinamis dalam merespon dan mengantisipasi perkembangan
zaman; (4) Prinsip gradual dalam penyajian dan pengajarannya sesuai dengan
jenjang dan target pendidikan; (5) Prinsp kepribadian sebagai muslim yang
kaffah;
(6) Berkarya dalam mengembangkan rahmaan lil ‘alamin; (7) Mampu
hidup bersama dalam masyarakat madani (Ditpdpontren, 2004).
A.4. Tujuan Kurikulum
Secara umum, tujuan kurikulum Ma’had Al-Jamiah adalah
mengembangkan sumberdaya manusia (mahasantri) yang berkualitas, berintegrasi,
berketerampilan, dan berakhlakul karimah, dan moderat.
Secara khusus, tujuan Kurikulum Ma’had Al-Jamiah adalah:
1. Menghasilkan lulusan yang berwawasan keagamaan yang integral dan
moderat.
2. Menghasilkan lulusan yang berkualitas atau bermutu sesuai standar
kompetensi yang ditetapkan, yaitu menguasai dan memahami ilmu dan
pengetahuan keagamaan dan mengaplikasikannya dalam sikap dan prilaku
yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menghasilkan lulusan yang berketerampilan dan berbakat di bidang seni,
bahasa, dakwah, kepemimpinan, teknologi, dan pengembangan kualitas diri.
A.5. Fungsi Kurikulum
Kurikulum Ma’had Al-Jamiah berfungsi sebagai pedoman dan acuan bagi
pengasuh (murabbi) Ma’had Al-Jamiah, tenaga pengajar/ustad, orangtua
mahasantri, masyarakat, dan mahasantri itu sendiri:
1. Bagi pengasuh atau murabbi, kurikulum Ma’had Al-Jamiah berfungsi sebagai
bahan pengawasan, pemantauan, dan pengarahan dalam menjalankan
kelembagaan Ma’had Al-Jamiah.
2. Bagi tenaga pengajar atau ustad, kurikulum Ma’had Al-Jamiah berfungsi
sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar atau
pembelajaran di Ma’had Al-Jamiah.
3. Bagi orangtua, kurikulum Ma’had Al-Jamiah berfungsi sebagai alat ukur
dalam membimbing para mahasantri atau anak-anak mereka di rumah.
4. Bagi masyarakat, kurikulum Ma’had Al-Jamiah berfungsi sebagai acuan dan
kontrol sosial terhadap berjalannya sistem pendidikan pada Ma’had Al-
Jamiah di masyarakat.
5. Bagi mahasantri, kurikulum Ma’had Al-Jamiah berfungsi pedoman atau
panduan dalam proses pembelajaran di Ma’had Al-Jamiah.
A.6. Peran Kurikulum Ma’had Al-Jamiah
Kurikulum Ma’had Al-Jamiah memiliki peran penting dalam pencapaian
tujuan pendidikan di lingkungan Ma’had Al-Jamiah. Terdapat tiga peranan
penting kurikulum Ma’had Al-Jamiah yang diharapkan dapat menghasilkan tujuan
pendidikan Ma’had Al-Jamiah yang sudah ditentukan sebelumnya.
a. Peran Konservasi
Kurikulum Ma’had Al-Jamiah diharapkan dapat menjadi alat transformasi
nilai dan warisan tradisi ilmu dan pengetahuan keislaman masa lampau yang
relevan dengan kondisi masyarakat Muslim saat ini dan layak dipertahankan
hingga kini. Peranan ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum yang
berorientasi pada pemeliharaan nilai-nilai pengetahuan keislaman masa lalu
dan dan mentransformasikannya dalam konteks kekinian.
b. Peran Kreatif
Kurikulum Ma’had Al-Jamiah diharapkan memilki peranan sebagai alat untuk
menghasilkan, mendayagunakan, dan mengembangkan nilai-nilai baru yang
bermanfaat bagi kehidupan masa kini dan masa depan, serta membantu dan
mendorong mahasantri untuk mengembangkan potensi yang dimilkinya guna
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru sesuai kebutuhan dan konteks
perkembangan masyarakat dan bangsa saat ini.
c. Peran Kritis
Kurikulum Ma’had Al-Jamiah diharapkan menjadi alat penjaring dan
penyaring nilai-nilai budaya yang relevan dengan masa kini. Peranan ini tidak
hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil
perkembangan baru yang terjadi, tetapi juga memiliki peranan untuk menilai
dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan
ditransformasikan. Dalam hal ini, kurikulum Ma;had Jamiah berperan sebagai
alat kontrol atau filter sosial di masyarakat.
Tabel 1
Deskripsi Kelas/Program
Uraian Kelas Ta’allum fi al-Din Kelas Tafaqquh fi al-Din
Kategori Pengenalan dan Pendalaman dan
pemahaman ilmu-ilmu pengembangan ilmu-
agama ilmu agama
Sifat Tingkat dasar Tingkat lanjutan
Kompete - Tidak bisa membaca - Bisa membaca ayat-ayat
nsi awal ayat- ayat al-Qur’an al- Qur’an dengan lancar
- Tidak bisa menulis ayat- - Bisa menulis ayat-ayat
ayat al-Quran al- Qur’an dengan
- Tidak menguasai tata benar
bahasa Arab - Menguasai tata bahasa
Arab
- Bisa membaca kitab
kuning
- Tidak bisa membaca
kitab kuning (teks arab
gundul)
Pembebanan Mengikuti seluruh materi Mengikuti sebagian materi
kurikulum dan proses dan proses pembelajaran
pembelajaran selama 1 pada semester 1 (satu).
(satu)
tahun atau 2 (dua) semester.
Strategi Pembelajaran, Pembelajaran,
pengasuhan, dan pengasuhan, dan
pendampingan secara pendampingan secara
ketat dan intensif berkala
Capaian - Bisa membaca ayat-ayat - Bisa membaca ayat-ayat
Kelas/Progra al- Qur’an dengan benar al- Qur’an dengan fasih
m Antara - Bisa menulis ayat-ayat dan lancar
(semester 1) al- Quran - Bisa menulis ayat-ayat
- Menguasai dasar-dasar al- Qur’an dengan
tata bahasa Arab benar dan bagus.
- Menguasai teknik - Menguasai tata bahasa
dasar membaca kitab Arab dengan baik
kuning - Bisa membaca kitab
kuning dengan benar dan
lancar
Capaian - Bisa membaca ayat-ayat - Bisa membaca ayat-ayat
Kelas/Progra al- Qur’an dengan fasih al- Qur’an dengan fasih
m Akhir dan lancar dan memahami
(Semester 2) - Bisa menulis ayat-ayat terjemahnya.
al- Quran dengan benar - Bisa menulis ayat-ayat
dan bagus al- Qur’an dengan
- Menguasai tata bahasa benar dan bagus.
Arab dan percakapan - Menguasai tata bahasa
dasar dalam bahasa Arab Arab dan percakapan
- Bisa membaca kitab dasar dalam bahasa Arab
kuning (teks arab - Memahami isi
gundul) kandungan kitab
kuning
Kompete - Memiliki - Memiliki
nsi Akhir keterampilan keterampilan
(Lulusan) membaca kitab membaca kitab
kuning kuning
- Memiliki keterampilan - Memiliki keterampilan
dalam bahasa asing dalam bahasa asing
(Arab, Inggris, (Arab, Inggris,
Mandarin, Jepang, dan Mandarin, Jepang, dan
lain-lain), baik lisan lain-lain), baik lisan
maupun tulisan maupun tulisan
- Memiliki pengetahuan - Memiliki pengetahuan
dan keterampilan di dan keterampilan di
bidang ilm- ilmu agama bidang ilm- ilmu agama
Islam (dan umum) secara Islam (dan umum) secara
integratif (terpadu) integratif (terpadu)
- Memiliki wawasan - Memiliki wawasan
keagamaan yang keagamaan yang
terbuka, terbuka,
toleran, antikekerasan, toleran, antikekerasan,
dan berkomitmen dan berkomitmen
kebangsaan kebangsaan
C. KOMPONEN KURIKULUM
Dalam komponen kurikulum ada hal yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan, yaitu: a. tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran; b. Materi
atau isi yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan; c. Proses penyampaian materi
atau pengalaman pembelajaran; d. Strategi Pembelajaran; dan e. Evaluasi atau
penilaian sebagai alat ukur pencapaian tujuan yang ditetapkan tercapai.
Tabel/Bagan 2
Komponen Kurikulum Ma’had Al-Jamiah
Capaian/Tujuan
Evaluasi/
Isi/Materi
Penilaian
Strategi Proses
Tabel 3
Struktur/Materi Kurikulum
Muatan Urai Mat
an eri
Pembelajaran Proses bimbingan dan latihan - Ilmu Tajwid
Al- Qur’an bagi mahasantri untuk - Ilmu Qira’ah
membaca, menulis dan - Tahsin al-Kitabah
menghafal al-Qur’an - dll.
dengan fasih dan benar
Pembelajar Proses bimbingan dan latihan - Ilmu Nahwu
an Kitab bagi mahasantri untuk - Ilmu Sharaf
Kuning memahami tanda- tanda bacaan - Tashrif, I’lal, Idgham
kitab arab gundul yang ditulis - Teknik terjemah
oleh para ulama - dll.
terdahulu (salaf)
Pembelajaran Pembelajaran yang bersifat Ulumu al-Qur’an, Ulum
Keislaman inti/substansial yang meliputi al- Hadis, Fikih, Usul
disiplin ilmu-ilmu keagamaan Fikih, Akidah/Tauhid,
(Islam) yang relevan dengan Ilmu Kalam, Akhlak,
merujuk pada berbagai mazhab Tasawuf, Sejarah
dan aliran pemikiran serta aneka Peradaban Islam, dll.
literatur, baik klasik maupun
kontemporer.
Penguatan Pembelajaran bahasa untuk - Tata Bahasa dan
Bahasa Asing meningkatkan kapasitas ilmiah Percakapan Bahasa
mahasantri sekaligus Arab
membangun relasi dan jejaring
internasional.
- Tata Bahasa dan
Percakapan
Bahasa Inggris
- Tata Bahasa dan
Percakapan Bahasa
Mandarin, Jepang,
Turki, Prancis, dll.
Keterampilan Pembelajaran skill mahasantri pelatihan dai/mubalig
Khusus dengan memproduktifkan akal, profesional, pelatihan
pikiran, ide serta kreatifitas untuk khatib, penulisan
menghasilkan nilai dan prestasi artikel ilmiah,
dari hasil pekerjaan tersebut. pelatihan
petugas/penyuluh
ibadah keagamaan,
pelatihan wisata
syariah, dan program-
program
keterampilan lainnya
Wawasan Pembelajaran metodologis untuk - Toleransi,
Interdispliner menghasilkan suatu pemikiran kebersamaan, dan
dan Moderasi dan wawasan keagamaan yang gotong-royong
terbuka, komprehensif dan - Penghargaan terhadap
moderat. HAM dan
Antikekerasan
- Terbuka terhadap
perubahan dan
budaya
- Komitmen terhadap
nilai- nilai kebangsaan
(NKRI)
- Berpikir kritis
dan
metodologis
Kearifan Lokal Pembelajaran terhadap norma - Pengakuan
dan pandangan-pandangan eksistensi manusia
setempat (lokal) yang bersifat sejak dini
bijaksana, penuh kearifan, dan - Kebenaran dan
tertanam dengan baik di keluruhan budi
masyarakat, baik yang bersifat - Pengembangan moral
klasik (warisan) maupun hal- dan spiritual
hal baru. - Sinergitas budaya,
karakter, dan
lingkungan
Tabel 6
Deskripsi Matakuliah Ma’had Al-Jamiah
Materi/ Deskripsi Standar Indikator
Matakuli Kompete
ah nsi
Studi Islam Membekali Berpikir secara a. Menguasai
Interdisipli mahasantri tentang insklusif, sumber pokok
ner pendekatan menguasai ajaran Islam
inter/multi/transdisipl metodologi Studi secara
in er dan integrasi Islam secara konprehensif;
Islam matang, b. Memahahami
dengan bertindak dan strategi
ilmu menilai setiap pembelajaran Islam
pengetahu di
an Perguruan Tinggi;
dalam melaksanakan perbuatan yang c. Memiliki
keahlian akademik dilakukan dalam kemampuan
dan penerapannya di rangka menjadi dalam penguasaan
masyarakat. sosok literatur Islam
cendekiawan, klasik dan
intelektual, dan kotenporer.
akademisi yang
berwawasan Islam
universal.
Studi Membekali Berpikir secara a. Mamahami
Modera mahasantri dengan kritis, inklusif, dan konsep moderasi
si pemahaman masif moderasi beragama
Beraga moderasi beragama beragama sehingga b. Memahami
ma dan kaitannya mengaplikasikan konsep ekstrim
dengan ragam konsep dan radikal
disiplin ilmu keberagaman c. Memiliki
sehingga dicapai dalam segala aspek kemampuan
sikap dan pandangan , baik agama, suku, wawasan yang luas
yang tidak ekstrim adat istiadat dan terhadap
dan tidak radikal sebagainya sebagai keberagaman dalam
individu maupun segala aspek
dalam lingkup
social masyarakat
Metodol Membekali Melakukan a. Memahami dan
ogi Studi mahasantri dengan pendekatan mempunyai
Islam pemahaman melalui berbagai gambaran integral
metodologi dalam macam aspek dan sikap ilmiah
mengkaji Islam dan Keislaman agar dalam mengkaji
berbagai aspeknya, ditemukan aspek-aspek ajaran
baik sebagai ajaran, pemahaman agama Islam.
institusi sosial Islam secara b. Memahami dan
maupun budaya yang ilmiah mempunyai
memungkinkan gambaran integral
mahasantri Ma’had dan sikap ilmiah
Jamiah berwawasan dalam mengkaji
luas dan mampu institusi sosial
memahami dan Islam.
menjelaskan Islam c. Memahami dan
secara ilmiah dan mempunyai
toleran. gambaran integral
dan sikap ilmiah
dalam mengkaji
budaya keagamaan
Islam dengan
menggunakan
berbagai metode dan
pendekatan
ilmiah
Pendalam Membekali mahasantri Berpikir dan a. Mengetahui nilai
an Nilai pada nilai dasar Islam mampu dasar Islam
Dasar dalam rangka mengaktualisasika b. Memahami peran
Islam melaksanakan n nilai dasar Islam dan tujuan nilai
keahlian akademik sebagai individu dasar Islam
dan penerapannya di maupun sebagai c. Menguasai dan
masyarakat. bagian dari mampu mengaitkan
masyarakat sosial nilai dasar Islam
dengan masa
modern (kontemporer)
Pelatihan Membekali Berpikir, bernalar, a. Berani mengeksplor
Pengemban mahasantri dengan berimajinasi, dan diri dalam rangka
ga n Diri kegiatan berkarya sesuai mengasah minat dan
pengembangan diri dengan bakat yang diimiliki
sesuai dengan minat kemampuan dan b. Mampu
dan bakat mahasantri minat mahasantri menyajikan
sehingga mampu proyek atau karya
untuk menyajikan ilmiah yang
hasil dari diminati
pengembangan diri
Pelatihan Membekali Berpikir dan a. Memahami
Kepemimpi mahasantri dengan berperilaku kepemimpinan
na n dan kemampuan berani, jujur, dalam Islam
Dakwah memimpin dan santun, dan b. Mengetahui ciri-
berdakwah di berwawasan luas ciri dakwah yang
masyarakat sebagai cerminan sesuai dengan
sikap pemimpin ajaran Islam
dan mampu c. Memiliki
menjadi contoh kemampuan
yang baik di memimpin dan
masyarakt berdakwah sesuai
sebagai bagian dengan ajaran
dari Islam
implementasi
dakwah
Bahasa Arab Membekali mahasantri Memahami a. Memahami
I dengan kemampuan struktur, struktur Bahasa
Bahasa Arab dasar membaca, menulis arab dasar
kalimat sederhana b. Memahami
dalam Bahasa bacaan pendek
Arab sehingga dan mampu
dicapai melafalkannya
kemampuan pada c. Mampu
level Bahasa Arab menuliskan
dasar kalimat
sederhana
dalam Bahasa Arab
Bahasa Membekali mahasantri Mampu a. Mampu
Arab II dengan kemampuan membaca, membaca
Bahasa Arab lanjutan berdialog, dan Bahasa Arab
mampu menulis b. Mampu berdialog
menggunakan dengan
Bahasa Arab menggunakan
Bahasa Arab
c. Mampu menulis
dalam Bahasa Arab
Bahas Membekali mahasantri Memahami struktur, a. Memahami
a dengan kemampuan membaca, menulis struktur Bahasa
Inggri Bahasa Inggris dasar kalimat sederhana Inggris dasar
sI dalam Bahasa b. Memahami
Inggris sehingga bacaan pendek
dicapai kemampuan dan mampu
pada melafalkannya
level Bahasa c. Mampu
Inggris dasar menuliskan
kalimat sederhana
dalam Bahasa
Inggris
Bahasa Membekali mahasantri Mampu a. Mampu
Inggris dengan kemampuan membaca, membaca
II Bahasa Inggris berdialog, dan Bahasa Inggris
lanjutan mampu menulis b. Mampu berdialog
menggunakan dengan
Bahasa Inggris menggunakan
Bahasa Inggris
c. Mampu menulis dalam
Bahasa Inggris
Studi Membekali Berpikir dan a. Memahami fungsi
Al- mahasantri dengan memahamai studi Al-Qur’an dan
Quran pemahaman dasar kedudukan dan manfaatnya
I terhadap Al- Qur’an fungsi studi Al- b. Memahami hubungan
Qur’an dalam Al-Qur’an dan ilmu
Islam pengetahuan modern
Studi Membekali mahasantri Berpikir kritis a. Mampu menguasai
Al- dengan pemahaman terhadap ayat Al- ayat makkiyah dan
Quran lanjutan terhadap Al- Qur’an dan madaniyah
II Qur’an mengaitkannya b. Mampu
dengan kasus memahami nasikh
kontemporer dan Mansukh,
hingga ssat ini asbab an-Nuzul,
Ilmu manasabah,
dan
sebagainya.
Studi Hadis I Membekali Mengembangkan a. Memahami
mahasantri dengan studi hadis objek bahasan
kemampuan berbasis riset dan ilmu hadis
pemahaman mengembangkan b. Mengetahui
terhadap kaidah- keilmuan hadis sejarah
kaidah untuk dengan perkembangan
mengetahui sanad pendekatan hadis
dan matan suatu multidisipliner c. Mengetahui
hadis pada tingkat berbagai macam
dasar metode
pemahamn dalam
pensahihan
maupun
kelemahan hadis
Studi Hadis Membekali Mengembangkan a. Mampu
II mahasantri dengan keilmuan hadis menjelaskan
kemampuan dan memahami periwayatan hadis
pemahaman hadis baik secara b. Mampu
terhadap kaidah- tekstual maupun menjelaskan
kaidah untuk kontekstual untuk tahapan-tahapan
mengetahui sanad diterapkan dalam dalam melakukan
dan matan suatu kehidupan masa penelitian sanad
hadis pada tingkat kini hadis memalui teori
lanjutan jarh dan ta’dil
c. Mampu menjelaskan
aneka kandungan
hadis
Tafsir dan Membekali Menguasai a. Mampu memahami
Ilmu Tafsir mahasantri dengan berbagai macam konsep dasar ilmu
I metode tafsir metode tafsir tafsir
Tahliliy, metode secara matang c. Memahami
tafsir al-Ijmaliy, dalam rangka sejarah tafsir
metode tafsir menjadi sosok d. Memahami
Muqarin, dan cendekiawan, berbagai macam
metode tafsir intelektual, dan metode tafsir
Maudhu’iy akademisi yang
memiliki wawasan
hadis yang luas
Tafsir dan Membekali Berpikir secara a. Mampu berpikir
Ilmu Tafsir mahasantri dengan kritis terhadap kritis terhadap
II metode tafsir bi al- metode tafsir Al- metode tafsir
Ma’tsur, tafsir bi al- Qur’an serta b. Mampu memilih
Ra’yi, tafsir bi al- menghayati dan tafsir Al-Qur’an
Isyari dan sikap memiliki nilai- yang sesuai dengan
mahasantri dalam nilai Al-Qur’an permasalahan yang
memilih kitab- kitab dalam muncul di msyarkat
tafsir sesuai metode kehidupannya c. Mampu
yang relevan membangun
dengan kebutuhan kematangan diri
mahasantri dalam
berdasarkan
rujukan yang proses menafsirkan
akuran dan Al- Qur’an
keyakinan yang
rasional
Fikih I Mata kuliah ini Mampu a. Menguasai dasar Fikih
membekali menunjukkan b. Memahami
mahasantri dengan sikap bertakwa prinsip dalam
pembahasan fiqh dalam kehidupan hukum Islam
dasar, seperti shalat, sehari- hari; c. Memiliki
zakat puasa, dan haji Mengimplementasi kemampuan dalam
secara obyektif, ka n isi, menguasai Fikih
sistematis, serta kandungan, dan dasar
komprehensif dengan bagaimana cara
merujuk pad adalil- memahami sumber
dalil syar’i. ajaran Islam
dengan benar; dan
Mengetahui nalar
dan prinsip hukum
dalam Islam
sehingga dapat
memahami
munculnya
perbedaan pada
ranah fikih
Fikih II Membekali Mampu a. Mampu
mahasantri dengan mengaktualisasika memahami
pembahasan fiqih n masalah fiqih konsep
lanjutan yaitu seputar tentang perkwainan,
perkawinan, warisan, perkawinan, warisan, dan
dan wakaf warisan, dan wakaf.
wakaf sesuai b. Memiliki
dengan hukum kemampuan dalam
Islam dan sesuai mengimplemetasik
denga perundang- an fiqih lanjutan
undangan yang
berlaku di
Indonesia
Usul Fikih I Membekali Berpikir secara a. Memiliki
mahasantri dengan kritis dan mampu kemampuan
ilmu dasar yang membedakan mengusai teori
diposisikan sebagai setiap sumber ushul fiqh klasik
ilmu alat yaitu hukum dan b. Menjadi pakar
kerangka mampu hukum Islam sesuai
metodologis untuk menggunakan kebutuhan
merumuskan dan sumber hukum masyarakat
menemukan hukum apa yang sesuai c. Menguasai dan
Islam (Fiqh). terhadap 1 mengimplementasika
peristiwa n hukum positif
Islam Indonesia
dengan membuat
sebuah keputusan
hukum Islam yang
berlaku di Indonesia
Usul Fikih II Membekali mahasantri Berpikir secara a. Memiliki
dengan ilmu lanjutan kritis dan mampu kemampuan
yang diposisikan membedakan mengusai teori
sebagai ilmu alat setiap sumber ushul fiqh klasik
yaitu hukum dan
kerangka metodologis mampu b. Menjadi pakar
untuk merumuskan menggunakan hukum Islam sesuai
dan kebutuhan
menemukan hukum sumber hukum apa masyarakat
Islam (Fiqh). yang sesuai c. Menguasai dan
terhadap mengimplementasika
1 peristiwa
n hukum positif
Islam Indonesia
dengan membuat
sebuah keputusan
hukum Islam yang
berlaku di Indonesia
Tabel 7
Bahan Ajar Berbasis Kitab Kuning
Kelas/Program Bahan/Rujuk
an
Semester I Semester II
Ta’allum Fi al-Din Bahasa: Ilmu Nahwu Hadis: al-Arbain li
Dasar; Imu Sharaf Dasar Nawawi, Bulugu al-Maram
li Ibni Hajar al-Asqalani,
Riyadhu al- Shalihin
Fikih: Safinah al-Najah,
Akhlak: Talim al-
Muta’allim, Bahasa: al-
Amtsilah al- Tashrifiyyah,
Matan Ajrumiyyah,
Tauhid: Aqidatu al- Awwam,
Tafaqquh Fi al-Din Bahasa: Matan Alfiyyah Ilmu al-Qur’an: Qira’ah
Ibnu Malik, Kawakib al- Sab’ah, Tafsir, Ahkamul
Durriyyah Akhlak: al- Qur’an, Asbabun Nuzul.
Akhlaq li al-Banin; Fikih: Fiqh al-
Nasha’ihu al-Diniyyah Madzhib arba’ah, Bidayah
Hadis: Bulugu al-Maram al-Mujtahid Tafsir: Tafsir
li Ibni Hajar al-Asqalani, al-Maraghi
Riyadhu al-Shalihin Usul Fikih: Jam’ul Jawami’
Tauhid: Fathu al-Allam
Sejarah: al-Rahiq al-
Makhtum
57
BAB IV
PENJAMINAN MUTU MA’HAD AL-JAMIAH
58
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dapat memperhatikan aspek input,
proses, output, dan outcome.
No Aspek Sasar
an
1 Input Kebijakan
Desain Kurikulum dan Pembelajaran
Desain Penilaian
mekanisme implementasi
Kriteria mahasantri
Kriteria pengurus dan ustad
2 Proses Proses Pembelajaran/Pengkajian
Pelaksanaan Penilaian
3 Out put Hasil pembelajaran
4 Outcome Pencapaian kompetensi mahasiswa
PTKI dapat melakukan survey terhadap mahasantri, ustad, dan pengguna terkait
dengan pelaksanaan program di Ma’had al-Jamiah dan kepuasaan pengguna
lulusan Ma’had.
B. Penjaminan Mutu
1. Kebijakan Mutu
PTKI harus membuat kebijakan mutu pengelolaan Ma’had al-Jamiah. Kebijakan
tersebut sebagai bentuk komitmen PTKI untuk menyelenggarakan Ma’had al-Jamiah
dengan sungguh-sungguh. Kebijakan mutu tersebut dapat terintegrasi dengan
system kebijakan mutu yang ada atau terpisah. Kebijakan mutu wajib
didiseminasikan dan disosialisasikan kepada pimpinan, mudir dan pengasuh, dan
mahasantri.
Kebijakan mutu harus dituangkan dalam keputusan yang dikeluarkan oleh
pimpinan PTKI. Kebijakan mutu mencakup latar belakang, tujuan, rasional,
persyaratan, bentuk, analisis posisi dan daya saing Ma’had al-Jamiah, dan evaluasi.
Kebijakan mutu dituangkan dalam keputusan yang berisi deskripsi dokumen formal
kebijakan dan panduan program untuk ketercaian tujuan dan cara untuk mengukur
efektivitasnya.
2. Manual Mutu
Manual mutu merupakan pedoman yang memuat mekanisme pencapaian
mutu yang telah ditetapkan. Manual mutu menuntun proses penyelenggaraan
Ma’had al-Jamiah mulai dari rekruitmen, pelaksanaan, dan penilaian. Manual mutu
juga memandu tindakan-tindakan yang diperlukan untuk memastikan standar
mutu dilaksanakan dengan benar.
PTKI membuat standar mutu yang diperlukan di dalam Ma’jad al-Jamiah
dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi, standar pondok
pesantren, atau standar lain yang berkaitan dengan Ma’had. Selanjutnya, PTKI
membuat standar operasional prosedur (SOP) untuk memastikan semua kebijakan
mutu dilaksanakan dengan baik. Beberapa standar mutu yang ditetapkan antara
lain: 1) Mutu kompetensi mahasantri; 2) Mutu pelaksanaan; 3) Mutu proses
pembimbingan, 4) Mutu sarana dan pasarana; 4) Mutu mudir dan pengasuh; dan 6)
Mutu penilaian.
Pembuatan manual mutu harus memperhatikan rencana ketercapaian
pembelajaran di Ma’had. Hal ini penting dilakukan mengingat capaian lulusan yang
diharapan dengan input mahasantri dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu
tercapainya tafaqquh fi al-din (ulama) bagai mahasantri yang telah memiliki
pengetahuan agama cukup dan ta’aruf fi al-din (memahami agama) bagi mahasantri
yang latar belakang pendidikan agamanya tidak memadai.
3. Pelaksanaan Mutu
PTKI harus secara konsisten melaksanakan kebijakan dan manual mutu yang
telah ditetapkan. Kekurangan dan hambatan akan terus dievaluasi dan dilakukan
perbaikan untuk memastikan kemampuan dan ketercapaian mutu. Konsistensi
tersebut harus didukung oleh pimpinan PTKI, pengelola Ma’had, dan semua pihak
yang terkait.