Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

(Pengertian, Macam-macam, dan Jenis Lembaga Pendidikan Islam)

(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam)

Dosen Pembimbing : Dr. Mohammad Al-Farabi, M.Ag

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

M. MAULANA (0302191011)

MUHAMMAD SONI FARIED SOPIYANTO (0302193106)

SUMITA SABILLA (0302191012)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TA 2019/2020
Lembaga-lembaga Pendidikan Islam

Oleh : Kelompok 2

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Lembaga pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan
proses pendidikan karena lembaga berfungsi sebagai mediator dalam mengatur jalannya
pendidikan. Dan pada zaman sekarang ini, tampaknya tidaklah disebut pendidikan jika tidak ada
lembaganya.

Lembaga pendidikan dewasa ini juga sangat mutlak keberadaannya bagi kelancaran
proses pendidikan. Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan dengan konsep Islam. Lembaga
Pendidikan Islam merupakan suatu wadah dimana pendidikan dalam ruang lingkup keislaman
melaksanakan tugasnya demi tercapainya cita-cita umat Islam.

Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat merupakan salah satu Lembaga-lembaga Pendidikan


Islam yang mutlak diperlukan suatu negara secara umum atau disebuah kota secara khususnya,
karena lembaga-lembaga pendidikan itu sendiri akan mencetak sumber daya manusia yang
berkualitas dan mantap dalam aqidah keislaman. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan
membahas masalah yang berkaitan dengan Lembaga Pendidikan Islam tersebut, yaitu terkait
Pengertian, Macam-macam, dan Jenis Lembaga Pendidikan Islam.

2
B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Lembaga Pendidikan Islam

Secara bahasa, lembaga adalah badan atau organisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia disebutkan bahwa, lembaga adalah badan atau organisasi yang tujuannya melakukan
suatau penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. 1 Badan atau lembaga pendidikan
adalah organisasi atau kelompok manusia yang karena satu dan lain hal memikul tanggung jawab
pendidikan kepada peserta didik sesuai dengan misi badan tersebut.

Sebagian lagi mengartikan lembaga pendidikan sebagai lembaga atau tempat


berlangsungnya proses pendidikan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku
individu kearah yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar.

Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa lembaga pendidikan Islam adalah
tempat atau organisasi yang menyelenggarakan pendidikan Islam, yang mempunyai struktur
yang jelas dan bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan Islam. Oleh karena itu, lembaga
pendidikan Islam tersebut harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan terlaksananya
pendidikan dengan baik, menurut tugas yang diberikan kepadanya, seperti sekolah (madrasah)
yang melaksanakan proses pendidikan Islam.2

Lembaga pendidikan dewasa ini sangat mutlak keberadaannya bagi kelancaran proses
pendidikan, khususnya di Indonesia. Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan dngan konsep
Islam, lembaga pendidikan Islam merupakan suatu wadah dimana pendidikan dalam ruang
lingkup keislaman melaksanakan tugasnya demi tercapainya cita-cita umat Islam.3

1
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT
Gramedia, h. 808.
2
Bukhari Umar, 2010, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, h. 149.
3
11 Ibrahim Bafadhol, “Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia”, Jurnal Pendidikan Islam (Edukasi
Islami) Vol. 6 No. 11, 2017, h. 60.

3
2. Macam-macam Lembaga Pendidikan

Secara garis besar, ada tiga macam lembaga pendidikan:

a. Lembaga Pendidikan Formal

Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sidiknas disebutkan bahwa lembaga
pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Lembaga pendidikan jalur
normal terdiri dari lembaga pendidikan prasekolah, lembaga pendidikan dasar (SD/SMP),
lembaga pendidikan menengah (SMA/SMK), dan lembaga pendidikan tinggi.

Dalam sistem pendidikan nasional juga dinyatakan bahwa setiap warga negara
diwajibkan mengikuti pendidikan formal minimal sampai selesai tingkat SMP. Lembaga
pendidikan formal berorientasi pada pengembangan manusia Indonesia seutuhnya.

Adapun ciri-ciri pendidikan formal adalah :

1. Pendidikan berlangsung dalam ruang kelas yang sengaja dibuat oleh lembaga pendidikan
formal.

2. Guru adalah orang yang ditetapkan secara resmi oleh lembaga.

3. Memiliki administrasi dan manajemen yang jelas.

4. Adanya batasan usia sesuai dengan jenjang pendidikan.

5. Memiliki kurikulum formal.

6. Adanya perencanaan, metode, media, serta evaluasi pembelajaran.

7. Adanya batasan lama studi.

8. Kepada peserta yang lulus diberikan ijazah.

9. Dapat meneruskan pada jenjang yang lebih tinggi.

4
Sedangkan lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan formal antara lain:

1. Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA).

2. Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI).

3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs).

4. Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA).

5. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

6. Perguruan Tinggi, meliputi; Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas.

b. Lembaga Pendidikan Nonformal

Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sidiknas disebutkan bahwa lembaga
pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang.

Lemabaga pendidikan nonformal adalah lembaga pendidikan yang disediakan bagi warga
negara yang tidak sempat mengikuti atau menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu dalam
pendidikan formal.

Kini, pendidikan nonformal semakin berkembang karena semakin dibutuhkannya


keterampilan pada setiap orang untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Faktor
pendorong perkembangan nonformal cukup banyak, diantaranya ialah:

1. Semakin banyaknya jumlah angkatan muda yang tidak dapat melanjutkan sekolah.

2. Lapangan kerja, khususnya sektor swasta mengalami perkembangan cukup pesat dan lebih
dibandingkan perkembangan sektor pemerintah.

5
Pendidikan nonformal ada pula yang diselenggarakan oleh organisasi masyarakat seperti
organisasi keagamaa, sosial, kesenian, olahraga, dan pramuka. Pendidikan nonformal
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi
sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat.

Dengan kata lain, pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik
melalui pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kemudaan,
pendidikan pembedayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja, serta pendidikan lainnya.

Adapun ciri-ciri pendidikan nonformal tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan berlangsung dalam lingkungan masyarakat.

2. Guru adalah fasilitator yang diperlukan.

3. Tidak adanya pembatasan usia.

4. Materi pelajaran praktis disesuaikan dengan kebutuhan pragmatis.

5. Waktu pendidikan singkat dan padat materi.

6. Memiliki manajemen yang terpadu dan terarah.

7. Pembelajaran bertujuan membekali peserta dengan keterampilan khusus untuk persiapan diri
dalm dunia kerja.

6
Sedangkan lembaga penyelenggara pendidikan nonformal antara lain;

1. Kelompok Bermain (KB);

2. Taman Penitipan Anak (TPA);

3. Lembaga Khusus;

4. Sanggar;

5. Lembaga Pelatihan;

6. Kelompok Belajar;

7. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat;

8. Majelis Taklim;

9. Lembaga Keterampilan dan Pelatihan.

c. Lembaga Pendidikan Informal

Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sidiknas disebutkan bahwa


pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Lembaga pendidikan
informal adalah pendidikan yang ruang lingkupnya lebih terarah pada keluarga dan masyarakat.
Pendidikan keluarga adalah adalah pendidikan pertama dan utama. Dikatakan pertama, karena
bayi atau anak itu pertama kali berkenalan dengan lingkungan dan mendapatkan pembinaan dari
dari sebuah anggota keluarga. Pendidikan pertama ini dapat dipandang sebagai peletak pondasi
pengembangan-pengembangan berikutnya. Adanya istilah pendidikan utama juga dikarenakan
adanya pengembangan tersebut.

Namun pendidikan informal, khususnya pendidikan keluarga memang belum ditangani


seperti pada pendidikan formal, sehingga masuk akal jika sebagian besar keluarga belum
memahami dengan baik tentang cara mendidik anak-anak dengan benar.

7
Ciri-ciri pendidikan informal ;

1. Pendidikan berlangsung terus-menerus tanpa mengenal tempat dan waktu.

2. Yang berperan sebagai guru adalah orang tua.

3. Tidak adanya manajemen yang baku.4

3. Jenis Lembaga Pendidikan Islam

Menurut Sidi Gazalba, seperti dikutip oleh Bukhari Umar, lembaga yang berkewajiban
melaksanakan pendidikan Isalam adalah sebagai berikut:

a. Rumah Tangga, yaitu pendidikan primer untuk fase bayi dan fase kanak-kanak sampai usia
sekolah. Pendidiknya adalah orang tua, sanak kerabat, family, saudara-saudara, teman
sepermainan, dan kenalan pergaulan.

b. Sekolah, yaitu pendidikan sekunder yang mendidik anak mulai dari usia masuk sekolah
sampai ia keluar dari sekolah tersebut. Pendidiknya adalah guru yang profesional.

c. Kesatuan Sosial, yaitu pendidikan tersier yang merupakan pendidikan terakhir tetapi bersifat
permanen. Pendidiknya adalah kebudayaan, adat istiadat, dan suasana masyarakat setempat.

Dengan demikian, secara garis besar, lembaga pendidikan Islam dapat dibedakan kepada
tiga macam yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.5

a. Keluarga

Menurut Hammudah Abd Al-Ati, seperti yang dikutip oleh Bukhari Umar, definisi
keluarga secara operasional adalah suatu struktur yang bersifat khusus, satu sama lain dalam
keluarga mempunyai ikatan melalui hubungan darah atau pernikahan.

4
11 Ibrahim Bafadhol, “Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia”, Jurnal Pendidikan Islam (Edukasi
Islami) Vol. 6 No. 11, 2017, h. 60-62.

5
Bukhari Umar, 2010, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, h. 150.

8
Menurut Zuhairini, seperti yang dikutip oleh Bukhari Umar, keluarga merupakan
lembaga pendidikan yang pertama, tempat peserta didik pertama kali menerima pendidikan dan
bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga yang lain. Keluagalah yang meletakkan
dasar-dasar kepribadian anak, karena pada masa ini, anak lebih peka terhadap pengaruh pendidik
(orangtuanya).

Lemabaga pendidikan pertama dalam islam adalah keluarga atau rumah tangga. Dalam
sejarah tercatat bahwa rumah tangga yang dijadikan basis dan markas pendidikan Islam adalah
rumah Arqam bin Abi Arqam. Rumah sebagai lembaga pendidikan dalam Islam sudah
diisyaratkan oleh Alquran, seperti yang terkandung dalam QS. Asy-Syura (26): 214: “Berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”.6

Pendidik pertama itu adalah orang tua, melalui orang tua anak belajar berbagai hal dalam
kehidupan ini. Maka dari itu, urgensi dari pendidikan di keluarga ialah ; (1) Pendidikan Karakter;
(2) Pendidikan Agama; (3) Pendidikan Intelektual; (4) Pendidikan Kejiwaan.7

b. Madrasah (Sekolah)

Pada permulaan abad ke-20 muncul lembaga pendidikan Islam baru yang disebut
Madrasah. Perkataan madrasah berasal dari Bahasa Arab, “darasa” yang artinya belajar.
Dengan demikian, madrasah berarti tempat belajar. 8 Dengan keterangan tersebut dapat dipahami
bahwa madrasah adalah penekanannya sebagai suatu lembaga yang mengajarkan ilmu-ilmu
keislaman. Perkataan madrasah di tanah air Indonesia ditujukan buat sekolah-sekolah yang
mempelajari ajaran-ajaran Islam.9

6
Bukhari Umar, 2010, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, h. 151.
7
Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, M.A, Pendidikan Islam di Indonesia: Historis dan Eksistensinya,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2019), h. 213.
8
Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H dan Hj. Habibah Daud Ali, S.H, Lembaga-lembaga Islam di
Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995), h. 153.
9
Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, M.A, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 94.

9
Dalam UU No. 28 Tahun 1990, menyebutkan bahwa madrasah adalah sekolah yang
berciri khas Islam. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa, kurikulum dan program
pembelajaran madrasah sama dengan sekolah. Seluruh mata pelajaran yang diajarkan sekolah
diajarkan pula di madrasah, begitu juga disamakan alokasi waktunya. Dengan demikian,
dipandang dari sudut muatan kurikulum tidak ada perbedaan antara madrasah dengan sekolah.
Ciri khas agama Islam tersebut dapat diuraikan: pertama, mata pelajaran agama Islam yang
berbeda bobot nya dari sekolah; kedua, suasana keislaman, di madrasah akan terlihat kekentalan
suasana keislaman, melalui pakaian, pergaulan, ibadah, dan lain-lain; ketiga. Di madrasah,
pendidik, dan peserta didik beragama Islam.10

c. Masyarakat

Masyarakat merupakan kumpulan individu dan kelompok yang terikat oleh kesatuan
bangsa, negara, kebudayaan, dan agama. Setiap masyarakat, memiliki cita-cita yang diwujudkan
melalui peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu. Islam tidak membebaskan manusia
dari tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat, dia merupakan bagian yang integral
sehingga harus tunduk pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya. Begitu juga
dengan tanggung jawabnya dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan.11

Masyarakat turut serta dalam memikul tanggung jawab pendidikan. Masyarakat dapat
diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara,
kebudayaan, dan agama setiap masyarakat. Masyarakat memiliki pengaruh besar terhadap
pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya.
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga setelah keluarga dan sekolah.
Pendidikan ini telah dimulai sejak anak-anak, berlangsung beberapa jam dalam satu hari selepas
dari pendidikan keluarga dan sekolah. Corak pendidikan yang diterima peserta didik dalam
masyarakat ini banyak sekali, yaitu meliputi segala bidang, baik pembentukan kesusialaan dan
keagamaan.

10
Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, M.A, Pendidikan Islam di Indonesia: Historis dan Eksistensinya,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2019), h. 172.

11
Prof. Dr. Syarafuddin, M.Pd., dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Hijiri Pustaka Utama, 2018), h. 180.

10
Diantara badan pendidikan kemsyarakatan dapat disebutkan antara lain:

1. Masjid dan Majelis Ta’lim.

2. Perkumpulan Keagamaan (Tabligh Akbar).

3. Pesantren.

Aktivitas dan interaksi antarsesama manusia dalam lembaga pendidikan tersebut banyak
mempengaruhi perkembangan kepribadian anggotanya. Apabila di dalamnya hidup susasana
yang Islami maka kepribadian anggotanya cenderung berwarna Islami pula. Sebaliknya, jika
aktivitas dan interaksi di dalamnya melanggar dari aturan Islam, maka kepribadian anggotanya
akan cenderung seperti itu pula.

Telah dikemukakan sebelumnya, terdapat banyak lembaga pendidikan dalam masyrakat.


Namun yang cukup berperan besar dalam pelaksanaan pendidikan Islam di masyarakat ada dua,
yaitu masjid dan pesantren.12

12
11 Ibrahim Bafadhol, “Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia”, Jurnal Pendidikan Islam (Edukasi
Islami) Vol. 6 No. 11, 2017, h. 68-69.

11
C. PENUTUP

Sebagai kesimpulan dari pembahasan tentang Lembaga Pendidikan Islam kiranya dapat
penulis simpulkan beberapa point berikut:

1. Lembaga Pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang karena satu dan lain hal
memikul tanggung jawab pendidikan kepada peserta didik sesuai dengan misi lembaga tersebut.

2. Lembaga Pendidikan Islam adalah tempat atau organisasi yang menyelenggarakan pendidikan
Islam, dan bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan Islam.

3. Ada tiga macam Lembaga Pendidikan Islam:

a. Lembaga Pendidikan Islam Formal (jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang).

b. Lembaga Pendidikan Islam Nonformal (jalur pendidikan diluar pendidikan formal


yang terstruktur dan berjenjang. Jalur ini disediakan bagi warga negara yang tidak
sempat mengikuti atau menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu dalam
pendidikan formal).

c. Lembaga Pendidikan Islam Informal (pendidikan yang ruang lingkupnya lebih terarah
pada keluarga dan masyarakat).

4. Secara garis besar, lembaga pendidikan Islam dapat dibedakan kepada tiga macam yaitu
keluarga, sekolah, dan masyarakat.

12
D. DAFTAR PUSTAKA

Daulay, Haidar Putra. 2019. Pendidikan Islam di Indonesia: Historis dan Eksistensinya. Jakarta:
PrenadaMedia Group.

Syarafuddin, Nurgaya Pasha, dan Mahariah. 2018. Ilmu Pendidikan Islam: Melejitkan Potensi
Budaya Umat. Jakarta: Hijiri Pustaka Utama.

Umar, Bukhari. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

Mohammad Daud Ali dan Habibah Daud. 1995. Lembaga-lembaga Islam di Indonesia. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada

Daulay, Haidar Putra. 2009. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta: Kencana.

Ibrahim Bafadhol. 2017. Lembaga Pendidikan Islam. Bogor: Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 06,
No. 11.

13

Anda mungkin juga menyukai