SEKOLAH
MATA KULIAH :
KETERAMPILAN PENERAPAN KONSEP PENDIDIKAN
MASYARAKAT
Dosen Pengampu :
Dra. Rosdiana, M. Pd
Yang Disusun Oleh :
Kelompok IV
1. Erin Lusiana Simanjuntak
2. Elita Harahap
3. Nazwa bil Syifa
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan perlindungan-Nya, sehingga
kami dapat menyusun makalah ini. Pembuatan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keterampilan Penerapan Konsep Pendidikan Mastarakat. Pada kesempatan ini, kami
menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dra. Rosdiana, M.Pd., selaku dosen pengampu mata
kuliah Keterampilan Penerapan Konsep Pendidikan Masyarakat. Makalah ini merupakan salah
satu tugas CBR (Critical Book Review) Mata Kuliah Keterampilan Penerapan Konsep
Pendidikan Masyarakat Program Studi S1 BK pada UNIVERSITAS NEGERI MEDAN.
Kami menyadari bahwa penyusunan dalam laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik, sanggahan dan saran yang membangun yang nantinya
dapat dijadikan sebagai rujukan dalam pembuatan laporan kedepannya sehingga tidak ditemukan
lagi kesalahan yang sama. Akhir kata kami ucapkan terimakasih semoga dapat bermanfaat dan
bisa menambah pengetahuan bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Halaman Judul
3. Pengaruh Agama
Agama dapat memberikan motivasi kepada masyarakat bahwa belajar merupakan
kewajiban yang ditetapkan Allah SWT untuk dilakukan oleh setiap orang .Syarat utama yang
perlu dimiliki oleh setiap individu untuk melakukan kegiatan belajar adalah kemampuan
membaca, oleh sebab itulah, wahyu pertama yang diturunkan allah SWT Kepada Rasul-Nya,
untuk disampaikan kepada manusia, adalah perintah untuk membaca. “Bacalah dengan nama
tuhanmu yang telah menjadikan?” (Qs.Al-Alaq, ayat 1).
Adapun beberapa alasan timbulnya pendidikan luar sekolah menurut Soeleiman Joesoep
(2004:71) ada lima, yaitu kesejahteraan, kebutuhan pendidikan, keterbatasan sistem
persekolahan, potensi sumber belajar dan keterlantaran pendidikan luar sekolah.3 Terbentuknya
pendidikan luar sekolah ditentukan oleh beberapa aspek, diantaranya :
1. Aspek pelestarian budaya Pendidikan yang pertama dan utama adalah pendidikan yang terjadi
dan berlangsung di lingkungan keluarga dimana (melalui berbagai perintah, tindakan dan
perkataan) ayah dan ibunya bertindak sebagai pendidik. Dengan demikian pendidikan luar
sekolah pada permulaan kehadirannya sangat dipengaruhi oleh pendidikan atau kegiatan yang
berlangsung di dalam keluarga. Di dalam keluarga terjadi interaksi antara orang tua dengan anak,
atau antar anak dengan anak. Pola-pola transmisi pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai dan
kebiasaan melalui asuhan, suruhan, larangan dan pembimbinganPada dasarnya semua bentuk
kegiatan ini menjadi akar untuk tumbuhnya perbuatan mendidik. Semua bentuk kegiatan yang
berlangsung di lingkungan keluarga dilakukan untuk melestarikan dan mewariskan kebudayaan
secara turun temurun.
2. Aspek Teoritis, salah satu dasar pijakan teoritis keberadaan PLS adalah teori yang
diketengahkan Philip H. Cooms (1973:10), tidak satupun lembaga pendidikan: formal, informal
maupun nonformal yang mampu secara sendiri-sendiri memenuhi semua kebutuhan belajar
minimum yang esensial. Atas dasar teori di atas dapat dikemukakan bahwa, keberadaan
pendidikan tidak hanya penting bagi segelintir masyarakat tapi mutlak diperlukan keberadaannya
bagi masyarakat lemah (yang tidak mampu memasukan anak-anaknya ke lembaga pendidikan
sekolah) dalam upaya pemerataan kesempatan belajar, meningkatkan kualitas hasil belajar dan
mencapai tujuan pembelajaran yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Aspek dasar pijakan Ada tiga dasar pijakan bagi PLS sehingga memperoleh legitimasi dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat yaitu: UUD 1945, Undang-Undang RI Nomor 2 tahun
1989 dan peraturan pemerintah RI No.73 tahun 1991 tentang pendidikan luar sekolah. Melalui
ketiga dasar di atas dapat dikemukakan bahwa, PLS adalah kumpulan individu yang
menghimpun dari dalam kelompok dan memiliki ikatan satu sama lain untuk mengikuti program
pendidikan yang diselenggarkan di luar sekolah dalam rangka mencapai tujuan belajar. Adapun
bentuk-bentuk satuan PLS, sebagaimana diundangkan di dalam UUSPN (Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional) tahun 1989 pasal 9:3 meliputi: pendidikan keluarga, kelompok
belajar, kursus dan satuan pendidikan sejenis. Satuan PLS sejenis dapat dibentuk kelompok
bermain, penitipan anak, padepokan persilatan dan pondok pesantren tradisional.
4. Aspek kebutuhan terhadap pendidikan Kesadaran masyarakat terhadap pendidikan tidak hanya
pada masyarakat daerah perkotaan, melainkan masyarakat daerah pedesaan juga semakin meluas.
Kesadaran ini timbul terutama karena perkembangan ekonomi, kemajuan iptek dan
perkembangan politik. Kesadaran juga tumbuh pada seseorang yang merasa tertekan akibat
kebodohan, keterbelakangan atau kekalahan dari kompetisi pergaulan dunia yang menghendaki
suatu keterampilan dan keahlian tertentu. Atas dasar kesadaran dan kebutuhan inilah sehingga
terwujudlah bentukbentuk kegiatan kependidikan baik yang bersifat persekolahan ataupun di luar
persekolahan.
5. Aspek keterbatasan lembaga pendidikan sekolah Lembaga pendidikan sekolah yang
jumlahnya semakin banyak bersifat formal atau resmi yang dibatasi oleh ruang dan waktu serta
kurikulum yang baku dan kaku serta berbagai keterbatasan lainnya. Sehingga tidak semua
lembaga pendidikan sekolah yang ada di daerah terpencilpun yang mampu memenuhi semua
harapan masyarakat setempat, apalagi memenuhi semua harapan masyarakat daerah lain. Akibat
dari kekurangan atau keterbatasan itulah yang memungkinkan suatu kegiatan kependidikan yang
bersifat informal atau nonformal diselenggarakan, sehingga melalui kedua bentuk pendidikan itu
kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Syukri, M. OTONOMI DAN PEMBERDAYAAN. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah.
4(2).Kusuma, A. M., Fitriani, A. I., Alfa, A., Kusuma, H. A., & Indonesia, M. N. J. T. Sejarah Perkembangan
Pendidikan Luar Sekolah.
Kusuma, A. M., Fitriani, A. I., Alfa, A., Kusuma, H. A., & Indonesia, M. N. J. T. Sejarah Perkembangan
Pendidikan Luar Sekolah.