Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Pendidikan Luar Sekolah”

Dosen Pengampu :
Drs. Acep Ruskandar, M.Ag

Oleh :
INTAN SILPAYONA
MARSIAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI) YAMISA SOREANG
2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kepada ALLAH Swt yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Luar Sekolah, dengan judul ; “Konsep
Pembelajaran”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita
Nabi Muhammad Saw beserta keluarga , para sahabat dan seluruh pengikutnya. Semoga kita
semua mendapatkan syafaatnya di hari akhir.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis khusunya dan semua orang yang membaca pada umumnya.

Bandung, 22 Mei 2022


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................................2

D. Manfaat...........................................................................................................................2

BAB II.......................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.......................................................................................................................3

KONSEP PEMBELAJARAN.............................................................................................3

2.1. Hakikat Belajar............................................................................................................3

2.2. Landasan Konsep Pembelajaran................................................................................3

a. Filasafat.......................................................................................................................3

b. Psikologis....................................................................................................................4

c. Sosiologis....................................................................................................................4

d. Komunikasi..................................................................................................................5

2.3. Proses Pembelajaran....................................................................................................5

a. Persiapan (preparation)...............................................................................................6

b. Penyampaian (presentation)........................................................................................7

c. Latihan (practice)........................................................................................................7

d. Penampilan hasil (performance)..................................................................................7

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar...................................................8

1. Faktor Internal..........................................................................................................8

2. Faktor Eksternal........................................................................................................9
BAB III....................................................................................................................................11

PENUTUP...............................................................................................................................11

KESEIMPULAN....................................................................................................................11

SARAN....................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Pendidikan
merupakan kebutuhah manusia yang sangat penting karena pendidikan mempunyai tugas
untuk menyiapkan SDM bagi pembangunan bangsa dan negara.. Dalam kegiatan pendidikan
terjadi pembinaan terhadap perkembangan potensi peserta didik untuk memenuhi
kelangsungan hidupnya secara pribadi dan dalam hidup bermasyarakat. Sebagai usaha sadar,
pendidikan diarahkan untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran dan
latihan dalam rangka mengisi peranan tertetu di masyarakat pada masa yang akan datang.

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negera Republik Indonesia tahun 1945,


tercantum butir kalimat mencerdaskan kehidupan bangsa, makna dari kalimat tersebut erat
kaitannya dengan pendidikan. Pendidikan menjadi instrument untuk mewujudkan masyarakat
dan bangsa yang cerdas, pendidikanlah yang harus dirancang dan diimplementasikan secara
baik. Salah satu faktor untuk mewujudkan kecerdasan bangsa dan pendidikan yang maju
adalah terciptanya budaya baca di dalam masyarakat. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional pasal 13, memuat jalur pendidikan yang terdiri atas pendidikan formal,
nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Ketiga jalur tersebut
satu kesatuan untuk mencapai tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kemampuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.

Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis membuat makalah tentang Pendidikan Luar
Sekolah (PLS) yang merupakan bagian dari pendidikan nonformal.
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan pendidikan luar sekolah?
b. Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan luar sekolah?
c. Apa saja jenis-jenis pendidikan luar sekolah?

3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian pendidikan luar sekolah
b. Mengetahui sejarah perkembangan pendidikan luar sekolah
c. Mengetahui jenis-jenis pendidikan luar sekolah
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah


Pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang dirancang untuk membelajarkan
warga belajar agar mempunyai jenis keterampilan atau pengetahuan serta pengalaman yang
dilaksanakan di luar jalur pendidikan formal. Berikut ini pendapat dari beberapa ahli
mengenai definisi pendidikan luar sekolah yang cukup bervariasi

a. P.H. Coombs
Menyatakan bahwa PLS adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir,
sistematis dan dilaksanakan diluar system pendidikan formal, dilakukan secara
mandiri atau kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk memberikan
pelayanan kepada sasaran dalam mencapai tujuan belajarnya. (Joesoef,2008:50)

b. Suzzana Kindervatter
Menyatakan bahwa PLS sebagai suatu metode penerapan kebutuhan, minat orang
dewasa atau pemuda putus sekolah di negara berkembang, membantu dan
memotivasi mereka mendapatkan keterampilan yang akan meningkatkan
produktivitas dan standar hidup.

Empat hal yang menjadi acuan pengembangan pendidikan luar sekolah, yaitu:
1. Memperluas pelayanan kesempatan memperoleh pendidikan bagi masyarakat
yang tidak dibelajarkan pada jalur pendidikan sekolah
2. Meningkatkan relevansi keterkaitan dan kesepadanan program-program
pendidikan luar sekolah dengan kebutuhan masyarakat.
3. Peningkatan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan luar sekolah
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggara pendidikan luar
sekolah
B. Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah
Akibat dari dikhawatirkannya masalah perekonomian yag mungkin akan
merendahkan nama bangsa diatas pendidikan yang dianggap sangat penting bagi
masyarakat, munculah inisiatif agar bangsa bisa mendapatkan pendidikan tanpa harus
mahal. Secara serus inisiatif tersebut ditanggapi oleh pemerintah dengan
mensejajarkan dan memperhatikan bentuk kegiatan kependidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat ataupun pemerintah.

Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah :


1. Periode pra kemerdekaan
PLS pada periode ini meliputi perkumpulan dan pelayanan terhadap pemuda
desa, pelatihan petani dan nelayan, pelatihan keprajuritan, pendidikan orang dewasa
atau kaum ibu, sarana baca.

2. Periode Revolusi
Pada periode ini PLS diarahkan kepada: pendidikan agama dan budi pekerti,
pendidikan kecerdasan dan keterampilan dan lainnya.

3. Periode Orde Baru


Keberadaan PLS pada periode ini selalu berperan dalam pengembangan
lingkungan dimanapun dan apapun bentuknya.

Adapun yang mempengaruhi perkembangan pendidikan luar sekolah diantaranya


ialah :
1. Pengaruh pendidikan informal
Pada waktu kehadirannya, pendidikan luar sekolah dipengaruhi oleh pendidikan
informal yaitu kegiatan yang berlangsung dalam keluarga. Dalam kehidupan keluarga
terjadi interaksi antara orangtua dan anak atau sebaliknya.

2. Pengaruh tradisi masyarakat


Dalam masyarakat terdapat tradisi dan adat istiadat yang mendorong penduduk
untuk belajar, berusaha dan bekerja sama. Kegiatan belajar dilakukan untuk
melestarikan dan mewarisakan kebudayaan secara turun temurun yang kemudian
menjadi akar pertumbuhan pendidikan nonformal.

3. Pengaruh agama
Agama dapat memberikan motivasi kepada masyarakat bahwa belajar
merupakan kewajian yang ditetapkan Allah SWT untuk dilakukan setiap orang.
Syarat utama yang perlu dimiliki oleh setiap individu untuk melakukan kegiatan
belajar adalah kemampuan membaca. Oleh sebab itulah wahyu pertama yang
diturunkan Allah SWT kepada Rasul-Nya, untuk disampaikan kepada manusia adalah
perintah untuk membaca. “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menjadikan?”
(Qs. Al-Alaq:1)

Adapun menurut Yapandi terbentuknya pendidikan luar sekolah ditentukan oleh


beberapa aspek diantaranya:
1. Aspek pelestarian Budaya
Pendidikan yang pertama dan utama adalah pendidikan yang berlangsung di
lingkungan keluarga, melalui tindakan dan perkataan. Ayah dan ibunya bertindak
sebagai pendidik. Dengan demikian pendidikan luar sekolah pada permulaan
kehadirannya sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang berlangsung dalam keluarga.
Di dalam keluarga terjadi interaksi antara orangtua dan anak, atau antar anak dengan
anak. Pola-pola transmisi pengetahuan, keterampilan, sikap dan kebiasaan melalui
asuhan, suruhan, larangan dan bimbingan. Semua kegiatan yang berlangsung di
lingkungan keluarga dilakukan untuk melestarikan dan mewariskan kebudayaan
secara turun temurun.

2. Aspek Teoritis
Menurut Phillips H. Cooms bahwa tidak satupun lembaga pendidikan
formal, informal maupun nonformal yang mampu secara sendiri-sendiri memnuhi
semua kebutuhan belajar minumun yang esensial. Atas teori diatas dapat
dikemukakan bahwa keberadaan pendidikan tidak hanya penting bagi segelintir
masyarakat, tapi mutlak diperlukan keberadaannya bagi masyarakat lemah (yang tidak
mampu memasukan anak-anaknya ke lembaga pendidikan sekolah). Dalam upaya
pemerataan kesempatan belajar, meningkatkan kualitas hasil belajar dan mencapai
tujuan pembelajaran yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

3. Aspek Dasar Pijakan


Ada tiga dasar pijakan bagi PLS sehingga memperoleh legitimasi dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat yaitu : UUD 1945, Undang-Undang RI
Nomor 2 tahun 1989 dan peraturan pemerintah RI No 73 tahun 1991 tentang
pendidikan luar sekolah.
Adapun bentuk-bentuk satuan PLS, sebagaimana diundangkan di dalam UUSPN
(Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional) tahun 1989 pasal 9:3, meliputi:
pendidikan keluarga, kelompok belajar, kursus, padepokan, persilatan dan pondok
pesantren tradisional.

4. Aspek kebutuhan terhadap pendidikan


Kesadaran dan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan tidak hanya
dirasakan oleh masyarakat daerah perkotaan, tetapi juga dirasakan masyarakat daerah
pedesaan. Kesadaran ini timbul terutama karena perkembangan ekonomi, kemajuan
iptek dan perkembangan politik. Kesadaran juga tumbuh pada seseorang yang merasa
tertekan akibat kebodohan, keterbelakangan. Sehingga terwujudlah bentuk-bentuk
kegiatan kependidikan baik yang bersifat persekolahan ataupun di luar persekolahan.

5. Aspek keterbatasan lembaga pendidikan sekolah


Lembaga pendidikan sekolah yang jumlahnya semakin banyak serta
kurikulum yang baku dan berbagai keterbatasan lainnya menjadikan lembaga
pendidikan sekolah yang ada di daerah terpencilpun tidak semuanya mampu
memenuhi harapan masyarakat setempat, apalagi memenuhi harapan masyarakat
daerah lain. Akibat dari keterbatasan itulah yang memungkinkan kegiatan
kependidikan yang bersifat informal atau nonformal diselenggarakan.
C. Kedudukan PLS pada lembaga pendidikan sekolah

1. Sebagai Complementary Education


Adalah untuk melengkapi kemampuan peserta didik dengan memberikan
pengalaman belajar yang tidak diperoleh melalui kurikulum pendidikan. seperti
misalnya kegiatan ekstrakulikuler, kesenian.

2. Sebagai Suplementary Education


Yaitu sebagai penambah kegiatan kependidikan, bagi mereka yang sudah
menyelesaikan studi atau bagi mereka yang putus sekolah untuk memperluas
pemahaman dan penggunaan materi yang telah dipelajarinya. Atau untuk memperoleh
keterampilan yang berkaitan dengan lapangan pekerjaan. Seperti kursus-kursus,
seminar, paket A, pakt B, paket C.

3. Sebagai Subtitute Education


Sebagai pengganti pendidikan sekolah, maksudnya yaitu program kependidikan
yang disediakan bagi anak-anak atau orang dewasa yang karena alas an tertentu tidak
mendapatkan kesempatan untuk memasuki pendidikan dasar sekalipun. Dengan
materi yang diajarkannya meliputi baca, tulis, berhitung.

D. Ciri-Ciri Pendidikan Luar Sekolah

1. Dari segi waktu relatif singkat, tidak penuh dan tidak terus menerus
2. Dipusatkan dilingkungan masyarakat dan lembaga
3. Struktur fleksibel
4. Dilakukan oleh pelaksana program dan peserta didik

E. Sasaran Pendidikan Luar Sekolah

1. PLS untuk pemuda


sebab-sebab timbulnya yaitu banyak anak-anak usia sekolah tidak memperoleh
pendidikan sekolah yang cukup, mereka memperoleh pendidikan yang tradisional.

2. PLS untuk orang dewasa


pendidikan ini timbul karena, orang-orang dewasa tertarik terhadap profesi kerja
dan keahlian. Dalam rangka memperoleh pendidikan luar sekolah dapat ditempuh
melalui: kursus menjahit, computer dan otomotif.
F. Jenis-Jenis Pendidikan Luar Sekolah
Menurut D. Sudjana 1996:44 diantaranya :

1. Pendidikan Massa (Mass Education)


Yaitu, kesempatan pendidikan untuk masyarakat luas dengan tujuan memantu
masyarakat memiliki kecakapan dalam hal menulis, membaca, berhitung serta
berpengetahuan umum. Istilah ini dapat dikatakan semacam program pemberatasan
buta huruf atau program keaksaraan yang menyasar kepada individu-individu yang
mengalami keterlantaran pendidikan, putus ditengah jalan dan belum sempat terbebas
dari kebuta-hurufan.

2. Pendidikan orang dewasa (Adult Education)


Pendidikan yang diperuntukan bagi orang-orang dewasa dalam lingkungan
masyarakatnya, agar dapat mengembangkan kemampuan, meningkatkan teknik dan
profesi dengan cara-cara baru. Pendidikan ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu :

a. Pendidikan Lanjutan
Kegiatan yang ditujukan kepada masyarakat yang perlu mendapatkan
pendidikan secukupnya dengan memberi satu keahlian.

b. Pendidikan pembaruan
Kegiatan pendidikan yang utama ditujukan kepada orang-orang yang sudah
melampaui masa muda

c. Pendidikan kader organisasi


Kegiatan berupa latihan atau kursus

d. Pendidikan populer
Kegiatan yang ditujukan kepada semua orang agar dapat memanfatkan waktu
senggangnya dengan kativitas yang berguna

3. Pendidikan perluasan (Extension Education)


Kegiatan pendidikan yang dilaksanakan diluar lingkugan sekolah biasa, melalui
kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan di dalam keluarga

4. Pendidikan masyarakat
5. Pendidikan dasar
Program wajib belajar enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah
lanjutan tingkat pertama. Terdapat Madrasah Ibtidaiyah yang setingkat dengan
sekolah dasar, dan madrasah Tsanawiyah yang setingkat dengan sekolah lanjutan
tingkat pertama.

6. Penyuluhan
7. Pendidikan seumur hidup
Jenis-Jenis Pendidikan Luar Sekolah
Menurut system pendidikan nasional :

1. Pendidikan umum
2. Pendidikan kejuruan
3. Pendidikan luar biasa
4. Pendidikan kedinasan
5. Pendidikan keagamaan
6. Pendidikan akademik
7. Pendidikan professional

Jenis-Jenis Pendidikan Luar Sekolah


Didalam UU sistem pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 :

1. Pendidikan kecakapan hidup (Life Skill Education)


2. Pendidikan Kepemudaan
3. Pendidikan anak usia dini (PAUD)
4. Pedidikan pemberdayaan perempuan
5. Pendidikan keaksaraan

Satuan Pendidikan Nonformal atau Luar Sekolah


UU SPN No 20 tahun 2003 :

1. Lembaga kursus
2. Lembaga pelatihan
3. Kelompok belajar
4. Pusat kegiatan masyarakat
5. Majelis Taklim
6. Bimbingan les dan sebagainya

G. Pendidikan Keagamaan Luar Sekolah


Pentingnya nilai-nilai agama dalam kehidupan untuk membangun dimensi
rohani pada diri manusia dalam upaya membendung pengaruh budaya-budaya barat
sebagai dampak dari globalisasi
dan salah satunya adalah melalui implementasi pendidikan agama luar sekolah seperti
tradisi mengaji di surau, berkembangnya majelis taklim.

1. Majelis Taklim
Majelis Taklim sebagai sebuah institusi pendidikan nonformal dalam bidang
keagamaan. Oleh karenanya muatan pengajarannya lebih menekankan aspek agama
islam dengan megacu pada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta sumber hukum islam
lainnya. Sedangkan penyusunan kurikulumnya, antara materi disesuaikan dengan
kondisi jamaah majelis taklim
2. Pendidikan Pondok pesantren
Suatu lembaga pendidikan islam Indonesia untuk mendalami ilmu tentang
agama islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian. Kurikulum
pendidikan di pesantren saat ini tidak sekedar focus pada kitab-kitab klasik, tetapi
juga memasukan banyak mata pelajaran dan keterampilan umum. Jenjang pendidikan
dalam pesantren tidak dibatasi seperti dalam lembaga-lembaga pendidikan yang
memakai system klasikal. Umumnya kenaikan tingkat seorang santri didasarkan
kepada isi mata pelajaran tertentu yang ditandai dengan tamat dan bergantinya kitab
yang dipejarinya.

3. Madrasah
Salah satu lembaga pendidikan islam yang mewadahi proses transformasi ilmu
yang terfokus pada pendidikan agama. Biasanya jam pelajaran mengambil waktu sore
hari, mulai bakda ashar hingga maghrib. Atau bakda isya sampai sekitar jam
sembilan malam. Dengan adanya lembaga pendidikan nonformal ini anak-anak
berhasil mampu membaca Al-Qur’an.
Terdapat beberapa bidang studi yang diajarkan seperti : Al-Qur’an Hadist, Aqidah
Akhlak, Sejarah kebudayaan islam, Bahasa Arab, Praktek Ibadah dan lainnya. Jadi
dapat dilihat bahwa peranan dari pendidikan keagamaan luar sekolah ini diharapkan
mampu membenahi dan menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah dan budi pekerti
yang luhur. Maka perlu kiranya pendidikan Madrasah Diniyah Awaliyah dilestarikan
dan dibudayakan, dan perlu kiranya perhatian dari pemerintah sehingga masyarakat
akan merasa butuh dan ingin untuk memasukan putra-puterinya ke lembaga
pendidikan agama khususnya MDA.

Pengertian Madrasah

Kata madrasah diambil dari akar kata darasa yang berarti belajar, Madrasah
adalah isim makan dari kata ini sehingga berarti tempat untuk belajar. Istilah
madrasah sering diidentikan dengan istilah sekolah atau semacam bentuk perguruan
yang dijalankan oleh sekelompok atau institusi umat Islam (Zaki Badawi, 1980:2290).
Kata “Madrasah” berasal dari Bahasa Arab sebagai keterangan tempat dari akar
kata : “Darasa, Yadrusu, Darsan dan Madrasatan” yang mempunyai arti “Tempat
belajar para pelajar” sedangkan kata “Midras” diartikan “Buku yang dipelajari”.

Sejarah Madrasah Ibtidaiyah


Madrasah adalah saksi perjuangan pendidikan yang tak kenal henti. Pada jaman
penjajahan Belanda madrasah didirikan untuk semua warga.
Sejarah mencatat, Madrasah pertama kali berdiri di Kota Padang yaitu Madrasah
Adabiyah (1908, dimotori Abdullah Ahmad). Setelah itu madrasah-madrasah lainpun
tumbuh berdiri. Seperti Madrasah Schoel yang didirikian pada tahun 1910 di kota
baru Sangkar, Sumatera Barat oleh Syekh M. Talib Umar.
Madrasah berkembang di Jawa mulai tahun 1912. Ada model madrasah
pesantren NU dalam bentuk Madrasah Awaliyah Ibtidaiyah Tsanawiyah Mualimin B

Anda mungkin juga menyukai