Anda di halaman 1dari 22

TUGAS 3

MAKALAH

TEHNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

“PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI SD”


TUTOR : Dr. LAHARIMU, M.Si

OLEH :

LUSIANA HANI MAEMUNA

NIM : 859752486

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan
Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk isinya yang
sangat sederhana. Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca tentang pendidikan di SD, sehingga saya dapat memperbaiki isi makalah
ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Definisi Sistem pendidikan di indonesia, adalah keseluruhan komponen pendidikan saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Sementara itu, di tahun 2021, Indonesia berada di peringkat ke-54 dari 78 negara. Peringkat itu
dipublikasikan oleh World Population Review. Angka tersebut masih belum terlalu unggul jika
dibandingkan dengan negara lainnya di Asia Tenggara. Maka dari itu kita sebagai guru pendidik harus
meningkatkan mutu diri dalam kelangsungan hidup generasi yang akan datang
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................

A. Latar Belakang........................................................................................................
B. Rumusan masalah...................................................................................................
C. Tujuan ....................................................................................................................
D. Manfaat ..................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................

A. Pengertian Pendidikan dan Sekolah........................................................................


B. Deskriptif Pendidikan...............................................................................................
C. Jenjang Pendidikan Sekolah....................................................................................
D. Problem Pendidikan Sekolah...................................................................................
E. Permasalahan yang sering menjadi kendala untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional...................................................................................................................
F. Upaya yang dilakukkan untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah................
G. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan dalam masyarakat........................
H. Faktor- Faktor kelangsungan pendidikan anak.......................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan sudah menjadi salah satu hal yang harus dimiliki seseorang. Di era ini,
pendidikan sangat bermanfaat sebagai pengendali hidup agar tidak terjerumus ke hal
negativ. Sekolah adalah tempat belajar yang formal, dimana setelah seseorang
bersekolah mereka akan mendapat suatu penghargaan atas prestasinya selama proses
belajar. Pendidikan di sekolah di bangun untuk menciptakan generasi-generasi yang siap
mental dan berkarakter, berprestasi akademik ataupun non-akademik.
Pendidikan di sekolah dasar merupakan suatu proses pendidikan yang paling
penting dalam perkembangan siswa. Hal ini dikarenakan Sekolah Dasar adalah sumber
pendidikan dasar bagi anak untuk memperoleh ilmu setelah mereka dididik oleh orang
tua di rumah dan memasuki Taman Kanak-kanak yaitu lingkungan bermain dan belajar
di luar rumah. Di Sekolah Dasar ini lah mereka akan mendapat bimbingan, ilmu
pengetahuan baru, dan pendidikan formal dari seorang guru. Sekolah Dasar dikatakan
penting karena sifat dan karakter dasar siswa yang mudah menerima dan
memproses informasi sejak dini. Hal ini yang membuat pendidikan di Sekolah Dasar
sangat menentukan keberhasilan siswa di sekolah lanjutan agar mampu bersaing di era
globalisasi seperti saat ini.
Proses pendidikan dasar yang sangat penting untuk kehidupan peserta didik
kedepannya, mereka tidak hanya dikenalkan dengan pergaulan baru tetapi juga mulai
dikenalkan tata cara berbahasa yang baik. Dalam mengembangkan perluasan bahasa
maka sejak kelas 1 sudah mendapat pelajaran tentang bahasa Indonesia. Pembelajaran
Bahasa Indonesia di sekolah dasar diawali dengan pembelajaran reseptif, dengan
demikian ketrampilan produktif dapat ditingkatkan. Seperti yang sudah diketahui bahwa
pembelajaran bahasa indonesia memiliki empat keterampilan diantaranya adalah
menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Keempat keterampilan berbahasa di atas merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain, tetapi hanya dapat dibedakan. Oleh karena itu, siswa
diharapkan dapat memiliki keterampilan berbahasa yang lengkap. Keterampilan
menyimak dan berbicara sudah dialami siswa sebelum mereka mengenal tulisan,
dengan bertambahnya umur orang tua baru mulai mengajarkan yang namanya
membaca dan menulis, jadi pada intinya keterampilan membaca dan menulis harus
melalui proses belajar secara bertahap.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pendidikan.?
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan dalam masyrakat.
3. Permasalahan apa dalam dunia pendidikan di Indonesia yang sering menjadi
kendala untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.?
4. Upaya yang dilakukkan untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah.
C. Tujuan
Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,
sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945. Oleh karena itu, tujuan pendidikan
nasional harus berfokus tentang bagaimana cara untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa melalui pendidikan.
tujuan pendidikan sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut. dengan demikian siswa dapat memiliki dan
menanamkan sikap budi pekerti terhadap sesama
D. Manfaat
Pendidikan dasar memang diselenggarakan untuk memberikan dasar
pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi anak didik. Pendidikan dasar inilah yang
selanjutnya dikembangkan untuk meningkatkan kualitas diri anak didik.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan dan Sekolah
Menurut Ki Hajar Dewantara menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu
tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, pendidikan yaitu menuntut segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya. Menurut UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan sekolah adalah proses belajar yang berlangsung di dalam suatu
lembaga formal yang terstruktur dan tersusun secara rapi dalam segala bidangnya, yang
memiliki rencana dan komponen untuk keberlangsungan proses pembelajaran yang
aktif, dan memiliki jenjang tertentu.
Pendidikan di sekolah tidak berjalan selamanya dalam kehidupan seseorang.
Maksudnya, seseorang mungkin hanya berpeluang sekali selama seumur hidupnya
untuk mengenyam pendidikan di sekolah. dikarenakan proses belajar yang formal, maka
pendidikan di sekolah dilaksanakan dengan mengatur waktu tertentu dan dengan
jenjang tertentu yang harus dicapai. Pendidikan di sekolah menggunakan batasan usia
untuk merekrut siswanya, dan hal itu dilakukan dengan menciptakn jenjang-jenjang
pendidikan di sekolah.

Secara umum sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan yang bersifat


formal, nonformal dan informal yang didirikan oleh negara ataupun swasta yang di
rancang untuk mengajari, mengelola dan mendidik peserta didik melalui bimbingan
yang diberikan oleh tenaga pendidik. Untuk menjadi sebuah sekolah, ada beberapa
sarana dan prasarana yang harus dipenuhi, seperti ruang belajar, perpustakaan, kantor
dan lain sebagainya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan sekolah sebagai sebuah lembaga
atau bangunan yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar serta menjadi tempat
memberi dan menerima pelajaran sesuai dengan tingkatannya (sekolah dasar, sekolah
lanjutan, dan sekolah tinggi). Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang tersusun
dan terencana dalam suatu tempat atau bangunan, dimana di dalamnya terdapat
struktur kepengurusan baik dari kalangan pengajar maupun subjek didik. Dan, terdapat
pula sistem kerja yang mengontrol dan mengkondisikan orang-orang yang terlibat di
dalamnya.
B. Deskriptif Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang fundamental dalam kehidupan manusia. Pada
umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula
statusnya sosialnya dalam masyarakat, walaupun tingkat sosial seseorang ini tidak dapat
diramalkan sepenuhnya berdasarkan pendidikan saja namun pendidikan yangn tinggi
berkaitan erat dengan kedudukan sosial yang tinggi.
Pendidikan dianggap sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di
dalam masyarakat. Makin tinngi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan untuk
mencapai tujuan itu, dengan demikian terbuka kesempatan meningkatkan golongan
sosial yang lebih tinggi. Pendidikan dilihat sebagai kesempatan untuk beralih dari
golongan yang satu ke golongan yang lebih tinggi.
Pendidikan di Indonesia menganut konsep pendidikan seumur hidup yang bertolak dari
suatu pandangan bahwa pendidikan adalah unsur esensial sepanjang umur seseorang.
Dengan demikian ruang lingkup meliputi: Pendidikan informal, pendidikan formal, dan
pendidikan non formal.
1. Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan 7pendidikan yang
diperoleh seseorang dalam pendidikan tanpa organisasi, yakni tanpa orang tertentu
yang ditunjuk sebagai pendidik, tanpa program yang harus diselesaikan dalam jangka
waktu tertentu, tanpa evaluasi yang formal berbentuk ujian.
2. Pendidikan formal
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstrukrtur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi .8 Dalam
pendidikan formal ini terdapat organisasi yang ketat dan nyata dalam berbagai hal,
yaitu; adanya perjenjangan, program atau bahan pelajaran yang sudah diatur secara
formal, cara mengajar juga secara formal, waktu belajar dan lain-lain.
3. Pendidikan non formal
Pendidikan non foramal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang9 pendidikan ini meliputi berbagai usaha
khususnya diselenggarakan secara terorganisir agar terutama generasi muda dan juga
orang dewasa, yang tidak sepenuhnya atau sama sekali yang tidak berkesempatan
mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki pengetahuan praktis dan keterampilan
dasar yang mereka perlukan sebagai warga negara yang produktif.

C. Jenjang Pendidikan di Sekolah


Tingkatan jenjang pendidikan di Sekolah yakni;
1. Sekolah Dasar (SD)
Sekolah dasar adalah jenjang pendidikan yang terrendah dalam pendidikan di
sekolah. sekolah dasar diciptakan untuk anak-anak yang masih berumur sekitar 6-15
tahun. Anak-anak di atas usia itu biasanya tidak diperkenankan untuk masuk di
sekolah dasar. Sekolah dasar dibangun sebagai proses pendidikan yang masih dasar,
dasar dalam membentu kepribadian anak. Usia anak di sekolah dasar pada umumnya
masih termasuk usia penyesuaian diri dan pembentukan karakter. Oleh sebab itu,
pendidikan sekolah dasar sangat mendominasi bagaimana cara anak menentukan
siapa dirinya dan bagaimana karakternya.
2. Sekolah menengah Pertama (SMP)
Sekolah menengah pertama merupakan proses pendidikan sekolah yang dibangun
untuk memperkuat karakter anak seusai memasuki atau lulus dari sekolah dasar.
Sekolah menengah pertama dibangun untuk anak-anak berusia 11-17 tahun. Sering
ditemui persyaratan masuk yang dicantumkan suatu sekolah bahwa anak berusia 18
tahun ke atas tidak diperkenankan memasuki atau menempuh pendidikan di sekolah
menengah pertama dengan berbagai alasan. Misal, anak berusia 18 tahun ke atas
mungkin cenderung sudah masuk kategori remaja atau dewasa yang biasanya sudah
memiliki karakter kuat akan dirinya, jadi dikhawatirkan anak tersebut dapat memberi
pengaruh pada anak di usia bawahnya yang masih dalam tahap penguatan karakter.
3. Sekolah Menengah Atas (SMA)
Sekolah menengah atas adalah jenjang pendidikan tertinggi dalam pendidikan di
sekolah. Sekolah menengah atas dibangun untuk anak berusia 16-20 tahun. Proses
belajar di jenjang ini ditujukan untuk membimbing siswanya bagaimana menjadi
dirinya sendiri melalui karakternya yang sudah melekat sejak masih sekolah dasar.
Biasanya siswa SMA sudah bisa dikatakan dewasa, mereka akan sadar secara alami
mengenai akan bagaimana masa depannya dan apa dampak jika tidak berpendidikan.
Di sekolah menengah atas para siswa akan lebih giat belajar setelah terbayang
tentang masa depannya.
4. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah
yang mencangkup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi, yang diselanggarakan
sistem terbuka. 12 disini untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kesenian.

D. Problem Pendidikan di Sekolah


Problematika pendidikan dapat diartikan sebagai permasalah yang terjadi dalam
proses pendewasaan moral, sosial, dan ekonomi yang dilakukan dengan polapola
tingkah laku tertentu untuk menciptakan manusia yang bermoral dan bertanggung
jawab atas kelangsungan hidup bermasyarakat.
Di dalam suatu proses permbelajaran, tentunya merupakan suatu hal yang maklum
apabila di dalamnya terdapat suatu masalah. Diantara beberapa masalah yang ada di
dalam pendidikan sekolah ialah :
1. Perlunya biaya dalam pendidikan sekolah
Anak dengan keterbatasan ekonomi biasanya akan merelakan untuk tidak sekolah
atau memilih bekerja untuk membantu orangtuanya. Hal ini dilakukan dengan opini
bahwa sebaiknya penghasilan digunakan untuk biaya hidup.
2. Perhatian pengajar yang tidak menyeluruh
Banyak ditemui pengajar yang terkadang pilih kasih. Mereka cenderung selalu
mengunggulkan subjek didik yang terereka cenderung selalu mengunggulkan subjek
didik yang terhitung cerdas dan menjatuhkan atau malah tidak peduli pada subjek
didik yang agak lamban.
3. Kesenjangan sosial
Dalam sekolah, tak jarang ditemui pengelompokkan dalam derajat tertentu.
4. Adanya batasan waktu
Keterbatasan waktu belajar membuat subjek didik kurang maksimal menyerap
pengetahuan yang dipaparkan oleh pengajar.
5. Kurangnya Fasilitas
Fasilitas di sekolah diperlukan untuk membantu mengembangkan potensi anak
didik. Apabila kurang, maka potensi anak didik juga akan kurang.
6. Nilai objektivitas lebih diunggulkan
Selama ini sekolah memang tampak lebih cenderung mengunggulkan nilai objektif.
Jika sekolah mau memberi sedikit saja pada subjektivitas, maka keaktifan subjek didik
akan lebih berkembang. Kadang, dominasi objektivitas memang membuat
subjektifitas tidak memiliki tempat. Pendapat anak-anak didik yang masih kental
dengan sifat subjektifnya dan belum teruji secara objektif membuatnya gampang
tenggelam sebelum sempat melontarkan pendapatnya. Subjek didik menjadi takut
berpendapat.

E. Permasalahan yang sering menjadi kendala untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia juga terletak pada rendahnya
kualitas pendidikan. Salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan bisa dari sudut
pandang masyarakat luas. Di mana belajar bukanlah kewajiban atau kesadaran diri yang
merupakan bentuk kewajiban terhadap diri sendiri. Permasalah Pendidikan di Indonesia
yang sering terjadi seperti :
1. Keterbatasan Jumlah Guru Terampil
Entah disadari atau tidak, masalah pendidikan di Indonesia adanya keterbatasan
jumlah guru yang terampil. Umumnya, guru-guru terampil dan berkualitas tersebar di
kawasan kota atau daerah yang notabenenya mudah di akses. Sedangkan daerah-
daerah terpinggir dan terpencil, sulit sekali mendapatkan guru.
Memang ada banyak faktor hal ini terjadi. Dari banyak alasan, salah satunya
masalah minat dari guru itu sendiri. lebih banyak guru yang memilih lokasi yang
mudah diakses dari segi transformasi dan akses untuk mendapatkan kebutuhan
pokok mudah didapatkan.
Sedangkan daerah terpencil, lagi-lagi tidak dilirik sama sekali. Mungkin ada saja guru
yang terpanggil hati untuk bertugas di daerah pelosok yang minim akses, sayangnya
hanya 1:10 saja. Jumlahnya pun sangat kecil sekali. Sehingga wajar saja jika terjadi
kesenjagan tenaga guru terampil di pelosok dan di kota.
Sehingga terdapat pula kesenjangan kualitas lulusan peserta didik. Tidak heran jika
regenerasi yang tinggal di pelosok, nyari tidak terekspose atau muncul ke permukaan.
Itu sebabnya, ini menjadi PR bagi pemerintah dalam upaya pemerataan tenaga
pendidik terampil di pelosok, agar terjadi pemerataan.

2. Sarana dan Prasarana Tidak Memadai


Masalah pendidikan di Indonesia saya yakin sering dikeluhkan. Baik dikeluhkan oleh
wali murit, guru dan muridnya itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri dari segi sarana dan
prasarana memang kurang memadai. Terutama sekolah-sekolah yang ada di
pedesaan, pinggiran dan sekolah yang ada di pelosok. Ini masalah yang klasik dan
sudah tidak asing lagi memang. Namun, seburuk-buruknya sarana dan prasaran yang
ada di pinggiran kota dan desa, masih ada masalah pendidikan di Indonesia yang
lebih parah. Kita tahu bahwa Indonesia Negara kepaulauan yang memiliki banyak
sekali pulau. Banyak daerah bagian yang tidak terakses seperti halnya di tempat kita
tinggal saat ini.
Banyak generasi penerus yang tinggal di kepualauan, mereka tidak hanya terbatas
pada sarana dan prasarana saja, tetapi terbatas dari banyak hal. Misalnya, harus
melintasi pulau seberang setiap hari agar bisa masuk sekolah. Hidup dengan
keterbatasan koleksi buku karena tidak terakses dan tidak terjamah. Belum lagi
masalah tidak ada jaringan listrik. Sehingga mereka harus menggunakan penerang
tradisional. Padahal, sekarang sudah era globalisasi, bahkan dunia teknologi yang
serba terhubung dengan dunia luar, tetapi masih ada daerah yang belum terjamah di
tanah Air kita.
3. Minim Bahan Pembelajaran
Tidak dapat dipungkiri masalah pendidikan di Indonesia juga terbentur pada
keterbatasan bahan ajar. Kurangnya keterbatasan bahan wajar menurut saya hal
yang wajar, karena memang dari kesadaran akan literasi di Indonesia termasuk di
urutan akhir. Dari sudut perspektif lain, menurut saya bisa jadi bukan karena masalah
minimnya bahan pembelajaran, tetapi masalah kurangnya kesadaran untuk
membuat inisiatif mencari modia pembelajaran.
Jika memang tidak ada bahan pembelajaran tidak tersedia, bagi seorang pendidik
bisa saja belajar dari buku luar. Kemudian dari pesan buku tersebut di
transformasikan ke peserta didik. Atau kita bisa membuat atau menciptakan bahan
pembelajaran yang dapat digunakan.

4. Mahalnya Dana Pendidikan


Tidak dapat dipungkiri, masalah pendidikan di Indonesia yang paling mendasar
terletak pada masalah biaya pendidikan. Meskipun sudah digadang-gadang gratis,
tetap saja ada bagian yang membayar.
Tidak dapat dipungkiri, memang lewat pintu pendidikan mampu mengantarkan
seseorang ke masa depan yang lebih baik. Bahkan cukup bermodal peringkat terbaik
dan dari sekolah terbaik bisa menentukan nasib seseorang. Secara lahir memang
pendidikan adalah modal dasar dan segala. Tetapi di liihat dari ilmu hakikat atau
urgensi atau sejatinya keberhasilan seseorang tidak selalu di tentukan dari tingkat
pendidikan.
Mahalnya dana pendidikan inilah yang menambah angka putus sekolah.
Pertanyaannya adalah, akankah kita akan selalu menyalahkan dan menuntut
pemerintah untuk menjamin masa depan generasi putus sekolah? Padahal ada
banyak sekali jumlah. Di sini, saya justru bukan menyorot dari kewajiban pemerintah,
tetapi sikap masyarakat yang berlebihan melabeli mereka yang putus sekolah. Bisa
saja, berkat putus sekolah, mereka tetap memiliki motivasi belajar. Seperti yang saya
tekankan sebelumnya, belajar bisa dilakukan secara non pendidikan. Bisa belajar
dengan alam, belajar dengan lingkungan sosial dan belajar dengan pengalaman yang
justru memiliki kualitas pendewasaan dan kemandirian lebih baik.

5. Mutu Pendidikan Rendah


Salah satu masalah pendidikan di Indonesia juga terletak pada mutu pendidikan
yang rendah. Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan bisa saja disebabkan
oleh perspektif masyarakat secara umum. Dimana menuntut ilmu bukan sebagai
kewajiban atau kesadaran diri yang merupakan bentuk kewajiban terhadap diri
sendiri.
saya menyebut belajar sebagai kewajiban setiap masing-masing individu sebagai
bekal hidup dan bekal untuk bertahan hidup dari rasa lapar. Sayangnya, belajar
sebagai kewajiban kini bergeser mencari pangkat, gengsi dan mendapatkan gelar.
Disinilah awal mula mutu pendidikan rendah. Karena tujuan yang dicapai menjadi
berambigu. Banyak yang berbondong-bondong mengejar statistic atau pengakuan.
Tidak mengejar esensi dari pembelajaran itu sendiri.

6. Minoritas Bagi Kelompok Difabel


Masalah pendidikan di Indonesia tidak banyak dijadikan sorotan adalah masalah
pendidikan bagi kelompok difabel. Ternyata masih banyak kelompok difabel yang
kesulitan dalam mencari sekolah inklusi. Itu berarti masih sedikit sekolah-sekolah
inklusi bagi mereka. Satu sisi, sekolah inklusi secara tidak langsung juga mengkotak-
kotakan dan semakin tereksklusi dari realitas sosial.
Kendala yang sering dihadapi bagi difabel ketika memutuskan sekolah umum,
mereka terkendala dari pembangunan sekolah yang tidak ramah untuk di fable.
Misalnya tidak ada jalan khusus difabel yang menggunakan sepatu roda atau pintu
kurang representative bagi difabel. Belum lagi masalah buku-buku pelajaran yang
dikemas dalam huruf braille.
Belum lagi masalah tentang akses jalan, sarana kamar mandi di sekolah yang juga
belum ramah dengan difabel. Padahal, segala sesuatunya harus dibangun sesuai
standar difabel. Bukan karena mereka minoritas, bukan berarti mengambil hak
mereka menikmati fasilitas umum. Setidaknya jika pembangunan dilakukan ramah
difabel, orang umum pun bisa juga mengaksesnya.
Jika standar pembangunan di standarkan orang pada umumnya, maka difabel akan
kesulitan mengakses. Sehingga mereka terkesan dikesampingkan. Padahal mereka
sama-sama generasi penerus yang memiliki hak yang sama, memiliki peluang sukses
yang sama dan memiliki hak bahagia.
Bukan karena minoritas, lantas semakin dipandang berbeda. Sebenarnya mereka
kuat bahkan bisa saya sebut mereka lebih kuat. Mereka memang special, bukan
special dalam konotasi negative, tetapi benar-benar special dalam arti sebenarnya,
karena sebenarnya memiliki kegigihan lebih besar.

F. Upaya yang dilakukkan untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah


Mutu yang biasanya juga disebut kualitas memiliki definisi yang bervariasi dari
definisi yang konvensional hingga definisi yang strategik berdasarkan bidang kajian
yang dibahas. Definisi konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan
karakteristik langsung dari suatu produk seperti: performansi (performance),
keandalan (reliability), mudah dalam menggunakan (easy of use), estetika (esthetic)
dan sebagainya.
Sementara, mutu dalam definisi strategik adalah kemampuan dalam memenuhi
keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers). Kualitas
didefinisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang
kemampuanya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikkan atau ditetapkan.
Kualitas memiliki dua aspek kajian yaitu, pertama adalah menyesuaikan diri dengan
spesifikasi dan kedua adalah memenuhi kebutuhan pelanggan. Aspek kajian yang
pertama merupakan definisi produsen tentang mutu, sedangkan aspek kajian yang
kedua adalah definisi mutu dari pelanggan. Keduanya sangat dipengaruhi oleh
kepentingan dari produsen maupun konsumen.
Peningkatan mutu menjadi semakin penting bagi institusi yang digunakan untuk
memperoleh kontrol yang lebih baik melalui usahanya sendiri. Kebebasan yang
baik harus disesuaikan dengan akuntabilitas yang baik. Institusi-institusi harus
mendemonstrasikan bahwa mereka mampu memberikan pendidikan yang bermutu
pada peserta didik.
Mutu merupakan suatu hal yang membedakan antara yang baik dan sebaliknya. Hal
tersebut berarti mutu dalam pendidikan merupakan sesuatu hal yang membedakan
antara kesuksesan dan kegagalan. Mutu merupakan masalah pokok yang akan
menjamin perkembangan sekolah dalam meraih status di tengah-tengah persaingan
dunia pendidikan yang makin keras. Mutu adalah sebuah branding luar biasa dari
sebuah lembaga pendidikan (sekolah). Memajukan sekolah 80 persennya berarti
meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Adapun cara meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah adalah sebagai berikut:
1. Efektifitas Proses belajar Mengajar Tinggi
Sekolah memiliki efektifitas proses balajar mengajar (PBM) yang tinggi. Proses
belajar mengajar yang menjadikan peserta didik sebagai faktor utama pendidikan.
Dalam hal ini guru harus menjadikan peserta didik memiliki kecakapan untuk belajar
dan memperoleh pengetahuan tentang cara belajar yang efektif. Untuk itu guru
harus mampu menciptakan iklim belajar yang menyenangkan sehingga peserta
didik tidak merasa tertekan atau terpaksa ketika menghadapi pembelajarandi dalam
kelas.

2. Kepemimpinan yang Kuat


Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan
dan menyerasikan semua sumber daya yang tersedia. Kepemimpinan kepala
sekolah merupakan faktor utama dalam mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran
sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah dikatakan berkualitas apabila kepala
sekolah dapat memberi pengaruh yang lebih baik dalam tindakan-tindakan
kinerjanya. Sehingga warga sekolah dapat bekerja maksimal sesuai dengan program
yang telah ditentukan. Guru dan karyawan lainya, akan termotivasi melakukan
perbaikan-perbaikan dalam kinerjanya, karena kinerja para anggota organisasi
sekolah lahir dari ketrampilan dan kepemimpinan Kepala Sekolah.

3. Pengelolaan yang Efektif Tenaga Kependidikan


Tenaga kependidikan, terutama guru, merupakan jiwa dari sekolah. Sekolah
hanyalah merupakan wadah. Oleh karena itu, pengelolaan tenaga kependidikan,
mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja,
hubungan kerja, hingga pada tahap imbal jasa, merupakan garapan penting bagi
seorang kepala sekolah, karena itu sekolah yang bermutu mensyaratkan adanya
tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan berdedikasi tinggi terhadap
sekolahnya.

4. Sekolah Memiliki Budaya Mutu


Budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah, sehingga setiap
perilaku selalu didasari oleh profesionalisme. Budaya mutu memiliki elemen-
elemen sebagai berikut:
a. Informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan, bukan untuk mengadili atau
mengontrol orang.
b. Kewenangan harus sebatas tanggung jawab.
c. Hasil harus diikuti rewards dan punishment.
d. Kolaborasi, sinergi, bukan kompetisi, harus merupakan basis atau kerja sama.
e. Warga sekolah harus merasa aman terhadap pekerjaannya.
f. Atmosfir keadilan harus ditanamkan.
g. Imbal jasa harus sesuai dengan pekerjaannya.
h. Warga sekolah merasa memiliki sekolah, Sekolah Memiliki Team Work yang
Kompak, Cerdas, dan Dinamis.
Output pendidikan merupakan hasil kolektif warga sekolah, bukan hasil individual.
Karena itu, budaya kerjasama antar fungsi dalam sekolah, antar individu dalam
sekolah, harus merupakan kebiasaan hidup sehari-hari dalam sekolah. Budaya
kolaboratif antar fungsi yang harus selalu ditumbuhkembangkan hingga tercipta iklim
kebersamaan.

5. Sekolah Memiliki Kewenangan (Kemandirian)


Sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan yang terbaik bagi dirinya, sehingga
dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan pada atasan. Untuk menjadi
mandiri sekolah harus memiliki sumber daya yang cukup untuk menjalankannya.
Iklim otonomi yang sedang digalakkan harus dimanfaatkan secara optimal oleh
sekolah. Oleh karena itu inovasi, kreasi dan aksi harus diberi gerak yang cukup,
yang pada akhirnya akan menumbuhkan kemandirian.

6. Partisipasi Warga Sekolah dan Masyarakat


Sekolah memiliki karakteristik bahwa partisipasi warga sekolah dan masyarakat
merupakan bagian dari kehidupannya. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa makin
tinggi tingkat partisipasi, makin besar pula rasa memiliki. Makin besar rasa memiliki,
makin besar pula rasa tanggung jawab. Makin besar rasa tanggung jawab, makin
besar pula tingkat dedikasinya.

7. Sekolah Memiliki Keterbukaan Manajemen


Keterbukaan ini ditunjukkan dalam pengambilan keputusan, penggunaan uang,
dan sebagainya, yang selalu melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat pengontrol.
Pengelolaan sekolah yang transparan akan menumbuhkan sikap percaya dari warga
sekolah dan orang tua yang akan bermuara pada perilaku kolaboratif warga sekolah
dan perilaku partisipatif orang tua dan masyarakat.

8. Sekolah Memiliki Kemauan untuk Berubah (Psikologis dan Fisik)


Sekolah harus merupakan kenikmatan bagi warga sekolah. Sebaliknya, kemapanan
merupakan musuh sekolah. Tentunya yang dimaksud perubahan di sini adalah
berubah kepada kondisi yang lebih baik atau terjadi peningkatan. Artinya, setiap
dilakukan perubahan, hasilnya diharapkan lebih baik dari sebelumnya terutama mutu
peserta didik.

9. Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan secara Berkelanjutan


Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya, ditujukan untuk mengetahui tingkat
daya serap dan kemampuan peserta didik, tetapi yang terpenting adalah bagaimana
memanfaatkan hasil evaluasi belajar tersebut untuk memperbaiki dan
menyempurnakan proses belajar mengajar di sekolah. Evaluasi harus digunakan oleh
warga sekolah, terutama guru untuk dijadikan umpan balik (feed back) bagi
perbaikan. Oleh karena itu fungsi evaluasi menjadi sangat penting dalam rangka
peningkatan mutu peserta didik dan mutu pendidikan sekolahnya secara
berkelanjutan.
10. Sekolah Responsif dan Antisipatif terhadap Kebutuhan
Sekolah selalu tanggap dan responsif terhadap berbagai aspirasi yang muncul bagi
peningkatan mutu. Karena itu, sekolah selalu membaca lingkungan dan
menanggapinya secara cepat dan tepat. Bahkan, sekolah tidak hanya mampu
menyesuaikan terhadap perubahan/tuntutan, akan tetapi juga mampu
mengantisipasi hal-hal yang mungkin akan terjadi.

11. Sekolah memiliki Akuntabilitas


Akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban, yang harus dilakukan sekolah
terhadap keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Akuntabilitas ini berbentuk
laporan presensi yang dicapai baik kepada pemerintah maupun kepada orang tua
pesrta didik dan masyarakat.

12. Sekolah Memiliki Sustainbilitas


Sekolah harus memiliki sustainbiltas yang tinggi karena di sekolah terjadi proses
akumulasi peningkatan sumber daya manusia, divertikasi sumber dana, pemilikan
aset sekolah yang mampu menggerakkan, income generating activities, dan
dukungan yang tinggi dari masyarakat terhadap eksistensi sekolah.

G. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan dalam masyarakat


Nasution mengatakan bahwa dalam dunia pendidikan ada faktor-faktor tertentu yang
mempengaruhi keberadaan pendidikan itu sendiri dalam suatu masyarakat, faktor-
faktor tersebut antara lain ialah:
a. Faktor tujuan
Dalam praktek pendidikan ada tujuan-tujuan atau motif-motif tertentu yang
melatar belakangi proses pendidikan tersebut, diantaranya adalah motif ekonomi
yaitu adanya keinginan untuk mendapatkan taraf hidup yang lebih baik melalui
pendidikan yang tinggi, selain itu juga ingin prestise dalam masyarakat dengan tingkat
pendidikan yang tinggi.
b. Faktor Ekonomi
Dalam proses pendidikan tak dapat di pungkiri faktor ekonomi memegang
peranan yang sangat berat, tanpa dukungan ekonomi pendidikan tidak akan
berjalan dengan lancar. Tujuan atau motif pendidikan tidak dapat dipisahkan
dari adanya keinginan untuk mendapatkan kemudahan dalam mencari pekerjaan
guna memperoleh penghidupan yang lebih baik kelak melalui pendidikan.
c. Faktor Lingkugan
Situasi lingkungan mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. Situasi lingkungan
meliputi lingkungan fisis, lingkunagan teknis, lingkungan sosiokultural. Dalam hal-hal
ini berpengaruh secara negatif terhadap pendidikan, maka lingkungan itu menjadi
pembatas pendidikan.
d. Faktor Metode Pendidikan
Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif, agar interaksi ini
berlangsung secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan, maka disamping
dibutuhkan pemilihan bahan atau materi pendidikan yang tepat maka perlu dipilih
metode yang tepat pula. Metode sendiri yaitu cara yang didalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan. Untuk menunujukan apakah sebuah
metode dapat disebut baik maka diperlukan patokan atau kriteria yang
bersumber dari beberapa faktor, adapun faktor utama yang menentukan adalah
tujuan yang akan dicapai.
e. Faktor Peserta Didik
Peserta didik atau individu merupakan elemen terpenting dalam pendidikan secara
teoritis peserta didik dapat berkembang secara optimal jika mendapat lingkungan
pendidikan yang optimal pula. Di sekolah ideal dimana siswa dituntut untuk aktif
sekaligus menghayati dan mengaplikasikannya nilai-nilai.
f. Faktor Pendidik
Secara umum pendidik dibedakan menjadi dua yaitu pendidik menurut kodrat yaitu
orang tua dan pendidik menurut jabatan yaitu guru.
Orang tua sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik pertama dan utama,
karena secara kodrat anak manusia dilahirka oleh orang tuanya (ibunya) dalam
keadaan tidak berdaya, hanya dengan pertolongan dan bantuan orang tua anak
manusia dapat hidup dan berkembang makin dewasa. Hubungan orang tua dan
anaknya dalam hubungan edukatif mengandung dua unsur dasar yaitu unsur kasih
sayang pendidikan terhadap anak dan unsur kesadaran serta tanggung jawab dari
pendidik untuk menunutut perkembangan anak. Adapun guru sebagai pendidik
menurut jabatan menerima tanggung jawab dari tiga pihak yaitu orang tua,
masyarakat dan negara. Tangguang jawab dari orang tua diterima guru atas dasar
kepercayaan bahwa guru mampu memberikan pendidikan dan pengajaran sesuai
dengan perkemabangan peserta didik dan diharapkan pula dari pribadi guru
memancar sikap-sikap dan sifat-sifat yang normative.

H. Faktor- Faktor kelangsungan pendidikan anak


Kelangsungan anak di pengaruhi oleh beberapa faktor (Partowisastro dalam
Maryono,1998:89-95) antara lain:
a. Faktor pendorong
Faktor pendorong yang terdiri dari :
1) minat orang tua untuk menyekolahkan anak dapat dipengaruhi oleh ekonomi
keluarga atau persepsi orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan bagi
anak.
2) minat anak untuk bersekolah dapat dipengaruhi oleh kondisi social ekonomi
keluarga juga tingakat prestasi anak disekolah.
3) faktor lingkungan tempat tinggal juga berpengaruh terhadap pendidikan
anak baik positif maupun negatif.
b. Faktor penghambat
Faktor penghambat yang terdiri dari :
1) Kondisi sosial ekonomi keluarga, rendahnya kondisi ekonomi dan tingkat
pendidikan orang tua, memiliki pengaruh terhadap kelangsungan pendidikan
anak (untuk meneruskan pendidikan yang lebih tinggi), yaitu adanya anggapan
bahwa pendidikan itu tidak penting bagi anak,
2) Kemampuan siswa, terjadi karena prestasi anak kurang sehingga anak tersebut
tidak mau melanjutkan sekolah atau juga mungkin kurang tahunya anak akan arti
penting nya pendidikan, disamping iklim persaingan mendapatkan sekolah yang
semakin ketat.
3) Kondisi lingkungan masyarakat, lingkungan diamana anak tinggal dan berada
juga dapat menjadi faktor penghambat kelangsungan pendidikan anak.
Lingkungan tempat tinggal mempengaruhi semua kegiatan manusia. Geografi fisis
dipandang sebagai pelengkap geografi manusia, maka pembahasan uraiannya tidak
dapat dilepaskan kaitannya dari faktor manusia yang ada di dalam alam lingkungan yang
menjadi objek studinya. Yang dimaksud geografi manusia adalah cabang geografi yang
bidang studinya yaitu aspek keruangan gejala dipermukaan bumi, yang mengambil
manusia sebagai objek studi pokok. Kedalam kajian manusia sebagai objek studi
pokok, termasuk aspek kependudukan, aspek kegiatan yang meliputi kegiatan ekonomi,
kegiatan politik, kegiatan sosial, kegiatan budaya. Jadi semua kegiatan yang dilakukan
manusia tidak bisa lepas dari kondisi wilayah ruang dimana manusia itu tinggal,
termasuk kegiatan pendidikan.
Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat
ada tiga faktor utama dalam pembangunan ekonomi, ialah summber-sumber daya
manusia, sumber-sumber daya alam, dan modal. Dari ketiga faktor tersbut yang
terpenting adalah faktor sumber-sumber daya manusia, karena manusia adalah
sekaligus tujuan dan alat, subyek sekaligus obyek dari pembangunan. Disini dapat
dikatakan bahwa tingginya sumber daya manusia sangat berperan dalam pencapaian
pembangunan nasional.
Pembanguna nasional yang mencakup pengertian pembangunan manusia seutuhnya,
menunutut adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pembanguanan
dianggap sebagai sarana yang ampuh untuk mencapai pertumbuhan ekonomi,
keadaan sosial, kesatuan nasional dan sebagainya. Untuk itu suatu negara dikatakan
maju bila pembangunannya telah tercapai.
Pendidikan pada umumnya dipandang sebagai faktor utama dalam pembangunan,
bahkan sebagai “kunci pembangunan”. Terhadap pandangan ini perlu ditambah bahwa
kemampuan pendidikan untuk memotori dan menopang proses pembangunan sangat
ditentukan oleh relevan tidaknya program pendidikan
Situasi lingkungan mempengaruhi proses dan pemerataan pendidikan. Situasi
lingkungan itu meliputi; lingkungan fisik, lingkungan teknis, dan lingkungan sosial
kultural. Sebagai salah satu faktor lingkungan ini secara potensial dapat menunjang
atau menghambat usaha pendidikan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendidikan adalah tempat untuk membentuk citra baik dalam diri manusia agar
berkembang seluruh potensi dirinya. Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional juga telah menjelaskan bahwa pendidikan adalah tempat
atau wadah untuk mengembangkan seluruh potensi diri yang ada pada diri manusia.
Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Pendidikan
1. Faktor Keluarga
Keluarga adalah madrasah pertama bagi seorang anak dimana dia akan belajar apapun
dari kedua orang tua maupun orang dewasa di sekitarnya. Biasanya apa yang ditanamkan
di rumah akan dibawa anak sampai kapanpun dan diyakini sebagai sebuah kebenaran.
2. Faktor Sekolah
Sekolah juga menjadi salah satu bagian dari faktor yang mempengaruhi
pendidikan karena disitulah siswa akan menuntut ilmu dan belajar hal-hal lainnya.
Di sekolah juga anak-anak akan mulai berinteraksi dengan orang-orang diluar
keluarganya yang berasal dari latar belakang berbeda, pola asuh berbeda, nilai-
nilai yang tidak sama dan sebagainya.
3. Faktor Lingkungan
Faktor yang ketiga adalah lingkungan di mana anak atau siswa tinggal.
Pendidikan baik yang diberikan dalam keluarga maupun sekolah bisa saja sia-sia
jika anak berada dalam lingkungan yang tidak bagus misalnya di tengah pergaulan
dengan anak-anak yang suka tawuran.
4. Faktor Fisiologis
Maksud dari faktor fisiologis adalah kondisi jasmani dari siswa apakah sehat atau
menderita suatu penyakit atau cacat tertentu. Mungkin masih banyak orang yang
kurang menyadari bahwa kondisi jasmani seseorang dapat berpengaruh pada
kemampuan mereka dalam menerima informasi dan lain-lain termasuk pelajaran
5. Faktor Psikologis
Bagaimana kondisi psikologis seseorang juga dapat mempengaruhi kemampuan
belajar. Siswa yang sedang ada masalah di dalam keluarganya tentu saja tidak
dapat fokus mengikuti pelajaran karena perasaan sedih, marah dan sebagainya.
Contoh lainnya misalnya siswa yang sering mengalami perundungan oleh teman-
teman lainnya biasanya akan merasa minder sehingga tidak memiliki motivasi
untuk belajar dan bersekolah.
Masalah Pendidikan di Indonesia
1. Keterbatasan Jumlah Guru Terampil
2. Sarana dan Prasarana Tidak Memadai
3. Minim Bahan Pembelajaran.
4. Mahalnya Dana Pendidikan.
5. Mutu Pendidikan Rendah.
6. Minoritas Bagi Kelompok Difabel
Upaya yang dilakukkan untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah
1. Efektifitas Proses belajar Mengajar Tinggi
2. Kepemimpinan yang Kuat
3. Pengelolaan yang Efektif Tenaga Kependidikan
4. Sekolah Memiliki Budaya Mutu
5. Sekolah Memiliki Kewenangan (Kemandirian)
6. Partisipasi Warga Sekolah dan Masyarakat
7. Sekolah Memiliki Keterbukaan Manajemen
8. Sekolah Memiliki Kemauan untuk Berubah (Psikologis dan Fisik)
9. Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan secara Berkelanjutan
10. Sekolah Responsif dan Antisipatif terhadap Kebutuhan
11. Sekolah memiliki Akuntabilitas
12. Sekolah Memiliki Sustainbilitas
B. SARAN
Upaya yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia kita
Hapus diskriminasi pendidikan, Menentukan sekolah untuk siswa, Penempatan guru
yang merata, Diskriminasi seragam antar siswa, Penambahan materi tertib dan buang
sampah pada tempatnya pada kurikulum. Kita sebagai guru dapat menjadi faktor
pendorong bagi pendidikan di Indonesia agar lebih baik dengan meningkatkan kualitas
diri untuk menjadi pengajar yang cerdas dan kreaif lagi bagi siswa siswi kita kelak.
DAFTAR PUSTAKA

https://roboguru.ruangguru.com/forum/taukah-kamu-apa-pengertian-pendidikan-
apakah-pendidikan-sama-dengan-sekolah-_FRM-PS75UPBQ

https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Indonesia#:~:text=Pendidikan%20juga
%20dibagi%20ke%20dalam,dasar%2C%20menengah%2C%20dan%20tinggi.

https://www.kompasiana.com/yuristafatinah6341/62a0527ebc81670796364dd2/
masalah-yang-dihadapi-siswa-guru-dan-sekolah-dalam-proses-pembelajaran

https://smpnegeri3jakarta.sch.id/blog/upaya-meningkatkan-mutu-pendidikan-sekolah/

https://deepublishstore.com/blog/masalah-pendidikan-di-indonesia/

Nasution,S. Sosiologi Pendidikan, (Bandung : Bumi Aksara, 2004) h. 40-43


Ferry Indraharti,Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Lulusan SMP Melanjutkan Ke SMA
Bagi Penduduk Desa KemiriomboKec.Gemawang Kab.Temanggung, Jurnal Kreatif
Kaimbiro Online Vol.3 No 4,Semarang: 2005, h.14-16

https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/pengertian-pendidikan/

https://www.smadwiwarna.sch.id/faktor-yang-mempengaruhi-pendidikan-di-indonesia/

https://www.smpksantopetrusjember.sch.id/profil/strategi-pencapaian-mutu

Anda mungkin juga menyukai