OLEH :
KELOMPOK 12
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dimana atas berkat
dan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat menjadi seperti saat ini bisa merasakan
nikmatnya menuntut ilmu di Universitas Negeri Medan.
Ucapan tetimakasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu
kami dalam proses pembuatan dan penyusunan makalah yang berjudul “ Konsep Pendidikan
Luar Sekolah” ini khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Keterampilan Dasar
Pendidikan Masyarakat.
Dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun (konstruktif) dari semua pembaca, karena kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini tentulah masih banyak sekali kekurangan. Akhir kata, semoga karya ini bisa
bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi pembaca.
Kelompok 12
2
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4
C. Tujuan..................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
A. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah (PLS)....................................................................5
B. Praktik Pendidikan Luar Sekolah....................................................................................6
C. Permasalahan Pendidikan di Indonesia...........................................................................8
D. Solusi yang Dapat Diberikan Untuk Mengatasi Permasalahan Pendidikan..............10
BAB III.........................................................................................................................................12
PENUTUP....................................................................................................................................12
A. KESIMPULAN.................................................................................................................12
B. SARAN...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik.
Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat
manusia Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
menyebutkkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak peradaban bangsa yang bermartbat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Pendidikan Luar Sekolah timbul dari konsep pendidikan seumur
hidup dimana kebutuhan akan pendidikan tidak hanya pendidikan persekolahan.
Pendidikan Luar Sekolah pelaksanaannya lebih ditekankan kepada pemberian keahlian
dan keterampilan dalam suatu bidang tertentu. Pembinaan dan pengembangan Pendidikan
Luar Sekolah dipandang relevan untuk bisa saling mengisi atau menopang dengan sistem
persekolahan, agar setiap insan bisa menyesuaikan hidup sesuai dengan perkembangan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan luar sekolah (bahasa Inggris: Out of school education) adalah pendidikan yang
dirancang untuk membelajarkan warga belajar agar mempunyai jenis keterampilan atau
pengetahuan serta pengalaman yang dilaksanakan di luar jalur pendidikan formal (persekolahan).
Pendidikan luar sekolah merupakan bentuk dari perkembangan peyelenggaraan pendidikan
secara luas, bahwa pendidikan tidak hanya kegiatan yang terorganisir di sekolah tetapi juga
pendidikan di luar, karena pada hakikatnya pendidikan yang sebenaranya kehidupan dan sekolah
hanya bagian kecil yang dibatasi oleh jenjang umur.
Pendidikan seumur hidup yang disebut dengan life long education adalah Pendidikan
yang menekankan bahwa proses penddikan berlangsung terus menerus sejak seseorang di
lahirkan hingga mengenal dunia, baik dilaksanakan di jakur Pendidikan formal, non formal,
maupun informal. Konsep Pendidikan seumur hidup sangat erat kaitannya dengan paham tentang
waktu berlangsungnya Pendidikan.
5
Dalam Pasal 26; ayat (3 dan 4)
Ayat 3 Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia
dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
6
Pendidikan Keaksaraan adalah upaya pembelajaran untuk menumbuhkan dan
mengembangkan kemampuan membaca, menulis, berhitung dan berbahasa Indonesia
dengan kandungan nilai fungsional, bagi upaya peningkatan kualitas hidup dan
penghidupan kaum buta aksara.
6. Peraktik pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja
Pelatihan keterampilan kerja adalah proses pembelajaran dan pengembangan
keterampilan yang spesifik untuk pekerjaan atau profesi tertentu.
7. Praktik pendidikan kesetaraan
Pendidikan Kesetaraan adalah program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan
pendidikan umum setara sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah, sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah, dan sekolah menengah atas/madrasah aliyah yang
mencakupi program paket A, paket B, dan paket C serta pendidikan kejuruan setara
sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan yang berbentuk paket C kejuruan.
Ayat 4 Satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus. lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim serta satuan pendidikan
yang sejenis.
1. Lembaga Kursus
Dalam PP No. 73 tahun 1991 dijelaskan bahwa kursus adalah satuan pendidikan lua
sekolah yang terdiri atas sekumpulan warga masyarakat yang memberikan pengetahuan
keterampilan dan sikap mental tertentu bagi warga belajar.
2. Kelompok Belajar
Menurut Zaenudin (1985), kelompok belajar adalah upaya yang dilakukan secara sadar
dan berencana melalui bekerja dan belajar dalam kelompok belajar untuk mencapai suatu
kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sekarang.
3. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
PKBM merupakan tempat belajar yang dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam
rangka usaha untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, hobi, dan bakat
warga masyarakat.
4. Majelis Taklim
7
Majelis taklim adalah suatu lembaga pendidikan yang dibentuk atas dasar pendekatan
dari kebutuhan masyarakat (bottom up approach), dengan kegiatannya lebih berorientasi
pada keagamaan, khususnya agama Islam.
5. Satuan Pendidikan Yang Sejenis
Satuan pendidikan yang sejenis adalah satuan yang tidak termasuk pada luar satuan yang
sudah dijelaskan di atas. Satuan lainnya di antaranya pesantren, sanggar seni, TKA/TPA.
6. Pendidikan Kecakapan Hidup
Pendidikan kecakapan hidup adalah kemampuan yang mencakup penguasaan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang saling berinteraksi diyakini sebagai unsur
penting untuk lebih mandiri.
8
Masalah penempatan guru ini biasanya terjadi karena kekurangan guru di suatu
daerah tertentu. Hal itu membuat guru yang ada harus bisa mengajar bidang studi lain
untuk memenuhi kebutuhan siswanya. Kekurangan guru ini biasa terjadi di daerah
yang terpencil, karena tidak meratanya penyaluran guru ke daerah tersebut.
4) Rendahnya Kualitas Guru
Menurut Herlambang, saat ini terbangun paradigma keliru tentang pemahaman
profesi guru yang meliputi: (1) Mencetak manusia yang siap untuk kerja; (2)
Memandang bahwa mendidik merupakan pekerjaan mudah dan dapat dilakukan oleh
siapapun; dan (3) Memiliki tujuan utama yaitu untuk mendapat penghasilan
(Herlambang: 2018). Padahal, Indonesia membutuhkan guru yang berkualitas dan
profesional. Seperti yang dikatakano oleh Suparno, bahwa pendidikan di Indonesia
saat ini membutuhkan guru yang melakukan tugasnya sebagai panggilan bukan
sekadar tuntutan pekerjaan (Suparno 2004). Sebagai seorang pendidik atau guru harus
bisa menjalankan kewajibannya sebagai mana mestinya, guru memiliki kewajiban
untuk mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan menilai anak didiknya.
5) Biaya Pendidikan yang Mahal
Biaya pendidikan yang mahal akan membuat ketidakmerataannya pendidikan di
Indonesia dan akan berdampak tidak baik terhadap berbagai aspek di kehidupan.
Menurut Idris, permasalahn pendidikan ini akan berdampak terhadap segala aspek di
kehidupan, akan merajalelanya pengangguran, marak kriminalitas, kemiskinan yang
semakin meningkat, dan sebagainya.
b. Masalah Pendidikan di Indonesia dalam Lingkup Mikro
a) Metode Pembelajaran yang Monoton
Metode pembelajaran yang monoton ini berarti tidak ada perubahan dan inovasi,
dengan kata lain metode ini dilakukan begitu saja tidak ada perbedaan saat
menyampaikan materi. Padahal, metode pembelajaran yang digunakan sangatlah
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pasalnya proses pembelajaran adalah
kegiatan yang bernilaii edukatif, dimana terjadi interaksi antara siswa dan guru.
Interaksi dalam proses kegiatan pembelajaran benilai edukatif dikarenakan siswa
diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang telah disusun
9
sebelumnya, tujuan tersebut mengaharapkan siswa dapat memahami dan mengerti
materi yang disampaikan.
b) Sarana dan Prasarana Kurang Memadai
Sampai saat ini masih kerap dijumpai di sekolah-sekolah daerah tertentu fasilitas
yang tidak memadai, bahkan tidak ada fasilitas sama sekali. Masalah rendahnya
kualitas sarana dan prasarana pendidikan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor,
seperti penyaluran dana yang terhambat, penyalahgunaan dana sekolah, perawatan
sarana dan prasarana yang buruk, pengawasan pihak sekolah yang acuh terhadap
sarana dan prasarana, dan faktor lainnya. Akibatnya, banyak siswa yang tidak dapat
menikmati fasilitasi di sekolah dengan baik.
10
Menurut Aziz, pendidikan yang bermutu yaitu pendidikan yang dapat memnuhi
harapan, kebutuhan, dan keinginan sesuai harapan masyarakat (Aziz: 2017).
Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan: (1) Menetapkan kurikulum
sesuai dengan yang dibutuhkan (sesuaikan dengan kondisi siswa, masyarakat, dan
negara); (2) Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana; (3) Mengadakan kegiatan-
kegiatan sederhana seperti, kursus, program literasi, menjalin hubungan dengan wali
murid dan lain sebagainya.
d. Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Saat ini rendahnya prestasi siswa masih menjadi tantangan tersendiri bagi pendidikan
Indonesia. Kenyataan ini sangatlah disayangkan, karena ini membuktikan adanya
kegagalan dalam pendidikan di Indonesia. Maka dari itu perlu melakukan tindakan
atau upaya yang dapat menjadi solusi atas permasalahan tersebut, diantaranya: (1)
Guru menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan efektif, tidak
monoton; (2) Siswa harus aktif dalam kegiatan pembelajaran menjadi pusat belajar,
bukan hanya sebagai pendengar; (3) Peran orang tua dalam memotivasi abaknya
untuk belajar sangat diperlukan; dan (4) Masyarakat turut membantu proses belajar
siswa dengan menciptakan lingkungan yang baik dan nyaman.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan luar sekolah ini mempunyai karakteristik, jenis dan satuan yang berbeda dari
pendidikan pada umumnya seperti disekolah atau pendidikan formal. Pendidikan luar sekolah ini
memiliki karakteristik, jenis dan satuan tersendiri. Hal inilah yang membedakannya dengan
pendidikan sekolah. Pendidikan luar sekolah ini timbul dari konsep pendidikan seumur hidup
dimana kebutuhan akan pendidikan tidak hanya pada pendidikan persekolahan atau pendidikan
formal saja. Pendidikan luar sekolah ini pelaksanaannya lebih ditekankan kepada pemberian
keahliandan keterampilan dalam suatu bidang tertentu.
Pendidikan adalah suatu hal yang disepakati menjadi hal yang pokok dalam suatu bangsa
manapun. Indonesia sendiri merupakan negara yang sangat peduli terhadap pelaksanaan
pendidikannya. Namun, pendidikan tidak pernah lepas dari berbagai permasalahan yang
menyebabkan terhambatnya pendidikan Indonesia mencapai tujuan dan harapan. Uraian diatas
memperlihatkan bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia ini yang cukup memprihatinkan.
Maka dari itu perlu adanya kesadaran dari tiap individu untuk membangun Indonesia menajdi
lebih baik dan lebih maju, misalnya melalui pendidikan.
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam
penulisan maupun isi dalam makalah ini. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengalaman
dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu kami mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan
yang terdapat dalam makalah ini. Penulis mengharapkan kritik dan sarannya dari kita semua baik
dalam penulisan makalah ini maupun informasinya agar pendidikan di negara kita ini lebih baik
dan bermutu dan tentu saja tidak terlepas dari peran kita semua sebagai generasi penerus yang
akan membangun negara ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
Eliandy. R. R, dkk. (2021). Karakteristik, Jenis Dan Satuan Pendidikan Luar Sekolah. Jurnal
ITTIHAD. Vol 5 No. 1
13