DI SUSUN OLEH :
Noverianus telaumbanua
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………….
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………….
C. TUJUAN …………………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN………………………………………………………………………
B. SARAN………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A . LATAR BELAKANG
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan undang-undang
dasar Negara republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilainilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggapan terhadap tuntutan perubahan zaman.
Pendidikan selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial
budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam perkembangan itulah muncul berbagai
pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan atau disebut dengan Aliran-aliran
dalam pendidikan. Adanya aliran-aliran dalam pendidikan dan pemikiran-pemikiran pendidikan
dimulai sejak awal hidup manusia karena setiap manusia selalu dihadapkan dengan generasi penerus
( Generasi muda). Pemikiran –pemikiran dalam pendidikan selalu berlangsung seperti suatu diskusi
berkepanjangan yang akan selalu menimbulkan pro dan kontra, bermula dari pro dan kontra inilah
bermunculan suatu pemikiran-pemikiran yang baru. Pemikiran-pemikiran baru tersebut muncul
karena pemikiran-pemikiran lama yang mengalami perkembangan dan pembaharuan dari masa ke
masa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja sistem Pendidikan nasional?
2. Apa saja aliran aliran Pendidikan?
3. apa saja hubungan system Pendidikan nasional dengan aliran aliran Pendidikan?
C . TUJUAN
1. Mengetahui system Pendidikan nasional
2. Mengetahui aliran aliran Pendidikan
3. Mengetahui hubungan system Pendidikan nasional dengan aliran aliran pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa yunani (sustēma) adalah
sekumpulan unsur/elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan
kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan, pendidikan merupakan usaha yang secara sadar dan terencana untuk
membantu meningkatkan perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi
kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara/masyarakat, dengan
memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai( dilihat dari sudut
perkembangan yang dialami oleh anak, maka usaha sadar dan terencana tersebut ditujukan untuk
membantu anak dalam menghadapi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan yang dialaminya
dalam setiap periode perkembangan. Dengan kata lain, pendidikan dipandang mempunyai peranan
yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam perkembangan anak.
Branata (1998) mengungkapkan bahwa pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan,
baik langsung maupun secara tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya
mencapai kedewasaan. Pendapat diatas sejalan dengan pendapat Purwanto (1987:11) yang
menyatakan bahwa pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa
kepada anak-anak, Dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan
bagi masyarakat.
1. Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional
Berdasarkan landasan filosofis tersebut, sistem pendidikan nasional menempatkan peserta
didik sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya dengan
tugas memimpin kehidupan yang berharkat dan bermartabat serta menjadi manusia yang bermoral,
berbudi luhur, dan berakhlak mulia. Pendidikan merupakan upaya memberdayakan pesertadidik
untuk berkembang menjadi manusia Indonesia seutuhnya, yaitu yang menjunjung tinggi dan
memegang dengan teguh norma dan nilai sebagai berikut:
Norma agama dan kemanusiaan untuk menjalani kehidupan sehari-hari, baik sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, makhluk individu,maupun makhluk sosial;
Norma persatuan bangsa untuk membentuk karakter bangsa dalam rangka memelihara
keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
Norma kerakyatan dan demokrasi untuk membentuk manusia yang memahami dan
menerapkan prinsip-prinsip kerakyatan dan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara; dan
Nilai-nilai keadilan sosial untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang merata dan
bermutu bagi seluruh bangsa serta menjamin penghapusan segala bentuk diskriminasi dan bias
gender serta terlaksananya pendidikan untuk semua dalam rangka mewujudkan masyarakat
berkeadilan sosial
Arus Globalisasi
Globalisasi memungkinkan adanya akses yang terbuka terutamadalam kehidupan ekonomi,
dengan begitu transaksi ekonomi tidak adapembatasan yang mutlak, sejak terhitung saat
konvensi telah disepakati.
Arus informasi dan Kemajuan IPTEK
Arus informasi yang begitu deras seiring dengan globalisasi tidak dapat dibendung dengan
mudah. Lebih membahayakan lagi jika arus informasi itu memiliki muatan nilai-nilai budaya
yang bertentangandengan nilai-nilai Pancasila. Kemajuan IPTEKS di samping mendatangkan
kesejahteraan, juga dapat berdampak negatif terhadap kesehatan lingkungan dan polusi-polusi
lain yang membahayakan kesehatan manusia. Untuk dapatmemanfaatkan kehadiran kemajuan
IPTEKS, sangat dituntut bangunanmasyarakat yang berbasis pengetahuan
Persoalan Karakter
Menurut DITNAGA-DIKTI (2010) di kalangan pelajar danmahasiswa dekadensi moral ini
tidak kalah memprihatinkan. Perilakumenabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan
sampai yang beratmasih kerap diperlihatkan oleh pelajar dan mahasiswa.
Kebiasaan“mencontek” pada saat ulangan atau ujian masih dilakukan.
Gagasan dan pelaksanaan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakat.
Sejak dulu, kini maupun di masa depan pendidikan itu selalu mengalami perkembangan seiring
dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan IPTEK. Pemikiran-pemikiran yang
membawa pembaharuan pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan. Seperti bidang-bidang
lainnya,pemikiran-pemikiran dalam pendidikan itu berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan
yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir-pemikir
berikutnya,dan karena dialog tersebut akan melahirkan lagi pemikiran-pemikiran baru dan demikian
seterusnya. Pada setiap aliran pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam memandang
perkembangan manusia. Hal ini berdasarkan atas faktor-faktor dominan yang dijadikan sebagai dasar
pijakan bagi perkembangan manusia
2. Macam-macam Aliran-aliran Klasik dalam Pendidikan
1. Aliran Empirisme
Tokoh aliran ini adalah John Locke (1704-1932) dengan teori “Tabul Larasa” yaitu anak
Tlahir di dunia bagikan kertas putih yang bersi, pengalaman empirik yang di peroleh dari
lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Menurut
pandangan empirisme pendidikan memegang peran yang penting karena dapat menyediakan
lingkungan pendidikan kepada anak dan akan di terima oleh anak sebagai pengalaman.
Aliran ini dipandang berat sebelah karena hanya mementingkan peranan pengalaman
yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa sejak lahir
dianggap tidak menentukan faktanya dalam kehidupan seharihari terdapat anak-anak
yang berhasil karena bakat nya meski lingkungan sekitar tidak mendukung. Keberhasilan
ini disebabkan adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri anak yang berupa
kecerdasan, motivasi atau potensi-potensi lainnya meskipun demikian penganut aliran ini
masih pada pendapatnya yang memandang manusia sebagai makhluk yang pasif dan
dapat dimanipulasi. Hal ini diyakini juga oleh B.F Skinner ataupun pandangan
Behavioral lainnya. Behaviorisme itu menjadikan perilaku manusia yang tanpa keluar
sebagai sasaran kajiannya dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu sebagai hasil
belajar semata. Meskipun demikian banyak ragam dari pandangan behavioral dalam
menentukan faktor paling dominan dalam proses belajar, seperti :
Ivan Pavlov (1849-1936) dari Rusia dan Jhon B. Watson (1878-1958) dari Amerika
Serikat, yang menekankan pandangan nya tentang peranan stimulus respon terhadap
perilaku.
N.E. Miler dan J Dollard (1941) yang dikembangkan oleh A. Bandura menyatakan
bahwa peranan pengamatan dari imitasi sangat penting “Participant Modeling”
2 Aliran Nativisme
Schopenhouer filsuf Jerman (1788-1800) sebagai tokoh aliran ini berpendapat bahwa bayi
itu lahir sudah dengan pembawaan baik maupun buruk. Oleh karenya hasil akhir dari sebuah proses
pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Menurut pandangan ini
keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Dikatakan bahwa yang jahat akan
menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan
pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak itu sendiri ,bagi aliran ini
lingkungan tidak akan memberikan arti sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi
perkembangan anak.
3. Aliran Naturalisme
sepenuhnya lahir maupun bathin Prancis JJ Rousseau (1712-1778) berpendapat bahwa semua
anak yang banu dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan baik anak akan menjadi rusak
karena dipengaruhi oleh lingkungan. Rousseau berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang
dewasa malalan dapat merusak pembawaan anak yang baik itu. Aliran ini juga disebut negativisme,
karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam.
Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang dilaksanakan adalah menyerahkan
anak didik ke alam, agar pembawaan baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui
proses kegiatan pendidikan itu. J.J Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan
masyarakat yang serba dibuat-buat sehingga anak-anak yang diperoleh secara alamiah sejak saat
kelahirannya itu dapat secara spontan dan bebas. la mengusulkan adanya permainan bebas kepada
anak didik untuk mengembangakan pembawaanya, kemampuan- kemampuannya, dan
kecenderungan-kecenderungannya. Pendidikan han dijauhnya dari perkembangan anak karena hal itu
dapat menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat dibuat-buat dan dapat membawa anak kembali
ke alam untuk mempertahankan segala yang baik. Seperti yang diketahui, gagasan naturalisme yang
menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini tidak terbukti malahan terbukti sebaliknya
pendidikan makin lama makin diperlukan.
4. Aliran Konvergensi
William Stern (1871-1939) berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan didunia sudah
disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam
proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama
mempunyai peranan yang sangat penting Bakat yang dibawa anak pada saat lahir akan berkembang
dengan baik tanpa adanya dukungan adanya dukungan lingkungan yang susuai untuk perkembangan
bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang
optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperkikan untuk mengembangkan
itu, sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata adalah juga
konvorgensi. Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbicara melalui situasi lingkungannya,
anak belajar berbicara melahi bahasa tertentu. Lingkunganpun mempengaruhi anak didik dalam
mengembangkan pembawaan bahasanya.
Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara has sebagai pandangan yang tepat
dalam memahami tumbuh kembang manusia. Meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang
faktor-faktor mana yang peling penting dalam menentukan tumbuh kembang itu. Seperti yang telah
dikemukakan bahwa variasvarasi itu tercermin antara lain dalam perbedaan pandangan tentang
strategi yang tepat untuk memahami peršaku manusia, seperti strategi disposisional/konstitusional
strategi phenomenologis, strategi behavioris, strategi psikodinamik/psikoanalik, dan sebagainya.
Demikian pula halnya dalam belajar mengajar, variasi pendapat itu telah menyebabkan munculnya
berbagai teori belajar dan teori model belajar. Sebagai contoh dikenal berbagai pendapat tentang
model model mengajar seperti rumpun mengajar behavioral (umpan model belajar tuntas, model
belajar kontrol diri sendiri, model belajar simulasi dan model belajar asertif), rumpun model
pemrosesan informasi (model belajar inkuiri, model presentasi kerangka dasar dan model
pengembangan berfikir) dan lain lain.
Setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri (zelf beschikkingsrech) dengan
mengingat terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum
Pengajaran harus memberikan pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin
dapat memerdekakan diri
Pengajaran harus bersandar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri
Pengajaran bunus tersebar hus sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat
Untuk mengejar kemerdekaan hidup yanghendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri,
dan menolak bantuan apapun dan dari siapun yang mengikat, bask ikatan secara lahir mapun
ikatan secara bathin
Sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri
segala usaha yang dilakukan.
Dalam mendidik anak perlu adanya keikhlasan lahir maupun bathin untuk mengorbankan
segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagian anak-anak
Asas dan tujuan ruang lingkup Pergman Pendidikan INS dan KayuTanam antara lain:
a. Berfikir logis dan rasional
b. Keaktifan atau kegiatan
e. Pendidikan masyarakat
d. Memperhatikan pembawaan anak
e. Mentang intelektualisme
Setelah kemerdekaan Indonesia, Moh Syafei mengembangkan asas-asas pendidikan INS
menjadi dasar-dasar pendidikan Republik Indonesia. Dasar-dasar tersebut dikembangkan dengan
megintegrasikan asas-asas Ruang Pendidikan INS, sila-sila dari Pancasila.
HUBUNGAN
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN
ALIRAN ALIRAN PENDIDIKAN
Sistem Pendidikan nasiaonal dan aliran aliran Pendidikan yang menjadi hubungan
Nya yaitu sama sama membangun Pendidikan dan potensin yang ada dalam diri peserta didik
supaya menjadi manusia yang beriman dan bertakwan terhadap tuhan yang maha esa. Mampu
membentuk Pendidikan dan ilmu yang ada diri seseorang dan untuk mengubah pemikiran manusia
atau masyarakat yang tidak tahu menjadi tahu yang atau juga bisa dinamakan memanusiakan
manusia serta mengembangkan Pendidikan di berbagai sekolah yang memakai system pembelajaran
pertemuan siswa dengan guru yang dilaksana didalam kelas maupun di luar kelas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Tujuan
pendidikan nasional adalah untuk “berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Aliran-aliran dalam pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan
dalam dunia pendidikan.Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni
pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir
berikutnya,sehingga timbul pemikiran yang baru, dan demikian seterusnya. Agar diskusi
berkepanjangan itu dapat dipahami, perlu aspek dari aliran-aliran itu yang harus dipahami. Oleh
karena itu setiap calon tenaga kependidikan harus memahami berbagai jenis aturan-aturan
pendidikan
B. SARAN
Semoga Makalah ini bermanfaat bagi yang membaca atau melihat dan mampu
memgembangkan system pendidikn dalam diri dan mampu mengembangkan pendidikan di berbagai
sekolah.