Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN


ALIRAN -ALIRAN PENDIDIKAN

Dosen pengampu : Aprianus Telaumbanua S.pd, M,pd

DI SUSUN OLEH :

Nama : YOLA ARISANDY GEA


NIM : 222109261
Prodi : PGSD
Kelas : E
M.K : Pengantar Pendidikan

UNIVERSITAS NIAS (UNIAS)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR(PGSD)
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGATAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Makalah saya ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari dukungan beberapa pihak
terutama kepada Bapak Aprianus Telaumbanua S.Pd,M.Pd.Kami mengucapkan
terimakasih atas arahan dan bimbingan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini saya susun sebagai tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan yang
membahas tentang Aliran-aliran Pendidikan, dengan adanya makalah ini semoga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.
Saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari Dosen Pengampu
dan teman-teman akan pembuatan makalah kami ini.

Gunungsitoli, 17 januari 2023

Noverianus telaumbanua
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………….
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………….
C. TUJUAN …………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

1. SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL………………………………………………


2. ALIRAN -ALIRAN PENDIDIKAN………………………………………………...
3. HUBUNGAN ………………………………………………………………………..

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN………………………………………………………………………
B. SARAN………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A . LATAR BELAKANG
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan undang-undang
dasar Negara republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilainilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggapan terhadap tuntutan perubahan zaman.
Pendidikan selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial
budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam perkembangan itulah muncul berbagai
pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan atau disebut dengan Aliran-aliran
dalam pendidikan. Adanya aliran-aliran dalam pendidikan dan pemikiran-pemikiran pendidikan
dimulai sejak awal hidup manusia karena setiap manusia selalu dihadapkan dengan generasi penerus
( Generasi muda). Pemikiran –pemikiran dalam pendidikan selalu berlangsung seperti suatu diskusi
berkepanjangan yang akan selalu menimbulkan pro dan kontra, bermula dari pro dan kontra inilah
bermunculan suatu pemikiran-pemikiran yang baru. Pemikiran-pemikiran baru tersebut muncul
karena pemikiran-pemikiran lama yang mengalami perkembangan dan pembaharuan dari masa ke
masa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja sistem Pendidikan nasional?
2. Apa saja aliran aliran Pendidikan?
3. apa saja hubungan system Pendidikan nasional dengan aliran aliran Pendidikan?

C . TUJUAN
1. Mengetahui system Pendidikan nasional
2. Mengetahui aliran aliran Pendidikan
3. Mengetahui hubungan system Pendidikan nasional dengan aliran aliran pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN
A. SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa yunani (sustēma) adalah
sekumpulan unsur/elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan
kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan.

Sedangkan, pendidikan merupakan usaha yang secara sadar dan terencana untuk
membantu meningkatkan perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi
kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara/masyarakat, dengan
memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai( dilihat dari sudut
perkembangan yang dialami oleh anak, maka usaha sadar dan terencana tersebut ditujukan untuk
membantu anak dalam menghadapi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan yang dialaminya
dalam setiap periode perkembangan. Dengan kata lain, pendidikan dipandang mempunyai peranan
yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam perkembangan anak.
Branata (1998) mengungkapkan bahwa pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan,
baik langsung maupun secara tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya
mencapai kedewasaan. Pendapat diatas sejalan dengan pendapat Purwanto (1987:11) yang
menyatakan bahwa pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa
kepada anak-anak, Dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan
bagi masyarakat.
1. Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional
Berdasarkan landasan filosofis tersebut, sistem pendidikan nasional menempatkan peserta
didik sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya dengan
tugas memimpin kehidupan yang berharkat dan bermartabat serta menjadi manusia yang bermoral,
berbudi luhur, dan berakhlak mulia. Pendidikan merupakan upaya memberdayakan pesertadidik
untuk berkembang menjadi manusia Indonesia seutuhnya, yaitu yang menjunjung tinggi dan
memegang dengan teguh norma dan nilai sebagai berikut:

 Norma agama dan kemanusiaan untuk menjalani kehidupan sehari-hari, baik sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, makhluk individu,maupun makhluk sosial;
 Norma persatuan bangsa untuk membentuk karakter bangsa dalam rangka memelihara
keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
 Norma kerakyatan dan demokrasi untuk membentuk manusia yang memahami dan
menerapkan prinsip-prinsip kerakyatan dan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara; dan
 Nilai-nilai keadilan sosial untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang merata dan
bermutu bagi seluruh bangsa serta menjamin penghapusan segala bentuk diskriminasi dan bias
gender serta terlaksananya pendidikan untuk semua dalam rangka mewujudkan masyarakat
berkeadilan sosial

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional


Menurut pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa”. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk “berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.

3. Strategi Pembangunan Pendidikan Nasional


Menurut Penjelasan atas UU RI No. 2 Tahun 2003, pembaharuan sistem pendidikan
memerlukan strategi tertentu. Adapun strategi pembangunan pendidikan nasional meliputi:

 Pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia;


 Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi;
 Proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
 Evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan;
 Peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan;
 Penyediaan sarana belajar yang mendidik;
 Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan
berkeadilan;
 Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata;
 Pelaksanaan wajib belajar;
 Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan;
 Pemberdayaan peran masyarakat;
 Pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat; dan
 Pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional.
B. Permasalahan Pendidikan dan Tantangan Pembangunan Pendidikan
Nasional
a. Pengelolaan dan Pengawasan Pendidikan
1. Personalia Pengelolaan Permasalahan Pendidikan
Personalia dan Pengawasan Pendidikan Profesionalisme pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan masih rendah (termasuk dalam permasalahan efisiensi pendidikan).
Pengelolaan atau birokrasi pendidikan masih menunjukkan efektivitas dan efisiensi yang belum
menggembirakan yang diindikasikan dengan beberapa hal, di antaranya: penentuan pejabat di
lingkungan pendidikan tidak selalu ber-track record baik di bidang pendidikan; penentuan
kepala sekolah dan penempatannya masih kurang transparan, sehingga tidak selalu diperoleh the
right man on the right place.
a. Kualifikasi dan Kompetensi Guru
Kualifikasi dan kompetensi guru masih under-qualified. Jika mengacu pada tuntutan
undang-undang dan kualitas pendidikan yang diharapkan, mayoritas kualifikasi dan
kompetensi guru masih jauh dari yang seharusnya.
b. Sertifikasi guru dan dosen
Program sertifikasi guru dan dosen juga menyisakan problem yangtidak sedikit. Bagi
guru program ini mengakibatkan kesenjangan yang jelas antara guru yang sudah
mendapatkan sertifikasi dengan yang belum. Di samping karena masalah gaji yang
berbeda, ternyata prestis diantara guru yang professional dengan yang belum juga
berbeda. Akibatnya adalah terjadi kinerja yang kurang maksimal di kalanganpara guru
yang belum profesional dengan alasan kurangnya gaji yangditerima dibanding dengan
guru yang sudah professional.
c. Anggaran Pendidikan
Anggaran pendidikan yang ditetapkan dengan ukuran minimal 20% baik untuk APBN
maupun APBD pada hakekatnya berpotensi bagi tingkat kelancaran penyelenggaraan
pendidikan. Dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi
relatif tinggi, jika dikaitkan dengan kewenangan yang diberikan.
d. Fasilitas
Keterbatasan dalam hal sarana, prasarana, aksesibilitas, tenaga guru,dan fasilitas
pendidikan lainnya merupakan permasalahan terkait aspekpemerataan pendidikan.
Sarana dan prasarana pendidikan yang tersediamasih belum mencukupi, terlebihlebih
untuk sekolah dasar yangsebagian besarnya merupakan bangunan inpres (Instruksi
Presiden).Banyak sekolah yang bagunannya sudah tidak layak pakai dan
rusak.Demikian pula sarana-prasarana sekolah yang ada di daerah pedesaan,apalagi
sekolah-sekolah yang tersedia di pedesaan jauh lebih banyak.
e. Standardisasi Pendidikan
Kebijakan adanya standardisasi pendidikan juga menyisakan beberapa problem,
terutama bagi sekolah-sekolah swasta. Tidak banyaksekolah swasta yang mampu
membenahi kelembagaannya sehinggadapat mewujudkan sekolah yang berstandar
nasional. Kebijakan inimemang menjadi tantangan tersendiri bagi para pengelola
sekolah,sebab jika tidak bisa mewujudkan sekolah yang berstandar akan berakibat
berkurangnya minat masyarakat bersekolah di sekolah tersebut. Jika halini terjadi akan
mengurangi pemasukan dana yang menjadi tulangpunggung sekolah untuk menjalankan
program-program sekolahnya.
f. Evaluasi Pendidikan
Sistem evaluasi pendidikan yang digunakan belum komprehensif.Sistem evaluasi
pendidikan lebih cenderung mengandalkan penilaian akademik untuk menentukan
keberhasilan pendidikan peserta didik.
g. Relevansi Pendidikan dan Dukungan Masyarakat
Permasalahan relevansi pendidikan bisa dilihat dari tiga indikatoryakni kemitraan
dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) yang belum optimal, kurikulum yang
belum berbasis masyarakat dan potensi daerah, serta kecakapan hidup (life skill) yang
dihasilkan belum optimal.

 Arus Globalisasi
Globalisasi memungkinkan adanya akses yang terbuka terutamadalam kehidupan ekonomi,
dengan begitu transaksi ekonomi tidak adapembatasan yang mutlak, sejak terhitung saat
konvensi telah disepakati.
 Arus informasi dan Kemajuan IPTEK
Arus informasi yang begitu deras seiring dengan globalisasi tidak dapat dibendung dengan
mudah. Lebih membahayakan lagi jika arus informasi itu memiliki muatan nilai-nilai budaya
yang bertentangandengan nilai-nilai Pancasila. Kemajuan IPTEKS di samping mendatangkan
kesejahteraan, juga dapat berdampak negatif terhadap kesehatan lingkungan dan polusi-polusi
lain yang membahayakan kesehatan manusia. Untuk dapatmemanfaatkan kehadiran kemajuan
IPTEKS, sangat dituntut bangunanmasyarakat yang berbasis pengetahuan
 Persoalan Karakter
Menurut DITNAGA-DIKTI (2010) di kalangan pelajar danmahasiswa dekadensi moral ini
tidak kalah memprihatinkan. Perilakumenabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan
sampai yang beratmasih kerap diperlihatkan oleh pelajar dan mahasiswa.
Kebiasaan“mencontek” pada saat ulangan atau ujian masih dilakukan.

A. Tantangan Pembangunan Pendidikan Nasional


Menurut Kemendiknas (2010) berdasarkan analisis faktor eksternal,Internal, potensi, dan
permasalahan pendidikan dapat diidentifikasi berbagai tantangan yang dihadapi dalam melaksanakan
pembangunan pendidikan lima tahun ke depan. Tantangan-tantangan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Melengkapi peraturan turunan yang diamanatkan undang-undangdi bidang pendidikan;
2. Memenuhi komitmen global untuk pencapaian sasaran-sasaran Millenium Development
Goals (MDGs), Education For All (EFA), dan Education for Sustainable Development
(EfSD). Saat ini juga telahditerapkan Sustainable Development Goals (SDGs)
3. Menjamin tingkat kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikandi daerah terdepan,
terpencil, dan rawan bencana;
4. Menjamin keberpihakan terhadap masyarakat miskin untukmemperoleh akses pendidikan
bermutu seluas-luasnya pada semuasatuan pendidikan;
5. Menerapkan Standar Nasional Pendidikan dengan menekankankeseimbangan antara olah
pikir, olah rasa, olah hati, dan olahraga;

B. Inovasi dan Pembaharuan Pendidikan Indonesia


Pembaruan pendidikan merupakan suatu keharusan karena faktorsosial-budaya masyarakat
selalu mengalami perubahan, terutamadisebabkan oleh perkemba-ngan teknologi informasi yang
kian cepat. Sebagaimana telah dipaparkan pada bagiansebelumnya, secara umum bangsa Indonesia
menghadapi berbagaipermasalahan menyangkut kualitas pendidikan yang masih rendah,yang
mengakibatkan daya saing bangsa, baik di tingkat regional ASEAN,terlebih lagi di tingkat dunia,
kalah bersaing dengan negara lain. Haltersebut perlu direspon dengan cepat melalui pembenahan di
sektorpendidikan, mengingat saat ini perubahan semakin dinamis, sehinggasetiap permasalahan yang
muncul akan berpengaruh pada berbagaisektor lainnya.
1. Paradigma Pendidikan Nasional Abad 21
Badan Standar Nasional Pendidikan (2010) telah mempublikasikan bukutentang “Paradigma
Pendidikan Nasional Abad XXI”. Beberapa ketentuanyang tertuang dalam buku tersebut akan
disampaikan secara sekilas.

a) Tujuan Pendidikan Nasional Abad 21


Tujuan pendidikan nasional abad 21 dapat dirumuskan sebagai berikut: “Pendidikan Nasional
abad XXI bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang
sejahtera dan bahagia,dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia
global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yangberkualitas,
yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita
bangsanya”.
b. Paradigma Pendidikan Nasional Abad 21
Paradigma pendidikan nasional abad XXI dapat dirumuskan sebagai berikut:
 Untuk menghadapi abad XXI yang makin syarat dengan teknologidan sains dalam masyarakat
global di dunia ini, maka pendidikankita haruslah berorientasi pada ilmu pengetahuan
matematika dansains alam disertai dengan sains sosial dan kemanusiaan (humaniora)dengan
keseimbangan yang wajar.
 Pendidikan ilmu pengetahuan, bukan hanya membuat seorang pesertadidik berpengetahuan,
melainkan juga menganut sikap kelilmuan danterhadap ilmu pengetahuan, yaitu kritis, logis,
inventif dan inovatif,serta konsisten, namun disertai pula dengan kemampuan beradaptasi.
 Untuk mencapai ini mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikandasar, menengah dan
pendidikan tinggi haruslah merupakan suatusistem yang tersambung erat tanpa celah, setiap
jenjang menunjang penuh jenjang berikutnya, menuju ke frontier ilmu. Namun
demikian,penting pula pada akhir setiap jenjang, di samping jenjang untuk kependidikan
berikutnya, terbuka pula jenjang untuk langsung terjunke masyarakat.
 Bagaimanapun juga, pada setiap jenjang pendidikan perlu ditanamkan jiwa kemandirian,
karena kemandirian pribadi mendasarikemandirian bangsa, kemandirian dalam melakukan
kerjasama yangsaling menghargai dan menghormati, untuk kepentingan bangsa.
 Khusus di perguruan tinggi, dalam menghadapi konvergensi berbagai bidang ilmu
pengetahuan, maka perlu dihindarkan spesialisasi yangterlalu awal dan terlalu tajam.
 Dalam pelaksanaan pendidikan perlu diperhatikan kebhinnekaanetnis, budaya, agama dan
sosial, terutama di jenjang pendidikan awal.Namun demikian, pelaksanaan pendidikan yang
berbeda inidiarahkan menuju ke satu pola pendidikan nasional yang bermutu.

1. Berbabagai Inovasi/Pembaruan Pendidikan di Indonesia


Pelaksanaan inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum dan pembelajaran tidak dapat
dipisahkan dari inovator dan pelaksana inovasi itu sendiri. Inovasi pendidikan seperti yang dilakukan
di Kemendiknas atau Kemendikbud yang disponsori oleh lembaga-lembaga asingcenderung
merupakan “Top-Down Inovation”. Inovasi ini sengaja diciptakan sebagai upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan ataupemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun
sebagai usaha untuk meningkatkan efesiensi dan sebagainya.
ALIRAN ALIRAN PENDIDIKAN

1. Pengertian Aliran Pendidikan


Aliran-aliran dalam pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan
dalam dunia pendidikan.Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni
pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir
berikutnya,sehingga timbul pemikiran yang baru, dan demikian seterusnya. Agar diskusi
berkepanjangan itu dapat dipahami, perlu aspek dari aliran-aliran itu yang harus dipahami. Oleh
karena itu setiap calon tenaga kependidikan harus memahami berbagai jenis aturan-aturan
Pendidikan

Gagasan dan pelaksanaan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakat.
Sejak dulu, kini maupun di masa depan pendidikan itu selalu mengalami perkembangan seiring
dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan IPTEK. Pemikiran-pemikiran yang
membawa pembaharuan pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan. Seperti bidang-bidang
lainnya,pemikiran-pemikiran dalam pendidikan itu berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan
yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir-pemikir
berikutnya,dan karena dialog tersebut akan melahirkan lagi pemikiran-pemikiran baru dan demikian
seterusnya. Pada setiap aliran pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam memandang
perkembangan manusia. Hal ini berdasarkan atas faktor-faktor dominan yang dijadikan sebagai dasar
pijakan bagi perkembangan manusia
2. Macam-macam Aliran-aliran Klasik dalam Pendidikan
1. Aliran Empirisme
Tokoh aliran ini adalah John Locke (1704-1932) dengan teori “Tabul Larasa” yaitu anak
Tlahir di dunia bagikan kertas putih yang bersi, pengalaman empirik yang di peroleh dari
lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Menurut
pandangan empirisme pendidikan memegang peran yang penting karena dapat menyediakan
lingkungan pendidikan kepada anak dan akan di terima oleh anak sebagai pengalaman.
 Aliran ini dipandang berat sebelah karena hanya mementingkan peranan pengalaman
yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa sejak lahir
dianggap tidak menentukan faktanya dalam kehidupan seharihari terdapat anak-anak
yang berhasil karena bakat nya meski lingkungan sekitar tidak mendukung. Keberhasilan
ini disebabkan adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri anak yang berupa
kecerdasan, motivasi atau potensi-potensi lainnya meskipun demikian penganut aliran ini
masih pada pendapatnya yang memandang manusia sebagai makhluk yang pasif dan
dapat dimanipulasi. Hal ini diyakini juga oleh B.F Skinner ataupun pandangan
Behavioral lainnya. Behaviorisme itu menjadikan perilaku manusia yang tanpa keluar
sebagai sasaran kajiannya dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu sebagai hasil
belajar semata. Meskipun demikian banyak ragam dari pandangan behavioral dalam
menentukan faktor paling dominan dalam proses belajar, seperti :
 Ivan Pavlov (1849-1936) dari Rusia dan Jhon B. Watson (1878-1958) dari Amerika
Serikat, yang menekankan pandangan nya tentang peranan stimulus respon terhadap
perilaku.
 N.E. Miler dan J Dollard (1941) yang dikembangkan oleh A. Bandura menyatakan
bahwa peranan pengamatan dari imitasi sangat penting “Participant Modeling”

2 Aliran Nativisme
Schopenhouer filsuf Jerman (1788-1800) sebagai tokoh aliran ini berpendapat bahwa bayi
itu lahir sudah dengan pembawaan baik maupun buruk. Oleh karenya hasil akhir dari sebuah proses
pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Menurut pandangan ini
keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Dikatakan bahwa yang jahat akan
menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan
pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak itu sendiri ,bagi aliran ini
lingkungan tidak akan memberikan arti sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi
perkembangan anak.

3. Aliran Naturalisme

sepenuhnya lahir maupun bathin Prancis JJ Rousseau (1712-1778) berpendapat bahwa semua
anak yang banu dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan baik anak akan menjadi rusak
karena dipengaruhi oleh lingkungan. Rousseau berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang
dewasa malalan dapat merusak pembawaan anak yang baik itu. Aliran ini juga disebut negativisme,
karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam.
Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang dilaksanakan adalah menyerahkan
anak didik ke alam, agar pembawaan baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui
proses kegiatan pendidikan itu. J.J Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan
masyarakat yang serba dibuat-buat sehingga anak-anak yang diperoleh secara alamiah sejak saat
kelahirannya itu dapat secara spontan dan bebas. la mengusulkan adanya permainan bebas kepada
anak didik untuk mengembangakan pembawaanya, kemampuan- kemampuannya, dan
kecenderungan-kecenderungannya. Pendidikan han dijauhnya dari perkembangan anak karena hal itu
dapat menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat dibuat-buat dan dapat membawa anak kembali
ke alam untuk mempertahankan segala yang baik. Seperti yang diketahui, gagasan naturalisme yang
menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini tidak terbukti malahan terbukti sebaliknya
pendidikan makin lama makin diperlukan.

4. Aliran Konvergensi
William Stern (1871-1939) berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan didunia sudah
disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam
proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama
mempunyai peranan yang sangat penting Bakat yang dibawa anak pada saat lahir akan berkembang
dengan baik tanpa adanya dukungan adanya dukungan lingkungan yang susuai untuk perkembangan
bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang
optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperkikan untuk mengembangkan
itu, sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata adalah juga
konvorgensi. Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbicara melalui situasi lingkungannya,
anak belajar berbicara melahi bahasa tertentu. Lingkunganpun mempengaruhi anak didik dalam
mengembangkan pembawaan bahasanya.
Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara has sebagai pandangan yang tepat
dalam memahami tumbuh kembang manusia. Meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang
faktor-faktor mana yang peling penting dalam menentukan tumbuh kembang itu. Seperti yang telah
dikemukakan bahwa variasvarasi itu tercermin antara lain dalam perbedaan pandangan tentang
strategi yang tepat untuk memahami peršaku manusia, seperti strategi disposisional/konstitusional
strategi phenomenologis, strategi behavioris, strategi psikodinamik/psikoanalik, dan sebagainya.
Demikian pula halnya dalam belajar mengajar, variasi pendapat itu telah menyebabkan munculnya
berbagai teori belajar dan teori model belajar. Sebagai contoh dikenal berbagai pendapat tentang
model model mengajar seperti rumpun mengajar behavioral (umpan model belajar tuntas, model
belajar kontrol diri sendiri, model belajar simulasi dan model belajar asertif), rumpun model
pemrosesan informasi (model belajar inkuiri, model presentasi kerangka dasar dan model
pengembangan berfikir) dan lain lain.

5. Dua Aliran Pokok di Indonesi


1. Pergunan Kebangsaan Taman Siswa
perguruan taman siswa didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1932 di
Yogyakarta selanjutnya mulai didirikan Taman Indria (Taman kanak-kanak) dan kursus guru,
selanjutnya taman moda (Taman SD) disusul Taman Dewasa merangkap taman guru (malo kweek
school). Sekarang ini telah dikembangkan sehingga meliputi taman madya, Prasarjana, dan Sarjana
Wiyata. Dengan demikian Tamun siswa telah meliputi semua jenjang persekolahan, dari pendidikan
prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
perguruan tinggi taman sisiwa mempunyai tujuh asas perjuangan untuk menghadapi
pemerintahan kolonial belanda serta sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup yang
bersifat nasional dan demokratis Ketujuh asas tersebut biasanya disebut dengan asas 1922 adalah
sebagai berikut:

 Setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri (zelf beschikkingsrech) dengan
mengingat terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum
 Pengajaran harus memberikan pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin
dapat memerdekakan diri
 Pengajaran harus bersandar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri
 Pengajaran bunus tersebar hus sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat
 Untuk mengejar kemerdekaan hidup yanghendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri,
dan menolak bantuan apapun dan dari siapun yang mengikat, bask ikatan secara lahir mapun
ikatan secara bathin
 Sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri
segala usaha yang dilakukan.
 Dalam mendidik anak perlu adanya keikhlasan lahir maupun bathin untuk mengorbankan
segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagian anak-anak

2. Perguruan Pendidikan INS dan Kayu Tanam

Asas dan tujuan ruang lingkup Pergman Pendidikan INS dan KayuTanam antara lain:
a. Berfikir logis dan rasional
b. Keaktifan atau kegiatan
e. Pendidikan masyarakat
d. Memperhatikan pembawaan anak
e. Mentang intelektualisme
Setelah kemerdekaan Indonesia, Moh Syafei mengembangkan asas-asas pendidikan INS
menjadi dasar-dasar pendidikan Republik Indonesia. Dasar-dasar tersebut dikembangkan dengan
megintegrasikan asas-asas Ruang Pendidikan INS, sila-sila dari Pancasila.

HUBUNGAN
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN
ALIRAN ALIRAN PENDIDIKAN

Sistem Pendidikan nasiaonal dan aliran aliran Pendidikan yang menjadi hubungan
Nya yaitu sama sama membangun Pendidikan dan potensin yang ada dalam diri peserta didik
supaya menjadi manusia yang beriman dan bertakwan terhadap tuhan yang maha esa. Mampu
membentuk Pendidikan dan ilmu yang ada diri seseorang dan untuk mengubah pemikiran manusia
atau masyarakat yang tidak tahu menjadi tahu yang atau juga bisa dinamakan memanusiakan
manusia serta mengembangkan Pendidikan di berbagai sekolah yang memakai system pembelajaran
pertemuan siswa dengan guru yang dilaksana didalam kelas maupun di luar kelas.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Tujuan
pendidikan nasional adalah untuk “berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Aliran-aliran dalam pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan
dalam dunia pendidikan.Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni
pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir
berikutnya,sehingga timbul pemikiran yang baru, dan demikian seterusnya. Agar diskusi
berkepanjangan itu dapat dipahami, perlu aspek dari aliran-aliran itu yang harus dipahami. Oleh
karena itu setiap calon tenaga kependidikan harus memahami berbagai jenis aturan-aturan
pendidikan

B. SARAN
Semoga Makalah ini bermanfaat bagi yang membaca atau melihat dan mampu
memgembangkan system pendidikn dalam diri dan mampu mengembangkan pendidikan di berbagai
sekolah.

Anda mungkin juga menyukai