KELAS : I A
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau
2016-2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................1
1.1 Latar belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................6
A. Kelembagaan dan pengelolaan pendidikan...................................6
B. Program dan pengelolaan pendidikan .......................... 9
C. Kurikulum muatan lokal...............................................................9
D. Faktor penghambat dan penunjang pelaksanaan
muatan lokal.................................................................................14
E. Dasar dan aspek legal pembangunan pendidikan
Nasional ........................................................................................15
BAB 3 PENUTUP....................................................................................17
A. Kesimpulan ..................................................................................17
B. Saran ............................................................................................18
LAMPIRAN..............................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 20
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah “Sistem Pendidikan
Nasional” ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
"Sistem Pendidikan Nasional”, yang kami sajikan dari berbagai sumber. Makalah
ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
diri penyusun sendiri maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Landasan Pendidikan
yaitu ibu Dr. Rita Kurnia M.Ed yang telah membimbing kami agar dapat
mengerti tentang bagaimana cara menyusun makalah yang baik dan sesuai
dengan kaidah.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima
kasih.
(Kelompok 5)
BAB I
(PENDAHULUAN)
1.3 Tujuan
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat
berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang.
Pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan
bangsa Indonesia dan berdasar kepada pencapaian tujuan pembangunan nasional
Indonesia. Sistem pendidikan nasional (sisdiknas) merupakan suatu keseliruhan
yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang saling berkaitan
untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional.
1. kelembagaan pendidikan
a. jalur pendidikan
Pendidikan luar sekolah sifatnya tidak formal dalam arti tidak ada
keseragaman pola yang bersifat nasional. Modelnya sangat beragam. Dalam
hubunga ini pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar
sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga yang fungsi utamanya menanamkan
keyakinan agama, nilai budaya dan moral, serta ketrampilan praktis.
b. Jenjang Pendidikan
Univesitas ialah perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau professional dalam sejumlah
disiplin ilmu tertentu. Pendidikan yang bersifat akademik dan pendidikan
professional memusatkan perhatian terutama pada usaha penerusan, pelestarian,
dan pengembangan peradaban, ilmu, teknologi, sedangkan pendidikan yang
bersifat professional memusatkan perhatian pada usaha pengelolaan peradaban
serta penerapan ilmu dan teknologi. Dalam rangka pengembangan diri, bangsa
dan Negara.
1. A3 setara dengan D3
2. A4 setara dengan D4
3. A5 setara dengan sarjana plus sejumlah pengalaman
1.Pendidikan Umum
Merupakan pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan
keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat-
tingkat akhir masa pendidikan. Yang termasuk pendidikan umum adalah
SD,SMP,SMA dan Universitas.
2.Pendidikan Kejuruan
Merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
bekerja pada bidang pekerjaan tertentu. Lembaga pendidikannya seperti STM,
SMTK, SMIP, SMEA.
3.Pendidikan Luar Biasa
Merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk peserta didik
yang menyandang kelainan fisik/mental.yang termasuk pendidikan luar biasa
adalah SDLB, SGPLB.
4.Pendidikan Kedinasan
Merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon pegawai
suatu departemen pemerintah atau lembaga pemerintah non-departemen.
5.Pendidikan Keagamaan
Merupakan pendidikan khusus yang mempersiapkan peserta didik untuk
dapat melaksanakan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus
tentang ajaran agama.
Kurikulum muatan lokal ialah program pendidikan yang isi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya serta
kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid didaerah tersebut.
Jean Piaget (1958) telah mengatakan bahwa makin banyak seorang anak
melihat dan mendengar, makin ingin ia melihat dan mendengar. Lingkungan
secara.keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap cara belajar seseorang.
Benyamin S. Bloom menegaskan bahwa lingkungan sebagai kondisi, daya dan
dorongan eksternal dapat memberikan suatu situasi “kerja” di sekitar
murid.Karena itu, lingkungan secara keseluruhan dapat berfungsi sebagai daya
untuk membentuk dan memberi kekuatan/dorongan eksternal untuk belajar pada
seseorang.Landasan teoritik muatan lokal.
2. Pada dasarnya anak-anak usia sekolah memiliki rasa ingin tahu yang
sangat besar tentang segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Karena itu, mereka selalu akan gembira bila dilibatkan secara mental, fisik
dan sosialnya dalam mempelajari sesuatu. Mereka akan gembira bila
diberikan kesempatan untuk menjelajahi lingkungan sekitarnya yang
penuh dengan sumber belajar. Dengan menciptakan situasi belajar, bahan
kajian dan cara belajar mengajar yang menantang dan menyenangkan
maka aspek kejiwaan mereka yang berada dalam proses pertumbuhan akan
dapat ditumbuhkembangkan dengan baik. 2.3.4 Pengembangan
Muatan Lokal
Bahan muatan lokal dapat tercantum pada intra kurikuler, misalnya mata
pelajaran kesenian dan ketrampilan, bahasa daerah dan inggris. Sedang bahan
muatan lokal yang dilaksanakan secara ekstra kurikuler bahan dikembangkan dari
pola kehidupan dalam lingkungannya. Karena bahan muatan lokal sifatnya
mandiri dan tidak terikat oleh pusat, maka peranan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran dalam muatan lokal ini sanagat menentukan . Untuk
pengembangannya, langkah-langkah yang dapat ditempuh :
Merencanakan bahan muatan lokal yang akan diajarkan antara lain dengan :
Agar para siswa dapat melatih keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan
harapan yang nantinya dapat membantu diriny, keluarga, masyarakat dan
akhirnya membantu pembangunan nusa dan bangsanya. Oleh karena itu
perkembangan muatan lokal dalam jangka panjang harus direncanakan secara
sistematik oleh sekolah, keluarga, dan masyarakat setempat dengan perantara
pakar-pakar pada instasi terkait baik negeri maupun swasta. Untuk muatan lokal
disekolah dasar masih bersifat concentris, kemudian dilaksanakan secara
kontinyu disekolah menengah pertama dan akan terjadi konvergensi disekolah
menengah atas.
Perkembangan muatan lokal dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh sekolah
setempat dengan cara menyusun kurikulum muatan lokal kemudian menyusun
GBPP-nya dan direvisi setiap saat.
Dalam Pengembangan selanjutnya ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang sudah ada kemudian diperdalam
samapai mendalam, misalnya masalah pertanian dibicarakan dan
dilaksanakan mengenai bagaimana cara memupuk, memelihara,
mengembangkan, pemasarannya dan sebagainya. Oleh karena itu pelajaran
ini diberikan pada siswa yang telah dewasa.
1 )Kekreatifan guru.
2)Kesesuaian program
4)cara pengeloaan
5)Kesiapan siswa
Adapun cara menentukan bahan pelajaran muatan lokal untuk satu bidang
studi dapat dilaksanakan dengan empat cara :
1.Bagi bidang studi yang sudah punya GBPP, disusun pokok bahasan/ sub
pokok bahasan, kemudian dipilih bahan mana yang berkriteria muatan
lokal.
1. Sifat dari pelajaran muatan lokal itu sendiri sebagian besar memberi
tekanan pada pembinaan tingkah laku afektif dan psikomotor.
Sebagaimana diketahui bahwa pembinaan timgkah laku domain tersebut
adalah cukup pelik, pemrosesannya maupun pengevaluasiannya.
2. Dilihat dari segi ketenagaan, pelaksanaan muatan lokal memerlukan
pengorganisasian secara khusus karena melibatkan pihak-pihak lain selain
sekolah. Untuk itu, mungkin team teaching sebagai suatu alternatif dapat
dipikirkan pengembangannya. Di samping cara-cara mengajar yang rutin
oleh guru kelas, harus ada kerjasama yang terpadu antara pembina,
pelaksana lapangan, dan narasumber. Dapat dikatakan implementasi
muatan lokal adalah persoalan pendekatan manulis. Padahal penggunaan
team teaching belum memasyarakat di dalam tradisi pembelajaran di
sekolah.
3. Dilihat dari segi proses belajar mengajar, pelaksanaan muatan lokal
menggunakan pendekatan keterampilan proses dan CBSA. Meskipun
model pendekatan ini sudah terlibat dalam kurikulum 1984, namun diduga
masih banyak guru-guru yang belum akrab dengan pendekatan tersebut.
Situasi demikian dapat menghambat kelancaran implementasi muatan
lokal.
4. Sistem ujian akhir dan ijazah yang diselenggarakan di sekolah-sekolah
umumnya masih menciptakan iklim pengajaran yang memberikan tekanan
lebih pada mata pelajaran akademik, sedangkan pelajaran-pelajaran yang
memberikan bekal praktis kepada peserta didik (seperti pendidikan
keterampilan) dianggap bersifat fakultatif. Kondisi demikian jika tidak
berubah akan berdampak negatif terhadap pelaksanaan mutan lokal.
5. Sarana penunjang tertentu bagi pelaksanaan muatan lokal secara optimal
kebanyakan tidak dimiliki oleh pihak sekolah, dan mungkin juga tidak
tersedia di masyarakat (misalnya untuk keperluan simulasi). Keadaan
demikian, jika tidak didukung oleh upaya yang gigih dari pelaksananya
akan mudah menimbulkan pesimimisme.
UUD 1945 adalah dasar negara Republik Indonesia sebagai sumber hukum
dan oleh karenanya UUD 1945 juga menjadi sum¬ber hukum bagi segala aktivitas
bagi warga negaranya, terutama di bidang pendidikan. Karena UUD 1945 sebagai
sumber hukum, maka sumber-sumber hukum lain tidak boleh bertentangan
de¬ngan UUD 1945.
Dasar dari pada Tujuan Pendidikan Nasional bagi bangsa Indonesia sebagai
berikut
(PENUTUP)
3.1 Kesimpulan
Pendidikan Nasional
Depdikbud