Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KELOMPPOK (MANDIRI)

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

“SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL”

Dosen Pengampu : Dr. Rita Kurnia M.Ed


Penyusun :
1. Jefri Kurniawan(1605111607)
2. Laila Sari(1605121755)
3. Nindiana(1605111330)
4. Ratih Permatasari(1605115374)
5. Reva Dina Asri(1605115354)

KELAS : I A
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau
2016-2017
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................1
1.1 Latar belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................6
A. Kelembagaan dan pengelolaan pendidikan...................................6
B. Program dan pengelolaan pendidikan .......................... 9
C. Kurikulum muatan lokal...............................................................9
D. Faktor penghambat dan penunjang pelaksanaan
muatan lokal.................................................................................14
E. Dasar dan aspek legal pembangunan pendidikan
Nasional ........................................................................................15

BAB 3 PENUTUP....................................................................................17
A. Kesimpulan ..................................................................................17
B. Saran ............................................................................................18

LAMPIRAN..............................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 20
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah “Sistem Pendidikan
Nasional” ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
"Sistem Pendidikan Nasional”, yang kami sajikan dari berbagai sumber. Makalah
ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
diri penyusun sendiri maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Landasan Pendidikan
yaitu ibu Dr. Rita Kurnia M.Ed yang telah membimbing kami agar dapat
mengerti tentang bagaimana cara menyusun makalah yang baik dan sesuai
dengan kaidah.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima
kasih.

Pekanbaru, September 2016


Penyusun

(Kelompok 5)
BAB I

(PENDAHULUAN)

1.1 Latar Belakang

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang


Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokraris serta bertanggung jawab.Untuk
mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Implementasi Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain peraturan
pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Peraturan
pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan
delapan standar nasional pendidikan, yaitu : standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik, dan tenaga kependidikan, standar sarana
dan prasarana, stndar pengelolahan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan.
Sebagai pelaksanaan UU No. 23 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional dikeluarkan pemerintah sebagai pelaksana undang-undang tersebut.
Peraturan pemerintah yang telah dikeluarkan dan harus segera dilaksanakan
penyesuaian-penyesuaian aturan dibawahnya adalah peraturan pemerintah tentang
standar nasional pendidikan.
Dalam peraturan pemerintah tersebut ditetapakan pula struktur kurikulum
tingkat satuan, yakni kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
di masing-masing satuan pendidikan. Pemahamannya adalah bahwa pada tingkat
satuan pendidikan, yaitu sekolah, harus dikembangkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan dan kodisinya masing-masing. Pentingnya kurikulum dikembangkan
berdasarkan keseimbangan antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu sistem pendidikan nasional?
2. Apa saja program dan pengelolaan pendidikan nasional?
3. Apa itu kurikulum muatan lokal dan caranya?
4. Apa saja faktor penghambat dan penunjang pelaksanaan muatan
lokal?
5. Apa saja dasar dan aspek legal pembangunan pendidikan nasional?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan makalah adalah:

1. Untuk mengetahui seperti apa itu sistem pendidikan nasional.


2. Untuk memahami program program dan pengelolaan pendidikan
nasional.
3. Untuk memahami pelaksaan kurikulum muatan lokal.
4. Untuk memahami faktor yang mempengaruhi kinerja muatan lokal.
5. Untuk memahami apa saja aspek legal pembangunan pendidikan
nasional.
BAB II

2.1 Sistem Pendidikan Nasional

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat
berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang.
Pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan
bangsa Indonesia dan berdasar kepada pencapaian tujuan pembangunan nasional
Indonesia. Sistem pendidikan nasional (sisdiknas) merupakan suatu keseliruhan
yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang saling berkaitan
untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Sistem pendidikan nasional diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta


dibawah tanggungjawab Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan menteri
lainnya, seperti pendidikan agama. Pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.

Pasal 1 poin 6 Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi

1. kelembagaan pendidikan

Pendidikan nasional dilaksanakan melalui lembaga-lembaga pendidikan


baik dalam bentuk sekolah maupun dalam bentuk kelompok belajar.

UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,


kelembagaan pendidikan dapat dilihat dari segi jalur pendidikan dan program
serta pengelolaan pendidikan.

a. jalur pendidikan

penyelenggaraan sisdiknas dilaksanakan melalui 2 jalur yaitu, jalur


pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.
1) jalur pendidikan sekolah

Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di


sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan bersinambungan.
Sifatnya formal, diatur bedasarkan ketentuan – ketentuan pemerintah, dan
mempunyai keseragaman pola yang bersifat nasional.

2) Jalur Pendidikan Luar Sekolah (PLS)

Jalur Pendidikan Luar Sekolah merupakan pendidikan yang bersifat


kemasyarakatan yang diselenggarakan diluar sekolah melalui kegiatar belajar
mengajar yang tidak berjenjang dan tidak bersinambungan, seperti kepramukaan,
berbagi kursus dan lainya. PLS memberikan kemungkinan perkembangan social,
cultural seperti bahasa dan kesenian, keagamaan dan ketrampilan yang dapat
dimanfaatkan oleh anggota masyarakat untuk mengembangkan dirinya dan
membangun masyarakatnya.

Pendidikan luar sekolah sifatnya tidak formal dalam arti tidak ada
keseragaman pola yang bersifat nasional. Modelnya sangat beragam. Dalam
hubunga ini pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar
sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga yang fungsi utamanya menanamkan
keyakinan agama, nilai budaya dan moral, serta ketrampilan praktis.

b. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan


yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik serta keluasan
dan kedalaman bahan pengajaran (UU RI No. 2tahun 1989 Bab I, Pasal I Ayat 5).

Jalur pendidikan sekolah dilaksanakan secara berjenjang yang terdiri atas


jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sebagai
persiapan untuk memasuki pendidikan dasar diselenggarakan kelompok belajar
yang disebut pendidikan prasekolah (UU RI No. 2 Tahun 1989 Bab V Pasal 2).
Pendidikan prasekolah belum termasuk jenjang pendidikan formal, tetapi baru
merupakan kelompok sepermainan yang menjembatani anak antara kehidupannya
dalam keluarga dengan sekolah.

1) Jenjang Pendidikan Dasar


Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar yang
diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan siakap.,
pengetahuan, dan ketrampilan dasar. Disampimg itu juga berfungsi
mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuuti
pendidikan menengah. Oleh karena itu, pendidikan dasar menyediakan
kesempatan bagi seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan yang
bersifat dasar, dan tiap – tiap warga Negara diwajibkan menempuh pendidikan
dasar sampai pendidikan tinggi. UU RI No. 2 Tahun 1989 menyatakan dasar dan
wajib belajar pada pasal 14 ayat 1 bahwa :”Warga Negara yang berumur 6 tahun
berhak mengikuti pendidikan dasar”, dan ayat 2 menyatakan “warga Negara yang
berumur 7 tahun berkewajiban mengikuti pendidikan dasar atau pendidikan yang
setara sampai tamat.” Dalam pengertian setara ini termasuk juga pendidikan luar
biasa (PLB), pendidikan keagamaan dan/pendidikan luar sekolah.

2) Jenjang Pendidikan Menengah

Pendidikan menegah yang lamanya 3 tahun sesudah pendidikan dasar,


diselenggarakan di SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) atau satuan
pendidikan yang sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan kebawah
berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dan dalam hubungan
keatas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikaan tinggi ataupun
memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
menengah umum, pendidikan menengah kejuruan, dan pendidikan menengah luar
biasa, pendidikan menengah kedinasan dan pendidikan menengah keagamaan.
Penjelasan lebih lanjut mengenai jenis jenis pendidikan tersebuat akan
dikemukakan pada butir 2a tentang jenis program pendidikan.

3) Jenjang Pendidikan Tinggi

Pendidikan Tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah, yangb


diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota nmasyarakat
yang memiliki kemampuan akademik dan /atau professional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi
dan/atau kesenian. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut lembaga pendidikan
tinggi melaksanakan misi “Tridharma” pendidikan tinggi yang meliputi
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam ruang lingkup
tanah air Indonesia sebagai kesatuan wilayah pendidikan nasional.

Pendidikan tinggi juga berfungsi sebagai jembatan antara pengembangan


bangsa dan kebudayaan nasional dengan perkembangan internasional. Untuk iu
dengan tujuan kepentingan nasional, pendidikan tinggi secara terbuka dan selektif
mengikuti perkembangan kebudayaan yang terjadi di luar Indonesia untuk diambil
manfaatnya bagi pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional. Satuan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi
yang dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institute,dan
universitas.

Akademi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan


terapan dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan teknologi dan
kesenian tertentu. Politeknik merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan terapan dalam jumlah bidang pengetahuan khusus.

Sekolah tinggi ialah perguruan tingggi yang menyelenggarakan


pendidikan akademik dan/atau professional dalam satu disiplin ilmu ataubidang
tertentu. Institut adalah perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau professional dalam sekelompok
disiplin ilmu yang sejenis.

Univesitas ialah perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau professional dalam sejumlah
disiplin ilmu tertentu. Pendidikan yang bersifat akademik dan pendidikan
professional memusatkan perhatian terutama pada usaha penerusan, pelestarian,
dan pengembangan peradaban, ilmu, teknologi, sedangkan pendidikan yang
bersifat professional memusatkan perhatian pada usaha pengelolaan peradaban
serta penerapan ilmu dan teknologi. Dalam rangka pengembangan diri, bangsa
dan Negara.

Output pendidikan tinggi diharapkan dapat mengisi kebutuhan yang


beraneka ragam dalam masyarakat. Dari segi peserta didik kenyataan menunjukan
bahwa minat dan bakat mereka beraneka ragam. Berdasarkan factor – factor
tersebut, maka perguruan tinggi disusun dalam multistrata. Suatu perguruan tinggi
dapat melaksanakansatu atau lebih dari satu strata. Strata dimaksud terdiri dari S0
(nonstrata) atau program diploma, lama belajarnya 2 tahun (D2) atau 3 tahun
(D3), juga disebut program nongelar S1 (program strata 1), lama belajarnya 4
tahun, dengan gelar sarjana, S2 (strata 2) atau program pasca sarjana, lama
belajrnya 2 tahun sesudah S1 dengan gelar magister;S3 (Strata 3) lama belajarnya
3 tahun sesudah s2, dengan gelar doctor.

Program diploma atau program nongelar member tekanan pada aspek


praktis professional sedangkan program gelar memberikan tekanan pada aspek
akademik ataupun aspek akademik professional. Disamping program diploma dan
program sarjana, pendidikan tinggi(dalam hal ini LPTK atau lembaga Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan) dapat juga menyelenggarakan program Akta
III, Akta IV, dan Akta V. Program ini diadakan untuk melayani kebutuhan
akantenaga mengajar di satu sisi dan pada sisi yang lain untuk melindungi profesi
guru. Dengan ini dimaksudkan bahwa seseorang hanya dianggap sahmemiliki
kewenangan mengajar jika memiliki sertifikat akta mengajar, program akta
mengajar merupakan program paket kependidikan sebesar 20 SKS atau untuk
lama studi satu semester (6bulan) bagi masing jenjang akta.

1. A3 setara dengan D3
2. A4 setara dengan D4
3. A5 setara dengan sarjana plus sejumlah pengalaman

2.2 Program dan Pengelolaan Pendidikan

1.Pendidikan Umum
Merupakan pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan
keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat-
tingkat akhir masa pendidikan. Yang termasuk pendidikan umum adalah
SD,SMP,SMA dan Universitas.
2.Pendidikan Kejuruan
Merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
bekerja pada bidang pekerjaan tertentu. Lembaga pendidikannya seperti STM,
SMTK, SMIP, SMEA.
3.Pendidikan Luar Biasa
Merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk peserta didik
yang menyandang kelainan fisik/mental.yang termasuk pendidikan luar biasa
adalah SDLB, SGPLB.

4.Pendidikan Kedinasan
Merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon pegawai
suatu departemen pemerintah atau lembaga pemerintah non-departemen.

5.Pendidikan Keagamaan
Merupakan pendidikan khusus yang mempersiapkan peserta didik untuk
dapat melaksanakan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus
tentang ajaran agama.

b. Kurikulum Program Pendidikan


Konsep sistem pendidikan nasional direalisir melalui kurikulum. Kurikulum
memberi bekal pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada peserta didik. Curir
dalam bahasa yunani kuno berarti ”pelari” dan curee artinya ”tempat berpacu”.
Kurikulum kemudian diartikan ”jarak yang harus ditempuh”.
Kurikulum mengandung 2 aspek yaitu:
1. Aspek kesatuan nasional, yang memuat unsusr-unsur penyatuan bangsa.
2. Aspek lokal, yang memuat sifat-sifat kekhasan daerah, baik yang berupa unsur
budaya, social maupun lingkungan alam, yang menghidupkan sifat
kebhinekaan dan merupakan kekayaan nasional.
1. Kurikulum Nasional
Tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalamUU RI No. 2 Pasal 3, yaitu :
a. Terwujudnya bangsa yang cerdas
b. Manusia yang utuh, beriman, dan bertakwa terhadap Tuhan YME
c. Berbudi pekerti luhur
d. Terampil dan berpengetahuan
e. Sehat jasmani dan rohani
f. Berkepribadian yang mantap dan mandiri
g. Bertanggung jawab pada kemasyarakatan dan kebangsaan
Kurikulum menjembatani tujuan tersebut dengan praktek pengalaman belajar
riil di lapangan/sekolah. Dalam hubungan ini soedijarto (soedijarto,1991:145)
merinci kurikulum atas 5 tingkatan, yaitu:
1. Tujuan institusional,yang mengambarkan berbagai kemampuan (pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap ) yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2. Kerangka materi memberikan gambaran bidang pelajaran yang perlu dipelajari
peserta didik untuk penguasaan serangkaian kemampuan yang disebut
Struktur Program Kurikulum.
3. Garis besar meteri dari suatu bidang pelajaran yang telah dipilih, biasa disebut
GBPP atau silabi.
4. Panduan dan buku-buku pelajaran.
5. Bentuk dan jenis kegiatan pembelajaran yang dialami oleh peserta didik, yaitu
strategi belajar mengajar.
Mengenai isi kurikulum nasional itu di dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 Pasal
30 Ayat 1 dinyatakan: Isi kurikulum berdasarkan susunan bahan kajian dan
pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang
bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.”
Ayat 2 menyatakan bahwa isi kurikulum setiap jenis jalur dan jenjang pendidikan
wajib memuat :
a Pendidikan Pancasila.
b Pendidikan Agama.
c pendidikan Kewarganegaraan.
Ayat 3 menyatakan bahwa isi kurikulum pendidikan dasar memuat bahan kajian
dan pelajaran tentang :
a. Pendidikan Pancasila h. Ilmu Bumi
b. Pendidikan Agama i. Sejarah Nasional & Umum
c. Pendidikan Kewarganegaraan j. Kerajinan Tangan & Kesenian
d. Bahasa Indonesia k. Pendidikan Jasmani &Kesehatan
e. Membaca dan Menulis l. Menggambar
f. Matematika m. Bahasa Inggris
g. Pengantar Sains & Teknologi

2.3 Muatan Lokal

2.3.1 Pengertian Muatan Lokal


Kurikulum mengacu pada karakteristik peserta didik, perkembangan ilmu
dan teknologi pada zamannya juga mengacu kepada kebutuhan-kebutuhan
masyarakat.Penyusunan kurikulum atas dasar acuan keadaan masyarakat tersebut
disebut “Kurikulum Muatan Lokal“.Kurikulum muatan lokal keberadaan di
Indonesia telah dikuatkan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia dengan nomor 0412/U/1987 tanggal 11 Juli
1987.Sedang pelaksanaannya telah dijabarkan dalam Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan menengah Nomor 173/-C/Kep/M/87 tertanggal 7 Oktober
1987.

Kurikulum muatan lokal ialah program pendidikan yang isi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya serta
kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid didaerah tersebut.

Menurut sejarah, sebelum ada sekolah formal, pendidikan yang berprogram


muatan lokal telah dilaksanakan oleh para orang tua peserta didik dengan metode
drill dan dengan trial and error serta berdasarkan berbagai pengalaman yang
mereka hayati. Tujuan pendidikan mereka terutama agar anak-anak mereka dapat
mandiri dalam kehidupan. Bahan yang diajarkan ialah bahan yang diambil dari
berbagai keadaan yang ada dialam sekitar. Sedang kriteria keberhasilannya
ditandai mereka telah dapat hidup mandiri.

Menurut Dirjen Kurikulum Muatan Lokal adalah kurikulum yang di perkaya


dengan materi pelajaran yang ada di lingkungan setempat. Menurut Kurikulum
1994 Kurikulum Muatan Lokal adalah materi pelajaran yang diajarkan secara
terpisah, menjadi kajian tersendiri.

Dapat disimpulkan bahwa Kurikulum muatan lokal ialah program pendidikan


yang disi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan
lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid
didaerah tersebut. Kurikulum muatan lokal diberikan bertujuan untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum didalam GBHN.

2.3.2 Tujuan Kurikulum Muatan Lokal


Secara umum tujuan program pendidikan muatan lokal adalah
mempersiapkan murid agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang
lingkungannya serta sikap dan perilaku bersedia melestarikan dan
mengembangkan sumber daya alam ,kualitas sosial, dan kebudayaan yang
mendukung pembangunan nasional maupun pembangunan setempat. Tujuan
penerapan muatan lokal pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok tujuan,
yaitu tujuan langsung dan tujuan tidak langsung.Tujuan langsung adalah tujuan
dapat segera dicapai.Sedangkan tujuan tidak langsung merupakan tujuan yang
memerlukan waktu yang relatif lama untuk mencapainya.

Jean Piaget (1958) telah mengatakan bahwa makin banyak seorang anak
melihat dan mendengar, makin ingin ia melihat dan mendengar. Lingkungan
secara.keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap cara belajar seseorang.
Benyamin S. Bloom menegaskan bahwa lingkungan sebagai kondisi, daya dan
dorongan eksternal dapat memberikan suatu situasi “kerja” di sekitar
murid.Karena itu, lingkungan secara keseluruhan dapat berfungsi sebagai daya
untuk membentuk dan memberi kekuatan/dorongan eksternal untuk belajar pada
seseorang.Landasan teoritik muatan lokal.

1. Tingkat kemampuan berpikir murid mengharuskan kita menyajikan bahan


kajian yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dari tingkatan
konkret sampai dengan tingkatan abstrak. Pengembangan kemampuan
berpikir ini ditunjang antara lain oleh teori belajar dari Ausubel (1969) dan
konsep asimilasi dari Jean Piaget (1972) yang pada intinya menyatakan
bahwa sesuatu yang baru haruslah dipelajari berdasarkan apa yang telah
dimiliki oleh murid. Penerimaan gagasan baru dengan bantuan
gagasan/pengetahuan yang telah ada ini sebenarnya telah dikemukakan
oleh Johan Friedrich Herbart (1776-1841) yang dikenal dengan istilah
apersepsi.

2. Pada dasarnya anak-anak usia sekolah memiliki rasa ingin tahu yang
sangat besar tentang segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Karena itu, mereka selalu akan gembira bila dilibatkan secara mental, fisik
dan sosialnya dalam mempelajari sesuatu. Mereka akan gembira bila
diberikan kesempatan untuk menjelajahi lingkungan sekitarnya yang
penuh dengan sumber belajar. Dengan menciptakan situasi belajar, bahan
kajian dan cara belajar mengajar yang menantang dan menyenangkan
maka aspek kejiwaan mereka yang berada dalam proses pertumbuhan akan
dapat ditumbuhkembangkan dengan baik. 2.3.4 Pengembangan
Muatan Lokal

Bahan muatan lokal dapat tercantum pada intra kurikuler, misalnya mata
pelajaran kesenian dan ketrampilan, bahasa daerah dan inggris. Sedang bahan
muatan lokal yang dilaksanakan secara ekstra kurikuler bahan dikembangkan dari
pola kehidupan dalam lingkungannya. Karena bahan muatan lokal sifatnya
mandiri dan tidak terikat oleh pusat, maka peranan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran dalam muatan lokal ini sanagat menentukan . Untuk
pengembangannya, langkah-langkah yang dapat ditempuh :

1. Menyusun Perencanaan Muatan Lokal

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai


unsur atau komponen . Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan
menyangkut berbagai sumber, pengajar, metode, media, dana dan evaluasi.

Merencanakan bahan muatan lokal yang akan diajarkan antara lain dengan :

a.Mengidentifikasikan segala sesuatu yang mungkin dapat dijadikan bahan


muatan lokal

b.Menyeleksi bahan muatan lokal dengan kriteria sebagai berikut :

1)Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

2)Tidak bertengan dengan Pancasila dan aturan adat yang berlaku.

3)Letaknya terjangkau dari sekolah.

4)Ada nara sumber baik didalam maupun diluar sekolah.

5)Bahan/ajaran tersebut merupakan ciri khas daerah tersebut.

c.Menyusun GBPP yang bersangkutan


d.Mencari sumber bahan yang tertulis maupun yang tidak tertulis

e.Mengusahan sarana/prasarana yang relevan dan terjangkau.

2.Pembinaan dan Pengembangan Muatan Lokal

Pembinaan perlua ditangani oleh tenaga-tenaga yang profesioanal dan


dilakukan secara kontinue, karena dalam pelaksanaan dilapangan kadang-kadang
siswa lebih mahir dari pada gurunya , karena siswa sudah biasa melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang dimaksud, misalnya anak petani, anak pengrajin,
bengkel, peternak dan sebagainya, yang akibatnya akan terjadi pembuangan
tenaga, waktu dan biaya.

3.Pengembangan Muatan Lokal

Ada dua arah pengembangan dalam muatan lokal, yaitu :

a.Pengembangan untuk jangka jauh

Agar para siswa dapat melatih keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan
harapan yang nantinya dapat membantu diriny, keluarga, masyarakat dan
akhirnya membantu pembangunan nusa dan bangsanya. Oleh karena itu
perkembangan muatan lokal dalam jangka panjang harus direncanakan secara
sistematik oleh sekolah, keluarga, dan masyarakat setempat dengan perantara
pakar-pakar pada instasi terkait baik negeri maupun swasta. Untuk muatan lokal
disekolah dasar masih bersifat concentris, kemudian dilaksanakan secara
kontinyu disekolah menengah pertama dan akan terjadi konvergensi disekolah
menengah atas.

b.Pengembangan untuk jangka pendek

Perkembangan muatan lokal dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh sekolah
setempat dengan cara menyusun kurikulum muatan lokal kemudian menyusun
GBPP-nya dan direvisi setiap saat.

Dalam Pengembangan selanjutnya ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Perluasan muatan lokal


Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang ada di daerah itu yang terdiri
dari berbagai jenis jenis muatan lokal misalnya : pertanian, kalau sudah
dianggap cukup ganti peternakan, perikanan, kerajianan dan sebagainya.
Siswa cukup diberi dasar-dasarnya saja dari berbagai muatan lokal sedang
pendalamanya dilaksanakan pada periode berikutnya.

2. Pendalaman muatan lokal

Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang sudah ada kemudian diperdalam
samapai mendalam, misalnya masalah pertanian dibicarakan dan
dilaksanakan mengenai bagaimana cara memupuk, memelihara,
mengembangkan, pemasarannya dan sebagainya. Oleh karena itu pelajaran
ini diberikan pada siswa yang telah dewasa.

Berhasil atau tidaknya pengembangan disekolah tergantung pada :

1 )Kekreatifan guru.

2)Kesesuaian program

3)Ketersediaan sarana dan prasarana

4)cara pengeloaan

5)Kesiapan siswa

6)Partisipasi masyarakat setempat

7)Pendekatan kepala sekolah dengan nara sumber dan instansi terkait

Adapun cara menentukan bahan pelajaran muatan lokal untuk satu bidang
studi dapat dilaksanakan dengan empat cara :

1.Bagi bidang studi yang sudah punya GBPP, disusun pokok bahasan/ sub
pokok bahasan, kemudian dipilih bahan mana yang berkriteria muatan
lokal.

2.GBPP yang telah dipilih, sesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat.


3.Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dijadikan sumber sebagai GBPP
yang mungkin sesuai dengan GBPP atau tidak sesuai dengan GBPP yang
telah ada.

4.Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dipilih unsur-unsurnya yang perlu


dimasukan dalam program pendidikan kemudian dibuat GBPP.

2.3.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup muatan lokal adalah sebagai berikut:

1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah.Keadaan daerah adalah segala


sesuatu yang terdapat didaerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan
dengan lingkungan alam, lingkungan social ekonomi, dan lingkungan
sosial budaya.Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan
oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan
peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan
arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan.
Kebutuhan daerah tersebut misalnya kebutuhan untuk:

a. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah

b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai


dengan keadaan perekonomian daerah

c. Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari,


dan menunjang pemberdayaan individu dalam melakukan belajar lebih
lanjut (belajar sepanjang hayat)

d. Meningkatkan kemampuan berwirausaha.

2. Lingkup isi/jenis muatan lokal, dapat berupa: bahasa daerah, bahasa


Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat,
dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta
hal-ha! yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.
2.4 Faktor Penghambat Dan Penunjang Pelaksanaan Muatan Lokal

2.4.1 Faktor penghambat :

1. Sifat dari pelajaran muatan lokal itu sendiri sebagian besar memberi
tekanan pada pembinaan tingkah laku afektif dan psikomotor.
Sebagaimana diketahui bahwa pembinaan timgkah laku domain tersebut
adalah cukup pelik, pemrosesannya maupun pengevaluasiannya.
2. Dilihat dari segi ketenagaan, pelaksanaan muatan lokal memerlukan
pengorganisasian secara khusus karena melibatkan pihak-pihak lain selain
sekolah. Untuk itu, mungkin team teaching sebagai suatu alternatif dapat
dipikirkan pengembangannya. Di samping cara-cara mengajar yang rutin
oleh guru kelas, harus ada kerjasama yang terpadu antara pembina,
pelaksana lapangan, dan narasumber. Dapat dikatakan implementasi
muatan lokal adalah persoalan pendekatan manulis. Padahal penggunaan
team teaching belum memasyarakat di dalam tradisi pembelajaran di
sekolah.
3. Dilihat dari segi proses belajar mengajar, pelaksanaan muatan lokal
menggunakan pendekatan keterampilan proses dan CBSA. Meskipun
model pendekatan ini sudah terlibat dalam kurikulum 1984, namun diduga
masih banyak guru-guru yang belum akrab dengan pendekatan tersebut.
Situasi demikian dapat menghambat kelancaran implementasi muatan
lokal.
4. Sistem ujian akhir dan ijazah yang diselenggarakan di sekolah-sekolah
umumnya masih menciptakan iklim pengajaran yang memberikan tekanan
lebih pada mata pelajaran akademik, sedangkan pelajaran-pelajaran yang
memberikan bekal praktis kepada peserta didik (seperti pendidikan
keterampilan) dianggap bersifat fakultatif. Kondisi demikian jika tidak
berubah akan berdampak negatif terhadap pelaksanaan mutan lokal.
5. Sarana penunjang tertentu bagi pelaksanaan muatan lokal secara optimal
kebanyakan tidak dimiliki oleh pihak sekolah, dan mungkin juga tidak
tersedia di masyarakat (misalnya untuk keperluan simulasi). Keadaan
demikian, jika tidak didukung oleh upaya yang gigih dari pelaksananya
akan mudah menimbulkan pesimimisme.

2.4.2 Faktor Penunjang :


1. Adanya keinginan dari kebanyakan peserta didik untuk cepat memperoleh
bekal kerja dan pekerjaan apapun yang membawa hasil. Hal ini ditunjang
oleh kondidi umum yang menunjukkan terbatasnya volume pekerjaan
sebagai karyawan pemerintah, dan disamping itu semakin berkembangnya
sektor swasta utamanya yang bersifat menimbulkan hasil segera, juga ikut
mendorong minat siswa pada pelaksanaan muatan lokal.
2. Materi muatan lokal yang dapat dijadikan sasaran belajar cukup banyak
tersedia baik macamnya maupun p[enyebarannya di semua daerah,
sehingga penentuan daerah perintisan maupun tidak diseminasinya tidak
sulit.
3. Ketenagaan yang bervariasi ( lintas sektoral, narasumber) yang
partisipasinya dapat menunjang dan dapat dilibatkan dalam
penyelenggaraan muatan lokal tiak sulit ditemukan pada semua
daerah/lokasi.
4. Adanya materi muatan lokal yang sudah tercantum sebagai materi
kurikulum dan sudah dilaksanakan secara rutin, hanya tingal pembenahan
efektifitasnya yang perlu ditingkatkan (misalnya pelajaran bahasa daerah).
5. Media massa khususnya media komunikasi visual seperti TV, dan video
sudah tidak sulit untuk dimanfaatkan guna penyebaran informasi berupa
contoh-contoh model pelaksanaan mutan lokal yang berhasil, dengan
demikian ide tentang muatan lokal lebih cepat memasyarakat.

2.5 Pengertian Pembangunan Nasional


Pembangunan nasional diartikan sebagai rangkaian upaya pembangunan
yang berkesinambungan, yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara pembangunan nasional dan mencakup bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya serta pertahanan dan keamanan. Pembangunan nasional dilakukan
dengan tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata
materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan
rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan
dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib
dan damai.
Untuk memberikan arah dalam mencapai tujuan pembangunan nasional
tersebut, MPR telah menetapkan GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara).
Dengan demikian, GBHN merupakan pola umum Pembangunan nasional.
B. Landasan Pembangunan Nasional
Yang menjadi Landasan dalam melaksanakan pembangunan nasional adalah:

1. Pancasila sebagai landasan Idiil.


2. UUD 1945 sebagai landasan Konstitusional.
3. GBHN Tap MPR No.IV/MPR/1999 yang diperbarui dengan UU Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.

C. Tujuan Pembangunan Nasional

Tujuan pembangunan nasional, untuk mewujudkan tujuan nasional seperti


termasuk dalam pembukaan UUD 1945 alenia keempat, yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Agar apa yang dicita-citakan tersebut dapat tercapai, maka sesuai dengan
ketetapan TAP MPR 2003 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara diwujudkan
melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan rakyat dan
demokrasi dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Penyelenggaraan dilaksanakan
melalui pembangunan nasional dalam segala aspek kehidupan bangsa oleh
penyelenggara negara, yaitu lembaga tertinggi negara dan lembaga tinggi negara
bersama-sama segenap rakyat Indonesia di seluruh wilayah negara Republik
Indonesia.
A. Paham Kebangsaan
Di depan telah disebutkan bahwa tiap bangsa memiliki nasionalisme dengan
ciri-cirinya sendiri, begitu pun bangsa Indonesia. Marilah kita kaji dari faktor-
faktor obyektif yang mendasari dan menjadi latar belakang lahirnya paham
kebangsaan Indonesia atau nasionalisme Indonesia.
1.      Faktor Demografi
Bangsa Indonesia adalah satu bangsa yang terdiri atas rakyat yang jumlah
penduduknya besar dan merupakan nomor empat terbesar di dunia. Hidupnya di
pulau-pulau yang berjumlah 17,506 yang terhimpun di dalam satu Kepulauan
Indonesia. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang bersifat pluralistik, terdiri dari
beratus-ratus etnik atau suku bangsa dan dengan berbagai keturunan. Ada
keturunan Arab, Cina, India dan Belanda. Kondisi obyektif inilah yang memberi
ciri khas kepada paham kebangsaan Indonesia, yang oleh para Bapak Pendiri
(founding fathers) ini dirumuskan secara tepat: Walaupun berbeda-beda, tetapi
satu jua, ‘Bhinneka Tunggal Ika’.

2.      Kondisi Geografis

Kondisi geografis Indonesia bukanlah sebuah land-locked country, satu


negara yang terkungkung oleh daratan seperti Afghanistan atau Swiss, bukan pula
sebuah benua atau daratan yang luas seperti Cina atau India, bukan pula satu
pulau kecil seperti Singapura. Tetapi bangsa Indonesia lahir, hidup, bertahan
hidup dan besar didalam lingkungan kondisi geografis sebagai satu Negara
Kepuluan yang berciri Nusantara. Negara kepulauan Indonesia mempunyai ciri
khusus sebagai negara Nusantara. Artinya negara yang berada di antara dua
samudera besar (Samudera Hindia dan Samudera Pasifik) dan dua benua yang
besar (Asia dan Australia). Suatu posisi geografis yang sangat strategis berada di
silang pertemuan kepentingan bangsa-bangsa di dunia. Suatu lokasi geografis
yang tidak dimiliki negara lain, tetapi tidak dimanfaatkan dengan baik.

B.     Dasar Pendidikan Nasional

Yang dimaksud dengan dasar adalah landasan tempat berpijak, atau


sandaran dari pada dilakukannya suatu perbuatan. Dengan demikian, yang
dijadikan landasan atau sandaran suatu perbuatan itu sudah ada dan mempunyai
kekuatan hukum. Oleh karenanya tidaklah dapat dibenarkan
pertanggungjawabannya., suatu tindakan / usaha yang berpijak pada landasan
yang dicari cari alasannya untuk kepentingan diri atau golongan.

Adapun rumusan pengertian tentang Pendidikan Nasional dapat penulis


kemukakan pendapat Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan Nasional di
Indonesia serta yang diangkat pemerintah sebagai Bapak Pendidikan, menyatakan
sebagai berikut:

“Pendidikan nasional adalah pendidikan yang garis hidup dari bangsanya


(cultureel nasional) dan ditujukan untuk keperluan peri-kehidupan (maatschap
pelijk) yang dapat mengangkat derajat negara dan rakyatnya agar dapat bekerja
bersama-sama dengan lain-lain bangsa untuk kemuliaan segenap manusia di
seluruh dunia”.

Dengan demikian nampak erat sekali hubungan antara seorang nasionalis


dengan keyakinan hidup kebangsaan. Hal ini akan dihayati bagi orang yang
menyatakan diri dengan hidup bangsanya dan merasa terikat dengan benang
sutera kecintaan yang halus dan suci dengan bangsanya.

Adapun. Dasar Pendidikan Nasional bagi bangsa Indonesia dapat diklasifikasikan


menjadi Dasar Ideal, Dasar Konstitusional dan Dasar Operasional.

1. 1.      Dasar Ideal Pendidikan Nasional adalah Pancasila.

Pancasila adalah dasar negara, dan penetapan Pancasila sebagai dasar


negara adalah hasil kesepakatan bersama para negarawan bangsa Indonesia pada
waktu terbentuknya negara kita sebagai negara Republik Indonesia tahun 1945.
Oleh karenanya, segala usaha bagi warga negaranya juga harus mendasarkan
kepada Pancasila, lebih-lebih di bidang pendidikan yang merupakan usaha untuk
membentuk warga negara yam berjiwa Pancasilais

1. 2.      Dasar Konstitusional Pendidikan Nasional adalah Undang-Undang


Dasar 1945.

UUD 1945 adalah dasar negara Republik Indonesia sebagai sumber hukum
dan oleh karenanya UUD 1945 juga menjadi sum¬ber hukum bagi segala aktivitas
bagi warga negaranya, terutama di bidang pendidikan. Karena UUD 1945 sebagai
sumber hukum, maka sumber-sumber hukum lain tidak boleh bertentangan
de¬ngan UUD 1945.

Pada Alinea Keempat Undang-Undang Dasar 1945 Menya-takan : dalam


suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil clan beradab,
persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan / perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

1. C.    Tujuan Pendidikan Nasional

Dasar dari pada Tujuan Pendidikan Nasional bagi bangsa Indonesia sebagai
berikut

1. Pancasila di samping sebagai dasar negara, ia juga sebagai tujuan, yaitu


cita-cita yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia, maka pendidikan
sebagai alat juga berlandaskan Pancasila.
2. Pada alinea keempat disebutkan

Tujuan Pendidikan dan Pengajaran ialah membentuk manusia susila yang


cakap dan warga negara yang demokratis, yang bertanggung jawab tentang
kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Ditetapkannya tujuan pendidikan adalah
merupakan keharusan bagi setiap usaha/kegiatan agar mencapai effisiensi yang
sebesar-besarnya. Segala usaha / kegiatan adalah harus bertujuan, demikian pula
pendidikan.

1. TAP MPR No. II/MPR/1978.

Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang P-4 (Eka Prasetia Pancakarsa)


menyatakan “Dengan keyakinan akan kebenaran Pancasila, maka manusia
ditempatkan pada keluhuran harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dengan kesadarannya untuk mengembangkan kodratnya sebagai
makhluk pribadi dan sekaligus makhluk sosial.
BAB III

(PENUTUP)

3.1 Kesimpulan

Sistem pendidikan nasional adalah suatu sistem dalam suatu negara yang


mengatur pendidikan yang ada di negaranya agar dapat mencerdaskan kehidupan
bangsa, agar tercipta kesejahteraan umum dalam masyarakat. Penyelenggaraan
sistem pendidikan nasional disusun sedemikian rupa,meskipun secara garis besar
ada persamaan dengan sistem pendidikan nasional bangsa-bangsa lain, sehingga
sesuai dengan kebutuhan akan pendidikan dari bangsa itu sendiri yang secara
geografis, demokrafis, histories, dan kultural berciri khas.
Jenjang pendidikan diawali dari jenjang pendidikan dasar yang
memberikan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat dan berupa
prasyarat untuk mengikuti pendidikan menengah. yang diselenggarakan di SLTA.
Pendidikan menengah berfungsi memperluas pendidikan dasar. Dan
mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.
Sekolah yang berkualitas dan yang berkuantitas tidak hanya menitikberatkan pada
pendidikan akademik tetapi juga pendidikan non-akademik, seperti pendidikan
muatan lokal yang berbeda disetiap daerah.
Upaya pembaruan pendidikan nasional meliputi:landasan yuridis,
kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan, dan tenaga
kependidikan.
3.2 Saran

1. Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional harus dilaksanakan sesuai


bentuk-bentuk kelembagaan dan program-programnya
2. Kepada pemerintah diharapkan agar dalam pembuatan kurikulum
hendaknya melibatkan pihak-pihak yang dapat ikut andil dalam
memajukan pendidikan nasional.
3. Kepada lapisan masyarakat agar dapat berpartisifasi dalam memajukan
pendidikan di indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Anyar, Mohd. 1992. Pengembangan Inovasi dan kurikulum. Jakrta: Ditjen

Pendidikan Nasional

Titraharja, Umar. 1992. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Karyadi, Benny. 1990. Pengembangan Inovasi Pendidikan. Jakarta: P2G

Depdikbud

Anda mungkin juga menyukai