Disusun oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan nikmat,
rahmat, taufik dan inayah-Nya serta atas karunia-Nya punulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam semoga Allah senantiasa
limpahkan kepada junjungan nabi besar kita nabi Muhammad SAW, beserta
keluaganya, sahabatnya, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Makalah ini berisi tentang Wajib belajar dalam sistem pendidikan
nasional. Penyusun menyadari sepenuhnya, meskipun dengan seluruh daya dan
upayanya yang telah penulis usahakan semaksimal mungkin, namun dalam
penyusunan tugas ini masih terdapat kekurangan yang dilatar belakangi oleh
keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis, karenanya kritik dan saran sangat
penulis harapkan sebagai perbaikan dimasa yang akan datang.
Oleh karena itu penulis berharap agar setiap pembaca dan penulis
khususnya, serta bagi kita semuanya dapat mengambil manfaat yang terkandung
dalam makalah ini sehingga dapat meningkatkan wawasan dan keilmuan kita.
Ucapan terima kasih, saya sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu tersusunnya makalah ini.Semoga Allah SWT memberi kekuatan dan
kemudahan pada kita semua untuk terus dapat berkarya.Aamiin.....
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................
Daftar isi..........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................................
Daftar Pustaka.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Bahwa manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin mencapai
suatu kehidupan yang optimal. Selama manusia barusaha untuk meningkatkan kehidupannya,
baik dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, kepribadian, maupun
keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama itulah pendidikan masih berjalan
terus. Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia,
baik itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur, pendidikan di
Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (Kemdikbud), dahulu bernama Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia (Depdiknas). Di Indonesia, semua penduduk wajib mengikuti program wajib
belajar pendidikan dasar selama sembilan tahun, enam tahun di sekolah dasar/madrasah
ibtidaiyah dan tiga tahun di sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah. Saat ini,
pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Telah menjadi amanat pembukaan UUD 1945, bahwa pemerintah wajib menyediakan
pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mewujudkan tujuan
tersebut maka dibutuhkan sebuah sistem pendidikan yang mampu meningkatkan keimanan
dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Sistem tersebut adalah sistem pendidikan nasional.
PEMBAHASAN
Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah
sekumpulan unsur / elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam
melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan.
Syarat-syarat sistem :
Sedangkan, Pendidikan merupakan usaha yang sengaja secara sadar dan terencana untuk
membantu meningkatkan perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi
kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara/masyarakat,
dengan memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai. Dilihat dari
sudut perkembangan yang dialami oleh anak, maka usaha yang sengaja dan terencana
tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan yang dialaminya dalam setiap periode perkembangan. Dengan kata lain,
pendidikan dipandang mempunyai peranan yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam
perkembangan anak.
Branata (1988) mengungkapkan bahwa Pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik
langsung maupun secara tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya
mencapai kedewasaan. Pendapat diatas seajalan dengan pendapat Purwanto (1987 :11) yang
menyatakan bahwa Pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang
dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi
diri sendiri dan bagi masyarakat.
Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba-
lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan
merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan pemrintah ini, maka usahakan
pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di tingkat Universitas.
Pada intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi disini pendidikan hanya
menekankan pada intelektual saja, dengan bukti bahwa adanya UN sebagai tolak ukur
keberhasilan pendidikan tanpa melihat proses pembentukan karakter dan budi pekerti anak.
Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20,
Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.”
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui
peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural
Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun
masa depan, yakni: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4)
learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-
tujuan IQ, EQ dan SQ.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari
pendidikan formal, nonformal, dan informal.
A. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang. Yang
terdiri atas TK/RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA dan Pendidikan Tinggi atau
Universitas. Pendidikan formal ada yang berstatus negeri dan swasta.
Ciri-ciri pendidikan formal:
- Tempat pembelajaran di gedung sekolah
- Ada persyaratan khusus untuk menjadi peserta didik
- Kurikulum jelas
- Materi pembelajaran bersifat akademis
- Proses pendidikan memakan waktu lama
- Ada ujian formal
- Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah atau swasta
- Tenaga pengajar memilikikualifikasi tertentu
- Diselenggarakan dengan administrasi yang seragam.
B. Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat
dihargai setara dengan hasil program pendidkan formal setelah melalui proses penilaian
penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah / Pemerintah Daerah dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan. Seperti lembaga kursus & pelatihan,
kelompok belajar, sanggar, dll.
Ciri-ciri Pendidikan Nonformal:
- Tempat pembelajaran bisa di luar gedung sekolah
- Kadang tidak ada persyaratan khusus
- Umumnya tidak memiliki jenjang yang jelas
- Adanya program tertentu yang khusus yang hendak di tangani
- Bersifat praktis dan khusus
- Pendidikan berlangsung singkat
- Terkadang ada ujian
- Dapat dilakukan oleh Pemerintah dan Swasta
C. Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga atau lingkungan yang berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan
pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan
standar nasional pendidikan. Seperti: Pendidikan Agama, Budi Pekerti, Etika, Sopan
Santun, Moral dan Sosialisasi.
Ciri-ciri Pendidikan Informal:
- Tempat pembelajaran bisa dimana saja
- Tidak ada persyaratan dan Jenjang
- Tidak ada program yang direncanakan secara formal
- Tidak ada ujian dan materi tertentu yang harus tersaji secara formal
- Tidak ada lembaga sebagai penyelenggara
A. Kurikulum Nasional
Suryosubroto dalam dalam buku Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi
Pendidikan, memberikan definisi bahwa kurikulum ialah segala pengalaman pendidikan yang
diberikan oleh sekolah maupun diluar sekolah. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 20
tahun 2003 Pasal 1 ayat 19 tentang sistem Pendidikan Nasional memberikan definisi bahwa
kurukulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan teartentu.
Secara garis besar kurikulum merupakan hal terpenting dalam sebuah sistem
pendidikan, dimana seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi, bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran termaktub
dalam kurikulum. Pun juga kurikulum sebagai wahana untuuk mewujudkan tujuan
pendidikan pada masing-masing jenis/jenjang satuan pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan Nasional. Pendidikan memang seharusnya bersinergi dengan perkembangan
zaman, terselaraskanya pendidikan betul-betul menjadi kebutuhan zaman. Untuk mencapai
hal terebut, kurikulum sebagai tonggak dari sebuah sistem pembelajaran dalam
perkembangnya mengalami perkembangan dari masa-kemasa, dimana sejak dikumdangkan
proklamasi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 17 Agustus
1945 hingga saat ini (2006), Kurikulum Nasional Pendidikan mengalami peruberubah 9 kali
kali, (kurikulum Tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 dan 2006) dan
kurikulum 2013 yang rencananya akan diberlakukan pada tahun ajaran 2013-2014 M.
Pada pada hakikatnya kurikulum berkembang dinamis evolusioner seiring
berputarnya waktu dan bergulirnya rentang kehidupan umat manusia di muka bumi. Pada
mulanya kurikulum berkembang di Erofa dari Zaman Kuno hingga dapat dikenal dan
diterapkan di Indonesia. Pada awal perkembanganya, kuriklum tidak tertulis dalam sebuah
maktab, namun pada era selanjutnya zaman yunani kurikulum mulai dihasilkan dalam bentuk
tulisan. Pada saat itu kurikulum yang ada saat itu menurut Soemantri (1988) dalam Efendi
(2009:9) dipilah menjadi dua: Rhetorica School dimana sekolah menitikberatkan pada
pendidikan keahlian berbicara/berpidato dan berdebat Philosopical School dimana Sekolah
yang menitikberatkan pada pendidikan intelektual serta bidang filsafat (kecerdasan).
Bermula dari itulah, kurikulum mengalmai perkembangan dan perubahan. Dalam
sejarah perjalanan sejak kemerdekaan pada tahun 1945, Kurikulum Pendidikan Nasional
telah mengalami sembilan kali perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975,
1984, 1994, 2004, 2006 dan yang akan datang 2013. Perubahan tersebut merupakan
konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek
dalam berbangsa dan bernegara pada masyarakat kita. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat
rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan
perubahan yang terjadi di masyarakat. Perubahan Kurikulum Nasional dirancang berdasarkan
landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok
dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
B. Kurikulum Lokal
Kurikulum Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.
Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada
mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan
kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing
daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang
bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga
keberadaan kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi kurikulum nasional. Muatan
lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan.
Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap
semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua
mata pelajaran muatan lokal. Adapun ruang lingkup muatan lokal adalah sebagai berikut:
Dalam UU SISDIKNAS tahun 1989 Bab 1 Pasal 1 disebutkan bahwa kurikulum pada
hakikatnya adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, nonformal,
dan informal. Pendidikan juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini, dasar,
menengah, dan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad A.K. Muda. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Reality Publisher. Hal
45-50