Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN PRA SEKOLAH

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata kuliah Kapita selekta pendidikan
Dosen pengampu Dian Dinarti,M.pd

Disusun oleh
Hafsyah 010119
Sentia 0101191026
Uswatun Khasanah 01011910

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA CIREBON
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas petunjuk dan hidayah-Nya
Penyusun dapat menyelesaikan tugas membuat makalah cara pemeliharaan media sederhana
Sholawat serta salam tidak lupa kami panjatkan kehadirat Nabi agung Muhammad SAW,
yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yakni
agama islam.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidak
sempurnaan dari makalah ini. Dengan demikian penyusun mengundang para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini dapat tersusun lebih
baik lagi. Terimakasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan semoga
Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan kesehatan bagi kita semua. Amin ya
robbal’alamin.

Cirebon, Desember 2022

PENYUSUN
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………
Daftar Isi…………………………………………………………….....................

BAB I
PENDAHULUAN ………………………………………………………………..
A. Latar belakang………………………………………………………….....
B. Rumusan masalah…………………………………………………………
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………
A. Pengertian Pendidikan Prasekolah……………………………………….
B. Pengertian Pra Sekolah………………………………………………….
C. Fase Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak Prasekolag………………

BAB III
KESIMPULAN ………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda berdasarkan umurnya. Anak yang
berusia 1-3 tahun (batita) merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari
apa yang disediakan ibunya. Sedangkan anak usia 3-5 tahun (prasekolah) merupakan
konsumen aktif, yang berarti bahwa anak-anak sudah dapat memilih makanan sendiri. Anak-
anak pada usia pra sekolah menurut Khomsan (2004) sering dianggap sedang memasuki fase
Jonny won’t eat (anak sering tidak mau makan).
Anak prasekolah adalah anak dengan usia 3-5 tahun yang merupakan potensi sumber
daya manusia bagi masa depan bangsa sehingga peningkatan kualitas kesejahteraan anak usia
prasekolah, khususnya dari aspek gizinya menduduki posisi yang sangat strategis dan sangat
penting bagi pembangunan bangsa Indonesia.
Usia anak prasekolah merupakan periode paling kritis dalam kehidupan manusia. Dalam
ilmu gizi dikelompokkan sebagai golongan yang rawan terhadap kekurangan gizi. Gizi
kurang pada anak usia prasekolah diakibatkan konsumsi makanan yang tidak cukup
mengandung energi dan protein dan atau karena gangguan kesehatan. Sejak sebelum merdeka
hingga sekarang pada anak-anak khususnya anak usia prasekolah masih merupakan masalah
yang memprihatinkan.
Program-program pemerintah yang dilaksanakan di bidang kesehatan telah memberikan
perhatian terhadap anak sejak dini, sejak anak berada dalam kandungan sampai lahir hingga
usia balita. Ibu mempunyai peranan yang sangat besar dalam pengasuhan, perawatan dan
pendidikan anak, sehingga proses interaksi antara ibu dan anak perlu diwujudkan sebaik-
baiknya terutama pada anak usia prasekolah.
Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang gizi anak prasekolah dan
permasalahan-permasalahan gizi anak prasekolah, serta pencegahan dan penanganan agar gizi
anak prasekolah dapat tercukupi sesuai kebutuhan tubuh anak.

B. Rumusan Masalah
1.Apa pengertian pendidikan pra sekolah?
2.Apa yang dimaksud usia anak prasekolah ?
3.Bagaimana fase perkembangan dan pertumbuhan pada anak prasekolah
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH


Pendidikan prasekolah merupakan dasar bagi perkembangan sikap, pengetahuan,
keterampilan, daya cipta dan penyesuaiannya dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu,
perlu diusahakan agar pendidikan ini dapat dinikmati oleh segenap lapisan masyarakat.
Bantuan dari semua pihak sangat diperlukan, terutama dari media massa, seperti radio,
televisi, surat kabar, majalah, dan buku-buku bagi anak balita.[1]
Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani anak didik di luar dilingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan
dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah.
Pendidikan prasekolah antara lain meliputi pendidikan Taman Kanak-kanak, terdapat di jalur
sekolah, dan Kelompok Bermain, serta Penitipan Anak di jalur luar sekolah. Taman Kanak-
kanak diperuntukan anak usia 5 dan 6 tahun untuk satu atau dua tahun pendidikan, sementara
kelompok bermain atau penitipan anak diperuntukan anak paling sedikit berusia tiga tahun
Pendidikan prasekolah pada tahun 1990-an tidak banyak berbeda dari pendidikan prasekolah
pada tahun 60-an bahkan sebelumnya, yaitu selalu menarik perhatian orang tua, masyarakat
maupun pemerintahsebagai pengambil keputusan, Mereka menyadari bahwa kualitas masa
awal anak (early childhood) termasuk masa prasekolah merupakan cermin kualitas bangsa di
masa yang akan datang. Khususnya para orang tua makin lama makin menyadari betapa
pentingnya hubungan orang tua-anak yang kelak akan mewarnai hubungan anak dengan
lingkungannya, teman sebaya, guru maupun atasannya.
Seringkali apa yang dimaksudkan dengan pendidikan prasekolah sangat simpang siur.
Masing-masing orang mempunyai pengertian yang tidak sama sehingga akan mengaburkan
arah pembicaraanya. Batasan yang dipergunakan oleh The National Association for The
Education of Young Children (NAEYC), dan para ahli pada umumnya sebagai berikut :
- Yang dimaksudkan dengan “Early Chilhood” (anak masa awal) adalah anak sejak
lahir sampai dengan usia delapan tahun. Hal tersebut merupakan pengertian yang baku yang
dipergunakan oleh NAEYC. Batasan ini seringkali dipergunakan untuk merujuk anak yang
belum mencapai usia sekolah dan masyarakat menggunakannya bagi berbagai tipe prasekolah
(preschool) Early Chilhood Setting (tatanan anak masa awal) menunjukkan pelayanan untuk
anak sejak lahir sampai dengan delapan tahun di suatu pusat penyelenggaraan, rumah, atau
institusi, seperti Kinder-garten, Sekolah Dasar dan program rekreasi yang menggunakan
sebagian waktu atau penuh waktu.
Istilah lain yang sering digunakan untuk diskusi tentang pendidikan anak usia dini adalah
“nursey school” atau “preschool” (prasekolah). Nursey school adalah program untuk
pendidikan anak usia dua, tiga, dan empat tahun.[2]
Anak pra-sekolah adalah mereka yang berusia 3-6 tahun menurut Biechler dan Snowman.
Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program Tempat Penitipan Anak (3
bulan-5 tahun) dan Kelompok Bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun
biasanya mengikuti program taman kanak-kanak. Dari teori Piaget, ia membicarakan
perkembangan kognitif, maka perkembangan kognitif anak masa pra sekolah berada pada
tahap pra-operasional (2-7 tahun).
B. Pengertian Anak Prasekolah
Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo,
1995). Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-
potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut berkembang secara
optimal. Tertunda atau terhambatnya pengembangan potensi-potensi itu akan mengakibatkan
timbulnya masalah. Taman kanak-kanak dalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang
menyediakan program pendidikan dasar (Supartini, 2004).
Masa prasekolah menurut Munandar (1992) merupakan masa-masa untuk bermain dan mulai
memasuki taman kanak-kanak. Waktu bermain merupakan sarana untuk tumbuh dalam
lingkungan dan kesiapannya dalam belajar formal (Gunarsa, 2004). Pada tahap
perkembangan anak usia prasekolah ini, anak mulai menguasai berbagai keterampilan fisik,
bahasa, dan anak pun mulai memiliki rasa percaya diri untuk mengeksplorasi kemandiriannya
(Hurlock, 1997).
Pendidikan pra sekolah adalah pendidikan yang diberikan kepada anak-anak balita sebelum
masuk sekolah taman kanak-kanak atau pendidikan dasar pertama yaitu sekolah dasar (SD).
Sistem pendidikan ini juga sering dinamakan dengan pendidikan usia dini atau PAUD.
Sistem pendidikan pra sekolah ini pertama kali dikenal oleh masyarakat ketika mereka mulai
menyadari arti pentingnya mendidik anak sejak dini. Sehingga penyelenggaraannya juga
lebih sering dilakukan oleh masyarakat sendiri melalui berbagai macam organisasi seperti
PKK atau Lembaga Swadaya Masyarakat lain yang bergerak di bidang pendidikan.
Adapun tujuan utama dari pendidikan pra sekolah adalah untuk mengembangkan tingkat
kecerdasan dan mental baik secara fisik dan rohani, serta membentuk karakter anak agar bisa
mengatur perasaan emosi serta punya jiwa sosial yang tinggi. Sehingga ketika mereka masuk
pada tingkat pendidikan dasar pertama, anak-anak bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi
dengan lebih mandiri.
Mendidik anak sejak dini memang memang perlu melibatkan masyarakat umum bukan
sekedar menjadi tugas orangtua semata. Karena rentang usia antara nol hingga enam tahun
adalah masa emas dimana otak anak mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga
mencapai 80%. Pada usia ini anak dengan mudah menyerap berbagai informasi melalui
obyek yang dilihat dan diamati.
Namun pada usia ini pula anak belum bisa membedakan mana info yang baik dan yang tidak
baik bagi mereka. Dan yang tidak boleh dilupakan, anak-anak ini ketika melakukan
pengamatan tidak terbatas pada lingkup keluarganya saja, namun sudah mulai merambah
pada lingkungan luar rumah. Dari sini sistem pendidikan pra sekolah untuk mendidik anak
sejak dini yang diadakan akan punya peran yang penting.
Sebab pendidikan pra sekolah atau PAUD akan mengajarkan pada anak untuk memilih mana
info yang boleh dijadikan contoh dan info yang tidak boleh diserap. Sehingga mereka sudah
bisa membedakan perbuatan yang baik dan perbuatan yang merupakan pelanggaran serta
tidak boleh ketika masuk pada pendidikan dasar pertama.
Adapun pelajaran yang diberikan pada sistem pendidikan pra sekolah tidak hanya melalui
perkataan saja, namun justru lebih mementingkan pada bentuk-bentuk permainan edukatif
dan kandungan moral yang tinggi. J Fase Perkembangan dan Pertumbuhan Anak Masa
Prasekolah
C. Fase perkembangan anak berdasarkan usia :
1. Anak usia 2-3 tahun
Pada fase ini anak sudah memiliki kemampuan untuk berjalan dan berlari. Anak juga mulai
senang memanjat, meloncat, menaiki sesuatu dan lain sebagainya.
Solehuddin (1997: 38) berpendapat bahwa pada anak usia 2-3 tahun lazimnya sangat aktif
mengeksplorasi benda-benda di sekitarnya. Anak memiliki kekuatan observasi yang tajam.
Anak juga menyerap dan membuat perbendaharaan bahasa baru, mulai belajar tentang
jumlah, membedakan antara konsep satu dengan banyak dan senang mendengarkan cerita-
cerita sederhana, yang kesemuanya diwujudkan anak dalam aktivitas bermain maupun
komunikasi dengan orang lain. Kemampuan anak menguasi beberapa patah kata juga mulai
berkembang. Anak mulai senang dengan percakapan walaupun dalam bentuk dan kalimat
yang sederhana. Selain itu juga, sikap egosentrik anak sangat menonjol. Anak belum bisa
memahami persoalan-persoalan yang dihadapinya dari sudut pemikiran orang lain. Anak
cenderung melakukan sesuatu menurut kemauannya sendiri tanpa memperdulikan kemauan
dan kepentingan orang lain. Sebagai contoh, anak sering merebut mainan dari orang lain jika
anak menginginkannya.
2. Anak usia 3-4 tahun
Secara umum, anak pada fase ini masih mengalami peningkatan dalam berperilaku motorik,
sosial, berfikir fantasi maupun kemampuan mengatasi frustasi. Untuk kemampuan motorik,
anak sudah menguasai semua jenis gerakan-gerakan tangan, seperti memegang benda atau
boneka. Akan tetapi sifat egosentriknya masih melekat. Tingkat frustasi anak juga cenderung
menurun. Hal ini disebabkan adanya peningkatan kemampuan dalam mengatasi kesulitan-
kesulitan yang dialaminya secara lebih aktif atau sudah ada sifat kemandirian anak. Pada usia
ini anak memiliki kehidupan fantasi yang kaya dan menuntut lebih banyak kemandirian.
Dengan kehidupan fantasi yang dimilikinya ini, anak akan memperlihatkan kesiapannya
untuk mendengarkan cerita-cerita secara lebih lama, bahkan anak juga sudah dapat
mengingatnya. Selanjutnya dengan sifat kemandirian yang dimilikinya mulai membuat anak
tidak mau banyak diatur dalam kegiatankegiatannya. Pada aspek kognitif anak juga sudah
mulai mengenal konsep jumlah, warna, ukuran dan lain-lain.
3. Anak usia 4-6 tahun
Ciri yang menonjol anak pada usia ini adalah anak mempunyai sifat berpetualang
(adventuroussness) yang kuat. Anak banyak memperhatikan, membicarakan atau bertanya
tentang apa sempat ia lihat atau didengarnya. Minatnya yang kuat untuk mengobservasi
lingkungan benda-benda di sekitarnya membuat anak senang bepergian sendiri untuk
mengadakan eksplorasi terhadap lingkugan disekitarnya sendiri. Pada perkembangan
motorik, anak masih perlu aktif melakukan berbagai aktivitas. Sejalan dengan perkembangan
fisiknya, anak usia ini makin berminat terhadap teman sebayanya. Anak sudah menunjukkan
hubungan dan kemampuan bekerjasama dengan teman lain terutama yang memiliki
kesenangan dan aktivitas yang sama. Kemampuan lain yang ditunjukkan anak adalah anak
sudah mampu memahami pembicaraan dan pandangan orang lain yang disebabkan semakin
meningkatnya keterampilan berkomunikasi.

4. Keteraturan dan Ketidak Teraturan Perkembangan Anak Prasekolah


Dari konsepnya guru mempunyai kecenderungan memperlakuklan anak didiknyadengan
perlakukan rata-rata atau sedikit di atas rata-rata. Walaupun ada di antaranyaguru yang
sedikit menyimpang, akan tetapi dalam beberapa hal masih dapat diterima.
1. Perbedaan yang ada di antara anak-anak biasanya adalah dalam betuk budaya, bahasa,
sosial dan perbedaan atau kelainan yang ditemukan.
2. Perbedaan budaya, setiap kelompok manusia di dalam suatu masyrakat mempunyai
nilai budaya yang khas sifatnya. Budaya dapat diartikan sebagaisikap dan tigkah laku yang
telah dipelajari dan dimiliki sekelompok orang.
3. Perbedaan bahasa, jika anak bebeda dari segi budaya maka seringkali mereka juga
berbeda dari segi bahasa yang dipergunakan. Misalnya anak memiliki kemampuan retorika
berbahasa indonesia yang berbeda, ini juga dapatmenyebabkan anak menjadi malu dan
terhambat perkembangan sosialnya.
4. Perbedaan kelas sosial ekonomi, dari hasil penelitian ditemukan bahawa ada perbedaan
yang sagat signifikan dalam tugas akademik antara anak yang berasal dari keluarga kurang
mampu dengan anak dari keluarga yang lebihmampu. Perbedaan ini pada dasarnya bukan
berasal dari keturunan (heraditas),namun sering dikatakan dengan pengaruh lingkungan.

5. Ciri-ciri Anak Prasekolah atau TK


Ciri Anak Prasekolah atau TK – Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial, dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi. Perkembangan sosial anak sangat
dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam
mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma- norma kehidupan bermasyarakat.
Dalam proses perkembanganya ada ciri-ciri yang melekat dan menyertai periode anak
tersebut. Menurut Snowman (1993 dalam Patmonodewo, 2003) mengemukakan ciri-ciri anak
prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya ada TK. Ciri-ciri anak TK dan prasekolah yang
dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif.
1) Ciri Fisik Anak Prasekolah Atau TK.
Penampilan maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada
dalam tahapan sebelumnya. Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki
penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan
sendiri. Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup,
seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas
yang tenang diperlukan anak.
2) Ciri Sosial Anak Prasekolah atau TK
Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat
berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain
dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian
berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.adi anak tidak akan merasa terbebani
dan tetap bisa melewati masa kanak-kanaknya yang penuh kegembiraan bersama teman-
teman sebayanya.
Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.
Parten (1932) dalam social participation among praschool children melalui
pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dapat membedakan
beberapa tingkah laku sosial:
a) Tingkah laku unoccupied anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin
berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan
apapun.
b) Bermain soliter anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan,
berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, mereka
berusaha untuk tidak saling berbicara.
c) Tingkah laku onlooker anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati.
Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak
berusaha untuk bermain bersama.
d) Bermain pararel anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak
sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat mainan
yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung.
e) Bermain asosiatif anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada
peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
f) Bermain Kooperatif anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada
pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan,
misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.
3) Ciri Emosional Anak Prasekolah atau TK
Anak TK cenderung mngekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap
marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan
perhatian guru.
4) Ciri Kognitif Anak Prasekolah atau TK
Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang
berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk
berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan,
mengagumi dan kasih sayang. Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig
(1973) menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi
kompeten dengan cara sebagai berikut:
a) Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
b) Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
c) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan
dalam banyak hal
d) Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan
secara mandiri.
e) Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai
tingkah laku.
f) Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya.
g) Kagumilah apa yang dilakukan anak.
h) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat dan
dengan ketulusan hati.
Apa Yang Perlu Dilakukan Untuk Deteksi Dini Observasi
Proses memperhatikan seorang anak metakukan kegiatan tanpa mencampuri kegiatan
anak tersebut.
Pedoman Observasi (Children's Resources International, 1997)
1. Tentukan waktu untuk mengamati perilaku anak. Misal: 15 menit pada saat anak
bermain.
2. Yang diamati adalah peritaku anak yang dapat dilihat
3. Deskripsikan peritaku secara akurat dan rinci sesuai fakta yang teramati Misal:
Abet masuk ke kelas dan langsung bercerita kepada temannya bahwa ia memiliki
dinosaurus yang kecil dan lucu di rumahnya. Ketika temannya mengatakan bahwa ia
berbohong Adam terus menyampaikan bahwa dinosaurusnya adatah binatang
peliharaannya yang baru dan mengatakan:'kalau tidak percaya kamu tanya papa saya'.
4. Tidak metakukan penafsiran atau interpretasi subjektif dalam deskripsi perilaku
(yang dipikir atau dirasa terjadi), misalnya: 'Eni malas' 4 'Eni tidak metakukan
instruksi guru setiap kati guru meminta siswa untuk mengerjakan sesuatu dan Eni
lebih memilih untuk tidur-tiduran di bangku nya'.
5. Buat catatan untuk mendokumentasikan hasil observasi.
Perilaku Yang Diamati (Children's Resources International, 1997):
Bagaimana anak bereaksi terhadap hal-hal rutin. Bagaimana anak berperilaku pada
saat perpindahan dari satu kegiatan ke kegiatan lain, periode tenang dan periode aktif,
periode kegiatan kelompok dan periode kegiatan perorangan. Amati anak saat
berpisah dengan orangtua, makan, menggunakan toilet, berpakaian, mencuci tangan,
dan beristirahat

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
· Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun
· Fase perkembangan anak ada yang berusia:
a. 2-3 tahun,Pada fase ini anak sudah memiliki kemampuan untuk
berjalan dan berlari.
b. 3-4 tahun, Secara umum, anak pada fase ini masih mengalami
peningkatan dalam berperilaku motorik, sosial, berfikir fantasi maupun kemampuan
mengatasi frustasi.
c. 4-6 tahun, Ciri yang menonjol anak pada usia ini adalah anak
mempunyai sifat berpetualang (adventuroussness) yang kuat. Anak banyak
memperhatikan, membicarakan atau bertanya tentang apa sempat ia lihat atau
didengarnya.
· Kebutuhan gizi anak pra sekolah ini meliputi energy yang di dalamnya terdapat
karbohidrat,protein,lemak,mineral dan vitamin serta air. Selain energy ada juga
makanan anak pra sekolah
· Masalah gizi pada anak pra sekolah yaitu : Kurang Energi Protein (KEP),
Kurang Vitamin A pada balita, Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dan Anemia.
· Penanggulangan masalah gizi pada anak pra sekolah yaitu Peningkatan
kesehatan lingkungan, Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi, Upaya
pengawasan makanan dan minuman, Intervensi langsung kepada sasaran melalui
pemberian makanan tambahan, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Patmonodewo, Soemiarti. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta :Rineka Cipta, 2003

Isjoni. (2006). Model Pembelajaran yang efektif bagi pendidikan anak usia dini.

Anggini Sudono, Pedoman Pendidikan Prasekolah. Jakarta :gramedia


Widiasarana Indonesia.1991

Anda mungkin juga menyukai