No. Absen : 12
Kelompok : 6 (Enam)
2020-2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan puncak keagungan semata hanya tertuju pada Allah SWT yang telah
memberikan kita nikmat dari segala nikmat sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pengembangan Kurikulum PAI.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhamad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya sekalian, yang dengan penuh kesetiaan dan telah mengorbankan jiwa raga
maupun hartanya demi tegaknya syiar Islam yang pengaruh dan manfaatnya masih dapat kita
rasakan pada saat sekarang ini.
Kepada para pembaca yang membahas makalah ini kami sampaikan terima kasih.
Saran dan kritik dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini
dan demi bertambahnya wawasan kami sebagai Mahasiswa.
Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua . Aamiin ya Rabbal
aalamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR······································································i
DAFTAR ISI·················································································ii
BAB I PENDAHULUAN···································································1
A. Latar Belakang······································································1
B. Rumusan Masalah··································································1
C. Tujuan················································································1
BAB II PEMBAHASAN···································································2
A. Kesimpulan··········································································8
DAFTAR PUSTAKA·······································································9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pemerintah Republik Indonesia mulai sangat peduli akan arti masa prasekolah (3-6
tahun) yang merupakan pengalaman awal yang akan memberikan kualitas bangsa di masa
yang akan datang.
Seperti diketahui, dalam masyarakat Indonesia telah berkembang berbagai pelayanan
pendidikan prasekolah baik yang diselenggarakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak), Departemen Sosial (Tempat Penitipan
Anak), Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita dan Badan Koordinasi Keluarga
Berencana (bina Keluarga Balita).
Sebagai perwujudan dari usaha-usaha pemerintah dalam bidang sekolah, oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah dilakukan penyusunan dan revisi kurikulum
Taman Kanak-Kanak yang melibatkan ahli di bidang pendidikan, psikolog, guru, pengelola,
serta penyelenggara pendidikan formal maupun dari luar sekolah khususnya yang
berhubungan dengan prasekolah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
yang belum mencapai usia sekolah dan masyarakat menggunakannya bagi berbagai tipe
prasekolah (preschool).
- Early Chilhood Setting (tatanan anak masa awal) menunjukkan pelayanan
untuk anak sejak lahir sampai dengan delapan tahun di suatu pusat penyelenggaraan, rumah,
atau institusi, seperti Kinder-garten, Sekolah Dasar dan program rekreasi yang menggunakan
sebagian waktu atau penuh waktu.
Istilah lain yang sering digunakan untuk diskusi tentang pendidikan anak usia dini
adalah “nursey school” atau “preschool” (prasekolah). Nursey school adalah program untuk
pendidikan anak usia dua, tiga, dan empat tahun.
Anak pra-sekolah adalah mereka yang berusia 3-6 tahun menurut Biechler dan
Snowman. Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program Tempat Penitipan
Anak (3 bulan-5 tahun) dan Kelompok Bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6
tahun biasanya mengikuti program taman kanak-kanak. Dari teori Piaget, ia membicarakan
perkembangan kognitif, maka perkembangan kognitif anak masa pra sekolah berada pada
tahap pra-operasional (2-7 tahun).
Pada mulanya pendidikan ini muncul di kota Blnkerburg, Jerman pada tahun 1840
yang di perkenalkan oleh Friedrich Willhelm August Frobel dengan mendirikan lembaga
yang diberi nama kindergarten. Istilah ini berasal dari kata kinder berarti anak dan garten
berarti taman. Menurut Frobel, anak-anak usia dini di ilustrasikan sebagai tunas tumbuh-
tumbuhan yang memerlukan pemeliharaan dan perhatian dari juru tanam.
3
2. Sejarah Lembaga Pendidikan Anak Prasekolah di Indonesia
Kalau kita kilas balik perkembangan pendidikan pra sekolah di tanah air ini maka kita
patutnya bersyukur, dimana Pendidikan prasekolah di negara ini tidak tertinggal jauh dengan
taman kanak-kanak yang pertama di dunia yakni pada abad ke-19. Demi memudahkan
penulisan maka sejarah lembaga pendidikan prasekolah di Indonesia akan dibagi menjadi
beberapa periode:
a. Zaman Belanda,
Pada abad ke 19 bangsa Belanda yang waktu itu masih menjajah Indonesia mulai
mendirikan sekolah di Indonesia terutama untuk anak-anak mereka. Meskipun pada
umumnya diperuntukkan Pemerintah Belanda mendirikan lembaga-lembaga pendidikan
presekolah tersebut terbatas untuk kalangan mereka namun segelintir pribumi juga beruntung
dapat mencicipi pendidikan prasekolah tersebut yakni mereka yang berketurunan ningrat atau
yang bergelar bangsawan.
Kurikulum tersebut sangat diwarnai oleh pengaruh pendidikan ala Froebel yang
sangat menekankan penggunaan bermain dan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan sebagai
media kegiatan belajar anak. Pendidikan Taman Kanak-Kanak dalam zaman Belanda dikenal
sebagai Frobelschool. Pendidikan tersebut didirikan dengan tujuan agar anak dapat
melakukan adat baru yang baik; anak-anakpandai membaca, menulis dan berbahasa Belanda
dan dengan persiapan tersebut anak dapat masuk ke sekolah belanda.
Disamping menerapkan sistem pendidikan Froebel secara dominan hingga akhir masa
kekuasaannya, pemerintah Belanda juga memperkenalkan metode Montessori pada tahun
1938 melalui sekolah-sekolah pendidikan guru TK. Metode pendidikan Montessori
menekankan kebebasan yang lebih besar kepada anak untuk mengembangkan gaya
individualnya. Sasaran pendidikannya terutama diarahkan untuk mebantu perkembangan
kepribadian anak yang spontan dan membangun rasa kompeten yang berkisar pada
pengembangan tujuan-tujan internal perkembangan seperti kemandirian, kepercayaan diri,
disiplin dari dalam diri dan kecakapan untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan sendiri.
b. Zaman Jepang.
Nama Frobelschool diganti dengan nama Taman Kanak-kanak. Pada waktu itu guru-
guru belum mengenal kehidupan dan kebutuhan anak yaitu tentang permainan, ketangkasan-
ketangkasan seperti yang ada di desa-desa. Zaman kekuaksaan Jepang sistem pembelajaran
4
TK beralih ke sistem nippon. Sistem ini di gunakan untuk mengubah budaya Indonesia
menjadi budaya Jepang. Pada pendidikan Taman Kanak-Kanak diberikan nyanyian nyanyian,
permainan dan cerita Jepang.
Bentuk pendidikan pra sekolah di Indonesia sudah berdiri sebelum kemerdekaan.
Terbukti dengan berdirinya lembaga-lembaga pendidikan yang mengkhususkan perhatian
terhadap usia kanak-kanak yang berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan No. 27
Tahun 1990 tentang pra sekolah.
Salah satu pelopor pendidikan di Indonesia ialah Ki Hajar Dewantara. Pada tanggal 3
Juli 1922, perguruan nasional Taman Siswa, yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara
membuka sekolah anak-anak kecil di bawah umur 7 tahun, yang dinamakan Taman Lare atau
Taman Anak. Selanjutnya nama sekolah ini diganti menjadi “Taman Indria”. Alasannya
adalah karena dipandang dari sudut psikologi, jiwa anak-anak di bawah umur 7 tahun itu
semata-mata masih berada dalam periode perkembangan panca-inderanya. Dasar inilah yang
dipakai Frobel untuk memberi bentuk, isi dan metodenya pada Kindergarten. Dasar itulah
pula yang oleh Montessori digunakan untuk mewujudkan cita-cita pendidikannya bagi anak-
anak.
Dasar-dasar sistem pendidikan Taman Siswa bagi anak-anak di bawah umur 7 tahun
ini memodifikasi metode Frobel dan metode Montessori, dan menyesuaikannya dengan adat
Timur. Taman Indria inilah yang merupakan awal mula terbentuknya sekolah Taman Kanak-
kanak di Indonesia. Dengan kata lain sistem pendidikan ini adalah memodifikasi metode
Froebel dengan metode Montessori yang disesuaikan dengan adat timur.
Pada sekitar tahun-tahun yang sama, suatu organisasi Islam yang dikenal dengan
Persatuan Wanita Aisyiyah juga membangun lembaga pendidikan prasekolah Bustanul
Athfal yang pertama. Pembangun Bustanul Athfal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
sikap nasionalisme dan tujuan-tujuan keagamaan dalam merespon popularitas lembaga-
lembaga prasekolah yang berorientasi Eropa. Selain itu, selama periode pemerintahan
kolonial Belanda ini, sejumlah organisasi Islam lainnya dan pesantren juga turut membangun
dan merancang program-program prasekolahnya masing-masing. Nama Frobelschool diganti
dengan nama Taman Kanak-kanak.
5
1. Taman Kanak-Kanak
Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan anak usia dini yang berada
pada jalur formal, sebagai mana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 28 “Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal, atau bentuk lain yang
sederajat.[1]
TK adalah jenjang pendidikan formal pertama yang memasuki anak usia 4-6 tahun,
sampai memasuki pendidikan dasar. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990,
tentang pendidikan prasekolah BAB I pasal 1 disebutkan: “pendidikan prasekolah adalah
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik
diluar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar (Depdikbud, Dirjen
dikdasmen, 1994: 4).
Lama masa belajar seorang murid di TK biasanya tergantung pada tingkat
kecerdasannya yang dinilai dari rapor per semester. Secara umum untuk lulus dari tingkat
program di TK selama 2 (dua) tahun, yaitu:
TK 0 (nol) Kecil (TK kecil) selama 1 (satu) tahun
TK 0 (nol) Besar (TK besar) selama 1 (satu) tahun
Umur rata-rata minimal kanak-kanak mula dapat belajar di sebuah taman kanak-kanak
berkisar 4-5 tahun sedangkan umur rata-rata untuk lulus dari TK berkisar 6-7 tahun. Setelah
lulus dari TK, atau pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah lainnya yang sederajat,
murid kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi di atasnya, yaitu Sekolah
Dasar atau yang sederajat.
Raudhatul Athfal berasal dari kata Raudhah yang berarti taman dan athfal yang berarti
anak-anak. Secara bahasa Raudhatul athfal berarti taman kanak-kanak. Raudhatul Athfal
(RA) merupakan jenjang pendidikan anak usia dini yakni usia 4-6 tahun dalam bentuk
pendidikan formal, di bawah pengelolaan Kemterian Agama. RA setara dengan Taman
Kanak-Kanak (TK), di mana kurikulumnya ditekankan pada pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.1
Dalam konteks perkembangan anak, Raudhatul Athfal (RA) memiliki lima fungsi dasar,
yaitu:
1. Pengembangan potensi
2. Penanaman dasar-dasar aqidah keimanan
3. Pembentukan dan pembiasaan perilaku yang diharapkan
4. Pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan
1
Wikipedia Indonesia
6
5. Pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif (Solehuddin, 2000 dalm
Ali, 2007: 1266)
Upaya pengembangan potensi anak perlu dilakukan sejak usia dini, sebab pada masa
itulah terjadinya masa-masa emas dari perkembangan berbagai potensi anak. Pada masa ini
terdapat kesempatan-kesempatan yang lebih memungkinkan terjadinya perubahan secara
signifikan dalam berbagai aspek perkembangan anak usia TK/ RA merupakan masa yang
sensitif bagi perkembangan gerak-gerak motorik yang fundamental dan bahkan menurut
Bloom (1984) masih dalam sumber yang sama, separuh dari perkembangan potensi
intelektual terjadi pada usia 4 tahun pertama.
Tempat Penitipan Anak (TPA) adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan
nonformal sebagai wahana kesejahteraan yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk
jangka waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya bekerja. TPA merupakan layanan PAUD
yang menyelenggaran pendidikan sekaligus pengasuhan terhadap anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun (dengan prioritas anak usia di bawah 4 tahun).
Dengan demikian, TPA merupakan salah satu bentuk layanan PAUD yang berusaha
mengabungkan dua tujuan, yaitu tujuan pengasuhan karena orang tua anak bekerja serta
tujuan pendidikan melalui program-program pendidikan anak usia dini.
7
memberikan stimulasi yang baik untuk mengembangkan intelegensi, kemampuan sosial, dan
kematangan motorik anak.2
Tujuan khusus kelompok bermain antara lain, menambah perbendaharaan kata untuk
berkomunikasi dan mampu mengungkapkan pendapat pada orang lain. Pengembangan daya
pikir atau kecerdasan. Pengembangan daya cipta atau kreativitas, mengekspresikan diri
melalui daya ciptanya. Pengembangan perasaan atau emosi, disiplin, mengenal dirinya dan
orang lain. Pengembangan kemandirian, melayani dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-
hari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah pendidikan anak usia dini telah dilaksanakan jauh sbeelum Indonesia merdeka.
Pada saat itu masih menggunakan istilah pendidikan pra sekolah. Pendidikan anak usia dini
adalah usaha pembinaan yang di tujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun
yang dilakukan dengan pemberian rangsangan pendidikan.
Pendidikan anak usia dini sebagai lembaga yang memberikan pelayanan untuk
mendukung perkembangan anak secara optimal yng di selenggarakan dengan jalur meliputi
TK, RA, Kelompok Belajar, TPA.
2
"Playgroup, Jaminan Anak Unggul?". Kompas. 13 Mei 2008.
8
DAFTAR PUSTAKA