Anda di halaman 1dari 30

PENDIDIKAN ANAK

USIA DINI

Di Susun oleh : Kelompok 2


1. yudhistira Adi
2. Dita Afriyani
3. Nena Kotrhrun Nada

Dosen :
Prof. Dr. Soegeng Santoso, M.Pd.

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur dan hormat, penulis menyampaikan puji dan terima kasih kepada
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa memberikan rahmat dan petunjuk-Nya
dalam setiap langkah kehidupan kita.

Makalah ini disusun sebagai bentuk refleksi, penelitian, dan dedikasi terhadap suatu
topik yang dianggap penting dan relevan. Tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk
menggali lebih dalam, mengurai, dan menyajikan informasi yang dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang suatu fenomena atau masalah yang menjadi fokus
kajian.

Proses penyusunan makalah ini melibatkan pemahaman konsep, analisis mendalam, serta
sintesis berbagai sumber informasi. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak
terlepas dari berbagai kendala, namun dengan kerja keras, ketekunan, dan semangat untuk
terus belajar, makalah ini dapat diselesaikan.

Kami juga ingin menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak


yang telah memberikan dukungan, inspirasi, dan bimbingan dalam proses penyusunan
makalah ini. Terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan
masukan yang sangat berharga.

Makalah ini tentunya masih memiliki keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan guna perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pemahaman dan
pengembangan ilmu pengetahuan.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang informatif dan
inspiratif bagi pembaca. Semoga ilmu yang terkandung dalam makalah ini dapat bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat pada umumnya.

Terima kasih.

Jakarta, APRIL 2024


Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar …………………………………………………………………………… i
Daftar isi………………………………………………………………………………….. ii
BAB III : PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI……………………
A. Program PAUD …………………………………………………………………
B. Permasalahan PAUD…………………………………………………………….
C. Fungsi dan ruang Lingkup PAUD ……………………………………………...
BAB IV : PEMANFAATAN LINGKUNGAN PERKEMBANGAN PAUD………….
A. Lingkungan pendidikan……………………………………………………….
B. Manfaat pengembangan Kreativitas anak……………………………………..
C. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perkembangan kreativitas……………
D. Kecerdasan Emosional dan Penerapannya…………………………………….
F. Karakteristik Anak……………………………………………………………..
Penutup………………………………………………………………………………….
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………..

ii

BAB III
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

A. Program PAUD

Seiring dengan tujuan yang ingin tercapai, maka layanan Pendidikan Anak Usia Dini
di masa yang akan datang harus dapat dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat.

1. Layanan

a. Pelatihan bagi calon orang tua.

b. Pelatihan bagi calon Ibu/Bapak.

c. Pelatihan bagi tenaga pendidik anak usia dini :

 Pengasuh anak (governess, babby sitter) di TPA.


 Guru Kelompok Bermain.
 Guru TK.
 Guru SD.
 Penyelenggaraan PAUD lainnya (tempat bermain, sanggar kreativitas, rumah
singgah anak jalanan, taman pendidikan Al-quran dan lain sebagainya).

d. Pelatihan bagi pengelolah lembaga dan kepala sekolah penyelenggara pendidikan


anak usia dini :
 Manajemen Penyelenggaraan.
 Pengembangan dan perluasan lembaga.
 Supervisi pengelola dan efektivitas kerja.

e. Memberi bantuan konsep dan teknik penyelenggaraan program diploma.


 Kursus Governess selama 6 bulan.
 Kursus Baby sitter selama 3 bulan.
 Diploma ½ Kelompok Bermain.
 Diploma ½ TK.
 Sekolah Dasar.
 Pelatihan Pembelajaran Terpadu.
 Pelatihan Media Pembelajaran.
 Pelatihan Evaluasi Terintegrasi.
 Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar dan LKS.

2. Layanan Penelitian dan Informasi


a. Pengkajian terhadap perkembangan anak Indonesia
b. Pengkajian terhadap permainan-permainan tradisional Indonesia
c. Pengkajian terhadap hak azasi anak.
d. Pengkajian terhadap permasalahan anak jalanan.
e. Penelitian tentang Pelaksanaan PAUD di daerah.
f. Penelitian tentang lagu anak Indonesia.

3. Layanan Masyarakat
a. Menyelenggarakan seminar :

 Optimalisasi potensi anak.


 Kreativitas dan keberbakatan.
 Persoalan anak
 Menumbuhkan minat anak.
 Penyelenggaraan Potensi IQ & EQ.

b. Menyiapkan paket pelatihan :

 Kurikulum berciri khas.


 Strategi pembelajaran terpadu.
 Metode pengjaran dan kegiatan belajar.
 Pengembangan sumber media dan bahan ajar

B. Permasalahan PAUD
Permasalahan yang dihadapi PAUD di Indonesia dapat di identifikasi sebagai
berikut :

1. Bahwa tidak meratanya pelayanan pendidikan.


Pelayanan pemerintah baru menampung 1% anak usia 0-4 tahun melalui
penitipan anak,12,65% anak usia 5-6 tahun melalui Taman Kanak-kanak dan 0,42%
melalui kelompok bermain. Data lain menunjukkan bahwa masih terdapat 11.298.070
anak usia 4-6 tahun yang perlu di beri layanan pendidikan pra sekolah dalam rangka
kesinambungan peningkatan kualitas SDM (Informasi data Biro pusat Statistik tahun
1999/2000). Sebab kalau gagal mendidik pada usia dini, kelak menjadi manusia dewasa
juga akan gagal.

2. Peningkatan Mutu Pendidikan


Masih terdapat ketimbangan pada penyelenggaraan pendidikan anak usia dini,
misalnya di TK terjadi ketimpangan antara siswa usia TK, jumlah TK, jumlah guru dan
sebagainya.Peningkatan mutu ini berhubungan dengan penambahan guru secara
kualitatif, kuantitatif serta penyediaan sarana bermain dan pembelajaran
lainnya.sebagai gambaran adanya ketimpangan terlihat dalam table di bawah ini.

Ketimpang Antara Rasio Siswa Usia TK,Jumlah TK,Jumlah Guru dan sebagainya

KOMPONEN DATA (dalam ANGKA


ribuan PROYEKSI
1998/1999 1999/2000 2000/2001 2001/20202
Penduduk 6-7 8.426,4 8.516,9 8.566 8.659.1
tahun
Murid TK 1.713.7 1.769,5 1.821.9 1.875,2
Rasio 0.20 0,21 0.21 0.22
Murid/penduduk
6-7 tahun
Guru 99.09 102.32 105.35 108.43
Rasio 17,29 17.29 17.29 17.29
guru/Murid

3. Peningkatan Relevansi

Penelitian yang dilakukan oleh Balitbang (1999) menunjukkan adanya perbedaan


yang signifikan antara anak yang mendapat pendidikan TK dengan yang tidak pada
hamper seluruh aspek perkembangan anak, meliputi : kognitif, akademik,ekspresi
diri,sosial emosional, dan menolong diri sendiri di sekolah dasar. Berdasarkan
perbedaan pendekatan pembelajaran antara TK dengan SD perlu di sesuaikan . di
Sekolah dasar, terutama pada kelas-kelas awal sebaiknya di sesuaikan dengan kondisi
anak yang masih memerlukan cara belajar yang menyenangkan ( yaitu dengan bermain,
bercerita,lomba) dan tidak terlalu berorientasi pada mata pembelajaran.
4. Peningkatan Efisiensi
Kurangnya pemilihan Bentuk pelayanan pendidikan yang tepat bila disesuaikan
dengan permasalahan yang ada. Berdasarkan hasil penelitian IEA/ Preprimery Project
tahap 1 (1998) menunjukkan hasil bahwa pengasuhan yang dilakukan terhadap anak
usia 4 tahun 68,47% dilakukan oleh orang tuanya sendiri dan 31,53% dilakukan oleh
orang tua bersama-sama dengan orang lain. Pelaku yang dapat mengasuh anak baik
lembaga dan perseorangan yang ikut mengasuh anak selain orang tua,ialah kakek-
nenek, pembantu,bibi/paman/family lain,kakak,pembimbing,TK,Taman
Alquran,kelompok bermain, dan tempat penitipan anak.

C. Fungsi dan ruang lingkup PAUD

Terwujudnya berbagai program yang memberi berbagai layanan bagi kebutuhan anak
usia dini,pada usia 8 tahun agar dapat mengembangkan potensi dan kemampuan
intelektual,emosional,spiritual,moral,dan fisik secara optimal,sehingga menghasilkan
generasi yang unggul dan mampu bersaing secara global.oleh karena itu secara rinci
PAUD dapat berfungsi untuk :

a. memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak Indonesia untuk mengikuti


pend-
idikan anak usia dini sesuai dengan potensi yang dimiliki nya, bahkan secara tidak
langsung
sejak anak masih dalam kandungan.
b. Membantu dan memfasilitaskan pengembangan potensi anak bangsa secara utuh dilingku-
ngan keluarga, masyarakat(kelompok bermain,tempat penitipan anak).
c. Membantu memperbaiki mutu dan relevansi pendidikan anak usia dini setara dengan mutu
pendidikan dari negara lain.
d. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini
berdasarkan prinsip otonomi daerah dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.
e. Setiap Intansi pemerintah,swasta.LSM,Yayasan atau lembaga pendidikan yang lain boleh
melaksanakan program PAUD dengan mengacu pada pedoman dari Direktorat PADU
Depdiknas.
BAB IV
PEMANFAATAN LINGKUNGAN DALAM
PERKEMBANGAN KREATIVITAS

A. Lingkungan pendidikan

Lingkungan pendidikan adalah lingkungan atau keadaan, kondisi tempat yang


ada di sekitar anak yang mempengaruhi berlangsungnya proses pendidikan.
Lingkungan pendidikan secara umum dibagi menjadi tiga macam yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan
pendidikan itu mempunyai peranan yang besar dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan anak menuju terbentuknya kepribadian anak. Prinsip terbentuknya
kepribadian anak ditentukan dua factor yaitu factor dalam dan factor luar. Factor
dalam yang dimaksud adalah bakat atau pembawaan, sedangkan factor luar adalah
lingkungan di mana anak didik dan dibesarkan.

Bakat adalah kemampuan anak yang dimiliki sejak lahir. Tiap anak memiliki
mempunyai bakat masing-masing,jadi tidak ada anak yang mempunyai bakat sama
biarpun anak tersebut kembar.

Pada hakikatnya sejak anak lahir mempunyai kreativitas, namun kualitasnya


tidak sama, sebab tergantung bakat, gizi selama dalam kandungan dan pengaruh
lingkungan terhadap ibu yang sedang hamil. Ini merupakan pengaruh lingkungan
yang bersifat tidak langsung. Bakat seseorang itu tidak selalu keturunan dari
orangtuanya, jadi ada kemungkinan dari orangtuanya, dari kakeknya bahkan
generasi sebelumnya, atau sama sekali bukan jalur keluarganya. Jadi sulit
menentukan asal-usul bakat seseorang, yang pasti dibawa sejak lahir.

Lingkungan yang bersifat langsung adalah pengaruh yang diperoleh dari alam,
manusia, tempat bergaul di sekitarnya. Tentu saja pengaruh ini ada yang positif
tetapi ada pula yang bersifat negatif. Menolak atau menyeleksi pengaruh yang
negatif ini diperlukan pendidik, terutama orang tua yang berwenang menentukannya.
Lingkungan yang tepat bagi anak adalah yang memberikan pengaruh yang
kondusif, maksudnya dapat mendorong berkembang kreativitas. Pengaruh ini
menyenangkan, sesuai dengan perkembangan anak yang memungkinkan timbulnya
inovasi dan kemauan anak untuk mencoba. Selain pengaruh yang bersifat positif
dan negative ada pula pengaruh yang berkualitas rendah dan tinggi, biarpun
keduanya bersifat positif, Pendidik sepantasnya memilih pengaruh yang positif dan
berkualitas tinggi. Pada uraian berikutnya hal ini akan diperjelas dengan contoh
yang memungkinkan untuk ditiru paling tidak untuk diketahui oleh pendidik.

1. Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan
utama. Dikatakan pertama karena sejak anak masih ada dalam kandungan dan lahir
berada dalam keluarga. Dikatakan utama karena keluarga merupakan yang sangat
penting dalam proses pendidikan untuk membentuk pribadi yang utuh. Semua aspek
kepribadiaan dapat dibentuk dilingkungan ini.pendidikan yang bertanggung jawab
adalah orang tua. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan yang berhubungan
dengan perasaan dapat dibentuk di sini. Misalnya menanamkan rasa:
disiplin,beriman,berhati lembut, berinisiatif, berfikir matang bersahaja, bersemangat,
bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, cermat,gigih, hemat, jujur, kreatif,
mandiri,mawas diri, pemaaf, pemurah, pengendalian diri, rajin, ramah tama, kasih
sayang, percaya diri, rendah hati, sabar, setia, adil, rasa hormat, tertib, sopan santun,
sportif, susila, tegas, teguh,tekun, tetap janji, terbuka dan ulet (Edi Setyawati
dkk,1997).

Semua sifat dan sikap di atas dapat ditanamkan di hati anak, namun
pelaksanaanya di sesuaikan dengan tingkat kematangan,kecerdasan, umur anak , dan
tingkat perkembangan anak sehingga tidak ada unsur paksaan. Mengingat adanya
ketentuan ini orang tuaperlu mengetahui keadaan anak pada setiap memberikan
pengaruh.

Suasana yang ada dalam keluarga memungkinkan berkembangnya kreativitas .


semua sifat dan sikap itu dapat ditanamkan pada anak dalam upaya mengembangkan
kreativitasnya. Misalnya ketika anak diajak bermain yang berhubungan dengan sifat
kegigihan dan kecermatan perlu diikuti dengan kreativitas, jika tidak ingin kalah
dalam permainan tersebut.

Adanya bermacam-macam alat permainan menyebabkan anak senang bermain.


Setelah mereka memilih mainan yang di kehendaki, anak memiliki kreativitas
sendiri untuk memainkan mainan tersebut.jika anak kelihatan tidak senang, murung,
berdiam diri, melamun perlu di curigai. Mungkin ia lapar, sakit atau kecewa, anak
ini perlu di beri motivasi agar mau bermain, berlari dan bersenang-senang. Kalua
anak selalu dalam keadaan senang dan sehat, ia akan bertumbuh dan berkembang
dengan baik. Dia tidak mengalami kekerdilan dalam pisik atau psikisnya, tetapi
sebaliknya akan menjadi manusia yang wajar dan menjadi pribadi yang matang dan
utuh . oleh karena itu berikan kebebasab kepada anak untuk bermain. Kebebasan ini
memungkinkan berkembangnya kreativitas anak. Anak kreatif biasanya tidak mau
berdiam diri . kreativitas dan kecerdasan selama ini tidak terdapat hubungan positif
dan paralel.maksudnya anak yang kreatif belum tentu cerdas. Orang tua jangan
terlalu optimis melihat anaknya kreatif, sebab dapat saja terjadi anak yang pendiam,
aktivitasnya sedikit, pada kenyataannya ia cerdas sekali. Jadi anak yang cerdas
kadang-kadang pendiam.

Keluarga yang utuh, harmonis, dan terdapat ketahanan di dalamnya dapat


mempengaruhi kreativitas anak, ketahanan keluarga itu dipengaruhi kreativitas anak.
Ketahanan keluarga itu dipengaruhi oleh bermacam-macam foktor yaitu keutuhan,
keharmonisan, sosial ekonomi, tingkat pendidikan, kesehatan, jumlah anak dan
agana. Jika ketahanan keluarga sudah ada, maka anak sebagai anggota keluarga
mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan
kreativitasnya.Contoh keluarga yang utuh maksudnya orang tua dan anak kompak,
jujur terbuka, sehingga tidak ada masalah, suasananya menyenangkan, ceria dan
hidup, pasti anak akan berkiprah atau memiliki kemauan untuk melakukan kegiatan.
Potensi anak akan tersalurkan melalui kreativitas sehari-hari, apalagi sebagian besar
waktu anak ada dalam keluarga.

Contoh yang lain jika keluarga itu ada keharmonisan, maka kedua orang tuanya
memperhatikan anaknya dengan penuh kasih sayang. Ingat, tetapi bukan
memanjakan. Anak juga melihat hubungan ayah dan ibunya yang baik, rukun, akrab
dan hangat, membuat anak senang dan dekat . suasana yang bagus ini wajib
dipertahankan di depan anak.

2. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang ke dua. Pada


lingkungan ini kreativitas anak sebaiknya dikaitkan dan dengan pelajaran. Porsi di
sekolah lebih banyak mengajar dari pada mendidik.pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi perlu ditujukan untuk meningkatkan kreativitas anak,
oleh karena itu guru dalam mengajar harus menarik dan mampu membangkitkan
minat anak untuk mencoba dan menghayati ilmu yang sedang dipelajari tersebut.
Kreativitas di tuntut adanya imajinasi, daya nalar dan daya piker ketika belajar ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Sekolah yang bagus dan ideal adalah sekolah yang tenang dan menyenangkan
bukan menakutkan. Perlu dilengkapi dengan alat pembelajaran, media pendidikan
termasuk laboratorium. Tegasnya perlu memiliki sarana dan prasarana yang
menandai agar dapat membangkitkan kreativitas anak dalam belajar. Suasana belajar
yang kondusif adalah suasana yang memungkinkan anak belajar, membaca,
menulis, dan menghitung. Akibatnya anak senang di sekolah.

Di sisi lain guru harus meningkatkan kreativitasnya dan belajar terus, melalui
membaca, mengikuti kegiatan ilmiah(diskusi, seminar,lokakarya dan lain-lain).Tidak
kalah pentingnya adalah memahami anak, di antaranya adalah mengetahui
perkembangan anak,hobi, minat,kepribadian anak, dan lain sebagainya.

Sekolah membentuk dan melatih kecerdasan intelektual serta kecerdasan


emosional. Keduanya sangat penting bagi terbentuknya kepribadian yang komplit.
Manusia yang berkepribadian tidak cukup hanya cerdas atau pandai saja, akan tetapi
juga bermoral.sekolah membentuk pendidikan moral antara lain budi pekerti
disamping tugas utamanya mencerdaskan anak melalui pemberian ilmu pengetahuan
dan teknologi. Sehubung dengan hal ini kreativitas anak perlu diciptakan dengan
mengaitkan pada kedua kecerdasan tersebut. Apalagi dimasa sekarang banyak orang
yang berhasil karna mampu memadukan antara kecerdasan intelektual dengan
kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional memungkinkan orang mudah
berkomunikasi, kreatif, mempunyai niat yang tinggi dan berkemauan atau berusaha.
Kecerdasan emosional ini juga mendasarkan diri pada kreativitas, jika dibalik
kreativitas dapat mencerdaskan emosional.
Tingkat kreativitas akan selalu meningkatkan sesuai dengan tingkat pendidikan
anak, hal ini seiring dengan tingkat kematangan, kecerdasan , dan pengalaman anak.
Bahkan jika lebih tinggi pendidikan seseorang tingkat kreativitasnya lebih
kompleks.jika dihubungkan dengan sosial ekonomi dan kebutuhan hidup, kreativitas
anak tidak ada hubungan dengan nilai uang, sedangkan kreativitas orang dewasa
mempunyai hubungan dengan uang dan materi. Contoh : pada anak hanya main-
main, atas dasar kesenangan, hobi bakat atau minat, misalnya membuat kereta-
keretaan, kuda lumping dengan kayu dan pelepah pisang. Orang tua yang ahli
mengukir , menggambar,setelah selesai lalu di jual. Apalagi mahasiswa diperguruan
tinggi, hasil kreativitasnya yang hebat , mahal harganya,sebab merupakan keahlian
dan profesional. Profesi itu mahal sehingga orang yang profesional itu dihargai
mahal, sebab ahli.

3. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat lebih luas dan kompleks, sehingga agak sulit


mengawasinya. Namun demikian lingkungan ini memberi kesempatan yang sangat
luas bagi anak untuk mengembangkan kreativitasnya. Pada tulisan ini lingkungan
masyarakat dibedakan menjadi empat macam :

a. Tempat Tinggal

Di sekitar rumah tempat tinggal, biasanya anak- anak sebaya yang selalu
bermain bersama. Ketika bermain, anak mendapat peluang untuk
mengembangkan kemampuan, imajinasi, dan daya nalar melalui kreativitas .
biasanya kalau sudah dewasa, misalnya ia sudah menjadi mahasiswa, kesempatan
untuk bermain dengan tetangganya sedikit. Tetangga merupakan saudara yang
paling dekat. Akan tetapi pengaruh tetangga yang negative harus dihindari.

b. Tempat Kerja
Suasana dilingkunganpekerjaan juga dapat mempengaruhi kreativitas
seseorang. Hal ini berlaku bagi orang dewasa yang telah bekerja. Melihat teman
sekerja yang kreatif, lincah, penuh dedikasih, memiliki kamauan yang keras, pantang
menyerah, ulet, sabar, disiplin, dan lain-lain akan mempengaruhi kreativitas
seseorang dalam bekerja. Sarana dan prasarana yang dimiliki kantor(perusahaan)
juga dapat mempengaruhi kreativitas bahkan suasana ruangan pun dapat
mempengaruhi, misalnya sejuk, panas, enak, nyaman, atau bising. Oleh karena itu
cara mengatur ruangan atau tempat bekerja harus baik supaya para karyawan merasa
betah. Kalua seorang bekerja dengan senang nanti hasilnya akan baik dan
kreativitasnya akan berkembang.
c. Organisasi

Kegiatan berorganisasi dapat mempengaruhi aktivitas dan kreativitas


seseorang, sebab orang berorganisasi dituntut untuk bergerak dan banyak
inovasi.kalau statis saja maka organisasi itu akan mandeg. Dalam organisasi orang
dituntut untuk berfikir maju, bergerak dinamis, dan lincah. Pada waktu berkiprah ini
diperlukan kreativitasnya. Pengaruh pimpinan organisasi sangat besar terhadap
kreativitas anggota apalagi kalua organisasi itu besar, maka frekuensi dan mutu
kreativitas itu juga tinggi.

Tempat bergaul seseorang sangat berpengaruh bagi pengembangan


kreativitas, sebab manusia selau berkomunikasi, bergaul, dan saling bertemu.selama
mereka bergaul tentu ada hal-hal yang diterima dan diketahui, akhirnya
mempengaruhi timbulnya kreativitas. Tempat bergaul dapat dipertemukan. Di
perkumpulan, di arisan, di pengajian, di pasar, di tempat rekreasi, dan dimana saja.
Adanya komunikasi dapat menimbulkan kreativitas orang untuk bertindak,
berprilaku, dan mencoba sesuatu. Lebih-lebih jika tempat bergaul ini memiliki
sarana dan prasarana lengkap yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi, termasuk agama.

Khusus anak –anak, pengaruh yang didapat dalam pergaulan, misalnya waktu
bermain,rekreasi, atau saling berkunjung ke rumah akan medorong anak untuk
meniru perbuatan temannya. Hari berikutnya ia dapat menciptakan sesuatu malalui
kreativitas, imajinasi, dan keterampilannya sendiri.kemungkinan perbuatannya lebih
bermutu dari pada aktivitas yang pernah dilihatnya. Selama bergaul ini anak perlu
dipantau atau diawasi supaya pengaruh yang didapat tetap bersifat positif.

B. Manfaat Pengembangan Kreativitas Anak

Seperti yang telah kita ketahui bahwa inti pengertian kreativitas anak adalah
sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu produk baru (Semiwan,dkk,1984).
Oleh karena itu jika kreativitas ini dapat berkembang dengan baik maka anak
dikemudian hari setelah dewasa akan memiliki kemampuan, keterampilan,dan
profesi yang baik bahkan luar biasa. Kemampuan ini dapat berkembang dengan baik
jika diberi lingkungan yang kondusif. Anak itu nanti akan menjadi orang
professional, ahli, sehingga ia dapat mandiri dan hidup dasar keahliannya. Pada
abadke-21 ini orang harus siap berkompetisi secara bebas. Hanya orang yang
ahli,mahir, tranpil dan profesional yang menang. Istilah yang digunakan oleh
maslow adalah jika orang sampai pada motif yang tertinggi yaitu aktualisasi diri,
maka hidupnya sudah puas, bangga, dan merasa bahagia. Bahkan sekarang sudah
mulai dikembangkan pendidikan kreativitas, terutama di negara yang sudah maju.
Khusus di Indonesia sebaiknya juga diadakan supaya mampu mendapatkan manusia
yang unggul dan trampil. Pendidikan modern mempunyai peran ganda yaitu ;
pertama, berfungsi untuk membina kemanusiaan dan kedua, berfungsi sebagai
pengembangan sumber daya manusia. Menurut pendapat saya, setelah adanya peran
ganda ini maka akan menghasilkan SDM yang berkualitas. Sebaiknya pendidikan
sudah dimulai pada pendidikan pra sekolah (taman kanak-kanak , kelompok
bermain,dan penitipan Anak).
C. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam perkembangan anak

Menanamkan disiplin pada anak

Dalam Bahasa latinnya tertulis discipline berarti apa yang disampaikan oleh guru.
Dalam pengetahuan yang dimaksud adalah ilmu yang dipelajari, dalam agama
adalah ajaran, sehingga secara umum adalah penataan perilaku sesuai dengan ajaran
yang dianut.
Didalam penataan perilaku dapat unsur kesetiaan, ketaatan terhadap tertib hidup
atau peraturan harian. Secara psikopedagogig penataan perilaku yang sesuai dengan
hokum pertumbuhan, perkembangan, dan dengan profil kejiwaan. Kecuali, itu
berkaitan erat dengan pembinaan sikap hidup yang menyebabkan manusia taat
dengan iklas pada penataan prilaku (Dr. j. Riberu,1987). Rasa disiplin adalah suatu
sikap yang terdapat dalam pribadi seseorang untuk berbuat sesuatu atas dasar
kesadaran, bukan paksaan memenuhi ketertiban dan keteraturan hidupnya. Jika
kedisiplinan ini dilakukan dengan baik akan mempengaruhi terbentuknya
kepribadian dan yang bersangkutan dapat merencanakan penggunaan waktu. Bagi
orang yang bekerja secara profesional dan anak sekolah, penggunaan waktu adalah
sangat penting. Membentuk kedisiplinan anak dan penggunaan waktu yang efesien
sebaiknya dimulai sejak anak usia dini,yaitu ketika masih ada di lingkungan
keluarga lalu dilanjutkan ketika masuk pendidikan pra sekolah(Penitipan anak,
Kelompok bermain dan Taman kanak-kanak).

a. Cara menanamkan disiplin

Menurut Dr.J. Riberu adalah dalam rangka pembinaan disiplin harus


memiliki empat unsur, yaitu :

1. Disiplin harus merupakan petunjuk atau pegangan bagi tingkah laku seseorang.
2. Disiplin harus disertai sanksi, khususnya sanksi negatif.
3. Disiplin sebaiknya dikaitkan dengan imbalan / penghargaan.
4, Disiplin harus konsisten.

Menurut pendapat saya perlu ditambahkan unsur ketegasan , sebab kalua


tidak, anak kurang bersedia menuruti aturan yang telah ditetapkan. Atas dasar
beberapa unsut atau rambu-rambu di atas, maka penerapan disiplin pada anak dapat
dilakukan dengan sebagai berikut :

1. Cara pendekatan perlu disesuaikan dengan tingkat kematangan, perkembangan


dan
Usia anak.
2. Dapat dimulai sejak usia dini, yaitu ketika masih berada di lingkungan keluarga.
3. Sikap ayah dan ibu harus sama dalam menanamkan disiplin ini, maksudnya jika
Ayah melarang maka ibu juga melarangnya. Demikian pula jika ibu mengizinkan
Ayahnya pun mengizinkan.
4. kalu di rumah tersebut ada nenek atau kakeknya, maka sikap orangtua harus sama
Dengan sikap kakek/neneknya.
5. Sikap guru harus sama dengan orangtua, oleh karena itu harus harus sering
diadakan
Konsultasi antara orang tua dan guru, supaya tindakan mereka harmonis, tidak
Bertentangan.
6. Pendekatan pendidikan terhadap anak pada suatu saat dapat bersifat otoriter,
Bersifat demokrasi atau bersifat parmissive, pilihan ini tergantung situasi atau
Kondisi proses pendidikan yang sedang berlangsung. Disinilah letak kearifan
Pendidik dalam menanamkan kedisiplinan. Yang penting jangan sampai anak
tersinggung, sebab kalu tersinggung, kadang –kadang sulit untuk menormalkan
kembali. Ketiga pendekatan diatas ada kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Jadi jika ada pendekatan mana yang paling baik, namun demikian ada pendapat
yang mengatakan bahwa dalam menanamkan kedisplinan , pendekatan demokrasi
yang paling baik. Alasannya adalah :

a. Karena anak diajak berbincang-bincang, bertukar pikiran dan beradu


argumentasi.
b. Norma kedisiplinan dapat dikaji ulang.
c. Tidak ada hukuman.
d. Dapat membina penyesuaian pribadi dan sosial yang baik.
e. mengajarkan orang untuk bekerja sama, mengendalikan diri dengan tenang
dan besikap ramah tama pada orang lain.
f. Guru atau orang tua mempunyai hubungan dengan anak yang hangat dan
bersahabat, sehingga terjalin kerja sama.
g. dapat memuaskan anak, terutama yang usia pubertas, mulai dewasa, sebab anak
merasa diberi kepercayaan dan peluang untuk mengatur tingkah lakunya.
Mereka merasa tidak tertekan.

7. Perlu didasarkan pada cinta, tanggung jawab dan kebijaksanaan.


b. penilaian
Cara menilai keberhasilan penanaman disiplin pada anak dilihat dari :
1. adanya perbaikan dalam berprilaku pada orang atau anak yang dididik untuk
berdisplin itu.
2. adanya sikap orang atau anak terhadap wewenang, orang yang berwewenang dan
disiplin yang telah ditaatinya.
3. Adanya pribadi yang seimbang yaitu tidak dendam, dengki dan perasaan
terpendam lainnya (Riberu, 1987)
4. melakukan kegiatan dengan penuh tanggung jawab dan rasa senang atas dasar
kesadaran yang tinggi.
5. Adanya penghargaan terhadap peraturan dan orang yang membuat peraturan yang
berada dilingkungannya.
6. Adanya keharmonisan antara orang tua dan anak atau antara guru dan siswanya,
atau antara para pemimpin dengan anggotanya.

D. Kecerdasan Emosional dan penerapannya

Kecerdasan Emosional atau Emotional Intelligence adalah kemampuan emosi


yang sangat tinggi atau cerdas sehingga seseorang mampu berbuat sesuau yang
tepat dan berhasil bahkan dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang terjadi
sekarang dan masa mendatang. Kecerdasan ini jika dimiliki dan dilaksanakan oleh
seseorang ia akan merasa berhasil dan senang sebab upayanya mencapai sasaran
yang diinginkan. Kecerdasan Emosional merupakan bagian dari kepribadian
manusia lansung berhubungan dengan prilakunya. Banyak terhadap aspek
kepribadiian di dalamnya, kecuali kecerdasan intelektual. Hal ini disebabkan
kecerdasan intelektual ini berhubungan dengan pikiran, cipta, nalar, dan cara
berpikir secara rasional. Apabila kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual
saling melengkapi, hasilnya tentu baik, yaitu mendapatkan manusia yang pandai
dan bermoral/berkepribadian.

Taman Kanak- Kanak sebagai salah satu bentuk pendidikan pra sekolah
merupakan dasar bagi pembentukan pribadi anak. Sekaligus tempat pengembangan
kecerdasan emosionalnya, walaupun porsi terbanyak berada dilingkungan keluarga.
Akan tetapi sekolah atau pendidikan pra sekolah ikut membantunya. maksudnya
aspek yang belum sampai berkembang dilingkungan keluarga perlu dikembangkan
dilingkungan Taman Kanak- kanak, di kelompok bermain, dan penitipan anak. Jadi
kecerdasan emosional itu dapat dikembangkan di lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat, tetapi yang terutama adalah lingkungan keluarga.

Akhirnya perkembangan kecerdasan emosional tersebut dilakukan ditimpat


anak bergaul dan bermain dimasyarakat. Oleh karena itu pendidikan di ketiga
lingkungan tersebut harus bekerja sama pendidik di lingkungan keluarga adalah
otangtua, di lingkungan pra sekolah dan sekolah adalah guru, sedangkan di
lingkungan masyarakat adalah pemimpin masyarakat, misalnya Pembina pramuka,
pemimpin organisasi kesenian, olah raga, pemuda dan lain-lain. Jika pada pendidik
ini dapat bekerja sama dalam mendidik, mengarahkan, dan membimbing maka
akan menghasilkan anak yang baik dan mempunyai kepribadian yang matang
termasuk pendidikan agamanya.

a. Unsur Utama Kemampuan yang berkaitan dengan Emosional

Menurut Daniel Goleman (1997) Kecerdasan emosional memiliki tujuh


unsur utama kemampuan, yaitu :
1.keyakinan maksudnya adalah perasaan yang memperkuat akan keberhasilan
terhadap sesuatu yang dikerjakan.
2.Rasa ingin tahu, adalah perasaan untuk menyelidiki atau mengetahui sesuatu yang
bersifat positif, jika berhasil menimbulkan kesenangan.
3.Niat, yaitu hasrat atau kemauan yang disertai kemampuan untuk mencapai
kerhasilan.
4.Kendali diri, adalah kemampuan menyesuaikan dan mengendalikan tindakan yang
disesuaikan dengan usia dan kematang pribadi.jika berhasil mengendalikan diri,
maka seseorang itu merasa senang dan tenang jiwanya.
5.Keterkaitan, maksudnya adalah kemampuan seseorang melibatkan diri dengan
orang lain berdasarkan pada perasaan saling memahami.
6.Kecakapan berkomunikasi, yaitu kemampuan verbal untuk bertukar gagasan dan
perasaan dengan orang lain dan disertai keyakinan bahwa dengan cara ini akan
menghadirkan kepuasan.
7.Kreatif, yaitu kemampuan membuat keseimbangan anatar kebutuhan sendiri dan
kebutuhan orang lain dalam kegiatan kelompok (Boediono,1997)

Tujuan kemampuan yang berkaitan dengan kecerdasan emosional tersebut diatas


sebaiknya ditanamkan sejak usia dini, pada pendidikan pra sekolah. Tentunya
dengan cara yang sesuai dengan kematangan usia dan tingkat perkembangan anak.
Metode yang digunakan wajib disesuaikan dengan sifat anak. Sifat anak pada
umumnya adalah suka meniru, ingin tau,suka bertanya, jujur, suka bermain, penuh
imajinasi, kreatif, ingin mencoba,mudah tertarik,senang berteman, dan lain-lain.
Sifat-sifat tersebut dapat diisi dengan salah satu kemampuan yang ada dalam
kecerdasan emosional misalnya sejak usia dini sudah ada rasa ingin tahu, padahal
rasa ingin tahu juga merupakan bagian kecerdasan emosional. Jadi sudah tetap jika
rasa tersebut ditanamkan sejak pendidikan pra sekolah.

b. Penerapan Kecerdasan Emosional di Taman Kanak-kanak

Secara umum profil kemampuan guru Taman Kanak-kanak antara lain :

1. Sadar dan mampu mengembangkan diri sebagai individu, warga negara, dan
Guru TK yang professional dan berpendidikan tinggi, dengan syarat sebai
berikut :

a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


b. Pandai bergaul dengan anak usia TK,sabar, memiliki kasih sayang dan
periang.
c. Mampu mengembangkan sikap yang bertanggung jawab, berdisiplin dan
memiliki emosi yang stabil.
d. Mencintai dan bertekad untuk mengabdi kepada profesi guru/pendidik
TK.
e. Berinteraksi dengan orang tua siswa dan anggota masyarakat pada
umumnya untuk menunaikan misi pendidikan pra sekolah (Soegeng
Santoso, 2000).
2. Memahami dan mampu mengembangkan perilaku terhadap anak usia TK,
berupa:
a. memahami tugas-tugas perkembangan anak usi TK.
b.memahami dimensi-dimensi perkembangan anak usia Tk, yaitu dimensi
intelektual,sosial,emosional,moralkreativitas dan motoric/fisik.
c. Toleran terhadap tingkah laku anak sesuai dengan tahap perkembangannya.
d. Mampu berkomunikasi dengan anak sehingga menimbulkan rasa aman
dalam suasana yang mendidik.
3. Menguasai prinsip-prinsip dasar kependidikan untuk menyelenggarakan
pendidikan di TK, antara lain berisi :
a. Memiliki wawasan kependidikan.
b. Memahami funsi sekolah dan TK dalam asyarakat.
c. Memahami keterkaitan program belajar dengan perkembangan anak.

4. Mampu menyelenggarakan program kegiatan belajar di TK meliputi :

a. Mampu menciptakan dan menggunakan alat-alat permainan dan alat-alat


bantu lainnya.
b. Mampu mengembangkan dan mewujudkan prangsangan yang dapat meng-
embangkan diri anak sesuai dengan tahap dan dimensi perkembangan.
c. mampu menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang menggunakan
prinsip belajar sambal bermain dan bermain sambal belajar.

Beberapa contoh yang dapat dilakukan oleh guru TK dalam menerapkan


Unsur kemampuan kecerdasan emosional antara lain adalah :
1. Untuk menanamkan unsur keyakinan pada anak dengan cara mendorong
dan memberi kebebasan agar dapat berhasil mengerjakan sendiri,
misalnya menyusun balok, memakai sepatu, menggambar,
bermainmenggoreng telur, bermain ayunan.
2. Guru harus dapat mempengaruhi dan mengalihkan perhatian anak TK yang
dilihatnya sedang berdiam diri, agar anak tersebut mempunyai niat,
kemauan atau hasrat untuk bergerak dan bangkit yang pada akhirnya ada
kemauan untuk bermain dan bangkit yang pada akhirnya ada kemauan
untuk bermain dan ia merasa senang. Jika anak senang ia akan tumbuh dan
berkembang secara wajar termasuk kemauannya, hal ini akan
mengakibatkan hidupnya bergairah. Anak kecil jangan sampai duduk
termenung, kalua sampai terjadi demikian mungkin ia sakit,kecewa,
tersinggung pendeknya tidak wajar.contoh kegiatannya adalah di ajak main
mobil-mobilan (anak laiki-laki), menimang boneka (anak perempuan).

3. Untuk menanamkan rasa pengendalian diri pada anak, anak-anak harus


ditanamkan kesadaran mau bergilir. Tidak boleh menang sendiri, misalnya
pada waktu bermain tidak boleh menggunakan alat permainan sendiri
secara terus menerus, sehingga temannya tidak dapat kesempatan. Nanti
sesuai dengan kematangan pribadi dan usianya, anak akan mengerti dan
jiwanya tenang, tidak bergolak, serta tidak iri hati.

4. Dalam upaya menanamkan rasa keterkaitan, anak perlu dilibatkan dalam


pergaulan.disinilah berlangsungnya proses sosialisasi,adanya rasa
keterkaitan, rasa untuk menghargai, dan mempunya toleransi kepada orang
lain. Jika ada teman yang sedang senang mau menyambut kesenangan dan
jika teman sedih perlu ikut merasakan kesediannya, sehingga anak mampu
memahami perasaan temannya.

5. Kecakapan berkomunikasi dapat ditanamkan dengan cara latihan bercakap


cakap, antar guru dengan anak, antara anak dengan anak di sekolah atau
pada waktu berekreasi. Sehabis berjalan-jalan anak diminta menceritakan di
depan kelas atau setelah mendengar dongeng anak di suruh menceritakan
kembali isinya . dapat juga menceritakan gambar yang sedang
dilihat,bagaimana perasaannya atau komentarnya, yang penting anak
berbicara , salah tidak menjadi persoalan . pada saat itu guru
membetulkannya. Beri kesempatan pula anak untuk bertanya dan
pertanyaannya harus di jawab. Pertanyan dari guru yang memungkinkan
anak mengemukakan alasan dapat diutarakan , misalnya mengapa Budi
menyukai warna merah ? mengapa Tini memilih warna biru ? dan
sebagainya.

6. Sifat kreatif dapat di berikan kepada anak pada waktu bermain secara
indivi-
ual atau kelompok . beri kesempatan atau peluang yang cukup agar anak
me-
ncoba, mengamati dan menggunakan permainan itu sepuas-puasnya
Kebutuhan orang lain dalam permainan kelompok perlu di tanamkan oleh
guru. Sehingga dalam diri anak terjadi keseimbangan antara kebutuhan
sendiri dan kebutuhan orang lain. Kreativitas anak perlu dikembangkan
sejak usia dini supaya potensi ini dapat tersalurkan, sebab ada
kemungkinan kemampuan ini berhubungan dengan bakat anak. Daya
fantasi atau imajinasi anak dapat dimanifestasikan dalam kreativitasnya,
apalagi kalua dikaitkan dengan nalar anak, ini sangat penting dan berguna
dalam perkembangan selanjutnya. Setiap kesempatan kreativitas anak
dapat timbul, jika kurang tepat jika orangtua di rumah melarang anak
bermain-main dengan permainannya karena belum mandi, atau belum
makan pagi.

c. Pelaksanaan Tingkat Awal

Setelah di uraikan unsur utama kemampuan yang berkaitan dengan


kecerdasan emosional serta contohnya di atas, maka perlu diterangkan
beberapa catatan yang dianggap penting.

1. penerapan ketujuh unsur itu merupakan kegiatan tingkat awal, sehingga


harus dilanjutkan pada pendidikan berikutnya.
2. Guru jangan mengejar kualitas keberhasilannya, tetapi lebih mementingkan
kuantitas. Oleh karena itu perlu dilakukan berkali-kali secara rutin dan
teratur.
3. Cara penerapannya selalu dalam suasana bermain, gembira dan jangan
dipaksa supaya anak tidak merasa tertekan.
4. Dalam hal tertentu penerapannya dapat berujud berceritera, mendongeng,
contoh atau menunjukkan pada situasi yang sedang dilihat.
5. Guru perlu sabar, penuh kasih sayang, ceria dan tidak emosional.
6. Media pendidikan, alat permainan,misalnya masjid mini atau gambar,
sarana dan prasarana lainnya perlu tersedia, sebab biasanya anak itu
bersifat ingin tahu, tetapi cepat bosan.
7. Lingkungan pendidikan diupayakan bersifat kondusif, maksudnya
suasananya mendukung terjadinya proses pendidikan,termasuk
pendidikan agama.
8. Perlunya kerja sama antara orangtua, guru, dan pimpinan masyarakat
supaya program yang diatur oleh sekolah atau yayasan dapat berjalan
lancer.
9. Sistem among dari Taman siswa masih relevan untuk mendidik anak di
sekolah, di rumah, dan di masyarakat.

E. Alat Bermain

Secara umum pengertian bermain adalah sesuatu kegiatan atau tingkah


laku yang dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan
menggunakan alat atau tidak untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan bermain
bagi anak lebih sederhana dibandingkan dengan tujuan pendidikan. Bermain
itu pura-pura, sedang bekerja berkaitan dengan hasil. Khusus bagi orang
dewasa selalu berhubungan dengan uang. Jadi bermain bukan sesuatu yang
sungguh-sungguh anak yang sedang bermain dapat membentuk dunianya,
sehingga sering dianggap nyata. Ini menurut pandangan anak yang bermain.

Di sekolah, bermain dapat dibedakan menjadi bermain bebas, dengan


bimbang, dan dengan diarahkan (Bergen dalam soemiarti
patmonodewo,1995). Prinsipnya, bermain bebas adalah bermain yang
dilakukan anak dengan menggunakan alat bermain secara bebas, jadi anak
bebas memilihnya. Bermain dengan bimbingan adalah bermain dengan alat
pilihan guru dan anak diharapkan dapat menemukan suatu konsep atau
pengertian. Bermain yang diarahkan adalah bermain yang bertujuan agar
anak dapat menyelesaikan suatu tugas . pada akhirnya bermain dapat
dirangkaikan dengan belajar.

Oleh karena sifat anakkecil ada bermacam-macam, maka pada waktu


bermain anak bisa merasa senang atau kecewa, tetapi hanya sebentar. Alat
bermain yang dibuat oleh anak sendiri biasanya awet artinya sisukai
walaupun barangnya sudah rusak atau jelek. Begitu juga sebaliknya biarpun
alat bermainnya bagus bahkan mahal tetapi kalua bukan buatannya sendiri,
biasanya anak akan merasa cepat bosan. Hal ini terjadi karena anak merasa
puas dan bangga. Oleh karena itu anak perlu diberi kesempatan yang seluas-
luasnya untuk membuat alat bermain dab bermain bersama teman-
temannya .Kreativitas anak itu setiap saat bisa muncul, oleh karena itu perlu
diberi alat, lingkungan yang kondusif, enak, bersih, dan aman.

Selain membuat senang dan bangga, alat bermain juga membuat anak
terampil, sehat, dapat mengembangkan imajinasi atau khayalan, melatih
berfikir anak bahkan melatih berbicara. Alat bermain bagi perkembangan dan
pertumbuhan memegang peran penting. Pada uraian berikut akan dijelaskan
fungsi dan manfaatnya. Sedangkan sikap yang perlu dilakukan oleh pendidik
harus dipilih agar dapat memberikan rangsangan dan motivasi anak.

a. Bentuk Bermain

Pada umunya bermain ada tiga bentuk, yaitu bermain sosial,


bermain dengan benda dan bermain sosio dramatis.

1. Bermain sosial

Bermin sosial dapat dilakukan sendiri dengan alat bermain, atau


bersama orang lain dengan menggunakan alat bermain. Berikut ini
dibedakan menjadi :

 Bermain sendiri
Di sini anak bermain dengan menggunakan alat yang ada, namun
tidak memperhatikan kegiatan anak lain di ruangan yang sama.
 Bermain sebagai penonton
Anak bermain sambal melita temannya bermain dalam satu
ruangan. Anak mungkin berbicara dengan temannya, mengamati
temannya lalu bermain sendiri . ada pula yang duduk, ada yang
aktif bermain.
 Bermain pararel
Dilakukan oleh sekelompok anak dengan menggunakan alat
bermain yang sama, tetapi anak bermain sendiri- sendiri.
 Bermain asosiatif
Anak bermain bersama tetapi tidak ada aturannya. Tiap anak
memilih perannya sendiri.
 Bermain kooperatif (bersama)
Dalam permainan ini setiap anak bermain sesuai dengan perannya.
Tiap anak sesuai dengan perannya menampilkan kebolehannya,
keterampilannya. Anak bertanggung jawab atas tindakannya.

2. Bermain dengan benda

Bentuk bermain ini bersifat praktis, sebab semua anak dapat


menggunakan alat bermain secara bebas. Mereka senang, dapat
berimajinasi dan bekerjasama. Alat bermain yang ada dapat digunakan
sendiri atau oleh beberapa anak sekaligus. Beberapa persyaratan dalam
penyediaan alat bermain :

 Tidak berbahaya,
 Gampang didapat,
 Sebaiknya dibuat sendiri,
 Berwarna dominan,
 Tidak mudah rusak,
 Ringan atau yang berat tetapi tidak dapat dipindahkan oleh anak.

Setiap anak mempunyai pribadi yang berbeda, maka semua


persyaratan di atas pelaksanaanya harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan, kematangan, kemampuan, kepekaan, dan keunikan
anak. Tiap anak mempunyai cipta,rasa, karsa, dan intuisi sendiri, juga
mempunyai atensi dan hobi. Oleh karena itu ketika memilih alat
bermain jangan dipaksa atau disuruh memakai alat yang kita
kehendaki. Kalu sekedar dimotivasi bolehm misalnya anak tidak mau
bermain lalu di dorong untuk bermain dengan alat yang ada. Alat- alat
bermainnya lebih baik dibiarkan agar mereka memilih sendiri. Disaat
anak bermain, guru atau pembimbing wajib memantau, mengawasi ,
dan mengamati perilaku agar dapat dijadikan bahan untuk data
penelitian. Jika tiap saat dilakukan,maka data akan bertambah, lalu
dipilih, dipilih,dan dianalisis.akhirnya disimpulkan untuk menjadi
sebuah hasil penelitian yang berharga dengan menggunakan metode
penelitian “ metode observasi”.

Hasil penelitian itu sebaiknya dibukukkan/ diterbitkan sehingga


dapat bermanfaat bagi guru, orang tua,dan masyarakat yang
membacanya. Hal ini belum banyak dilakukan oleh para pendidik, oleh
karena itu saya himbau agar pengalaman guru dalam mengamati anak
menggunakan alat bermain dapat ditulis.

3. Bermain Sosiodramatik

Menurut Brewer dalam Soemiarti Patmonodewo (1995),


bermain sosiodramatik memiliki beberapa elemen, yaitu :a). bermain
dengan melakukan imitasi,b). bermain pura-pura, c). bermain
peran,d).persisten, e). Interaksi dan, f). komunikasi verbal.

Bermain dengan melakukan imitasi adalah bermain pura-pura,


anak melakukan peran orang di sekitarnya dengan menirukan tingkah
laku dan pembicaraan. Bermain pura-pura terhadap barang atau objek
tertentu misalnya mobil, jadi anak yang bersangkutan menjadi mobil,
ia lari sambal menderu-deru seperti suara mobil. Bermain peran yaitu
anak bermain dengan memerankan sebagai guru, bapak, ibu, anak
yang manja, anak yang nakal, kakek, nenek, tamu, dan sebagainya.
Persisten adalah anak melakukan kegiatan bermain dengan tekun
sedikitnya selam sepuluh menit. Bermain interaksi adalah bermain
antara teman dalam satu adegan paling sedikit dilakukan antar anak
dengan cara berkomunikasi, jadi terdapat interaksi verbal.
b. Fungsi Alat Bermain

Pendidikan perlu menyadari bahwa permainan itu alat, sedang


terbentuknya pribadi yang utuh itu tujuan. Bermain adalah salah satu
cara untuk membentuk kepribadian anak. Sehingga untuk pendidikan
anak yang tepat bermain sambal belajar. Anak tahunya bermain
dengan senang, gembira, lucu , spontan, jujur, dan tidak ada unsur
paksaan. Kalua anak selalu senang, maka pertumbuhan badan (raga)
dan perkembangan jiwanya akan berjalan dengan baik.secara rinci
fungsi alat bermain adalah sebagai berikut :

1. Melatih panca indra supaya anak peka terhadap sesuatu yang ada
di lingkungannya .
2. Melatih kecerdasan emosionalnya yang meliputi keyakinan , rasa
ingin tahu, niat, kendali diri, keterkaitan dengan orang lain,
kecakapan berkomunikasi, dan kreatif.
3. Menanamkan nilai,norma,etika moral, budi pekerti dan aspek
lainnya (mengandung unsur pendidikan)
4. Melatih kecerdasan intelektual anak (walaupun masih sederhana),
sehingga ia mengenal konsep, pengertian yang lansung diterapkan,
atau mengerti setelak mempraktekkan alat bermain.
5. Menanamkan nilai agama. Anak dibiasakan untuk mendengar,
melakukan, dan mengerti sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kematangan.
6. Melatih keterampilan anak dengan alat bermain sehingga ia bisa
mencoba, menyusun ,mengangkat, menghitung,memindahkan,
membalik, mendorong, dan melempar sesuai dengan fungsinya.
7. Melatih keberanian, kepercayaan, kejujuran, kebanggaan,
kreativitas , dan tanggung jawab anak.
8. Mengembangkan fantasi, imajinasi, dan idealism anak.
9. Memperkenalkan dan membiasakan anak terhadap kesehatan,
kebersihan ,Makanan bergizi, kedisiplinan, dan kemandirian.
10. Melatih kerjasama, gotong royong, toleransi, saling menghargai,
dan saling membutuhkan antar anak.
11. Mengenal angka dan huruf yang merupakan tahap awal dalam
pelajaran membaca,menulis dan berhitung.
12. Mengenal bentuk benda ,warna,garis, dan benda yang berguna
bagi manusia (udara, air, tanah, api, tanaman dan binatang)melalui
gambar, benda atau yang lain.
13. Mengenal dan mengetahui rambu-rambu atau tanda yang berlaku
di masyarakat (rambu-rambu lalu lintas, listrik, rumah sakit, rumah
makan , dan lain-lain).
14. Membuat senang anak

Selain itu tentu masih banyak yang dapat dilakukan untuk


dikembangkan . Apalagi jika dihubungkan dengan tempat bermain
didalam atau diluar ruangan. Dapat juga dihubungkan dengan jenis
kelamin tetapi pada prinsipnya adalah alat bermain untuk anak laki-
laki dan perempuan tidak perlu dibeda-bedakan. Hal ini disebabkan
karena
Kemampuan anak laki-laki dan perempuan adalah sama.

F. Karakteristik Anak

Secara umum karakteristik anak pra sekolah adalah :

a. Suka meniru
b. Ingin mencoba
c. Spontan
d. Jujur
e. Riang
f. Suka Bermain
g. Ingin tahu (Suka bertanya)
h. Banyak gerak
i. Suka menunjukkan Akunya
j. Unik
k. dan lain-lain.
Krakteristik di atas seharusnya mendapatkan pelayanan yang maksimal tetapi
karean kondisi dan keadaan lingkungan khususnya orangtua yang kurang baik maka
kemungkinan pertumbuhan dan perkembangan anak akan terpengaruh . akibatnya anak
dapat menjadi pemurung , kurang kreatif, pendiam, apatis, dan lain-lain.jika demikian
maka anak tidak akan memiliki kepribadian . akibatnya tidak mendapatkan sumber
daya manusia yang baik.hal ini berdasarkan keadaan anak yang sebenarnya dan tidak
rekayasa, oleh karena itu perlu diketahui oleh semua pendidik.

PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Seiring dengan tujuan yang ingin tercapai, maka layanan Pendidikan Anak
Usia Dini di masa yang akan datang harus dapat dimanfaatkan oleh seluruh lapisan
masyarakat. Dan Lingkungan pendidikan adalah lingkungan atau keadaan, kondisi
tempat yang ada di sekitar anak yang mempengaruhi berlangsungnya proses
pendidikan. Lingkungan pendidikan secara umum dibagi menjadi tiga macam yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga
lingkungan pendidikan itu mempunyai peranan yang besar dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan anak menuju terbentuknya kepribadian anak. Prinsip terbentuknya
kepribadian anak ditentukan dua factor yaitu factor dalam dan factor luar. Factor
dalam yang dimaksud adalah bakat atau pembawaan, sedangkan factor luar adalah
lingkungan di mana anak didik dan dibesarkan.

2. Saran

Saran saya diharapkan untuk anak usia dini untuk lebih diperhatikan dalam
hal fasilitas dan hal-hal yang menyangkut kegiatan anak usia dini dikarenakan hal
yang efektif dalam menuntuk ilmu itu ketika anak usia dini. Karna untuk generasi
yang akan datang dan untuk kemajuan suatu negara dapat dikembangkan saat anak
usia dini. Olek karena itu seiring dengan tujuan yang ingin dicapai, maka layanan
pendidikan Anak Usia Dini di masa yang akan datang harus dapat dimanfaatkan oleh
seluruh lapisan masyarakat .
DAFTRA PUSTAKA

, (1996), Peranan Kewibawaan di Lingkungan Pendidikan dalam Peningkatan


Sumber Daya Manusia, Jakarta, Lemhannas.

Conny Semiawan, A S. Munandar dan SQJ Munandar (1984), Memupuk Bakat dan
Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Jakarta, Gramedia Jakarta.

Goleman,Daniel (1995), Emotional Intelligence, New York, Bantan Book.

Riberu,J. (1987), Disiplin Dalam Keluarga, Jakarta, Sinar Agape Prees.

Soegeng Santoso (2000), Problematika Pendidikan dan cara Pemecahannya, Jakarta,


Kreasi Pena Gading.

Soemiarti Patmonodewo(1995), Buku Ajar Pendidikan Prasekolah, Jakarta, Ditjen


Pendidikan Tinggi Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai