Anda di halaman 1dari 18

PENERAPAN PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI


KERAGAMAN BUDAYA INDONESIA PADA
SISWA KELAS IV MI MANBA’UL HUDA
PURWODADI SEMESTER 2 TAHUN
PELAJARAN 2019/2020

Disusun oleh :

Nama : Arfin Yuafinisa

NIM : 836896891

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
UPBJJ JOGJAKARTA
POKJAR WONOSOBO
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga dapat terselesaikannya proposal ini dengan judul “Penerapan Permainan Ular Tangga
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Keragaman Budaya Pada Siswa Kelas 4 MI
Manba’ul Huda Purwodadi Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019”.

Proposal ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir pada mata kuliah Teknik
Penulisan Karya Ilmiah. Dalam penyusunan proposal ini tidak terlepas dari dukungan,
bimbingan dan dorongan berupa moral dan spiritual dari semua pihak. Maka dari itu,
disampaikannya ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Titik Nuroniyah, M.Pd selaku tutor mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas.
2. Bapak Muhamad Adib, S.Pd.I selaku kepala sekolah MI Manba’ul Huda yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolahannya.
3. Bapak dan Ibu Guru MI Manba’ul Huda yang telah banyak membantu dalam penelitian
ini.
4. Siswa-siswi kelas IVA MI Manba’ul Huda yang telah bersedia sebagai subjek dalam
penelitian ini. Semua keseriusan belajar dan canda tawa bersama kalian merupakan
kenangan manis yang tidak akan dilupakan. Pengalaman yang telah kalian berikan selama
mengajar merupakan pembelajaran yang sangat berharga.
5. Yang saya banggakan dan saya cintai, orang tua dan keluarga besar saya yang telah
memberikan dukungan moral maupun materiil.
6. Semua teman-teman seperjuangan prodi PGSD yang selalu memberikan semangat dan
motivasi serta tak pernah berhenti mendo’akan.
7. Dan semua pihak yang telah membantu selama pelaksanaan kegiatan sampai penyusunan
proposal ini.

Semoga budi baik mereka semua mendapatkan balasan dan kerja sama yang telah kita jalin
tidak akan terhenti hanya sampai berakhirnya penelitian ini saja, namun akan terus berlanjut serta
menjadi ikatan dalam menjaga persaudaraan yang telah kita jalin bersama.
Praktikan menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga praktikan
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan proposal ini.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Amin.

Temanggung, 1 November 2019


Penyusun

Arfin Yuafinisa
NIM.836896891
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) menyatakan Pendidikan


adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menjelaskan mengenai struktur kurikulum SD/MI
meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam
tahun mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran,
muatan lokal, dan pengembangan diri. Dari 8 mata pelajaran yang diajarkan diantaranya
adalah pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Pelajaran IPS penting untuk dipelajari
dalam pembelajaran, karena IPS berperan untuk mengfungsionalkan dan merealisasikan
ilmu-ilmu yang bersifat teoritik ke dalam dunia kehidupan nyata di masyarakat, dengan kata
lain bahwa IPS secara general, mencakup upaya untuk mengembangkan kemampuan
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap siswa secara utuh. Menurut Khoir (2012) IPS
adalah salah satu mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan suatu
integrasi utuh dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan sebagai
tujuan pendidikan.
Upaya meningkatkan hasil belajar IPS, diharapkan siswa memiliki kemampuan
berfikir kritis, kreatif, dan inovatif yang sangat baik bagi pengembangan diri, intelektual,
dan sosialnya. Dalam mewujudkan hal tersebut, maka diperlukan pembaharuan dalam
pembelajaran IPS. IPS merupakan bagian dari ilmu sosial, keberadaan IPS dalam struktur
program pembelajaran di SD sangat penting diajarkan karena memberikan pengetahuan,
pembentukan nilai dan sikap serta keterampilan kepada siswa secara langsung berinteraksi
dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Hal tersebut membawa konsekuensi terjadinya
perubahan dalam pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan dalam menyususun
strategi pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Keberhasilan
pembelajaran sangat tergantung pada proses implementasi yang dilakukan oleh guru di
sekolah.
Guru merupakan figur yang memegang peranan penting dalam pembelajaran di
kelas. Peran utama guru bukan menjadi penyaji informasi yang hendak dipelajari oleh siswa,
melainkan membelajarkan siswa tentang cara mempelajari sesuatu secara efektif.
Pemahaman akan konsep kurikulum, teori belajar dan cara-cara memotivasi siswa dalam
belajar harus dikuasai oleh guru agar mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran
yang menarik dan menstimulus siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan diberikan mulai dari SD hingga SMA.
Berdasarkan struktur KTSP, bahan kajian IPS meliputi kemampuan memahami seperangkat
fakta, konsep, dan generalisasi tentang sistem sosial dan budaya, manusia, tempat dan
lingkungan, perilaku ekonomi dan kesejahteraan, waktu, keberlanjutan dan perubahan,
system berbangsa dan bernegara. Adapun tujuan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) pada jenjang sekolah dasar adalah agar peserta didik mampu mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari
(Depdiknas, 2006). Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 tercantum
bahwa tujuan IPS adalah :
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b. Memilki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memilki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d. Memilki kemampuan untuk berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.

Sebagian siswa menganggap mata pelajaran IPS sebagai mata pelajaran yang sulit
dipahami sehingga siswa cenderung merasa bosan, jenuh dan malas untuk belajar, siswa
kurang termotivasi karena menganggap mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang
membutuhkan pemahaman konsep yang luas. Selain itu, metode yang digunakan pada mata
pelajaran IPS biasanya hanya berupa metode ceramah, sehingga tidak ada timbal balik
antara guru dan siswa. Komunikasi yang digunakanpun hanya satu arah tanpa melibatkan
peran siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas siswa yang rendah tersebut dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa menuju
peningkatan mutu pendidikan diperlukan strategi serta metode pembelajaran yang lebih
efektif dan efisien. Pemilihan berbagai metode dan media pembelajaran yang banyak
jenisnya tentu harus dipertimbangkan sebelum digunakan, misalnya dengan memperhatikan
beberapa aspek seperti materi yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang
tersedia serta hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran (Zamroni, 2000: 61).
Selama ini pembelajaran IPS di MI Manba’ul Huda yang dilaksanakan cenderung ke
arah pembahasan teori yang bersifat khusus (tematik teoritik) dan berdasarkan materi yang
ada di dalam buku (text book oriented) sehingga terkesan bahwa bidang ini terdiri dari
materi hafalan saja. Sebagai contoh pengamatan yang dilakukan di MI Manba’ul Huda ini
kebanyakan guru masih memberi materi tanpa adanya variasi dalam menyampaikan materi.
Siswa MI Manba’ul Huda mengalami kesulitan untuk mencerna dan tidak dapat
mengembangkan interaksi dengan sesamanya sebagai latihan hidup di masyarakat. Di
sekolah siswa hanya memperoleh hafalan dengan tingkat pemahaman yang rendah. Siswa
hanya tahu bahwa tugasnya adalah mengenal fakta, sementara pemahaman dan
mengembangkan interaksi belum dapat mereka kuasai. Untuk itu pemerintah banyak
melakukan usaha perbaikan melalui kurikulum yang lebih memberdayakan anak. Dalam
kurikulum tersebut guru diharapkan untuk dapat memilih metode, strategi atau pendekatan
pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai (Nurhadi 2004: 2).
Pembelajaran IPS yang dilaksanakan di MI Manba’ul Huda yaitu menggunakan
metode pembelajaran secara konvensional. Sementara siswa kelas IV MI Manba’ul Huda
diharuskan untuk menerima dan menghafal seluruh materi,sehingga hasil belajar yang
diperoleh kurang memuaskan. Selain itu faktor dari guru tersebut kurang kreatif dan
berinovasi dalam menggunakan berbagai macam metode pembelajaran yang dapat
memberikan variasi dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas sehingga akan menarik siswa
untuk dapat menangkap materi yang disampaikan. Berdasarkan data hasil ulangan tengah
semester genap di kelas IV MI Manba’ul Huda, menunjukkan data hasil belajar IPS masih
tergolong rendah, yang ditandai dengan banyaknya siswa yang belum mencapai KKM yang
telah ditetapkan yaitu 75.
Dari hasil pembelajaran IPS pada semester genap terdapat 15 siswa (38,5%) dari 39
siswa yang mencapai KKM, sedangkan 24 siswa (61,5%) belum mencapai KKM dengan
nilai rata-rata yang diperoleh 63,7. Guna mengatasi permasalahan tersebut maka peneliti
akan mencoba menggunakan metode yang dapat diterima dan tidak membosankan untuk
siswa kelas IV MI Manba’ul Huda. Metode yang digunakan adalah metode permainan
berupa ular tangga yang menarik bagi siswa dengan memberikan tampilan yang penuh
warna guna meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Simulasi/permainan,
yaitu cara penyajian pelajaran dengan menggunakan situasi tiruan atau berpura-pura atau
melalui sebuah permainan dalam proses belajar untuk memperoleh suatu pemahaman
tentang hakikat suatu konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu (Sudirman : 1996: 113-
182). Bermain dan permainan merupakan hal yang sangat dekat dengan dunia anak. Menurut
Simanjuntak (2008: 6.2) bagi anak, belajar adalah bermain, bermain adalah belajar. Anak
lebih suka suasana bebas tanpa ada tekanan, berinteraksi dengan teman, dan bermain.
Pendapat tersebut ditambahkan oleh Zhafari (2012: http://zhafarishop.blogspot.com) bahwa
permainan dalam pembelajaran merupakan suatu pemanasan atau penyegaran guna
membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan penuh dengan antusias.
Jadi, dengan menggunakan permainan anak akan merasa senang dan lebih santai
namun tetap tidak melupakan materi pelajaran yang sedang berlangsung. Metode permainan
yang digunakan adalah menggunakan permainan ular tangga. Permainan ini sudah tidak
asing lagi bagi anak, bahkan anak merasa antusias dan menyukai permainan ular tangga.
Permainan menggunakan ular tangga ini memungkinkan anak merasa tertarik dengan proses
pembelajaran dan tidak mudah bosan. Permainan ular tangga ini menyajikan berbagai
pertanyaan yang berhubungan dengan keragaman budaya Indonesia. Pertanyaan tersebut
tersedia di setiap titik pemberhentian. Daftar pertanyaannya disediakan di tempat khusus
agar tidak mudah hilang dan tetap bisa dipakai untuk kegiatan pembelajaran berikutnya.
Jadi, dengan permainan ini, anak-anak merasa senang selama mengikuti pembelajaran,
namun tetap tidak melupakan materi pembelajaran IPS.
Dari uraian di atas maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas
dengan judul : “Penerapan Permainan Ular Tangga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS
Materi Keragaman Budaya Indonesia Pada Siswa Kelas IV MI Manba’ul Huda Purwodadi
Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Kegagalan sebagian besar proses belajar mengajar di MI Manba’ul Huda karena
ketidakmampuan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran secara
menarik, kreatif, dan inovatif.
2. Pembelajaran IPS di MI Manba’ul Huda yang selama ini dilaksanakan masih disampaikan
dengan menggunakan metode konvensional (ceramah).
3. Selama ini di MI Manba’ul Huda pembelajaran IPS yang dilaksanakan cenderung ke arah
pembahasan tematik teoritik dan text book oriented, sehingga terkesan bahwa bidang IPS
terdiri dari materi hafalan.
4. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV MI Manba’ul Huda, terutama pada mata pelajaran
IPS.

1.3 Pembatasan Masalah


Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, maka dalam penelitian ini perlu
diadakan pembatasan masalah, agar pengkajian masalah dalam penelitian ini dapat lebih
terfokus dan terarah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu rendahnya hasil
belajar siswa kelas IV MI Manba’ul Huda, terutama pada mata pelajaran IPS.

1.4 Rumusan Masalah


Dengan melihat latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
a. Apakah permainan ular tangga dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi keragaman
budaya Indonesia pada siswa kelas IV MI Manba’ul Huda?
b. Berapa besar peningkatan hasil belajar IPS materi keragaman budaya Indonesia setelah
melakukan penerapan permainan ular tangga pada siswa kelas 4 MI Manba’ul Huda?
1.5 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apakah permainan ular tangga dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi
keragaman budaya Indonesia pada siswa kelas IV MI Manba’ul Huda.
2. Mengetahui berapa besar peningkatan hasil belajar IPS materi keragaman budaya
Indonesia setelah melakukan penerapan permainan ular tangga pada siswa kelas 4 MI
Manba’ul Huda.

1.6 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat
sebagai berikut :
a. Bagi siswa
a) Dengan diterapakannya metode permainan ular tangga diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan dan minat siswa dalam mempelajari mata pelajaran IPS.
b) Memperbaiki persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPS yang semula dianggap
hafalan dan membosankan, tetapi ternyata mata pelajaran IPS mudah dipahami dan
menyenangkan.
c) Menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

b. Bagi guru
a) Memotivasi guru untuk memperbaiki proses pembelajaran terhadap permasalahan
yang terjadi di kelasnya.
b) Memberikan informasi bagi guru untuk menggunakan metode permainan ular tangga
sebagai salah satu alternative dalam proses belajar mengajar IPS.

c. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan alat evaluasi dan koreksi, terutama dalam
meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran sehingga tercapai prestasi
belajar yang optimal.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Pembelajaran IPS Sekolah Dasar


1. Pengertian Pembelajaran IPS
Peristiwa belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan
lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dan pengalaman dalam
kehidupan sosial di masyarakat. Pembalajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang
bernuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Pembelajaran perlu
memberdayakan potensi siswa untuk menguasai kompetensi yang diharapkan (Sanjaya, 2010:
103). Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berfikir
agar memahami apa yang dipelajari (Sugandi, 2006: 9). Peristiwa pembelajaran merupakan
proses interaksi mempengaruhi si belajar sehingga memperoleh kemudahan dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang
guru dan siswa, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah
menuju pada suatu target yang telah diterapkan sebelumnya. Menurut Isjoni (2008: 11),
pembelajaran adalah suatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu siswa melakukan
kegiatan belajar. Berdasarkan uraian tersebut bahwa pembelajaran itu menunjukan pada usaha
siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru. Dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu usaha agar menciptakan kondisi yang memudahkan siswa untuk
belajar dan memperdayakan potensinya sehingga menguasai kompetensi secara optimal.
Menurut Nasution (1982) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu program pendidikan
yang merupakan suatu keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam
lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosial, dan bahannya diambil dari berbagai ilmu-
ilmu sosial : geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, politik, dan psikologi sosial. IPS lahir
dari keinginan para pakar pendidikan untuk “membekali” para siswa supaya nantinya mereka
mampu menghadapi dan menangani kompleksitas dimasyarakat yang seringkali berkembang
secara tidak terduga. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dimana terdapat salah satu tujuan
yaitu agar siswa memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

2. Pembelajaran IPS di SD
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Pada jenjang SD/MI
mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis,
dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Dimasa yang akan datang siswa
akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami
perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam
memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Menurut Rudy Gunawan (2011: 39)
menyatakan bahwa: “IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial”. Ilmu pengetahuan sosial sebagai mata pelajaran tidak semata membekali ilmu saja
lebih dari itu membekali juga sikap atau nilai dan keterampilan dalam hidup bermasyarakat
sehingga mereka mengetahui benar lingkungan, masyarakat dan bangsanya dengan berbagai
karakteristiknya. Dengan demikian, IPS sebagai suatu mata pelajaran di SD bertolak dari
kondisi nyata di masyarakat dengan tujuan untuk memanusiakan manusia (siswa) melalui
hubungan seluruh aspek manusia agar mereka tidak merasa asing dilingkungan
masyarakatnya sendiri. Dalam pedoman penyusunan KTSP SD bahwa Mata Pelajaran IPS
disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju
kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut
diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang
ilmu yang berkaitan.
Menurut Rudy Gunawan (2011: 38) berpendapat bahwa: Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) di SD hendaknya memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun.
Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan
kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkret operasional. Mereka memandang
dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu
yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan
yang belum bisa mereka pahami (abstrak). Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS SD
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial, memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Sistem pengajarannya
menelaah dan mengkaji gejala atau masalah sosial dan berbagai aspek kehidupan sosial, serta
pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan
analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang
dinamis.

3. Tujuan Pembelajaran IPS di SD


Mata pelajaran IPS di sekolah dasar merupakan program pengajaran yang bertujuan
untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi
dimasyarakat, memilki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang
terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa
dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala
program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.
Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 tercantum bahwa tujuan IPS
adalah :
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b. Memilki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memilki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d. Memilki kemampuan untuk berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.

Sedangkan tujuan khusus pengajaran IPS disekolah dalam kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006 dapat dikelompokkan menjadi empat komponen yaitu:
a. Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam kehidupan
bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan masa akan datang.
b. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk mencari dan mengolah
informasi.
c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai / sikap demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat.
d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian / berperan serta dalam
bermasyarakat.
Tujuan pembelajaran IPS adalah membantu tumbuhnya siswa yang baik dapat
mengembangkan keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan dimulai dari keterampilan
akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya. Akan tetapi secara lebih khusus pada
tujuan yang tertera pada KTSP, bahwa salah satunya adalah mengenal konsep-konsep yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan. Mengenal konsep-konsep
memerlukan pemahaman yang mendalam, oleh karena itu pemahaman suatu konsep dengan
baik sangatlah penting bagi siswa, agar dapat mamahami suatu konsep, siswa harus
membentuk konsep sesuai dengan stimulus yang diterimanya dari lingkungan atau sesuai
dengan pengalaman yang diperoleh dalam perjalanan hidupnya. Pengalaman-pengalaman
yang harus dilalui oleh siswa merupakan serangkaian kegitan pembelajaran yang dapat
menunjang terbentuknya konsep-konsep tersebut. Karena itu guru harus bisa menyusun
pembelajaran yang di dalamnya berisi kegiatan-kegiatan belajar siswa yang sesuai dengan
konsep-konsep yang akan dibentuknya.

B. Kajian Tentang Hasil Belajar


1. Tinjauan tentang Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia, terutama bagi mereka yang
berada dalam usia sekolah. Ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang pengertian
belajar. Menurut Darsono (2000: 4) belajar yaitu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang maknanya adalah pengalaman. Pengertian
belajar secara umum yaitu terjadinya perubahan dalam diri orang yang belajar karena
pengalaman (Darsono, 2000: 4). Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun
makna atau pemahaman. Dengan demikian, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa
untuk menggunakannya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar memang ada
pada diri siswa, tetapi guru juga perlu menciptakan situasi yang mendorong prakarsa,
motifasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar. Pengertian belajar secara psikologis yaitu
proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya (Slameto, 2003:2). Perubahan-perubahan tersebut terjadi dalam diri
seseorang sebagai hasil dari pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2003:4). Menurut Darsono (2000: 30), ciri-ciri belajar antara lain: belajar dilakukan secara
sadar dan mempunyai tujuan, belajar merupakan proses interaksi antara individu dan
lingkungan, dan merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan. Belajar juga
mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar. Berdasarkan pengertian
belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses interaksi yang dilakukan
oleh individu dengan lingkungan sehingga menimbulkan perubahan perilaku ke arah yang
lebih baik.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan “Apa yang harus digali,
dipahami, dan dikerjakan oleh siswa?” Hasil belajar ini merefleksikan keleluasaan, kedalaman,
dan kompleksitas (secara bergradasi) dan digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan
teknik-teknik penilaian tertentu. Perbedaan tentang kompetensi dan hasil belajar terdapat pada
batasan dan patokan-patokan kinerja siswa yang dapat diukur (Sugandi, 2006: 63). Hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar
(Anni, 2006: 5). Sedangkan menurut Hamalik (1983: 155) hasil belajar tampak terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati, diukur dalam perubahan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa
setelah menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2002: 22). Hasil belajar merupakan perubahan
tingkah laku yang baru setelah melalui proses belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku
tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Menurut Darsono (2000: 20), hasil
belajar siswa merupakan suatu puncak proses pembelajaran. Hasil belajar tersebut terjadi
terutama berkat evaluasi guru. Nana Sudjana (2006: 22) menyatakan bahwa proses penilaian
terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam
upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Oleh karena itu penilaian
hasil belajar mempunyai peranan yang penting dalam proses belajar.
Penelitian ini yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil yang dicapai anak dalam
usahanya untuk menguasai mata pelajaran dengan sengaja pada waktu tertentu. Jadi hasil belajar
IPS adalah hasil dari kemampuan peserta didik dalam hal ini siswa kelas IV MI Manba’ul Huda
Purwodadi yang telah mengikuti proses pembelajaran dan merupakan gambaran dari penguasaan
kemampuan peserta didik sebagaimana telah ditetapkan dalam mata pelajaran IPS pokok
bahasan mengenal alat komunikasi dan alat transportasi yang dinyatakan dalam skor nilai tes
atau angka. Hasil belajar IPS dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada ranah kognitif
yakni C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), dan C3 (menerapkan).

C. Kajian tentang Media


1. Pengertian Media
Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa latin
medium, yang secara harafiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟sesuai dengan
pendapat (Arsyad dalam Sadiman, 2005: 6). Oleh karena itu media dapat diartikan sebagai
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa sesuatu
bahan (software) dan alat (hardware). Sedangkan pendapat (Gerlach & Ely dalam Arsyad,
2007), media jika dipahami secara garis besar adalah manusai, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau
sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. (Mc
Luhan dalam Basuki, 1993: 7), berpendapat media adalah semua saluran pesan yang dapat
digunakan sebagai sarana komunikasi dari seseorang ke orang lain yang tidak ada dihadapannya.
Pengertian media itu sangat luas batasanya sehingga mencangkup semua alat komunikasi. Jadi
dalam batasan tersebut, media yang dimaksud bisa berupa surat, televisi, film, dan telepon.
Pendapat lain tentang media adalah (Romiszowski 1988 dalam Basuki, 1933: 7), memberikan
pernyataan yang berbandingan Mc Luhan. Ia menyatakan media itu hanya alat-alat penyalur
informasi yang canggih seperti televisi dan film saja. Jadi pendapat Romiszowski, media
merupakan pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan kepada penerima pesan.
Pendapat (Sudjana dan Rivai, 2002: 2), mengemukkan beberapa manfaat media dalam proses
belajar siswa, yaitu: (a) dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih
menarik perhatian mereka, (b) makna bahan pengajaran akan lebih jelas sehingga dapat dipahami
siswa dan memungkinkan siswa lebih banyak melakukan terjadinya penguasaan serta pencapaiaan
tujuan pembelajaran, (c) metode mengajar akan lebih bervariasi, (d) siswa lebih banyak melakukan
aktivitas selama kegiatan pembelajaran, tidak hanya mendengarkan tetapi mengamati,
mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan. Menurut (Hamalik dalam Arsyad, 2009:
15) mengemukkan bahwa pemanfaatan media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat: (1)
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, (2) membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, (3) bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Selanjutnya diungkapkan
bahwa penggunaan media pada tahap orientasi sangat membantu keefektifan proses pembelajaran
dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Adanya media pembelajaran juga dikatakan
dapat: (1) dapat membangitkan motivasi dan minat siswa, (2) membantu meningkatkan pemahaman
siswa, (3) menyajikan data lebih menarik dan terpercaya, (4) memudahkan penafsiran data, dan (5)
memadatkan informasi. Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa manfaat media adalah sebagai alat bantu
dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas bahwa manfaat media pembelajaran yaitu, (a) dapat
menarik perhatian siswa, (b) membawa dunia ke dalam kegiatan pembelajaran, (c) membuat siswa
lebih aktif dalam belajar, (d) menumbuhkan motivasi/semangat dalam belajar sehingga pembelajaran
akan lebih hidup dan bermakna.

2. Fungsi Media
(Sadiman, 2005: 17), menyampaikan fungsi media pembelajaran secara umum, adalah
sebagai berikut: (a) memperjelas penyajian pesan agat tidak terlalu bersifat verbalistis, (b) mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya objek yang terlalu besar untuk dibawa ke kelas
dapat diganti dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model, (c) meningkatkan kegairahan
dalam belajar, memungkinkan interaksi langsung antara anak didik dengan lingkungan, dan
mengatasi sikap pasif anak didik dan, (d) memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan
pengalaman dan menimbulkan persepsi sama siswa terhapap isi pelajaran. Dari pendapat Sadiman
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa media mempunyai fungsi yang sangat baik dalam
pendidikan, diantaranya: (a) memperjelas pesan yang disampaikan, (b) mengatasi pembatasan ruang
dan waktu, (c) meningkatkan gairah dan menyamakan pengalaman.
Berdasarkan beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan di atas, bahwa
penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap alat-alat indera dan memberikan banyak perubahan yang signifikan
terhadap keaktifan siswa.
3. Jenis - Jenis Media
(Kemp & Dayton dalam Azhar Arsyad, 1996:37), mengelompokkan media ke dalam
delapan jenis: a) media cetakan, b) media pajang, c) overhead transparacies, d) rekaman
audiotape, e) seri slide dan filmstrips, f) penyajian multi-image, g) rekaman video dan film
hidup, dan h) komputer.
(Basuki Wibawa & Farida Mukti, 1992:24), mengklasifikasikan media pengajaran dalam empat
jenis yaitu: a) media audio, b) media visual (visual diam dan visual gerak), c) media audio visual,
dan d) media serbaneka.
a. Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber kepenerima pesan.
Pesan yang dituangkan dalam lambang-lambang auditif verbal, nonverbal maupun
kombinasinya.
b. Media visual, dalam hal ini lebih mengarah pada visual diam (gambar datar) digunakan
untuk memperkuat impresi, menambah fakta baru, dan memberi arti dari suatu abstraksi. Media
gambar datar seperti foto, gambar ilustrasi, flash card, gambar pilihan dan potongan gambar
(gambar seri) mudah didapat dan murah harganya, media ini juga mudah dimengerti dan dapat
dinikmati di mana-mana.
c. Media audio visual. Dengan karakteristik yang lebih lengkap, media audio visual
memiliki kemampuan untuk dapat menyampaikan pesan-pesan yang lebih rumit dan lebih
realistik.
d. Media serbaneka memiliki karakteristik yang lebih luas daripada jenis media yang lain
yaitu keberagaman berbagai benda yang dapat digolongkan dalam jenis media ini. Media
serbaneka ini terdiri dari benda-benda yang sering dijumpai di sekitar dan dapat dimanfaatkan
sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar.
Dari beberapa jenis media pembelajaran di atas, peneliti memilih jenis media visual yaitu
berupa gambar dalam permainan ular tangga.
BAB III

Anda mungkin juga menyukai