Disusun oleh :
NIM : 836896891
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga dapat terselesaikannya proposal ini dengan judul “Penerapan Permainan Ular Tangga
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Keragaman Budaya Pada Siswa Kelas 4 MI
Manba’ul Huda Purwodadi Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019”.
Proposal ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir pada mata kuliah Teknik
Penulisan Karya Ilmiah. Dalam penyusunan proposal ini tidak terlepas dari dukungan,
bimbingan dan dorongan berupa moral dan spiritual dari semua pihak. Maka dari itu,
disampaikannya ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Titik Nuroniyah, M.Pd selaku tutor mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas.
2. Bapak Muhamad Adib, S.Pd.I selaku kepala sekolah MI Manba’ul Huda yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolahannya.
3. Bapak dan Ibu Guru MI Manba’ul Huda yang telah banyak membantu dalam penelitian
ini.
4. Siswa-siswi kelas IVA MI Manba’ul Huda yang telah bersedia sebagai subjek dalam
penelitian ini. Semua keseriusan belajar dan canda tawa bersama kalian merupakan
kenangan manis yang tidak akan dilupakan. Pengalaman yang telah kalian berikan selama
mengajar merupakan pembelajaran yang sangat berharga.
5. Yang saya banggakan dan saya cintai, orang tua dan keluarga besar saya yang telah
memberikan dukungan moral maupun materiil.
6. Semua teman-teman seperjuangan prodi PGSD yang selalu memberikan semangat dan
motivasi serta tak pernah berhenti mendo’akan.
7. Dan semua pihak yang telah membantu selama pelaksanaan kegiatan sampai penyusunan
proposal ini.
Semoga budi baik mereka semua mendapatkan balasan dan kerja sama yang telah kita jalin
tidak akan terhenti hanya sampai berakhirnya penelitian ini saja, namun akan terus berlanjut serta
menjadi ikatan dalam menjaga persaudaraan yang telah kita jalin bersama.
Praktikan menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga praktikan
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan proposal ini.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Amin.
Arfin Yuafinisa
NIM.836896891
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagian siswa menganggap mata pelajaran IPS sebagai mata pelajaran yang sulit
dipahami sehingga siswa cenderung merasa bosan, jenuh dan malas untuk belajar, siswa
kurang termotivasi karena menganggap mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang
membutuhkan pemahaman konsep yang luas. Selain itu, metode yang digunakan pada mata
pelajaran IPS biasanya hanya berupa metode ceramah, sehingga tidak ada timbal balik
antara guru dan siswa. Komunikasi yang digunakanpun hanya satu arah tanpa melibatkan
peran siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas siswa yang rendah tersebut dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa menuju
peningkatan mutu pendidikan diperlukan strategi serta metode pembelajaran yang lebih
efektif dan efisien. Pemilihan berbagai metode dan media pembelajaran yang banyak
jenisnya tentu harus dipertimbangkan sebelum digunakan, misalnya dengan memperhatikan
beberapa aspek seperti materi yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang
tersedia serta hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran (Zamroni, 2000: 61).
Selama ini pembelajaran IPS di MI Manba’ul Huda yang dilaksanakan cenderung ke
arah pembahasan teori yang bersifat khusus (tematik teoritik) dan berdasarkan materi yang
ada di dalam buku (text book oriented) sehingga terkesan bahwa bidang ini terdiri dari
materi hafalan saja. Sebagai contoh pengamatan yang dilakukan di MI Manba’ul Huda ini
kebanyakan guru masih memberi materi tanpa adanya variasi dalam menyampaikan materi.
Siswa MI Manba’ul Huda mengalami kesulitan untuk mencerna dan tidak dapat
mengembangkan interaksi dengan sesamanya sebagai latihan hidup di masyarakat. Di
sekolah siswa hanya memperoleh hafalan dengan tingkat pemahaman yang rendah. Siswa
hanya tahu bahwa tugasnya adalah mengenal fakta, sementara pemahaman dan
mengembangkan interaksi belum dapat mereka kuasai. Untuk itu pemerintah banyak
melakukan usaha perbaikan melalui kurikulum yang lebih memberdayakan anak. Dalam
kurikulum tersebut guru diharapkan untuk dapat memilih metode, strategi atau pendekatan
pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai (Nurhadi 2004: 2).
Pembelajaran IPS yang dilaksanakan di MI Manba’ul Huda yaitu menggunakan
metode pembelajaran secara konvensional. Sementara siswa kelas IV MI Manba’ul Huda
diharuskan untuk menerima dan menghafal seluruh materi,sehingga hasil belajar yang
diperoleh kurang memuaskan. Selain itu faktor dari guru tersebut kurang kreatif dan
berinovasi dalam menggunakan berbagai macam metode pembelajaran yang dapat
memberikan variasi dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas sehingga akan menarik siswa
untuk dapat menangkap materi yang disampaikan. Berdasarkan data hasil ulangan tengah
semester genap di kelas IV MI Manba’ul Huda, menunjukkan data hasil belajar IPS masih
tergolong rendah, yang ditandai dengan banyaknya siswa yang belum mencapai KKM yang
telah ditetapkan yaitu 75.
Dari hasil pembelajaran IPS pada semester genap terdapat 15 siswa (38,5%) dari 39
siswa yang mencapai KKM, sedangkan 24 siswa (61,5%) belum mencapai KKM dengan
nilai rata-rata yang diperoleh 63,7. Guna mengatasi permasalahan tersebut maka peneliti
akan mencoba menggunakan metode yang dapat diterima dan tidak membosankan untuk
siswa kelas IV MI Manba’ul Huda. Metode yang digunakan adalah metode permainan
berupa ular tangga yang menarik bagi siswa dengan memberikan tampilan yang penuh
warna guna meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Simulasi/permainan,
yaitu cara penyajian pelajaran dengan menggunakan situasi tiruan atau berpura-pura atau
melalui sebuah permainan dalam proses belajar untuk memperoleh suatu pemahaman
tentang hakikat suatu konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu (Sudirman : 1996: 113-
182). Bermain dan permainan merupakan hal yang sangat dekat dengan dunia anak. Menurut
Simanjuntak (2008: 6.2) bagi anak, belajar adalah bermain, bermain adalah belajar. Anak
lebih suka suasana bebas tanpa ada tekanan, berinteraksi dengan teman, dan bermain.
Pendapat tersebut ditambahkan oleh Zhafari (2012: http://zhafarishop.blogspot.com) bahwa
permainan dalam pembelajaran merupakan suatu pemanasan atau penyegaran guna
membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan penuh dengan antusias.
Jadi, dengan menggunakan permainan anak akan merasa senang dan lebih santai
namun tetap tidak melupakan materi pelajaran yang sedang berlangsung. Metode permainan
yang digunakan adalah menggunakan permainan ular tangga. Permainan ini sudah tidak
asing lagi bagi anak, bahkan anak merasa antusias dan menyukai permainan ular tangga.
Permainan menggunakan ular tangga ini memungkinkan anak merasa tertarik dengan proses
pembelajaran dan tidak mudah bosan. Permainan ular tangga ini menyajikan berbagai
pertanyaan yang berhubungan dengan keragaman budaya Indonesia. Pertanyaan tersebut
tersedia di setiap titik pemberhentian. Daftar pertanyaannya disediakan di tempat khusus
agar tidak mudah hilang dan tetap bisa dipakai untuk kegiatan pembelajaran berikutnya.
Jadi, dengan permainan ini, anak-anak merasa senang selama mengikuti pembelajaran,
namun tetap tidak melupakan materi pembelajaran IPS.
Dari uraian di atas maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas
dengan judul : “Penerapan Permainan Ular Tangga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS
Materi Keragaman Budaya Indonesia Pada Siswa Kelas IV MI Manba’ul Huda Purwodadi
Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Kegagalan sebagian besar proses belajar mengajar di MI Manba’ul Huda karena
ketidakmampuan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran secara
menarik, kreatif, dan inovatif.
2. Pembelajaran IPS di MI Manba’ul Huda yang selama ini dilaksanakan masih disampaikan
dengan menggunakan metode konvensional (ceramah).
3. Selama ini di MI Manba’ul Huda pembelajaran IPS yang dilaksanakan cenderung ke arah
pembahasan tematik teoritik dan text book oriented, sehingga terkesan bahwa bidang IPS
terdiri dari materi hafalan.
4. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV MI Manba’ul Huda, terutama pada mata pelajaran
IPS.
b. Bagi guru
a) Memotivasi guru untuk memperbaiki proses pembelajaran terhadap permasalahan
yang terjadi di kelasnya.
b) Memberikan informasi bagi guru untuk menggunakan metode permainan ular tangga
sebagai salah satu alternative dalam proses belajar mengajar IPS.
c. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan alat evaluasi dan koreksi, terutama dalam
meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran sehingga tercapai prestasi
belajar yang optimal.
BAB II
KAJIAN TEORI
2. Pembelajaran IPS di SD
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Pada jenjang SD/MI
mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis,
dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Dimasa yang akan datang siswa
akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami
perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam
memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Menurut Rudy Gunawan (2011: 39)
menyatakan bahwa: “IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial”. Ilmu pengetahuan sosial sebagai mata pelajaran tidak semata membekali ilmu saja
lebih dari itu membekali juga sikap atau nilai dan keterampilan dalam hidup bermasyarakat
sehingga mereka mengetahui benar lingkungan, masyarakat dan bangsanya dengan berbagai
karakteristiknya. Dengan demikian, IPS sebagai suatu mata pelajaran di SD bertolak dari
kondisi nyata di masyarakat dengan tujuan untuk memanusiakan manusia (siswa) melalui
hubungan seluruh aspek manusia agar mereka tidak merasa asing dilingkungan
masyarakatnya sendiri. Dalam pedoman penyusunan KTSP SD bahwa Mata Pelajaran IPS
disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju
kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut
diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang
ilmu yang berkaitan.
Menurut Rudy Gunawan (2011: 38) berpendapat bahwa: Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) di SD hendaknya memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun.
Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan
kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkret operasional. Mereka memandang
dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu
yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan
yang belum bisa mereka pahami (abstrak). Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS SD
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial, memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Sistem pengajarannya
menelaah dan mengkaji gejala atau masalah sosial dan berbagai aspek kehidupan sosial, serta
pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan
analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang
dinamis.
Sedangkan tujuan khusus pengajaran IPS disekolah dalam kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006 dapat dikelompokkan menjadi empat komponen yaitu:
a. Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam kehidupan
bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan masa akan datang.
b. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk mencari dan mengolah
informasi.
c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai / sikap demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat.
d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian / berperan serta dalam
bermasyarakat.
Tujuan pembelajaran IPS adalah membantu tumbuhnya siswa yang baik dapat
mengembangkan keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan dimulai dari keterampilan
akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya. Akan tetapi secara lebih khusus pada
tujuan yang tertera pada KTSP, bahwa salah satunya adalah mengenal konsep-konsep yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan. Mengenal konsep-konsep
memerlukan pemahaman yang mendalam, oleh karena itu pemahaman suatu konsep dengan
baik sangatlah penting bagi siswa, agar dapat mamahami suatu konsep, siswa harus
membentuk konsep sesuai dengan stimulus yang diterimanya dari lingkungan atau sesuai
dengan pengalaman yang diperoleh dalam perjalanan hidupnya. Pengalaman-pengalaman
yang harus dilalui oleh siswa merupakan serangkaian kegitan pembelajaran yang dapat
menunjang terbentuknya konsep-konsep tersebut. Karena itu guru harus bisa menyusun
pembelajaran yang di dalamnya berisi kegiatan-kegiatan belajar siswa yang sesuai dengan
konsep-konsep yang akan dibentuknya.
2. Fungsi Media
(Sadiman, 2005: 17), menyampaikan fungsi media pembelajaran secara umum, adalah
sebagai berikut: (a) memperjelas penyajian pesan agat tidak terlalu bersifat verbalistis, (b) mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya objek yang terlalu besar untuk dibawa ke kelas
dapat diganti dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model, (c) meningkatkan kegairahan
dalam belajar, memungkinkan interaksi langsung antara anak didik dengan lingkungan, dan
mengatasi sikap pasif anak didik dan, (d) memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan
pengalaman dan menimbulkan persepsi sama siswa terhapap isi pelajaran. Dari pendapat Sadiman
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa media mempunyai fungsi yang sangat baik dalam
pendidikan, diantaranya: (a) memperjelas pesan yang disampaikan, (b) mengatasi pembatasan ruang
dan waktu, (c) meningkatkan gairah dan menyamakan pengalaman.
Berdasarkan beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan di atas, bahwa
penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap alat-alat indera dan memberikan banyak perubahan yang signifikan
terhadap keaktifan siswa.
3. Jenis - Jenis Media
(Kemp & Dayton dalam Azhar Arsyad, 1996:37), mengelompokkan media ke dalam
delapan jenis: a) media cetakan, b) media pajang, c) overhead transparacies, d) rekaman
audiotape, e) seri slide dan filmstrips, f) penyajian multi-image, g) rekaman video dan film
hidup, dan h) komputer.
(Basuki Wibawa & Farida Mukti, 1992:24), mengklasifikasikan media pengajaran dalam empat
jenis yaitu: a) media audio, b) media visual (visual diam dan visual gerak), c) media audio visual,
dan d) media serbaneka.
a. Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber kepenerima pesan.
Pesan yang dituangkan dalam lambang-lambang auditif verbal, nonverbal maupun
kombinasinya.
b. Media visual, dalam hal ini lebih mengarah pada visual diam (gambar datar) digunakan
untuk memperkuat impresi, menambah fakta baru, dan memberi arti dari suatu abstraksi. Media
gambar datar seperti foto, gambar ilustrasi, flash card, gambar pilihan dan potongan gambar
(gambar seri) mudah didapat dan murah harganya, media ini juga mudah dimengerti dan dapat
dinikmati di mana-mana.
c. Media audio visual. Dengan karakteristik yang lebih lengkap, media audio visual
memiliki kemampuan untuk dapat menyampaikan pesan-pesan yang lebih rumit dan lebih
realistik.
d. Media serbaneka memiliki karakteristik yang lebih luas daripada jenis media yang lain
yaitu keberagaman berbagai benda yang dapat digolongkan dalam jenis media ini. Media
serbaneka ini terdiri dari benda-benda yang sering dijumpai di sekitar dan dapat dimanfaatkan
sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar.
Dari beberapa jenis media pembelajaran di atas, peneliti memilih jenis media visual yaitu
berupa gambar dalam permainan ular tangga.
BAB III