Anda di halaman 1dari 9

Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Keboansikep Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Ilmu Teknologi Masyarakat

Fitri Wahyuningsih
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo, Indonesia

Jl. Majapahit, 666 B, Sidoarjo

ftrwahyuningsih@gmail.com

Abstract - At the age of elementary school (SD) is an early age vulnerability then the potential that is in the
learners that must be dug deeper to develop optimally. Because at this age is a very important opportunity for the
future of learners. The most prominent syntax of social studies subjects is to develop students' knowledge,
understanding and awareness of the surrounding social conditions. Research conducted using Classroom Action
Research (PTK) to find out the results of student learning on IPS subjects. Improved student learning outcomes
using the application of community science technology model that is expected to be the right solution to
overcome the problem of learning outcomes. Penenlitian using these 2 cycles has been declared successful.
Keywords - learning outcomes, science of society

Abstrak – Pada usia Sekolah Dasar (SD) merupakan rentanan usia dini maka potensi yang ada di dalam diri
peserta didik yang harus digali lebih mendalam lagi agar dapat berkembang dengan optimal. Karena pada
usia ini merupakan kesempatan yang sangat penting untuk masa depan peserta didik. Sintaks mata
pelajaran IPS yang paling menonjol adalah mengembangkan pengetahuan, pemahaman serta kepedulian
siswa terhadap kondisi sosial di sekitarnya. Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Peningkatan hasil belajar siswa
menggunakan penerapan model ilmu teknologi masyarakat yang diharapkan dapat menjadi solusi yang tepat
untuk mengatasi permasalahan hasil belajar. Penenlitian yang menggunakan 2 siklus ini telah dinyatakan
berhasil.
Kata Kunci – hasil belajar, ilmu teknologi masyarakat
I. PENDAHULUAN
Dasar dan tujuan pendidikan di Indonesia telah di atur dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dimana yang menjadi dasar dalam Pendidikan Nasional ini yaitu Pancasila dan Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan tujuan Pendidikan Nasional yang telah di tetapkan yaitu : untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi pribadi yang memiliki rasa cinta tanah air, beriman serta
bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, cakap, berakhlak mulia, berilmu, mandiri, kreatif serta mampu
menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Untuk mengembangkan keaktifan peserta didik, mewujudkan proses pembelajaran dan menggali potensi
yang ada dalam diri peserta didik maka dalam hal ini pendidikan dilaukan secara sadar dan terencana. Oleh karena
itu, setiap individu sudah seharusnya mendapatkan kesempatan yag sama untuk melaksanakan pendidikan yang
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan sikap.
Pada usia Sekolah Dasar (SD) merupakan rentangan usia dini maka potensi yang ada di alam diri peserta
harus digali lebih mendalam lagi agar dapat berkembang dengan optimal karena pada usia ini merupakan
kesempatan yang sangat penting untuk masa depan peserta didik.[1] Ada 4 karakteristik yang dimiliki peserta didik
di usia dini, diantaranya : bergerak aktif, bermain, melakukan pekerjaan dengan berkelompok, dan lebih senang
memperagakan sesuatu secara langsung. Oleh sebab itu peran pendidikan disini sangat penting selain sebagai wadah
untuk menggali dan mengembangkan potensi anak juga untuk mengantisipasi perkembangan zaman yang akan
menjadikan masyarakat lebih baik dan semakin kompetitif.
Sampai saat ini pemerintah Indonesia masih terus berupaya untuk memperbaiki sisitem pendidikan di
Indonesia, mulai dari penyempurnaan kurikulum hingga perbaikan kualitas SDM. Mengenai perubahan kurikulum
bahwa di Indonesia sudah terjadi 10 kali perubahan mulai dari Kurikulum 1947 sampai dengan Kurikulum 2013
(yang diterapkan di Indonesia saat ini). Pemerintah berharap dengan adanya perubahan kurikulum ini kualitas
Pendidikan di Indonesia akan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik lagi. Akan tetapi di Indonesia masih
cenderung menggunakan 2 kurikulum yakni Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013. Yang menjadi fokus
penelitian saya dalam penulisan artikel ini berkaitan dengan salah satu mata pelajaran yang selama ini terkesan
memebosankan bagi siswa yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).[2]
Sintaks mata pelajaran IPS yang paling menonjol adalah mengembangkan pengetahuan, pemahaman serta
kepedulian siswa terhadap kondisi sosial di sekitarnya. IPS sebagai wadah bagi peserta didik untuk lebih medalami
nilai sosial yang berlaku di masyarakat kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman belajar
langsung salah satunya menjadi hal penting yang harus dirasakan oleh siswa saat menerima pembelajaran IPS agar
mereka mampu memahami kondisi sosial yang ada di sekitarnya. Mata pelajaran IPS menekankan peserta didik agar
mampu untuk menumbuhkan rasa kepedulian serta tindakan nyata terhadap permasalahan sosial yang ada. Hal ini
merupakan salah satu dari tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Tujuan utamanya adalah diharapkan mampu membentuk, membekali, mengembangkan serta melatih anak
agar menjadi warga negara dan bangsa yang berpengetahuan, memahami serta memiliki keterampilan sosial yang
baik sehingga mereka akan mampu turut serta mengambil peranan aktif di lingkungan masyarakat luas [3].
Diharapkan dengan adanya mata pelajaran IPS ini nantiya generasi penerus Bangsa ini memiliki kepekaan sosial
yang tinggi, dan juga mampu memahami kondisi sosial di sekitar mereka, serta ikut andil untuk menyelesaikan
permasalahan sosial yang muncul. Sehingga mereka memiliki pengalaman untuk lebih mengenal kondisi sosial di
sekitarnya.
Salah satu contoh kondisi terkini yang ada di Indonesia yaitu perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) yang berkembang semakin pesat sampai dengan hari ini. Hal itu tentunya menimbulkan banyak
polemik di masyarakat. Ada masyarakat yang mampu memanfaatkan momen ini dengan baik sehingga
mendatangkan hal-hal yang positif. Akan tetapi tidak sedikit masyrakat yang menyalahgunakan kemajuan IPTEK
sehingga kesan negatif lebih gempar terdengar daripada kesan positifnya. Dampak negatif tersebut perlahan semakin
membawa hambatan bagi kemajuan negeri ini. Tatanan sosial kemasyarakatan yang semakin terganggu sehingga
akan mendatangkan ketidakseimbangan kehidupan bermasyarakat. Dampak negatif yang muncul tersebut
diibaratkan seperti pencemaran air sungai yang masih jernih oleh limbah-limbah pabrik, serta pencemaran
lingkungan akibat polusi udara dan kerusakan-kerusakan lain yang kerap terjadi di negeri ini.
Salah satu dampak negatif yang muncul akibat dari perkembangan IPTEK yang semakin pesat di Indonesia
yaitu, gaya hidup masyarakat Indonesia yang semakin meniru gaya kebarat-baratan, kondisi masyarakat yang
semakin menuju ke arah modernisasi. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan tatanan budaya Bangsa Idonesia
sehingga lama kelamaan budaya yang sudah tertanam dengan baik akan rusak karena tergerus oleh perkembangan
zaman. Hal ini juga terjadi akibat dari kurangnya pemahaman masyarakat untuk memfilter kebudayaan asing yang
masuk ke Indonesia sehingga sangat mudah sekali mereka terjerumus ke dalam kebobrokan ini.
Oleh karena itu, Literasi (Budaya Melek) sosial dan teknologi bagi manusia harus di aplikasikan dengan
sebaik mungkin. Tujuannya adalah menciptakan masyarakat yang paham dengan konsep ilmu, teknologi,
masyarakat dalam penerapannya di kehidupan mereka, sehingga mereka akan mampu untu memikirkan sejak dini
tentang bagaimana karakter masyarakat saat ini seiring dengan semakin berkembangnya IPTEK di Indonesia.
Tujuan pembelajaran IPS harus diarahkan pada pembentukan dan pelatihan siswa untuk memiliki literasi
sosial-teknologi, keterangan sosial, dan nilai kebangsaan yang tinggi [4]. Artinya, dalam kegiatan PBM mata
pelajaran IPS harus maksimal dalam melatih, memunculkan keterampilan peserta didik untuk mengamati masalah-
masalah yang ada di sekitarnya serta menemukan solusi yang tepat untuk memecahkan permasalahan tersebut sesuai
dengan tuntunan keadaan sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat, mampu menempatkan diri sesuai keadaan
sosial yang ada di masyarakat, bersikap sesuai tatanan budaya bangsa yang ada, memfilter diri dengan baik terhadap
pengaruh budaya barat yang muncul dengan berbagai macam dampak negatif, mampu untuk melakukan
pengembangan diri serta impiannya di masa depan, siap untuk menjalani kehidupan dinamis di era masyarakat
global saat ini.
Di jenjang Sekolah Dasar (SD) khususnya, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih belum mengacu
pada keterkaitan antara materi dengan kondisi nyata di lapangan yang semakin mengalami kemajuan pesat, seperti
pengikisan nilai moral bangsa, krisis kepercayaan, hak asasi manusia (HAM), keadilan. Penyampaian materi IPS
yang dilaukan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung pun cenderung masih mengandalkan buku teks (buku
paket) dan juga buku bacaan yang lainnya. Hal ini dilakukan oleh guru karena mereka ingin megejar target
keberhasilan penyampaian materi pada saat pembelajaran berlangsung tanpa menghiraukan kondisi siswa pada saat
itu. Di sisi lain, siswa beranggapan bahwa pembelajaran IPS ini hanya menjadi bekal sebelum menghadapi ulangan
harian, ujian tengah semester serta ujian akhir semester saja. Selebihnya siswa hanya menganggapbahwa mata
pelajaran IPS adalah salah satu mata pelajaran yang membosankan dan kurang menarik. Konten materi yang ada
dalam mata pelajaran IPS dianggapsiswa sebagai beban berat bagi mereka, karena mereka di tuntut untuk mampu
menghafal dan mengingat dengan baik isi, pokok serta maksud dari materi tersebut. Hal itu agar menjadikan siswa
memahami lebih mendalam tentang materi yang disajikan serta dapat menjawab dengan benar pertanyaan-
pertanyaan yang dilontarkan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung.
Implementasi pembelajaran yang seperti itu tidak mampu melatih peserta didik untuk mengembangkan cara
berfikir kritis mereka, akan tetapi hanya sekedar menuntut mereka agar mahir dalam menghafal, dan mengingat
kata. Kenyataan seperti inilah yang akhirnya memunculkan statement bahwa pembelajaran IPS merupakan pelajaran
yang membosankan, cara penyampaian materi-materi yang ada kurang berkesan bagi peserta didik karena mereka
tidak dapat mengetahui secara langsung seperti apa kondisi yang terjadi. Kondisi seperti ini nyatanya memiliki
dampak terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS (menurut Sardiman dalam
Berdasarkan pengalaman penulis saat melaukan kegiatan observasi di sekolah didapatkan kesimpulan
bahwa masalah utama yang sering dijumpai pada pembelajaran IPS yaitu penerapan model pembelajaran yang
masih ekspositorik, lebih menekankan pada aspek metode ceramah saja. Guru kurang mampu untuk mengemas dan
mengembangkan pembelajaran agar menarik di mata siswanya.
Setelah melakukan observasi terhadap kegiatan siswa kelas IV SDN Keboansikep 1, penulis
mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang menyebabkan rendahnya hasil belajar mereka. Pertama, pada
saat penyampaian materi pembelajaran IPS guru masih belum mampu untuk mengaitkan materi tersebut dengan
masalah-masalah riil yang ada di sekitar siswa, sehingga siswa sering merasa bosan pada saat pembelajaran IPS dan
cenderung menganggap pembelajaran IPS adalah pembelajaran yang tidak menyenangkan. Siswa sangat sulit untuk
memahami isi dan maksud dari materi yang di sampaikan oleh guru karena konten materi tersebut bersifat abstrak
dan sama sekali tidak terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari, minat siswa pada saat mengikuti pembelajaran IPS
ini sangat kurang.
Kedua, pada saat proses pembelajaran berlangsung aktivitas siswa masih tergolong sangat kurang. Bisa
dipahami dalam beberapa sisi, diantaranya : interaksi siswa pada pembelajaran, baik interaksi siswa dengan guru,
interaksi siswa dengan sesama siswa, interaksi siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang di sampaikan oleh
guru. Rendahnya aktivitas belajar siswa di kelas tentunya tidak terlepas dari kemampuan guru dalam
mengkondisikan kelas. Pada saat pembelajaran berlangsung dan guru menyampaikan materi siswa hanya duduk dan
mendengarkan ceramah dari guru, hal ini menyebabkan siswa merasa bosan.
Ketiga, kondisi siswa dikelas yang heterogen. Heterogen disini diartikan bahwa mereka memiliki bakat,
kemampuan, motivasi, kecerdasan yang berbeda. Di sisi lain, daya tangkap siswa saat pembelajaran berlangsung
juga berbeda, sehingga dalam memahami isi materi antara siswa satu dengan lainnya berbeda. Metode pembelajaran
yang di desain guru dinilai masih belum bisa untuk memahami kondisi tersebut. Pasalnya, hanya siswa yang pandai
saja yang bisa dengan mudah memahami materi yang di sampaikan. Sedangkan siswa yang berkemampuan rendah
sangat sulit untuk memahami materi dan mereka kurang memperhatikan penjelasan dari guru.
Teknik pengumpulan data lainnya yang dilaukan yaitu mencatat rekap nilai hasil belajar ujian tengah
semester (UTS) semester ganjil dan gasal mata pelajaran IPS Kelas IV SDN Keboansikep 1 Kecamatan Sidoarjo.
Penulis mendapatkan hasil temuan bahwa pada hasil UTS semester ganjil dan semester genap mata pelajaran IPS
tampak belum adanya ketuntasan yang diharapkan oleh sekolah dengan perolehan nilai rata-rata siswa. Nilai rata-
rata UTS mata pelajaran IPS siswa kelas IV SDN Keboansikep 1 Kecamatan Sidoarjo ditunjukkan pada tabel di
bawah ini (Tabel 1).
Tabel 1. Rata-rata UTS Mata Pelajaran IPS

No. Jenjang Rata- KKM


UTS rata
1. Ganjil 67,75 68
2. Genap 66,56 68

Terkait dengan rendahnya hasil belajar siswa kelas IV mata pelajaran IPS maka perlu adanya solusi yang
tepat untuk meningkatkan hasil belajar mereka agar mencapai bahkan melebihi target yang diinginkan (KKM), serta
tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Solusi yang paling tepat yaitu perlu adanya perubahan model
pembelajaran yang digunakan oleh guru dimana nantinya akan menjadi sarana bagi siswa untuk menggali
pengetahuannya sendiri, mencari informasi terkait dengan kondisi sosial yang ada di lingkungan sekitarnya serta
memebrikan solusi yang tepat untuk memecahkan permasalahan tersebut. Model pembelajaran yang akan saya
terapkan dalam penelitian ini yaitu Ilmu Teknologi Masyarakat (ITM). Model pembelajaran Ilmu Teknologi
Masyarakat atau disingkat ITM sangat diperlukan dalam pembelajaran IPS karena masalah-masalah kemasyarakatan
di zaman modern ini tidak dapat dipecahkan jika hanya mengandalkan satu disiplin ilmu saja, akan tetapi adanya
saling keterkaitan antara disiplin ilmu satu dengan yang lainnya karena saat ini permasalahan yang mucul di
masyarakat semakin kompleks.
Model Ilmu Teknologi Masyarakat (ITM) ini mampu memberikan kontribusi secara langsung terhadap misi
pokok pada mata pelajaran IPS, khususnya dalam mempersiapkan wraga negara sebagai berikut : (1) Memahami
ilmu pengetahuan di masyarakat. Calon-calon generasi penereus bangsa harus mampu memahami masalah-masalah
sosial yang terjadi di sekitar mereka berkaitan dengan perkembangan ilmu dan teknologi sehingga bisa
menimbulkan masalah ketidak jelasan nilai yang “benar” dan nilai yang “salah”, (2) Pengambilan keputusan warga
negara. Penggunaan langkah-langkah pengambilan keputusan yang secara sistematis dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) mampu membantu mengembangkan intelektual peserta didik, kemampuan memecahkan
suatu masalah (problem solving skill), serta kemampuan berfikir dalam mengambil keputusan secara fleksibel
namun masih tetap terorganisir. Hal ini sangat penting apabila di terapkan oleh guru di sekolah mengingat sampai
saat ini masih belum banyak guru yang memberikan kemampuan-kemampuan seperti ini kepada siswanya. (3)
Menciptakan koneksi antar ilmu pengetahuan. Kemampuan seperti ini merupakan suatu tanda kemampuan kognisi
serta belajar yang tinggi dan merupakan tujuan mata pelajaran IPS yang sangat berharga. Serta (4) Mengingtakan
generasi penerus bangsa pada sejarah bangsa terdahulu. Seperti yang pernah dikatakan Bung Karno “hanya bangsa
yang besar yang menghormati jasa-jasa para pahlawannya”.
Melalui model ITM, siswa mampu belajar untuk mengetahui kondisi yang terjadi secara langsung serta berusaha
untuk menemukan solusi yang tepat dalam mengatasi masalah yang ada.[5]
Penulis mengambil kesimpulan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran ITM pada mata pelajaran
IPS maka pengetahuan sosial yang dimiliki oleh siswa akan digali lebih mendalam lagi sehingga pengalaman siswa
lebih banyak dalam mengetahui seperti apa kondisi sosial yang ada di sekitarnya. Kepekaan siswa terhadap masalah-
masalah sosial yang saat ini booming di kalangan masyarakat juga akan di ajarkan pada pembelajaran menggunakan
model ITM.[6]
Mengingat bahwa permasalahan tersebut memilik pengaruh yang besar terhadip hasil belajar IPS siswa kelas
IV SDN Keboansikep 1 maka saya mengangkat judul penelitian Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN
Keboansikep Melalui Penerapan Model Pembelajaran Ilmu Teknologi Masyarakat. Tujuan di angkatya judul ini
adalah untuk mengulas lebih alnjut seperti apa dan bagaimana model pembelajaran ITM serta mengetahui
peningkatan hasil belajar setelah di terapkannya model ini kepada siswa kelas IV SDN Keboansikep.
II. METODE
Penelitian ini di rancang menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas
merupakan suatu penelitian dimana sintaksnya adalah memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi tenaga
pendidik yang berkaitan dengan proses pembelajaran di dalam kelas [7]. Komponen pokok dalam PTK yang
dilakukan adalah : perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting) [8].
Penelitian yang saya lakukan terjadi dalam 2 tahapan siklus dimana pada setiap 1 siklus dilaksanakan dalam 1 kali
pertemuan, kemudian pada tahapan siklus ke 2 saya mulai menerapkan pembelajaran IPS menggunakan model
pembelajaran ITM.

Dan hasil akhir disiklus 2 ini bisa dinyatakan berhasil karena indikator yang diinginkan sudah tercapai.
Planning atau Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini saya mulai menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat lembar
observasi untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat pembelajaran IPS berlangsung, membuat tes hasil belajar serta
pedoman penskoran untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran ITM.
Acting atau Tindakan
Pada tahap kedua ini dilakukan proses Pelaksanaan : Pada tahap ini akan dilaksanakan alur pembelajaran sesuai
perencanaan yang ada pada RPP, pelaksana tindakan ini yaitu saya sebagai peneliti.
Observasi atau Pengamatan
Pada tahap ini dilaukan proses observasi selama pembelajaran IPS berlangsung di kelas IV SDN Keboansikep 1
dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat pembelajaran IPS berlangsung.
Reflecting atau Refleksi
Pada tahap refleksi ini hasil yang sudah di dapat dalam tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis, serta
dilakukan pemeriksaan dari data tes hasil belajar siswa. Selain itu juga dilakukan pengisian pada lembar observasi
yang dilakukan oleh peneliti terhadap proses pembelajaran di kelas.
Tempat pelaksanaan penelitian ini di SDN Keboansikep 1 Kecamatan Sidoarjo pada saat memasuki
pertengahan semester II (genap) tahun pelajaran 2017/2018 pada tanggal 09 dan 12 April 2018. Populasi penelitian
ini seluruh siswa kelas IV SDN Keboansikep 1 Kecamatan Sidoarjo. Jumlah siswa keseluruhan 25 siswa.
Pengumpulan data dalam penelitian ini secara umum menggunakan tes, observasi, dokumentasi proses dan hasil
tindakan. Adapun rincian teknik pengumpulan datanya adalah sebagai berikut : (1) Data skor hasil belajar mata
pelajaran IPS dan prosentase nilai UTS semester ganjil dan semester genap yang sudah dilaksanakan oleh siswa
yang diambil dari penilaian akhir UTS yang di ukur berdasarkan pada tepat, kurang tepat, dan salah. (2) Data yang
berkaitan dengan aktivitas siswa dan juga kesesuaian antara alur pembelajaran yang dilaksanakan pada saat proses
pembelajaran dengan menggunakan teknik observasi langsung. (3) Data tentang evaluasi refleksi diri serta
perubahan hasil belajar siswa setelah di implementasikannya model pembelajaran ITM yang didasarkan pada lembar
observasi yang diisi oleh peneliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang saya lakukan menggunakan 2 siklus secara keseluruhan, dimana masing-masing siklus
dilakukan dalam 1 kali pertemuan. Dibawah ini akan dijelaskan penjabaran dari masing-masing siklus dimana pada
setiap siklus tersiri dari 4 tahapan kegiatan meliputi : tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi serta refleksi.
Pada siklus 1 tahap (1) Perencanaan. Pada tahap perencanaan ini kegiatan dimulai dari menyusun Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat lembar observasi untuk mengetahui aktivitas, minat, serta interaksi
siswa pada saat pembelajaran IPS berlangsung, membuat tes hasil belajar serta pedoman penskoran untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran ITM. (2) Pelaksanaan. Pada tahap
pelaksanaan ini, penelitian di mulai dari: (a) Pemberian teks bacaan kepada 25 siswa kelas IV mengenai kondisi
sosial di Indonesia saat ini, kemudian siswa diminta untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul, hal yang
mendasari permasalahan tersebut muncul, serta solusinya. (b) pertemuan pertama yang berlangsung pada tanggal 09
April 2018 yang berlangsung selama 35 menit (1jam pembelajaran). Pada pertemuan pertama ini dilakukan proses
pengumpulan data terkait dengan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas IV setelah di terapkannya model
pembelajaran ITM, dilakukan juga pencatatan data hasil UTS semester ganjil dan genap sebelum diterapkan model
pembelajaran ITM. Dari sini juga diperoleh data mengenai aktivitas, minat, serta interaksi siswa pada saat
pembelajaran IPS berlangsung, serta juga melakukan skenario pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah
dirancang oleh penulis.
Setelah itu dilakukan evaluasi-refleksi diri serta melihat perubahan yang terjadi di kelas melalui lembar
observasi pengamatan yag diisi oleh peneliti. (3) Pengamatan. Pada tahap ini dilakukan proses observasi/mengamati
pelaksanaan tindakan kelas dengan menggunakan lembar observasi yang disediakan oleh peneliti serta mengadakan
penilaian untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPS. (a) Hasil tes belajar pada
percobaan kali ini menunjukkan dari 25 siswa diperoleh prosentase keseluruhan siswa untuk menyelesaikan tugas
didapat 80% siswa masih menjawab salah.
Kesalahan pemahaman siswa sebesar 55%, konsep 25% serta prinsip sebesar 10%. Dari hasil tes belajar
percobaan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pemahaman siswa masih rendah. (b) Hasil observasi
aktivitas, minat serta interaksi siswa. Dalam hasil observasi yang dilakukan selama PBM berlangsung diperoleh data
bahwa aktivitas belajar siswa mencapai prosentase 75% dari skor maksimal yang diharapkan, minat belajar siswa
mencapai 78,5% dari skor maksimal yang diharapkan, serta interaksi siswa mencapai prosentase 83,5% dari skor
maksimal ang diharapkan. (4) Refleksi. Pada tahap ini kegiatan selanjutnya berdasr pada hasil pengamatan pada
siklus pertama dan diperoleh data: (a) hasil tes belajar pada percobaan pertama tergolong rendah karena 80% siswa
masih menjawab degan salah. Halini disebabkan karena kurangnya pemberian latihan-latihan soal yang didalamnya
memuat tentang kondisi riil masyarakat saat ini.
(b) Hasil observasi aktivitas, minat, serta interaksi siswa sudah bisa dikatakan berhasil karena sudah mendekati skor
pencapaian maksimal yang ada. Setelah siklus 1 selesai kemudian peneliti masuk pada Siklus 2.
Tahapan pada siklus 2 ini sama dengan tahapan pada siklus 1. Tahap pertama (1) Perencanaan. Sesuai dengan
hasil evaluasi-refleksi maka pada tanggal 12 April 2018 (pertemuan 2) diadakan beberapa perubahan dari segi gaya
mengajar guru serta model yang digunakan. (2) Pelaksanaan. Pertemuan kedua ini dilakukan pada hari Kamis, 12
April 2018 selama 35 menit (1 jam pembelajaran). Dalam pertemuan ini dilakukan proses pengumpulan data terkait
dengan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas IV setelah di terapkannya model pembelajaran ITM, Dari sini
juga diperoleh data mengenai aktivitas, minat, serta interaksi siswa pada saat pembelajaran IPS berlangsung, Setelah
itu dilakukan evaluasi-refleksi diri serta melihat perubahan yang terjadi di kelas melalui lembar observasi
pengamatan yag diisi oleh peneliti. (3) Pengamatan. Pengamatan yang dilakukan pada siklus 2 ini sudah
menunjukkan perubahan yang signifikan setelah diterapkannya model pembelajran ITM pada mata pelajaran IPS
siswa kelas IV. (4) Refleksi. Setelah melakukan tahapan-tahapan pada siklus 1 dan 2, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat pesat apabila guru menerapkan model
pembelajaran ITM tersebut pada mata pelajaran IPS di kelas IV.
Keberhasilan pada 2 siklus ini tidak terlepas dari plus minus penyesuaian peserta didik terhadap penerapan
model pembelajaran ITM, mengingat model ini baru saja mereka terima pada saat saya melakukan tahapan
penelitian. Jadi hal yang lumrah apabila beberapa siswa masih sulit menyesuaikan diri. Akan tetapi hanya dengan
melalui 2 siklus saja, penerapan model ITM ini sudah menunjukkan hasil yang signifikan.

KESIMPULAN
2.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini bahwa dalam penyampaian mata pelajaran IPS dengan
menggunakan ITM dapat dikatakan berhasil karena dalam penerapan Model pembelajaran ini dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPS pada materi permasalahan sosial di SDN KEBOANSIKEP 1
Sidoarjo. Model pembelajaran ITM ini juga dapat menjadi solusi yang tepat untuk diterapkan pada mata pelajaran
yang lain tidak hanya IPS karena model pembelajaran ini sangat bagus untuk lebih menggali potensi siswa dan
lebih mengetahui kemmapuan sosial siswa untuk lebih mengenal lingkungannya secara langsung. Terbukti selama
2.2 Saran
Saran yang bisa saya berikan terhadap penulisan artikel kali ini terkait dengan penerapan model pembelajaran
iTM yaitu yang pertama bagi siswa. Modelpembelajaran ini sangat cocok untuk lebih menggali dan mengenalkan
lingkungan sosial siswa secara langsung, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Bagi
guru, model pembelajaran ITM ini merupakan salah satu solusi terbaik untuk menghilangkan persepsi siswa tentang
pebelajaran IPS yang terkesan membosankan. Karena dengan menerapkan model pembelajaran ITM ini pada mata
pelajaran IPS khususnya maka tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai yang diharapkan. Dan bagi pihak sekolah,
dengan diterapkannya model pembelajaran ITM ini bagi siswa maka selain meningkatkan hasil belajar siswa juga
akan memberikan pengalaman berharga kepada siswa karena mereka dapat mengenal situasi yang terjadi di
lingkungan nya secara langsung.
Hal tersebut tentu akan sangat membawa banyak kebaikan bagi banyak pihak. Maka, model pembelajaran ITM
ini sangatlah cocok untuk menghilangkan asumsi siswa bahwa pembelajaran IPS merupakan pembelajran yang
membosankan dn siswa akan merasa lebih terinspirasi dan semnagat dalam mengikuti PBM di dalam maupun luar
kelas.
UCAPAN TERIMAKASIH
1. Terimakasih kepada ALLAH SWT yang telah memberikan kelancaran dalam proses penelitian sampai dengan
penyelesaian artikel PTK ini.
2. Terimakasih kepada kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan selama proses penyelesaian artikel ini.
3. Terimakasih kepada Bapak Moh. Faizal Amir., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Penelitian Tindakan
Kelas yang telah bersedia memberikan masukan serta dorongan dalam beberapa hari ini agar artikel ini
tersusun dengan baik dan benar.
4. Terimakasih kepada Rachmad Berlianto saputro yang selalu memberikan semangat kepada dan motivasi
kepada saya agar artikel ini bisa di selesaikan dengan tepat waktu.
5. Terimakasih kepada teman-teman A2 yang telah membantu menyelesaikan penulisan artikel ini.
6. Dan terimakasih kepada semua pihak yang turut serta memberikan kontribusinya dalam penyelesaian artikel
ini.

III. REFERENSI

[1] K. Siswa and K. Rendah, “No Title,” no. April, pp. 1–13, 2013.
[2] W. Sanjaya, “Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek Pengembangan KTSP,” 2008.
[3] I. D. P. R. Suarbawa, I. W., Arini, N. W., & Rasana, Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat (STM) Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Gugus I Kecamatan Buleleng. Pgsd
Undiksha, 201AD.
[4] W. Lasmawan, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Sisi Lain Inovasi yang Tak Terstruktur dalam
Pengembangan Pendidikan Nasional. 2003.
[5] P. Anna, Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
[6] Anonim, “‘model pembelajaran ini dapat melatih keterampilan inquiri dan pemecahan masalah,’” 2011.
[7] M. I. Amir, M. F., & Kurniawan, Penerapan Pengajaran Terbalik untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Mahasiswa PGSD UMSIDA pada Materi Pertidaksamaan Linier. jurnal pendidikan, 2016.
[8] M. . Amir and S. . Sartika, Metodologi Penelitian Dasar Bidang Pendidikan. Sidoarjo: UMSIDA Press,
2017.

Anda mungkin juga menyukai