Anda di halaman 1dari 21

PEMANFAATAN FACEBOOK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS DI SD KELAS TINGGI

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Pengembangan Pembelajaran IPS SD yang dibina oleh Bapak Imron

Oleh Annisa Kurniati 108151410179

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Desember 2011

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dewasa ini dengan perkembangan media cetak, media elektronik serta teknologi informasi dan komunikasi sumber belajar atau sumber informasi tersedia sangat melimpah. Setiap siswa dapat mengakses berbagai informasi yang terkait dengan materi pembelajaran di sekolah dari berbagai media yang ada dengan sangat mudah. Posisi guru pun tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar. Dalam posisi demikian, maka guru harus mampu memerankan diri sebagai fasilitator bagi siswa, khususnya dalam pemanfaatan berbagai sumber belajar baik yang tersedia di sekolah maupun di luar sekolah. Guru harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas, mengenal teknologi, dan kreatif memanfaatkan situasi lingkungan alam maupun sosial untuk dijadikan sebagai sumber belajar, disamping bahan-bahan pustaka. Pada kenyataannya di sekolah memperlihatkan bahwa dalam proses pembelajaran IPS, guru kurang optimal baik dalam memanfaatkan maupun memberdayakan sumber pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran IPS cenderung masih berpusat pada guru (teacher centered), textbook centered, dan monomedia. Hal ini tidak dapat disalahkan apabila banyak siswa yang mengganggap proses pembelajaran IPS sebagai sesuatu yang membosankan, monoton, kurang menyenangkan, terlalu banyak hafalan, kurang variatif, dan pelbagai keluhan lainnya. Sementara itu, seiring dengan pesatnya perkembangan media informasi dan komunikasi, akan membawa perubahan bergesernya peranan guru IPS sebagai penyampai pesan/informasi. Ia tidak bisa lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi bagi kegiatan pembelajaran para siswanya. Siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber, terutama dari media massa, seperti siaran televisi dan radio (media elektronik), surat kabar dan majalah (media cetak), komputer pribadi, atau bahkan dari internet. Tidak berlebihan kiranya apabila disebutkan bahwa media massa sangat berpengaruh di dalam pendidikan IPS. Makalah ini mencoba memberikan salah satu solusi alternatif untuk mengatasi problematika sebagaimana yang telah dipaparkan di awal tulisan, yakni dengan memanfaatkan salah satu media massa kontemporer yakni internet sebagai sumber

pembelajaran IPS, khususnya jejaring sosial yang sekarang sedang marak yaitu facebook.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa hakikat pembelajaran IPS di SD? 2. Apa hakikat media pembelajaran? 3. Apa hakikat facebook? 4. Bagaimana pemanfaatan facebook sebagai media pembelajaran IPS di SD kelas tinggi?

C. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Mendeskripsikan hakikat pembelajaran IPS di SD. 2. Mendeskripsikan hakikat media pembelajaran. 3. Mendeskripsikan hakikat facebook. 4. Mendeskripsikan pemanfaatan facebook sebagai media pembelajaran IPS di SD kelas tinggi.

D. Manfaat Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini: 1. Bagi siswa: Dapat meningkatkan minat dan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. 2. Bagi guru: Dapat menjadi inovasi baru dalam pembelajaran serta dapat menyampaikan materi pembelajaran secara efektif dan efisien

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakikat Pembelajaran IPS di SD IPS merupakan kajian secara terintegrasi tentang ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk meningkatkan kompetensi kewarganegaraan (civic). Ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi di dalamnya adalah antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filosofi, ilmu politik, psikologi, agama dan sosiologi. Tujuan pendidikan IPS di tingkat Sekolah Dasar (SD) ditujukan untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dasar siswa yang berguna untuk kehidupan sehari harinya. IPS sangat erat kaitannya dengan persiapan anak didik untuk berperan aktif atau berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia dan terlibat dalam pergaulan masyarakat dunia (global society). IPS harus dilihat sebagai suatu komponen penting dari keseluruhan pendidikan kepada anak. IPS memerankan peranan yang signifikan dalam mengarahkan dan membimbing anak didik pada nilainilai dan perilaku yang demokratis, memahami dirinya dalam konteks kehidupan masa kini, memahami tanggung jawabnya sebagai bagian dari masyarakat global yang interdependen. Siswa membutuhkan pengetahuan tentang hal-hal dunia luar yang luas dan juga tentang dunia lingkungannya yang sempit. Siswa perlu memahami hal-hal berkaitan dengan individunya, lingkungannya, masa lalu, masa kini, dan masa datang. Kesadaran akan pentingnya hubungan antara bahan IPS (social studies content), ketrampilan, dan konteks pembelajaran (learning contexs) dapat membatu kita untuk mengembangkan suatu IPS yang kuat kadar inquiri sosialnya. Ketrampilan yang perlu dikembangkan dalam pendidikan IPS mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Ketrampilan mendapatkan dan mengolah data 2. Ketrampilan menyampaikan gagasan, argumen, dan cerita 3. Ketrampilan menyusun pengetahuan baru 4. Ketrampilan berpartisipasi di dalam kelompok. Dalam hubungannya dengan nilai dalam pendidikan IPS, seorang guru harus mendorong anak untuk aktif bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku. Guru perlu memotivasi anak untuk memiliki sikap yang baik. Sangatah penting bagi seorang guru mendorong anak untuk memiliki sikap yang baik, karena dengan

menciptakan pengalaman-pengalaman di dalam kelas siswa diharapkan akan melakukan perbuatan yang baik dalam kegidupan sehari-harinya. Berdasarkan KTSP 2006, di sekolah dasar mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Secara gradual, di bawah ini akan diungkapkan beberapa tema IPS SD yang perlu mendapat perhatian, antara lain: 1. IPS SD sebagai pendidikan nilai (value education), yakni: Mendidikkan nilai-nilai yang baik yang merupakan norma-norma keluarga dan masyarakat; Memberikan klarifikasi nilai-nilai yang sudah dimiliki siswa; Nilai-nilai inti/utama (core values) seperti menghormati hak-hak perorangan, kesetaraan, etos kerja, dan martabat manusia (the dignity of man and work) sebagai upaya membangun kelas yang demokratis. 2. IPS SD sebagai pendidikan multikultural (multicultural eduacation), yakni: Mendidik siswa bahwa perbedaan itu wajar; Menghormati perbedaan etnik, budaya, agama, yang menjadikan kekayaan budaya bangsa; Persamaan dan keadilan dalam perlakuan terhadap kelompok etnik atau minoritas. 3. IPS SD sebagai pendidikan global (global education), yakni: Mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya, dan peradaban di dunia; Menanamkan kesadaran ketergantungan antar bangsa; Menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan transportasi antar bangsa di dunia; Mengurangi kemiskinan, kebodohan dan perusakan lingkungan.

Pendidikan IPS sangat penting diberikan kepada siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, sebab siswa sebagai anggota masyarakat perlu mengenal masyarakat dan lingkungannya. Untuk mengenal masyarakat, siswa dapat belajar mulai dari media cetak, elektronik maupun langsung melalui pengalaman hidupnya di tengahtengah masyarakat. Dengan pengajaran IPS diharapkan siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepekaan untuk menghadapi hidup beserta tantangantantangannya. Selanjutnya mereka diharapkan mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bidang pendidikan, tidak hanya membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial, melainkan lebih jauh dari pada itu berupaya membina dan mengembangkan peserta didik menjadi sumber daya manusia yang berketerampilan sosial dan intelektual sebagai warga masyarakat dan warga negara yang memiliki perhatian, kepedulian sosial yang bertanggung jawab. Kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat yang terus berkembang, menjadi landasan bagi pengembangan IPS sebagai bidang pendidikan yang disesuaikan dengan perubahan dan tuntutan kemajuan kehidupan. Pengetahuan sosial merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik tingkah laku perorangan maupun tingkah laku kelompok. Ada bermacam-macam aspek tingkah laku manusia dalam masyarakat, seperti aspek budaya sikap, mental, ekonomi, dan hubungan sosial. Aspek-aspek inilah yang kemudian mengkondisikan untuk menghasilkan pengetahuan disiplin ilmu sosial dan dipelajari di sekolah. Ilmu pengetahuan sosial yang dipelajari di sekolah diimplikasikan sesuai dengan tingkatan yang berada pada jenjang pendidikan. Untuk itu IPS merupakan mata pelajaran yang penting bagi jenjang pendidikan dasar. Hal ini dipandang bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan yang mendasari jenjang pendidikan selanjutnya dengan pertimbangan aspek-aspek tingkah laku perlu dipolakan sedini mungkin agar mereka berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan. IPS sebagai program pendidikan, tidak sekedar terkait dengan nilai, bahkan justru wajib mengembangkan nilai tersebut. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai edukatif, nilai praktis, nilai teoritis, nilai filsafat dan nilai ke-Tuhanan. Dengan membina dan mengembangkan nilai-nilai tadi, kita sangat mengharapkan terciptanya SDM Indonesia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, kepedulian, kesadaran dan tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa serta negara. Perkembangan kehidupan sosial hari ini dan terutama di masa yang akan datang, menuntut SDM yang demikian.

Selanjutnya rincian nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut: 1. Nilai Edukatif Salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS, yaitu adanya perubahan perilaku sosial peserta didik ke arah yang lebih baik, perilaku itu meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Peningkatan perilaku kognitif di sini, tidak hanya terbatas makin meningkatnya pengetahuan sosial, melainkan meliputi pula nalar sosial dan kemampuan mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah sosial. Oleh karena itu, materi yang dibahas pada pendidikan IPS ini, jangan hanya terbatas pada kenyataan, fakta dan data sosial, melainkan juga mengangkat masalah sosial yang terjadi sehari-hari. Pelontaran masalah sosial itu tidak selalu dari Anda selaku guru IPS, melainkan lebih baik lagi jika peserta didik sendiri mengangkat atau melontarkan masalah tersebut. Melalui suasana yang demikian, nalar sosial dan kemampuan mencari alternatif pemecahan masalah sosial dari peserta didik makin meningkat. Keterampilan sosial peserta didik dalam bentuk kerja sama, gotong-royong dan menolong pihak lain. Secara meyakinkan ditingkatkan melalui pendidikan IPS. Proses pembelajaran yang demikian, tidak hanya terbatas di dalam kelas dan di sekolah pada umumnya, melainkan lebih jauh dari pada itu dilaksanakan dalam kehidupan praktis sehari-hari. Tugas mengamati masalah lingkungan dan masalah sosial pada umumnya serta kerja sosial, seperti gotong-royong membersihkan lingkungan, secara terarah dan berkesinambungan, diberikan kepada peserta didik pada pendidikan IPS ini. 2. Nilai praktis Kita sepakat bahwa pelajaran dan pendidikan apa pun, nilainya tidak berarti, apabila tidak dapat diterapkan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan perkataan lain, pelajaran dan pendidikan tidak memiliki makna yang baik, jika tidak memiliki nilai praktis. Oleh karena itu, pokok bahasan IPS itu, jangan hanya tentang pengetahuan yang konseptual-teoretis belaka, melainkan digali dari kehidupan seharihari, mulai dari di lingkungan keluarga, pasar, jalan, tempat bermain dan seterusnya. Dalam hal ini, nilai praktis itu disesuaikan dengan tingkat umum dan kegiatan peserta didik sehari-hari. Pengetahuan IPS yang praktis tersebut bermanfaat dalam mengikuti berita, mendengarkan radio, membaca buku cerita, menghadapi permasalahan kehidupan sehari-hari sampai kepada pengetahuan IPS yang berguna melaksanakan pekerjaan sebagai wartawan, pengusaha, pejabat daerah, dan demikian seterusnya.

3. Nilai Teoretis Membina peserta didik hari ini pada proses perjalanannya diarahkan menjadi SDM untuk hari esok. Oleh karena itu, pendidikan IPS tidak hanya menyajikan dan membahas kenyataan, fakta, dan data yang terlepas-lepas, melainkan lebih jauh dari pada itu menelaah keterkaitan suatu aspek kehidupan sosial dengan yang lainnya. Peserta didik dibina dan dikembangkan kemampuan nalarnya ke arah dorongan mengetahui sendiri kenyataan (sense of reality) dan dorongan menggali sendiri di lapangan (sense of discovery). Kemampuan menyelidiki dan meneliti dengan mengajukan berbagai pernyataan (sense of inquiry) mereka dibina serta dikembangkan. Dengan demikian, kemampuan mereka rnengajukan hipotesis dan dugaan-dugaan terhadap suatu persoalan, juga berkembang. Dengan perkataan lain, kemampuan mereka berteori dalam pendidikan IPS, harus dibina dan

dikembangkan dalam menghadapi kehidupan sosial yang berkembang dan berubah. 4. Nilai Filsafat Pembahasan ruang lingkup IPS secara bertahap dan keseluruhan sesuai dengan perkembangan kemampuan peserta didik, dapat mengembangkan kesadaran mereka selaku anggota masyarakat atau sebagai makhluk sosial. Melalui proses yang demikian, peserta didik dikembangkan kesadaran dan penghayatannya terhadap keberadaannya di tengah-tengah masyarakat, bahkan juga di tengah-tengah alam raya ini. Dari kesadarannya terhadap keberadaan tadi, mereka disadarkan pula tentang peranannya masing-masing terhadap masyarakat,bahkan terhadap alam lingkungan secara keseluruhan. Dengan perkataan lain,kemampuan mereka merenungkan keberadaan dan peranannya di masyarakat ini,makin dikembangkan. Atas kemampuan mereka berfilsafat, tidak luput darijangkauan pendidikan IPS. Dengan demikian, nilai filsafat yang demikian berfaedah dalam kehidupan bermasyarakat, tidak luput dari perhatian pendidikan IPS ini. 5. Nilai Ketuhanan Kenikmatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa berupa akal pikiran yang berkembang dan dapat dikembangkan yang telah membawa manusia sendiri maupun memenuhi segala kebutuhannya dari sumber daya yang telah disediakan oleh-Nya. Kenikmatan kita sebagai manusia mampu menguasai IPTEK, menjadi landasan kita mendekatkan diri dan meningkatkan IMTAK kepada-Nya. Kekaguman kita manusia kepada segala ciptaan-Nya, baik berupa fenomena fisikal-alamiah maupun berupa fenomena kehidupan, merupakan nilai ketuhanan yang strategis sebagai bangsa yang

ber-Pancasila. Pendidikan IPS dengan ruang lingkup dan aspek kehidupan sosial yang begitu luas cakupannya, menjadi landasan kuat penanaman dan pengembangan nilai Ketuhanan yang menjadi kunci kebahagiaan kita manusia lahir-batin. Nilai Ketuhanan ini menjadi landasan moral SDM setiap hari, terutama untuk masa yang akan datang. Hal ini wajib menjadi perhatian Anda dan kita semua selaku guru IPS bahwa materi dan proses pembelajaran apa pun pada pendidikan IPS, wajib berlandaskan nilai Ketuhanan.

B. Hakikat Media Pembelajaran 1. Pengertian media pembelajaran Menurut Ibrahim, dkk.(2006:4) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut Schramm (dalam Sudrajat, 2008) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (dalam Sudrajat, 2008) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat (2008) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang berfungsi sebagai perantara atau penyampai pesan berupa informasi pengetahuan untuk keperluan pembelajaran.

2. Landasan penggunaan media pembelajaran Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain landasasan filosofis, psikologis, teknologis dan empiris. a. Landasan filosofis Ada suatu pandangan bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Bukankan dengan adanya berbagai media

pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media yang sesuai dengan karakteristik pribadinya? Dengan kata lain siswa dihargai harkat kemanusiaanya diberi kebebasan untuk menentukan pilhan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. b. Landasan psikologis Kajian psikologis menyatakan bahwa anak akan lebih mudah

mempelajarai hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan continuum konkret-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media

pembelajaran, ada beberapa pendapat. Pertama, bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film ( iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbol , yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak, tetapi juga untuk orang dewasa. Kedua, bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak. Ketiga, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan symbol. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan dengan bagan dalam bentuk kerucut pengalaman (cone of experiment). c. Landasan teknologis Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan,

pengembangan, penerapan, pengelolaan, [enalaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis maslaha, mencari cara pemecahan, melaksankan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalahan dilakukan dalam bentuk: kesatuan komponen-komponen system pembalajaran yang telah disusun dalm fungsi desain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi system pembelajaran yang lengkap. Komponen-komponen ini termasuk pesan, orang, bahan, media, peralatan, teknik dan latar.

d. Landasan empiris Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memilih tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atua film. Sementara siswa yang memilih tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru. Akan kebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik media pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.

3. Fungsi media pembelajaran Menurut S Gerlach dan P. Ely (dalam Ibrahim, 2008) tiga kemampuan yang dimiliki oleh media pembelajaran, yaitu: a. Kemampuan fiksatif Artinya memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan, dan kemudian menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini suatu obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. b. Kemampuan manipulatif Artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya dirubah: ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat juga diulangulang penyajiannya. c. Kemampuan distributif Artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak. Misalnya televisi.

Menurut Akhmad Sudrajat (2008), media memiliki beberapa fungsi, diantaranya : a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial. b. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena: (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik. c. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. f. Media membangkitkan keinginan dan minat baru. g. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. h. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak

4. Jenis-jenis Media Pembelajaran Media pembelajaran banyak jenis dan macamnya. Dari yang palng sederhana dan murah hingga yang canggih dan mahal. Ada yang dapat dibuat oleh guru sendiri dan ada yang diproduksi pabrik. Ada yang sudah tersedia di lingkungan untuk langsung dimanfaatkan dan ada yang sengaja dirancang. Berbagai sudut pandang untuk menggolongkan jenis-jenis media.

Rudy Bretz (1971) menggolongkan media berdasarkan tiga unsur pokok (suara, visual dan gerak): a. Media audio b. Media cetak c. Media visual diam d. Media visual gerak e. Media audio semi gerak f. Media visual semi gerak g. Media audio visual diam h. Media audio visual gerak Anderson (1976) menggolongkan menjadi 10 media: a. audio : Kaset audio, siaran radio, CD, telepon b. cetak : buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar c. audio-cetak : kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis d. proyeksi visual diam : Overhead transparansi (OHT), film bingkai (slide) e. proyeksi audio visual diam : film bingkai slide bersuara f. visual gerak : film bisu g. audio visual gerak : film gerak bersuara, Video/VCD, Televisi h. obyek fisik : Benda nyata, model, spesimen i. manusia dan lingkungan : guru, pustakawan, laboran j. komputer : CAI Terdapat enam jenis dasar dari media pembelajaran menurut Heinich and Molenda (2005) yaitu: a. Teks Merupakan elemen dasar bagi menyampaikan suatu informasi yang mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang berupaya memberi daya tarik dalam penyampaian informasi. b. Media Audio Membantu menyampaikan maklumat dengan lebih berkesan, membantu

meningkatkan daya tarikan terhadap sesuatu persembahan. Jenis audio termasuk suara latar, musik, atau rekaman suara dan lainnya. c. Media Visual Media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan visual seperti gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, papan buletin dan lainnya.

d. Media Proyeksi Gerak Termasuk di dalamnya film gerak, film gelang, program TV, video kaset (CD, VCD, atau DVD) e. Benda-bendaTiruan/miniatur Seperti benda-benda tiga dimensi yang dapat disentuh dan diraba oleh siswa. Media ini dibuat untuk mengatasi keterbatasan baik obyek maupun situasi sehingga proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik. f. Manusia Termasuk di dalamnya guru, siswa, atau pakar/ahli di bidang/materi tertentu.

C. Facebook Facebook adalah jejaring sosial yang perkembangannya sangat pesat di kalangan remaja dewasa ini. Facebook merupakan situs jejaring sosial yang dikembangkan oleh Randy Zuckerberg. Facebook menduduki rangking pertama sebagai jejaring sosial yang terlaris diantara jejaring-jejaring sosial lainnya. Indonesia merupakan satu dari beberapa negara yang mengalami perkembangan pesat penggunaan facebook. Dari data yang diperoleh dari www.tutorialblogging.com bahwa tabel hasil survey pengguna facebook di berbagai negara yang menduduki 10 besar penggunaan facebook per Maret 2011

Indonesia tercatat menduduki rangking ke 2 dari 10 negara pengguna facebook terbanyak. Lebih dari 35.174.940 penduduk Indonesia menggunakan facebook. Pengguna facebook di Indonesia mulai dari kalangan anak hingga dewasa. Hampir sebagian besar bahkan semua remaja di Indonesia memiliki facebook. Tak terkecuali siswa SD. Sebagian besar siswa SD, terutama siswa SD kelas tinggi te;lah memiliki facebook. Facebook saat ini sangat popular sekali di Indonesia yang melanda masyarakat Indonesia. Dengan facebook kita dapat menambah teman, dan juga dapat menemukan teman lama yang sudah tidak pernah berkomunikasi lagi (lost contect). Facebook membantu penggunanya untuk lebih mudah menjalin pertemanan. Alasan demikian yang membuat facebook memiliki pengguna yang sangat banyak. Facebook juga dapat diakses secara mudah lewat internet yang ada di komputer ataupun laptop dan handphone. Pengaksesan facebook yang mudah tersebut yang membuat semua kalangan masyarakat tertarik untuk menggunakan facebook sebagai media refreshing mereka dari kejenuhan. Facebook memiliki beberapa fitur/aplikasi menarik yang bisa digunakan oleh penggunanya diantaranya: chating, update status, komentar, forum, upload photo, pesan, tautan dengan situs lain, aplikasi berbagai macam permainan, grup, quizz dan banyak lagi, yang kesemuanya itu dapat kita pergunakan sebagai media pembelajaran IPS.

D. Pemanfaatan Facebook sebagai Media Pembelajaran IPS di SD Kelas Tinggi Pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran IPS mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan, museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik, atau kutipan yang berkaitan dengan IPS. Informasi yang diberikan server-computers itu dapat berasal dari commercial businesses (.com), goverment services (.gov), nonprofit

organizations (.org), educational institutions (.edu), atau artistic and cultural groups (.arts). Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran IPS dan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupan nyatanya (real life). Siswa dan guru tidak perlu hadir secara fisik di kelas, karena siswa dapat mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta ujian dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan secara online.

Siswa juga dapat belajar bekerjasama satu sama lain. Mereka dapat saling berkirim e-mail (electronic mail) untuk mendiskusikan bahan ajar IPS. Kemudian, selain mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru IPS, siswa dapat berkomunikasi dengan teman sekelasnya. Pemanfaatan internet sebagai sistem e-learning memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut: 1. Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas; 2. Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa; 3. Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing; 4. Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing pembelajar/siswa; 5. Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran; 6. Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik

pembelajar/siswa; dan 7. Memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua siswa maupun guru) dapat turut serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara on-line. Facebook sebagai salah satu sarana yang ada di internet mempunyai berbagai macam aplikasi yang dapat kita jadikan sebagai media pembelajaran IPS. Selama ini facebook lebih banyak dipakai untuk sekedar bersenang-senang, bersilaturrahim dengan teman, atau sekedar ajang narsis-narsisan. Sampai saat ini, banyak pihak yang memandang facebook secara negatif. Mereka berpikir bahwa keberadaan facebook bisa menurunkan kinerja pegawai. Ada juga yang mengatakan facebook itu berbahaya karena bisa digunakan sebagai sarana pelecehan dan pencemaran nama baik. Diluar sisi negatif itu, facebook tetap memiliki banyak manfaat, jauh lebih banyak ketimbang mudharatnya. Efek negatif itu muncul hanya karena oknum-oknum tertentu yang tidak menggunakan teknologi sebagaimana mestinya.

Di bawah ini fitur-fitur facebook yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran IPS, seperti : 1. Facebook Share. Facebook Share/tautan, merupakan fitur dasar di facebook. Fitur ini pastinya juga bisa digunakan sebagai sarana untuk membantu pembelajaran.

Siapapun bisa men-share apapun (tulisan singkat, link, gambar, video dsb) ke semua teman-temannya. Dengan fitur ini guru dapat mencari situs-situs atau gambar-gambar yang berhubungan dengan pembelajaran IPS, kemudian di share di facebook untuk seterusnya bisa diakses oleh siswa, sehingga siswa mempunyai panduan dalam mencari materi IPS di internet, dengan share ini juga guru bisa menugaskan siswa untuk memberikan analisis, kritik atau komentar terhadap fenomena sosial yang berada di dalam share/tautan tersebut. 2. Facebook Quiz Saat ini sudah banyak quiz-quiz yang beredar di facebook. Rata-rata hanya quiz yang dibuat untuk sekedar iseng. Fitur ini sejatinya bisa dipakai untuk melakukan quiz online. Sang guru bisa membuat quiz-nya dengan mudah kemudian menyuruh seluruh muridnya untuk mengerjakan quiz tersebut. Guru bisa mengganti tugas yang berupa pertanyaan dengan membuat quiz ini, di dalam quiz ini guru juga bisa menetapkan skor yang diperoleh siswa berdasarkan jawaban yang mereka berikan. 3. Facebook Note Dengan sarana ini sang guru bisa memancing murid-muridnya saling berdiskusi mengenai topik tertentu. Sang guru cukup membuat note di-wall kemudian men-tag ke seluruh muridnya untuk memancing diskusi. 4. Facebook Apps Dengan fitur ini hampir segalanya bisa dilakukan. Salah satunya adalah dengan membuat sebuah game edutainment pada platform facebook Apps ini. Salah satu contoh Facebook Apps game edutainment yang cukup terkenal dan banyak dimainkan adalah Geo Challenge. Sebuah aplikasi game untuk menguji pengetahuan geografis dari pemain-pemainnya. 5. Update Status Melalui Update Status, guru bisa mengingatkan siswa tentang materi yang akan dipelajari dalam pertemuan selanjutnya, memberi stimulus, atau memberi jalan sebagai ajang diskusi melalui komentari, sehingga siswa terpancing untuk berdiskusi. 6. Forum Fitur ini juga bisa dijadikan sarana diskusi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa.

7. Upload Photo Dengan fitur ini guru maupun siswa biasa meng-up load foto/gambar yang berhubungan dengan materi IPS, kemudian foto tersebut bisa di share dan dijadikan tema diskusi dengan sarana komentari. 8. Pesan Melalui layanan pesan, guru bisa memberikan tugas atau rekomendasi sumber yang bisa siswa akses di internet. 9. Chating Dengan ada layanan chating di facebook, guru dan siswa bisa memanfaatkannya untuk ajang tanya jawab ataupun diskusi siswa dalam mengerjakan suatu tugas dari guru walaupun siswa tersebut berada di tempat yang berbeda. Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa penggunakan facebook sebagai media pembelajaran IPS dapat membantu guru dalam penyampaian materi IPS yang cukup banyak, sehingga guru tidak lagi terbatasi oleh waktu yang relatif sempit. Melalui penggunaan media pembelajaran facebook, guru dan siswa bisa melakukannya di luar jam sekolah, dan siswa menjadi lebih tertarik dan aktif dalam pembelajaran IPS karena pembelajaran IPS dengan media pembelajaran facebook tidak lagi mengacu pada guru sebagai pusat, akan tetapi siswa sebagai pusat dan merekonstruksi pengetahuannya sendiri dengan belajar mandiri lewat internet, disini guru hanya sebagai fasilitator dan evaluator.

Kelebihan Penggunaan Facebook sebagai Media Pembelajaran Karena dengan menggunakan facebook yang akhir-akhir ini sedang di puncak kepopularitasannya menjadi jejaring sosial yang sangat digandrungi, siswa menjadi sangat tertarik dengan materi yang disampaikan lewat facebook. Dan karena setiap siswa sudah memiliki facebook dan sangat aktif dalam penggunaan facebook hal ini dapat memperlancar kegiatan pembelajaran dengan menggunakan facebook sebagai perantaranya. Media pembelajaran yang digunakan agar siswa tertarik dengan materi yang akan disampaikan dengan mengerti apa yang sedang siswa sukai. Di samping itu, siswa pun lebih berani mengungkapkan ide-ide mereka, siswa yang biasanya pasif akan lebih menjadi aktif karena siswa tersebut tidak berbicara langsung dengan pendidik dan siswa lainnya. Dengan ini proses pembelajaran akan mencapai tujuan yang diinginkan. Dan pendidik pun lebih mudah untuk menyampaikan materi melalui facebook tersebut, banyak hal-hal yang pasti ditanyakan oleh siswa, sehingga proses

pembelajaran berjalan secara efektif. Selain itu, dengan media pembelajaran facebook siswa dilatih belajar mandiri/tanggung jawab belajar, aktif, dan bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan, kolaboratif, mengembangkan strategi belajar, juga melatih siswa dalam penguasaan TIK, dan melatih penggunaan bahasa asing (Inggris), pembelajaran yang meaningfull dan engaged learning.

Kelemahan Penggunaan Facebook sebagai Media Pembelajaran Bila ada kelebihan pastilah juga ada kelemahan yang terjadi bila penggunaan facebook sebagai media pembelajaran diaplikasikan dalam proses pembelajaran. terdapat banyak hambatan yang terjadi bila pendidik kurang mengerti tentang penggunaan facebook itu sendiri. Di samping itu facebook termasuk dalam dunia maya, sehingga penggunaannya tidak dapat dikontrol lebih mendalam lagi. Semua yang ingin diketahui siswa pastilah terdapat di dunia maya, misalnya mengakses hal-hal yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan pelajaran atau hal-hal yang bersifat negatif (misalnya membuka situs-situs porno). Siswa yang sangat menyukai facebook terkadang merasa malas untuk mengerjakan sesuatu yang diperintahkan pendidik melalui facebook. Siswa tersebut terlalu asyik dalam mengaplikasikan facebook untuk hal-hal yang kurang penting seperti mengupdate status, mengomentasi status orang lain, chatting dengan orang lain di luar konteks materi, dll. Hal ini kurang dapat dikontrol oleh pendidik. Penggunaan facebook sebagai media pembelajaran juga memiliki kelemahan untuk siswa yang kurang mampu. Bila terdapat tugas yang diberikan pendidik, bagi mereka yang kurang mampu harus mengeluarkan uang untuk ke warnet (warung internet) karena mereka tidak memiliki sarana dan prasarana seperti komputer, laptop, internet.

BAB III PENUTUP

A. Simpulan Pemanfaatan facebook sebagai media pembelajaran IPS dapat membantu guru dalam penyampaian materi IPS yang cukup banyak serta dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar IPS karena pembelajaran dikemas secara berbeda dan inovatif melalui aplikasi-aplikasi facebook yang canggih dan menarik. Selain itu juga dapat melatih siswa dalam penguasaan TIK dan penggunaan bahasa asing (Inggris). Adapun kelemahan penggunaan media pembelajaran facebook yaitu guru dan siswa dituntut untuk mempunyai kemampuan menggunakan internet, membutuhkan biaya dalam aplikasinya, tidak semua daerah mempunyai akses internet, tingginya kemungkinan gangguan belajar seperti siswa membuka situs-situs diluar konteks pembelajaran IPS seperti membuka situs porno, dan mempergunakan facebook lebih banyak hanya untuk main-main.

B. Saran Adapaun saran untuk mengatasi kendala yang mungkin terjadi serta untuk kelancaran pemanfaatan facebook sebagai media pembelajaran IPS, yakni sebagai berikut: 1. Sebelum mempergunakan media pembelajaran ini, ada baiknya guru-guru diberikan pelatihan bagaimana cara menggunakan internet dengan baik dan aman, setelah itu guru bisa mentransformasikannya kepada siswanya 2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, misal satu kelompok terdiri dari 2 orang sehingga meringankan biaya akses internet, dan juga melatih kerjasama dalam belajar. 3. Penggunaan telepon genggam sebagai pengganti komputer dalam mengakses situs facebook, bagi siswa yang di daerahnya belum ada akses internet. 4. Diperlukan adanya semacam penasehat (counsellor) yang memantau kegiatan siswa selama mengakses internet, bisa itu orang tua, kakak atau orang lain yang dipercaya. 5. Merekomendasikan warnet yang sudah memblokir situs-situs porno, guna mengantisipasi siswa supaya tidak mengakses situs tersebut.

DAFTAR RUJUKAN

-. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Desmalinda. 2010. Facebook Media Belajar Interaktif di Dalam dan di Luar Kelas. (Online), (dihttp://enewsletterdisdik.wordpress.com/2010/09/05/facebook-media-belajarinteraktif-di-dalam-dan-di-luar-kelas/) diakses 19 Desember 2011. Ginanjar, Asep. 2010. Penggunaan Facebook sebagai Media Pembelajaran IPS. (Online), (http://gelzdtroopz.blogspot.com/p/penggunaan-facebook-sebagai-media.html) diakses tanggal 18 Desember 2011. Ibrahim,. Sihkabuden,. Suprijanta,. & Kustiawan, Usep. 2006. Media Pembelajaran. Malang: Laboratorium Teknologi Pendidikan UM. Mangkoesapoetra, Arief, Achmad. 2005. Pembelajaran Pendidikan IPS di Tingkat Sekolah Dasar. (Online), http://re-searchengines.com/0805arief7.html) diakses tanggal 19 Desember 2011. Rambang, Renny, Natalia. 2011. Penggunaan Facebook sebagai Media Pembelajaran. (Online), (http://renataliaa.wordpress.com/2011/05/24/penggunaan-facebook-sebagai-

media-pembelajaran/) diakses tanggal 18 Desember 2011. Sudrajat, Akhmad. 2008. Media Pembelajaran. (Online),

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/konsep-media-pembelajaran/), diakses 19 Desember 2011.

Anda mungkin juga menyukai