Anda di halaman 1dari 20

Fungsi, Tujuan, dan Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS)

Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


Fungsi, Tujuan, dan Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) – Menurut Rudy Gunawan (2011: 93),
hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk
sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya.

Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah dasar yang
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di dalamnya memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan
ekonomi. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), anak diarahkan untuk dapat menjadi warga
negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Menurut Rudy Gunawan (2011: 37) pembelajaran IPS bertujuan membentuk warga negara yang
berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang
pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

Dengan demikian  pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mempunyai peranan penting dalam
mengarahkan anak untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta
warga dunia yang cinta damai.
Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Menurut Rudy Gunawan (2011: 39), ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:

1. Manusia, tempat, dan lingkungan.


2. Waktu, berkelanjutan, dan perubahan.

3. Sistem sosial dan budaya.

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

5. IPS SD sebagai Pendidikan Global (global education), yakni: mendidik siswa akan kebhinekaan
bangsa, budaya, dan peradaban di dunia; menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan
transportasi antar bangsa di dunia; mengurangi kemiskinan, kebodohan dan perusakan lingkungan.

Pembelajaran IPS SD dengan Model Kooperatif Tipe STAD


Hamid Hasan dkk (Etin Solihatin, 2009: 1) menyatakan bahwa, Memerhatikan tujuan dan esensi pendidikan
IPS, sebaiknya penyelenggara pembelajaran IPS mampu mempersiapkan, membina, dan membentuk
kemampuan peserta didik yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan kecakapan dasar yang diperlukan
bagi kehidupan di masyarakat. Untuk menunjang tercapainya tujuan IPS tersebut harus didukung oleh iklim
pembelajaran yang kondusif. Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap keberhasilan, kualitas dan semangat belajar siswa. Kualitas dan keberhasilan
pembelajaran sangatdipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan
metode pembelajaran.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar harus memperhatikan kebutuhan anak yang
berusia 7-11 tahun. Anak dalam usia 7-11 tahun menurut Piaget (Rudy Gunawan, 2011: 38) berada dalam
perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkret operasional. Mereka memandang
dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka
pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum mereka pahami (abstrak). Padahal
bahan materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep
seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi,
kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang harus
dibelajarkan kepada siswa SD.

Berdasarkan hal di atas, bisa kita lihat bahwa pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat penting untuk
diajarkan. Namun pada prakteknya banyak siswa yang beranggapan bahwa pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) adalah mata pelajaran yang membosankan. Untuk menghilangkan anggapan seperti itu maka
digunakanlah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dimana siswa
ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang siswa yang merupakan campuran
dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi
tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis, atau kelompok sosial lainnya.
Terbentuknya kelompok belajar seperti itu diharapkan dapat menjadikan pembelajaran lebih berwarna dan
semakin menarik minat siswa untuk belajar, karena memang karakteristik siswa SD pada umumnya di
antaranya masih suka bermain dan suka membentuk kelompok dengan teman sebayanya. Sehingga dengan
menggunakan model pembelajaran ini, siswa dapat berinteraksi dengan siswa lain yang dikemas dalam suatu
pembelajaran kelompok dengan tetap berada di bawah bimbingan guru, agar kegiatan kelompok dapat terarah
dengan baik. Dengan demikian, di dalam proses pembelajaran siswa dapat ikut aktif dalam proses
pembelajaran.

PERAN PEMBELAJARAN ILMU


PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DALAM
UPAYA MENJADIKAN WARGA NEGARA
YANG BAIK
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, keceerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No.20
Tahun 2003 Pasal 1).
Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan
manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dan sebagainya. Pendidikan IPS pada tingkat  sekolah dasar menggunakan
pendekatan secara terpadu / fusi. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik tingkat perkembangan
usia siswa SD yang masih pada taraf berfikir abstrak.
Pengembangan pendidikan IPS tidak hanya diarahkan pada pengembangan kompetensi
yang berkaitan dengan aspek intelektual saja. Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor yang
dikembangkan  sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam pendidikan IPS.
Keterampilan mencari, memilih, mengolah dan menggunakan informasi untuk memberdayakan
diri serta keterampilan bekerjasama dengan kelompok yang majemuk nampaknya merupakan
aspek yang sangat penting dimiliki oleh peserta didik yang kelak akan menjadi warga negara
dewasa dan berpartisipasi aktif di era global.
Perkembangan era globalisasi sekarang ini telah berdampak pada perubahan segala aspek
kehidupan. Mulai dari aspek ekonomi, budaya, hingga yang terlihat jelas ialah pada aspek sosial.
Seiring dengan meningkatnya perkembangan zaman, sikap sosial masyarakat Indonesia saat ini
telah banyak mengalami perubahan. Tidak hanya terjadi pada orang dewasa, melainkan juga
terjadi pada anak-anak usia dini. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh semakin luasnya
pengaruh budaya asing yang berkembang di Indonesia saat ini melalui berbagai macam sumber.
Anak-anak usia dini, khususnya anak Sekolah Dasar pada umumnya merupakan objek
yang paling mudah terkena pengaruh-pengaruh dari luar, baik itu pengaruh positif maupun
pengaruh negatif. Sehingga perlu adanya keterlibatan antara pihak keluarga, sekolah dan juga
lingkungan untuk membimbing, mendampingi, serta mengawasi setiap perkembangan sikap
sosial pada anak. Orang tua hendaknya selalu memperhatikan perubahan sikap sosial dan mental
anak selama anak berada di lingkungan keluarga. Begitu juga dengan guru, hendaknya selalu
membimbing dan mengarahkan anak didiknya menuju hal-hal yang positif. Pembentukan sikap
sosial dasar pada anak bisa ditanamkan melalui pengamalan terhadap  mata pelajaran tertentu
yang berkaitan dengan aspek kehidupan sosial. Misalnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial yang berisi kajian-kajian konsep dasar IPS. Sehingga anak dapat mengembangkan sikap-
sikap sosial dalam hidup bermasyarakat berawal dari sikap sosial dasar yang telah dikembangkan
sejak usia dini.
B.     Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah apakah pembelajaran
IPS SD dapat menjadikan warga negara yang baik?
C.    Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui apakah
pembelajaran IPS SD dapat menjadikan warga negara yang baik.
D.   Manfaat
    1. Bagi Guru
       Dapat  mengetahui peran pembelajaran IPS SD dalam menjadikan warga negara yang baik.
    2. Bagi Siswa
        Siswa lebih mencintai pelajaran IPS sehingga mereka lebih giat mempelajari dan   
        mengamalkan pembelajaran IPS dalam kehidupan sehari-hari.

    3. Bagi Sekolah


        Situasi dan kondisi sekolah menjadi lebih kondusif karena siswa lebih tertib
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Pengertian IPS
Istilah ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah
atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah“social studies” dalam
kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara barat seperti Australia dan
Amerika Serikat.
Namun pengertian IPS di tingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna
khususnya antara IPS di sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk sekolah menengah pertama
(SMP) dan IPS untuk sekolah menengah atas (SMA). Pengertian IPS di sekolah tersebut ada
yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang
berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat
pula diidentifikasi dari pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan
tersebut.
Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktifitas
kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus
kajian dari IPS. Aktivitas manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang
dan masa depan. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan
aspek keruangan atau geografis. Aktivitas manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya
dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Selain itu dikaji pula bagaimana manusia
membentuk seperangkat peraturan sosial dalam menjaga pola interaksi sosial antar manusia dan
bagaimana cara manusia memperoleh dan mempertahankan suatu kekuasaan. Pada intinya, fokus
kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai
dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial. (Sapriya, 2006)
Terdapat perbedaan yang esensial antara IPS sebagai ilmu-ilmu sosial (social sciences) dengan
pendidikan IPS sebagai social studies. Jika IPS lebih dipusatkan pada pengkajian ilmu murni dari
berbagai bidang yang termasuk dalam ilmu-ilmu sosial (social sciences) atau dalam kata lain IPS
adalah sebagai wujudnya. Setiap disiplin ilmu yang tergabung dalam ilmu-ilmu sosial berusaha
untuk mengembangkan kajiannya sesuai dengan alur keilmuannya dan menumbuhkan “body of
knowledge”.
B.     Tujuan Dan Karakteristik Pembelajaran  IPS
Sebagai bidang pengetahuan dan sejarah IPS yang memiliki delapan  tujuan sebagai berikut:
1.      IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut dibidang sosial science, mata pelajaran seperti
sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi budaya haruslah diberikan lepas-lepas sebagai vak
tersendiri. Mata pelajaran IPS yang terpecah-pecah tadi tak memerlukan usaha peramuan bagian-
bagian dari mata pelajaran lain
2.      IPS hakikatnya merupakan suatu kompromi antara 1 dan 2 tersebut di atas.Sebagai suatu
penyederhanaan dan penyaringan terhadap ilmu-ilmu sosial, dengan kemampuan dan daya
tangkap.
3.      IPS yang mempelajari closed areas atau masalah-masalah sosial yamg pantas untuk dibicarakan
dimuka umum. Bahannya menyangkut macam-macam misalnya ekonomi, pengetahuan sampai
politik dadi sosial sampai kultural. Biar berlatih berpikir demokrat.
4.      IPS yang bertujuan mendidik kewarganegaraan yang baik. Dalam konteks budaya melalui
pengolahan secara ilmiah dan psikologis yang tepat.
5.      Menurut pedoman khusus Bidang Studi IPS, tujuan bidang studi tersebut, yaitu dengan materi
dipilih. Kegiatan belajar dan pembelajaran IPS mengarah kepada 2 hal.
a.       Nilai-nilai dan sikap hidup yang dikandung oleh pancasila atau UUD 1945 secara dasar dan
intersif ditanamkan kepada siswa sehingga terpupuk kemauan dan tekad untuk hidup
bertanggung jawab demi keselamatan diri, bangsa, negara, dan tanah air.
b.      Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan,
pedagogis, dan psikologis.
6.      Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan
keterampilan sosial
 membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
7.      Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk,
baik secara nasional maupun global.
        Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja. 2006)
adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan
negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi
pada tingkah laku para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar,
(3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41).
C. FUNGSI PEMBELAJARAN IPS
             Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna, ketrampilan sosial dan
intelektual dalam membina perhatian serta kepedulian sosial nya sebagai SDM yang bertanggung
jawab dalam merealisasikan tujuan nasional.

D. KONSEP PEMBELAJARAN IPS


           Konsep dasar IPS yang dikembangkan berdasarkan konsep-konsep dalam ilmu-ilmu
Sosial sangat dibutuhkan sebagai bahan pembelajaran pada tingkat persekolahan mulai dari
Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan, maupun sebagai bahan pengembangan kemampuan
data nalar para mahasiswa di Penguruan Tinggi. Yana menjadi pertanyaan, bagaimana kita
mengenal dan mengembangkan konsep-konsep dasar IPS yang dihasilkan atas pengembangan,
pengujian, dan penelaahan Ilmu-Ilmu Sosial.
Dorothy J. Skeet (1979: 18) menyatakan bahwa konsep adalah sesuatu yang tergambar dalam
pikiran suatu pemikiran, gagasan atau suatu pengertian.
James G. Womack (1970: 30) mengemukakan pengertian tentang konsep, terutama berkaitan
dengan Studi Sosial (IPS) sebagai berikut:
Konsep IPS yaitu suatu kala atau ungkapan yang berhubungan dengan sesuatu yang
menonjol, sifat yang melekat. Pemahaman dan penggunaan konsep yang tepat bergantung pada.
Penguasaan sifat yang melekat tadi, dan pengertian umum kata yang bersangkutan. Konsep
memiliki pengertian denokatif dan juga pengertian konotatif.
Pengertian denotatif adalah pengertian berdasarkan arti katanya yang dapat digali dalam kamus,
sedangkan pengertian konotatif adalah pengertian yang tingkatnya tinggi dan luas.
       Konsep-konsep dan fakta menurut IPS yang penting untuk dapat dipahami dan dipecahkan
berkaitan dengan masalah-masalah sosial. Misalnya, di dalam geografi tentang perusakan
lingkungan, akhirnya terjadi gejala kerusakan alam yang tidak hanya kerusakan geografi belaka,
namun secara ekonomi, sosial kemasyarakatan, politik, hukum dan lainnya pun menjadi tidak
seimbangatau berkaitan erat.
      Bahwa bidang studi IPS, pada hakikatnya merupakan perpaduan pengetahuan sosial seperti
dikemukakan oleh Nursid Sumaatmadja (1984) adalah untuk SD inti merupakan perpaduan
antara georafi dan sejarah.
      Penembangan Sumber Daya Manusia (SDM), harus bersamaan dengan pengembangan nilai-
nilai yang dimaksud pembelajaran IPS, nilai-nilai tersebut dikelompokkan menjadi 5 yaitu
meliputi:
1.      Nilai Edukatif
2.      Nilai Praktis
3.      Nilai Teoretis
4.      Nilai Filsafah
5.      Nilai Ketuhanan
Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep
abstrak itu dipahami anak. Bruner (1978) memberikan pemecahan berbentuk jembatan bailey
untuk mengkongkritkan yang abstrak itu dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui
percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut, atau
elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa. Itulah sebabnya IPS SD bergerak dari
yang kongkrit ke yang abstrak dengan mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin
meluas (expanding environment approach) dan pendekatan spiral dengan memulai dari yang
mudah kepada yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat ke yang jauh,
dan seterusnya : dunia-negara tetangga-negara-propinsi-kota/kabupaten-kecamatan-
kelurahan/desa, RT/RW, tetangga-keluarga.
Pendidikan IPS SD disajikan dalam bentuk synthetic science, karena basis dari disiplin
ini terletak pada fenomena yang telah diobservasi di dunia nyata. Konsep, generalisasi, dan
temuan-temuan penelitian dari synthetic scienceditentukan setelah fakta terjadi atau diobservasi,
dan tidak sebelumnya, walaupun diungkapkan secara filosofis. Para peneliti menggunakan
logika, analisis, dan  keterampilan (skills) lainnya untuk melakukan inkuiri terhadap fenomena
secara sistematik.Agar diterima,hasil temuan dan prosedur inkuiri harus diakui secara
publik. (Supriatna, 2007)
Suatu tujuan dalam pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku
(performance) murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran
yang kita ajarkan. Suatu tujuan pengajaran menyatakan suatu hasil yang kita harapkan dari
pengajaran itu dan bukan sekedar proses dari pengajaran itu sendiri.
Seperti dikatakan Mager (1975:5), sedikitnya ada tiga alasan pokok mengapa guru
harus memperhatikan / merumuskan tujuan pengajarannya.
Pertama, jika guru tidak merumuskan tujuan atau menentukan tujuan pengajaran tetapi
kurang jelas, maka ia tidak akan dapat memilih atau merancang bahan pengajaran, isi, ataupun
metode yang tepat untuk dipergunakan dalam pengajaran itu. Dari pengamatan dan pengalaman
kita mengetahui, karena tidak pernah merumuskan tujuan pengajaran guru-guru pada umumnya
cenderung hanya menggunakan satu metode yang dianggap paling mudah yakni metode
ceramah. Apapun bahan pengajaran yang diberikan, baik bahan pengajaran yang berisi  aspek
pengetahuan (cognitif domain) maupun yang lebih mengutamakan aspek keterampilan
(psychomotor domain) atau aspek sikap (affective domain), semuanya diberikan dengan metode
yang sama. Dengan demikian, tujuan-tujuan yang sebenarnya diharapkan kurikulum sering tidak
tercapai.
Kedua, tidak adanya rumusan tujuan pengajaran yang jelas bagi guru sehingga sukar
mengukur atau menilai sampai sejauh mana keberhasilan pengajaran itu. Rumusan tujuan yang
jelas dan menggambarkan suatuperformance yang diharapkan dikuasai oleh murid setelah
mempelajari bahan pelajaran tertentu. Makin jelas rumusan tujuan, makin mudah bagi guru
memilih instrumen penilaian mana yang tepat dipergunakan untuk mengukur atau menilai
keberhasilan tujuan yang telah dirumuskan itu. Sebaliknya tanpa tujuan yang jelas, guru akan
menggunakan instrumen penilaian dengan sembarangan saja, sehingga hasilnya pun tidak
relevan, tidak fair, dan tidak inovatif.
Ketiga, tanpa  adanya rumusan tujuan  yang jelas, sukar bagi guru untuk
mengorganisasikan kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha siswa pencapaian tujuan pengajaran itu.
Seperti telah dikatakan di atas, dengan adanya tujuan yang jelas memungkinkan guru memilih
metode mana yang sesuai dirumuskan. Bagi guru, setiap pemilihan metode berarti menentukan
jenis proses belajar-mengajar mana yang dianggap lebih efektif untuk mencapai tujuan yang
telah dirumuskan.
Di samping ketiga alasan yang telah dikemukakan di atas, ada satu hal lagi yang penting
dan perlu dikemukakan di sini. Yakni dengan tidak adanya rumusan tujuan pengajaran yang
jelas, sukar bagi guru untuk mengadakan balikan (feedback) terhadap proses belajar-mengajar
yang telah dilaksanakan. Sebenarnya hal itu sangat erat hubunganya dengan apa yang telah
dikemukakan pada alasan kedua. Dengan melihat hasil evaluasi yang diperoleh setelah
mengalami proses belajar tertentu, seyogianya guru dapat melihat kembali apakah program
pengajaran yang telah disusunnya itu baik. Jika belum, di mana letak kekurangan dan
kesalahannya, apakah pada pemilihan bahan pengajaran yang terlalu sukar atau terlalu mudah,
pada pemilihan dan penggunaan alat bantu mengajar yang kurang sesuai, ataukah pada pemilihan
metode mengajar yang kurang tepat? Semua ini tidak mungkin dilaksanakan jika tujuan
pengajaran itu sendiri tidak dirumuskan dengan jelas. (Purwanto, 2006)
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang
berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Kegiatan
pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam
merumuskan teori pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan  dalam
pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar
amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan
pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka
mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik,
terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya
dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan
pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.
5. Pengalaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar
bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa yang sedang
dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada
motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.
(Budiningsih, 2005)  
BAB III
PEMBAHASAN

PERAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DALAM UPAYA


MENJADIKAN WARGA NEGARA YANG BAIK

Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS
merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu pendidikan IPS harus mengacu pada tujuan
Pendidikan Nasional. Dengan demikian tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan
pendidikan yang lebih tinggi.
Ada tiga aspek yang harus dituju dalam pengembangan pendidikan IPS, yaitu aspek
intelektual, kehidupan sosial, dan kehidupan individual. Pengembangan kemampuan intelektual
lebih didasarkan pada pengembangan disiplin ilmu itu sendiri serta pengembangan akademik
dan thinking skill. Tujuan intelektual berupaya untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
memahami disiplin ilmu sosial., kemampuan berpikir, kemampuan prosesual dalam mencari
informasi dan mengkomunikasikan hasil temuan. Pengembangan kehidupan sosial berkaitan
dengan pengembangan kemampuan dan tanggung jawab siswa sebagai anggota masyarakat.
Tujuan ini mengembangkan kemampuan sepeti berkomunikasi, rasa tanggung jawab sebagai
warga negara dan warga dunia, kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan dan bangsa. Termasuk dalam tujuan ini adalah pengembangan pemahaman dan
sikap positif siswa terhadap nilai, norma dan moral yang berlaku dalam masyarakat. (Sundawa,
2006)
Fokus utama dari program IPS adalah membentuk iindividu-individu yang memahami
kehidupan sosialnya-dunia manusia, aktivitas dan interaksinya yang ditujukan untuk
menghasilkan anggota masyarakat yang bebas, yang mempunyai rasa  tanggung jawab untuk
melestarikan, malanjutkan dan memperluas nilai-nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi masa
depan.
Ada 3 kajian utama berkenaan dengan dimensi tujuan pembelajaran IPS di SD, yaitu:
1. Pengembangan Kemampuan Berpikir Siswa
Pengembangan kemampuan intelektual adalah pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir
tentang ilmu-ilmu sosial dan masalah-masalah kemasyarakatan. Udin S. Winataputra (1996)
mengemukakan bahwa dimensi intelektual merujuk pada ranah kognitif terutama yang berkenaan
dengan proses berpikir atau pembelajaran yang menyangkut proses kognitif bertaraf tinggi dari
mulai kemampuan pemahaman sampai evaluasi. S. Hamid Hasan (1998) menambahkan bahwa
pada proses berpikir mencakup pula kemampuan dalam mencari informasi, mengolah informasi
dan mengkomunikasikan temuan.
1. Pengembangan Nilai dan Etika Sosial
S. Hamid Hasan (1996) mengartikan nilai sebagai sesuatu yang menjadi kriteria suatu
tindakan, pendapat atau hasil kerja itu bagus/ positif atau tidak bagus/ negatif. Franz Von Magnis
(1985) menyatakan bahwa etika adalah penyelidikan filsafat tentang bidang moral, ialah bidang
yang mengenai kewajiban-kewajiban manusia serta tentang yang baik dan yang  buruk.
2.      Pengembangan Tanggung Jawab dan Partisipasi Sosial
Dimensi yang ketiga dalam pembelajaran IPS adalah mengembangkan tanggung jawab
dan partisipasi sosial yakni yang mengembangkan tujuan IPS dalam membentuk warga negara
yang baik, ialah warga negara yang berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Sikap sosial merupakan kesadaran dalam diri individu terhadap lingkungan sosial di
sekitarnya. Sikap sosial biasanya ditunjukkan karena adanya rasa perhatian dan kepedulian
terhadap lingkungan dimana seseorang tersebut berada. Sedangkan sikap sosial dasar merupakan
hal-hal atau sikap yang mendasari perkembangan sosial setiap individu. Sikap sosial dasar
tersebut sebaiknya ditanamkan pada diri individu sejak usia dini, misalnya sejak anak berada
pada jenjang Sekolah Dasar. Sehingga, ketika anak tersebut telah memasuki ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, anak sudah mampu menempatkan diri dan berperilaku sebagai
makhluk sosial sesuai dengan lingkungan sosial masing-masing.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pembentukan sikap sosial dasar pada anak-
anak SD dapat dilakukan melalui pengamalan terhadap nilai-nilai dari setiap komponen atau
dasar- dasar ilmu sosial yang terkandung dalam mata pelajaran  Ilmu Pengetahuan Sosial di
Sekolah Dasar. Karena, dari setiap dasar ilmu sosial yang tercakup dalam Ilmu Pengetahuan
Sosial memiliki peranan masing-masing dalam pembentukan sikap sosial dasar pada anak SD,
antara lain:

1.)      Ditinjau dari Dasar Ilmu Geografi


Geografi merupakan ilmu sosial yang mempelajari gejala di permukaan bumi, baik yang
bersifat fisik maupun yang menyangkut kehidupan makluk hidup beserta permasalahannya
melalui pendekatan keruangan, kelingkungan dan regional untuk kepentingan suatu progam,
proses dan keberhasilan pembangunan dalam konteks kehidupan sosial. Dalam Ilmu
Pengetahuan Sosial di tingkat Sekolah Dasar, ilmu Geografi  biasa dihubungkan dengan masalah
kelingkungan, khususnya mempelajari lingkungan sosial di sekitar tempat tinggal masing-
masing. Dari ilmu Georafi yang ada, seorang guru SD dapat membina, mengarahkan dan melatih
siswa agar siswa memiliki sikap-sikap sosial dasar pada lingkungan, antara lain:
a.)      Mengetahui keadaan lingkungan di sekitar tempat tinggal masing-masing.
b.)      Mengetahui letak suatu tempat yang berada di lingkungan sekitarnya.
c.)      Peka terhadap kegiatan bakti lingkungan di daerah masing-masing untuk membantu
       melestarikan alam dan lingkungan.
d.)     Mengetahui dan memperhatikan keadaan lingkungan sekolah beserta komponen yang ada di
      dalamnya.
e.)      Mengetahui bagaimana keadaan alam di lingkungan sekitarnya dan berupaya melakukan
kegiatan untuk mencegah kerusakan lingkungan dimulai dari kegiatan sederhana, misalnya
dengan membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya.

2.)      Ditinjau dari Dasar Ilmu Ekonomi


Secara umum, ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku individu dan
masyarakat dalam menentukan pilihan terhadap keterbatasan sumber pemenuhan kebutuhan
yang meliputi kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi. Secara khusus, ilmu ekonomi di
tingkat Sekolah Dasar dapat diartikan sebagai ilmu yang diharapkan dapat menanamkan sikap-
sikap dasar ekonomi dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Melalui ilmu ekonomi
yang termuat dalam Ilmu Pengetahuan Sosial SD, seorang anak dapat mengetahui dan melatih
diri untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial sederhana yang berkaitan dengan ilmu ekonomi,
misalnya:
a.)      Anak dapat memprioritaskan kegiatan atau kebutuhan yang perlu didahulukan.
b.)     Anak dapat membedakan mana yang termasuk kebutuhan pokok dan kebutuhan pelengkap.
c.)      Anak dapat melatih membiasakan diri untuk hidup hemat dengan cara menabung.
d.)     Di tingkat Sekolah Dasar juga sudah dikenalkan tentang mata uang dan macam-macam
kegiatan ekonomi, sehingga anak dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, pada saat anak disuruh ibunya membeli beras di toko sembako. Dari hal yang
sederhana tersebut anak sudah berlatih untuk melakukan kegiatan ekonomi dan berinteraksi
dengan sesama manusia.
3.)      Ditinjau dari Dasar Ilmu Sejarah
Ilmu sejarah adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial yang mempelajari tentang
peristiwa penting di masa lalu manusia. Di tingkat Sekolah Dasar, ilmu sejarah biasanya mulai
diberikan pada kelas 4 hingga kelas 6 yang di dalamnya berisi uraian secara singkat mengenai
sejarah bangsa Indonesia. Mulai dari sejarah perjuangan sampai pada sejarah kemerdekaan
Indonesia. Sehingga apabila dipandang dari segi intelektual, karena adanya ilmu sejarah, siswa
dapat mengetahui bagaimana kehidupan Indonesia pada masa lampau dan membandingkannya
dengan kehidupan Indonesia pada masa sekarang ini. Dipandang dari segi pengaplikasiannya
dalam kehidupan sehari-hari, ilmu sejarah juga memiliki peranan dalam pembentukan sikap
sosial dasar pada anak, antara lain:
a.)      Melatih anak untuk menghargai waktu dan kesempatan, karena waktu dan kejadian yang
       sudah terlewatkan tidak bisa terulang kembali.
b.)      Melatih anak untuk menghargai hasil karya orang lain, sebagai implementasi dari sikap
        menghargai jasa para pahlawan.
c.)      Membantu anak mengenal dan mengetahui sejarah asal-usul daerah tempat tinggal masing-
masing untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa memiliki terhadap daerah masing-masing.
4.)      Ditinjau dari Dasar Ilmu Sosiologi
Ilmu sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan sehari-hari sebagai
makhluk sosial yang di dalamnya mencakup materi mengenai interaksi sosial, perilaku soaial,
norma dan nilai sosial, peran sosial, mobilitas sosial, hingga pada stratifikasi sosial. Materi
tersebut secara keseluruhan akan dijelaskan ketika anak sudah berada pada jenjang pendidikan
SMP dan SMA. Namun, untuk anak tingkat Sekolah Dasar, yang diberikan pada umumnya
adalah tentang interaksi sosial, perilaku sosial dan peran-peran sosial. Sehingga dalam
praktiknya pada kehidupan sehari-hari, seorang anak dapat membangun dan mengembangkan
sikap-sikap sosial dasar melalui ilmu sosiologi yang telah terpadu dengan ilmu soaial yang
lainnya dalam Ilmu Pengetahuan Sosial SD. Adapun peran ilmu sosiologi dalam pembentukan
sikap sosial dasar pada anak SD antara lain sebagai berikut:
a.)      Siswa dapat melakukan interaksi dan komunikasi dengan sesama individu dan juga dengan suatu
kelompok.
b.)      Siswa dapat memiliki kesadaran sebagai makhluk sosial, yaitu tidak dapat hidup sendiri.
Sehingga siswa akan melatih diri untuk membantu orang lain dan menghargai bantuan dari orang
lain.
c.)      Siswa dapat mengetahui bagaimana cara bersosialisasi dengan baik,  sehingga mudah diterima di
kalangan teman bermainnya.
d.)     Di Sekolah Dasar juga sudah ada materi tentang pengenalan silsilah keluarga, sehingga dari
materi yang diperoleh tersebut siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
dalam lingkungan keluarga dengan cara menempatkan diri dalam keluarga sebagai seorang anak,
cucu, kakak atau sebagai seorang adik dan bertindak sesuia dengan peran yang seharusnya
dilakukan. Misalnya, sebagai seorang anak, harus mematuhi perintah orang tua.
e.)      Anak dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial di sekitarnya dengan
cara menciptakan hubungan sosial yang baik dan berlaku sopan serta menghargai terhadap teman
sebaya, tetangga, atau tokoh-tokoh masyarakat seperti ketua RT atau tokoh agama di
lingkungannya.

Selain itu, masih banyak hal-hal yang tercakup dalam Ilmu Pengetahuan Sosial yang
berperan dalam pembentukan sikap sosial dasar anak SD. Karena pada dasarnya Ilmu
Pengetahuan sosial merupakan kumpulan dari ilmu-ilmu sosial yang dipadukan dan di dalamnya
mencakup segala hal  yang berkaitan dengan aspek kehidupan sosial.
BAB IV
PENUTUP
A.    Simpulan
Ilmu Pengetahuan Sosial sangat penting diajarkan sejak tingkat Sekolah Dasar, untuk
membekali siswa dalam menjalani kehidupan di lingkungannya. Dalam hal ini Ilmu Pengetahuan
Sosial tidaklah berdiri sendiri melainkan merupakan kajian dan beberapa konsep Ilmu sosial
diantaranya geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan sebagainya. 
Dalam mengajarkan IPS di SD sangat memerlukan kreativitas dan kemampuan menganalisis dan
menyesuaikan dengan kajian dan lingkungan dimana anak hidup bersosial dan menjadi warga
negara yang baik. Dengan melihat berbagai peran IPS, maka penanaman nilai-nilai Sosial sangat
diharapkan untuk mewujudkan masyarakat yang dinamis dan maju.
B.     Saran
Pembentukan sikap sosial dasar pada anak dapat diwujudkan dengan cara
mengaplikasikan nilai yang terkandung dalam mata pelajaran sehari-hari di sekolah. Misalnya
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, yang di dalamnya memuat dasar-dasar ilmu sosial. Dari
ilmu-ilmu sosial tersebut anak dapat mempelajari dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan juga lingkungan masyarakat mulai dari usia
dini hingga pada saat anak hidup bermasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz wahab, dkk. 2005. Konsep dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.


Hernawan, A. H. (2008). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran . Jakarta: Universitas
Terbuka.
Purwanto, M. N. (2006). Ilmu Pendidikan Teoritis dan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sapriya. (2006). Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI PRESS.
Supriatna, N. (2007). Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI PRESS.
Wahyudin, H. D. (2007). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, U. S. (2008). Materi dan Pembelajaran
Tujuan dan manfaat IPS
 TUJUAN DAN MANFAAT IPS

Pendidikan IPS dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mengatasi masalah
sosial, sebab pendidikan IPS memiliki fungsi dan peran dalam meningkatkan sumber daya manusia
untuk memperoleh bekal pengetahuan tentang harkat dan martabat manusia sebagai mahluk sosial,
keterampilan menerapkan pengetahuan tersebut dan mampu bersikap berdasarkan nilai dan norma
sehingga mampu hidup bermasyarakat.
Definisi IPS (social studies) yang ditulis Komisi Studi Sosial dariNational Education
Association di Amerika Serikat memberikan batasan, bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang
berkaitan dengan perkembangan masyarakat dan manusia sebagai anggota masyarakat (Poerwito,
1992:3). Selanjutnya Edgar W. Wesley (1952) menyatakan bahwa IPS berasal dari ilmu-ilmu sosial
yang telah dipilih dan diadapasi sesuai kebutuhan persekolahan atau pengajaran lainnya. Sedangkan
menurut Numan Soemantri,Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi,
sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora,
pendidikan dan agama (Numan Soemantri, 2001)
   Tujuan IPS menurut NCSS

Tujuan utama social studies adalah membantu generasi muda mengembangkan kemampuan


pengetahuan dan keputusan yang rasional sebagai warga masyarakat yang beraneka budaya,
masyarakat demokratis dalam dunia yang saling berketergantungan (NCSS, 2008:2).
Menurut Waterwroth, (2007: 5)

menyebutkan bahwa tujuan social studies (IPS) adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga
negara  yang baik dalam kehidupannya di masyarakat, dimana secara tegas ia mengatakan "to
prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society"
 Menurut KTSP (2006)
 Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkung-
annya. 
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, 
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial kemanusiaan.
4.Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat 
yang majemuk dan ditingkat lokal, nasional dan global. 
 
Manfaat IPS
1)   Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di
masyarakat. 
2)  Membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun
alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat. 
3) Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat
dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian. 
4) Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap
pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut. 
5) Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS
sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.
 
Di sisi lain, melalui pembelajaran IPS diharapkan mampu dikembangkan aspek pengetahuan dan
pengertian (knowledge and understanding), aspek sikap dan nilai (atitude and value), dan aspek
keterampilan (skill) (Skeel, 1995; Jarolimek, 1993). Untuk skala Indonesia, maka tujuan IPS
khususnya pembelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar sebagimana tecantum dalam Kurikulum IPS-
SD Tahun 2006 adalah agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupannya sehari-hari (Depdiknas, 2006). Ilmu
pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya, yaitu
lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat,
dan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.  
 
contoh makalah fungsi dan peranan IPS- from ABANAT for HISTORY UNC

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tak terhingga kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
anugerah dan karunia-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada habibana wanabiyana
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, tabi’it tabi’in sampai pengikutnya yang setia sampai
akhir zaman.
Dengan penuh kerendahan hati kami mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Semoga iktikad baik kami dalam ikut menambahkan khazanah pengetahuan sosial kita sebagai
calon Pengajar SD melalui makalah ini benar-benar sesuai dengan aspirasi yang sedang
berkembang.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, mungkin juga terdapat kesalahan. Oleh
karena itu, semua kritik dan saran yang berguna bagi perbaikan makalah ini amatlah kami harapkan,
dari mana pun datangnya.
Akhirnya hanya kepada Allah jualah kami serahkan segalaya.

Kedudukan dan Peranan IPS di SD


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
IPS merupakan mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan
kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tatanegara dan sejarah (kurikulum, 1994) yang
bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya
dalm kehidupan sehari – hari, tetapi kenyataan dilapangan berbeda dengan yang diharapkan, IPS
dalam kehidupan, baik kalangan siswa maupun orang tua dianggap sesuatu yang tidak
membanggakan, contoh lain : IPS hanya sebagai hapalan belaka sehngga bosan, tidak dapat
menggunakan alat –alat kongkrit (fasif), tidak menjamin, sehingga yang amsuk IPS dianggap orang
– orang yang gagal, padahal tidak demikina eksistensi IPS dalam membentuk kepribadian dan
mengasah kecerdsan siswa.
Seorang guru SD yang kreatif dapat dilihat pada saat mengajar pelajaran IPS. Tidak selamanya
materi IPS dapat diceritakan dan dihafalkan, melainkan harus menggunakan nalar dan intelegensi
yang tinggi seperti belajar tentang geologi, geomorfologi, kosmografi. Tanpa berfikir yang rasional
dan nalar yang tinggi sangat sulit mengerti tentang bahan kajian tersebut. Tidak hanya pelajaran
eksak yang menjad tolak ukur kecerdasan siswa pelajaran IPS pun dapat dijadikan tolak ukur,
karena siswa yang cerdaslah yang dapat menelaah, menganalisa, dan mengambil suatu kesimpulan
terhadap suatu peristiwa sosial yang terjadi di masyarakat.
1.2. Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk :
1) Memahami dan menyadari akan pentingnya pengajaran IPS di Sekolah Dasar, karena
pemahaman yang benar akan dapat memberikan gambaran yang sebenarnya pengajaran IPS yang
dapat menarik keinginan siswa untuk mempelajarai pendidikan IPS.
2) Mengetahui dan memahami beberapa asumsi yang keliru bagi masyarakat terhadap pengajaran
IPS dan menjelaskan betapa pentingnya IPS dalam pendidikan dan pengajaran.
BAB II
KEDUDUKAN DAN PERANAN IPS DI SD
2.1. Kedudukan IPS di SD
2.1.1. Pengertian Ilmu Sosial
Sesuai dengan sebutannya sebagai ilmu, ilmu soial itu tekannanya kepada keilmuan yang
berkenaan denagn kehidupan masyarakt atau kehidupan sosial. Oleh karena itu Ilmu sosial ini
secara khusus di pelajari dan dikembankan ditingkat pendidikan tinggi.
Berkenaan denagn ilmu Sosial ini, Norma Mackenzie (1975) mengemukakan bahwa ilmu sosial
adalah semua bidang ilmu yang berkenaan denagn manusia dalam konteks sosialnya atau dengan
kata lain adalah semua bidang ilmu yang mempelajarai manusia sebagai anggota masyarakat.
Aspek – aspek kehidupan manusia sebagia anggota masyarakat antara lain meliputi :
- aspek antar hubungan manusia dalam kelompok
- aspek kejiwaan
- aspek kebutuhan materi
- aspek norma, peraturan dan hokum
- aspek pemerintahan dan kenegaraan
- aspek kebudayaan
- aspek kesejahteraan
- aspek komunikasi
- aspek kebijaksanaan dan kesejahteraan sosial
- aspek hubungan manusia dengan alam lingkungan
- aspek pengelolaan, pengurusan, pengaturan dan lain – lain
- aspek pendidikan
- dan aspek – aspek yang lainnya.
2.1.2. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
IPS seperti halnya IPA, Matematika, Bahasa Indonesia merupakan bidang studi. Dengan demikian
IPS sebagai bidang studi memiliki garapan yang dipelajari cukup luas. Bidang garapannya itu
melputi gejala – gejala dan masalah kehidupan manusia di masyarakat.
IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di
masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.
Sifat IPS sama dengan studi sosial yang praktis, interdisipliner dan diajarkan mulai dari pendidikan
dasar sampai perguruan tinggi. IPS yang diajarkan pada pendidikan dasar dan menengah, menjadi
dasar pengantar bagi mempelajari IPS / Studi Sosial ataupun ilmu Sosial di Perguruan Tinggi.
Bahkan dalam kerangka kerjanya dapat saling melengkapi. Hasil penelaahan IPS dapat
dimanfaatkan oleh ilmu sosial, dan sebaliknya hasil kajian ilmu sosial, dapat dimanfaatkan oleh IPS.
Dengan demikian antara ilmu sosial, studi sosial dan ilmu pengetahuan sosial ternyata terdapat
kaitan satu sama lainnya, sehingga terdapat persamaan dan perbedaan.
Keterikatan Materi IPS dengan materi Pelajaran lainnya.

2.2. Peran IPS di SD


Pemberian materi di SD diberikan oleh guru berdasarkan kurikulum pendidikan. Kurikulum
pendidikan IPS di SD di Indonesia sudah terjadi beberapa perubahan, dinataranya kurikulum IPS
SD tahun 1964, 1968, 1975, 1984, 1986, 1994, 2004, 2007.
Dari tiap-tipa perubahan itu mengalami peningkatan bagaimana seorang guru menyampaikan
kepada anak didiknya di SD. Contohnya, materi kurikulum IPS 1994 di tata secra lebih terpadu dan
lebih sederhana dari pada materi kurikulum IPS 1986 dan kurikulum IPS 1975 yang masih tampak
berdiri sendiri. Pada kurikulum IPS 1994 guru dituntut untuk bisa mengembangkan materi-materi
yang akan disampaikan, sedangkan pada kurikulum sebelumnya seorang lebih mengacu pada
metri-materi yang ada pada buku.
Ruang lungkup pengetahuan sosial meliputi:
1. Sistem sosial dan budaya
2. Manusia, tempat, dan lingkungan
3. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
4. Waktu, keterlanjutan, dan perubahan
5. Sistem berbangsa dan bernegara.

Standar kompetensi mata pelajaran pengetahuan sosial SD dan MI adalah kompetensi yang harus
dikuasai siswa setelah melalui proses pembelajaran pengetahuan sosial, antar lain :
1. Kemapuan memahami identitas diri dan keluraga dalam rangka berinteraksi di lingkungan rumah.
2. Kemampuan dalam menerapkan hak dan kewajiban, sikap saling menghormati dan hidup hemat
dalam keluraga serta memelihara lingkungan.
3. kemampuan memahami kronologis peristiwa penting dalm keluraga, kedudukan dalam keluraga
serta hak dan kewajiban dalam lingkungan masyarakat.
4. Kemapuan memahami keragaman suku bangsa dan budaya, perkembangan teknologi,
persebarab SDA,sosila,dan aktivitasnya dalam jula beli, menghargai peninggalan di lingkungan
setempat dan sikap kepahlawanan dan patroitisme, serta hak dan kewajiban warga negara.
5. Kemapuan memahami keragaman kemampuan alam sosial, budaya, dan kegiatan ekonomi di
Indonesia serta memahami, menghargai, dan melestarikan sejarah perjalanan bangsa Indonesia .
6. Kemampuan memahami peran masyarakat, sebagai potensi bangsa dalam mempertahankan
kemerdekaan, kegitan ekonomi negara Indonesia dan negara tetangga, kenampakkan alam dunia,
dan kedudukan masyarakat sebagi potensi bangsa dalam melaksanakan hak azasi manusia dan
nilai-nilai pancasila.

Dalam pelaksanaannya kurikulum 2004 ini terdapat sejumlah rambu-rambu yang harus diperhatikan
yaitu: (1) Dokumen standar kompetensi mata pelajaran Pengetahuan Sosial merupakan salah satu
pedoman bagi pengembangan kurikulum di daerah untuk menyusun silabus. (2) Pengorganisasian
materi menggunakan pendekatan kemasyarakatan yang meluas (expanding community approach)
yakni dimulai dari hal-hal yang terdekat dengan siswa (keluraga) ke hal-hal yang lebih jauh (global).
(3) Pembelajaran dalam mata pelajaran Pengetahuna Sosila menggunakan pendekatan terpadu
(integrated aspproach) dan pendekatan belajar kontekstual untuk mengembangkan dan
menngkatkan kecerdasan, sikap, serta keterampilan sosia;. Pendekata tersebut diwujudkan anmtara
lain melalui penggunaan metode inkuiri, eksploratif, dan pemecahan masalah. Metode –metode
pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan secara bervariasi di dalam atau di luar kelas dengan
memperhatikan ketersediaan sumber-sumber belajar.(4) Dalam Pembelajaran Pengetahuan sosial
perlu diikuti dengan paraktik belajar pengetahuan Sosila. Praktek belajar ini merupakan suatu
inovasi pembelajaran yang dirancang untuk memabnatu siswa agar memahami fakta, peristiwa,
konsep dan generalisasi melalui paraktik belajar secara empirik, yang disebut paraktik kesadaran
lingkungan.(5) Dalam pembelajaran Pengetahuan Sosila dapat menggunakan berbagai media yang
mempunyai potensial untuk menambah wawasa dalam konteks belajar serta meningkatkan hasila
belajar. Slide, film, radio, televisi, dan komputer yang dilengakapi dengan CD-Room dan hubungan
internet dapat dimanpaatkan untuk mengakses berbagai iNformasi tentang isu lokal, nasional dan
global.(6) Penilaian berbasis kelas dala mata pelajaran pengetahuan sosial diarahkan untuk
mengukur pencapain indicator hasil belajar. Selainpenilain tertulis (pencil and paper test) dapat juga
menggunakan model penilaian berdasarkan perbuatan (performance based assesment), penugasan
(project), produk (priduct) atau (portofolio).(7) alokasi waktu tiap hasil belajar dapat diorganisasikan
guru sesuia dengan alokasi yang diperlukan.(8) Urutan indikator dalam kurikulum 2004 dapat
disesuiakan dengan kebutuhan.
Demikian uraian IPS di sekolah Dasar, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir dan telah
melaksanakan dua macam kurikulum SD yakni kurikulum 1994 dan 2004.

Berdasarkan masukan dari lapangan pelaksanaan, kurikulum 2004 ynag dikenal Kurikulum Berbasis
kompetensi (KBK), belum sepenuhnya diterapkan di semua kelas, kelas II da VI masih
menggunakan kurikulum 1994.
Menurut Informasi dari beberapa guru SD yang telah melaksanakan KBK, masih dirasakan adanya
berbagai kendala seperti terbatasnya buku sumber; pendekatan pembelajaran yang masih
menggunakan cara konvesional dengan metode yang monoton, sehinnga siswa sulit dibawa untuk
ber-inkuiri, ber-disdcoveri dan ber-eksplorasi dalam proses pembelajaran. Namun dengan tekad dan
semangat yang kuat dari guru sebagai ujung tombak pembelajaran, dalam kurun waktu relatif
singkat akan adapat menerapkan pelaksanaan KBK ini sesuai rambu-rambu yang telah
dikemukakan di atas.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ilmu Pengetahuan Sosial sangat penting diajarkan sejak tingkat Sekolah Dasar, untuk membekali
siswa dalam menjalani kehidupan di lingkungannya. Dalam hal ini Ilmu Pengetahuan Sosial tidaklah
berdiri sendiri melainkan merupakan kajian dan beberapa konsep Ilmu sosial diantaranya geografi,
ekonomi, sosiologi, antropologi, dan sebagainya.
Dalam mengajarkan IPS di SD sangat memerlukan kreativitas dan kemampuan menganalisis dan
menyesuaikan dengan kajian dan lingkungan dimana anak hidup bersosial.
Dengan melihat berbagai peran IPS, maka penanaman nilai-nilai Sosial sangat diharapkan untuk
mewujudkan masyarakat yang dinamis dan maju.
3.2. Saran
Semoga makalah yang kami susun ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi
semua pembaca. Mengingta bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna begitupun dengan
penyusunnya maklah ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
konstruktif kami harapkan dari rekan – rekan maupun dari tim dosen yang bersangkutan demi
perbaikan dimasa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai