Anda di halaman 1dari 67

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak asing lagi bagi semua

orang. Terlebih lagi di era globalisasi yang dikenal dengan zaman

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini.

Berkembangnya IPTEK diikuti dengan berkembangnya pola pemikiran

masyarakat. Perkembangan pemikiran masyarakat seperti sekarang ini,

pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan, sebab

persaingan untuk mempertahankan hidup semakin ketat dengan sulitnya

lapangan kerja sebagai modal untuk mempertahankan hidup dan

melanjutkan keturunan. Dahulu, pendidikan dianggap kurang penting

karena tidak terlepas dengan kesulitan hidup, maka pada saat ini sesulit

apapun hidup yang dihadapi, pendidikan tetap harus menjadi prioritas yang

utama bagi semua orang khususnya bagi seluruh lapisan masyarakat

Indonesia.

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok di seluruh

proses pendidikan di sekolah. Belajar merupakan suatu proses yang

dilakukan oleh seseorang atau peserta didik untuk meningkatkan

kemampuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya melalui pengalaman

atau latihan, sehingga belajar merupakan perilaku peserta didik yang


12

beragam dan agar dikatakan sebagai proses belajar, peserta didik harus

mengalaminya sendiri (Suardi, 2018). Berhasil tidaknya pencapaian tujuan

pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang

dialami oleh peserta didik sebagai anak didik. Peserta didik adalah penentu

terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar, berhasil atau gagalnya

pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada proses belajar dan

mengajar yang dialami peserta didik dan guru, baik ketika peserta didik itu

di sekolah maupun di lingkungan keluarganya sendiri.

Pengertian belajar tersebut, peserta didik juga memiliki peranan

penting dalam proses belajar selain guru. Melihat sejauh mana

keberhasilan peserta didik dalam belajar, guru melakukan kegiatan

penilaian yang dapat disebut sebagai penilaian hasil belajar. Penilaian hasil

belajar peserta didik pada tingkat pendidikan meliputi aspek sikap,

pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian hasil belajar oleh guru dilakukan

dalam bentuk ulangan, pengamatan, penugasan, dan bentuk lainnya

(Mustika et al., 2021). Namun demikian, ada faktor-faktor yang

memengaruhi keberhasilan peserta didik dalam belajar. Faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik antara lain: (1)

kecerdasan anak; (2) kesiapan atau kematangan anak; (3) bakat anak; (4)

kemauan belajar; (5) minat anak; (6) model penyajian materi; (7) pribadi

dan sikap guru; (8) suasana belajar; (9) kompetensi guru; dan (10) kondisi

masyarakat. Dari sepuluh faktor tersebut, kecerdasan yang dimiliki anak


13

memiliki pengaruh yang besar terhadap pemerolehan hasil belajarnya

(Susanto, 2019).

Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu

atau anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk

memecahkan permasalahan yang dihadapinya dengan baik (Sternberg,

2018). Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki peserta didik dapat

memengaruhi pemahaman peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan

oleh guru sehingga akan berpengaruh juga pada tinggi rendahnya hasil

belajar yang diperolehnya meskipun tidak akan terlepas oleh faktor

lainnya. Seperti yang diungkapkan Wadji et al., (2018) bahwa tingkat hasil

belajar peserta didik lebih dipengaruhi oleh faktor internal dari diri peserta

didik sendiri dibandingkan faktor eksternal, dimana 70% hasil belajar

peserta didik dipengaruhi oleh diri peserta didik sendiri dan 30%

dipengaruhi oleh lingkungan sekitar peserta didik. Masing-masing

kecerdasan memainkan peran penting dalam meningkatkan hasil belajar

peserta didik.

Potensi kecerdasan yang dimiliki oleh seorang anak banyak

macamnya. Gardner (Al Hosni & Al-Manthari, 2021) mengidentifikasi

sembilan kecerdasan yang dimiliki manusia yaitu: kecerdasan linguistik-

verbal, kecerdasan matematis-logis, kecerdasan spasial, kecerdasan

musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan naturalis, kecerdasan

intrapersonal, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan eksistensial.

Sembilan kecerdasan itu sering dikerucutkan menjadi tiga kecerdasan


14

yaitu: (1) IQ (intelligence Quotient) yang mencangkup kecerdasan

matematik-logis dan kecerdasan linguistik-verbal. (2) EQ (Emotional

Quotient) yang mencangkup kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan

interpersonal. (3) SQ (Spiritual Quotient) yang mencangkup kecerdasan

eksistensial. Namun dari ketiga kecerdasan tersebut, kecerdasan emosi

yang terdiri dari kecerdasan intrapersonal dan interpersonal adalah aspek

kecerdasan yang lebih menentukan keberhasilan seseorang. Apabila hal ini

dikaitkan dalam proses belajar, dua kecerdasan ini dapat dijadikan faktor

yang memengaruhi hasil belajar peserta didik terhadap suatu mata

pelajaran.

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan

dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal yaitu kecerdasan dalam

memahami proses belajar mengajar dengan berinteraksi dengan orang lain

secara efektif (Sener & Çokçaliskan, 2018). Permendikbud No. 137 Tahun

2014, kecerdasan interpersonal dapat dikategorikan sebagai salah satu

kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam aspek perkembangan sosial

dan emosional. Kecerdasan ini sangat penting dimiliki, karena manusia

merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa individu lain.

Peserta didik yang memiliki kecerdasan interpersonal yang baik

memiliki kemampuan dalam bekerjasama dengan teman-temanya di kelas,

menyukai kegiatan berkelompok, dan memiliki kemampuan dalam

berkomunikasi dengan orang lain. Dengan kecerdasan ini peserta didik

akan lebih mudah mengikuti pembelajaran di dalam kelas. Misalnya


15

apabila peserta didik mengalami ketidaktahuan mengenai suatu mata

pelajaran tertentu, mereka tidak segan untuk meminta bantuan teman

lainnya untuk menerangkan kembali untuknya. Hal ini memudahkan

peserta didik dalam memahami suatu mata pelajaran tersebut dengan

cepat. Dengan tingkat pemahaman ini tentunya akan berdampak pada hasil

belajar yang diperoleh peserta didik.

Pengembangan kecerdasan interpersonal hendaknya dilakukan dari

pendidikan tingkat dasar yang diintegrasikan melalui mata pelajaran di

sekolah. Pada sistem pendidikan di Indonesia, pendidikan dasar

merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan

menengah. Salah satu bentuk dari pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar

(SD). Sebagai pendidikan dasar, SD memuat beberapa mata pelajaran yang

tercantum dalam kurikulum pendidikan dasar pada pasal 37 ayat 1 UU RI

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang terdiri

dari: (a) pendidikan agama; (b) pendidikan kewarganegaraan; (c) bahasa;

(d) matematika; (e) ilmu pengetahuan alam; (f) ilmu pengetahuan sosial;

(g) seni dan budaya; (h) pendidikan jasmani dan olahraga; (i)

keterampilan/kejuruan; dan (j) muatan lokal.

Dari penjabaran tersebut, salah satu mata pelajaran yang wajib

diajarkan dalam pendidikan Sekolah Dasar (SD) adalah Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS). Pembelajaran IPS diupayakan dapat terselenggara secara

interaktif antara guru dan siswa, memberikan inspiratif bagi siswa, siswa

melakukan aktivitas belajar sehingga belajar itu menyenangkan, belajar itu


16

menantang, memotivasi siswa untuk belajar, dan berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi siswa untuk prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 22 Tahun 2016)

Mata pelajaran IPS salah satu mata pelajaran yang diterapkan pada

kurikulum merdeka belajar. Pembelajaran IPS yang bersifat abstrak beisi

tentang materimateri sosial humaniora. Mata pelajaran IPS dilaksanakan

pada kurikulum merdeka belajar sudah tidak dilaksanakan dalam tema lagi

atau bisa dibilang sudah berdiri sendiri, sehingga peserta didik dan guru

beradaptasi pada materi IPS kurikulum merdeka (Kemendikbud, 2019).

IPS merupakan mata pelajaran dengan rumpun sosial yang

memiliki keterkaitan dengan kecerdasan interpersonal. Pembelajaran IPS

setidaknya terdapat tiga kecerdasan yang memiliki keterkaitan yang erat

dengan pembelajaran IPS di sekolah. Satu di antara kecerdasan tersebut

yaitu kecerdasan interpersonal. Pembelajaran IPS di SD pada dasarnya

bertujuan untuk membina peserta didik agar dapat memahami potensi yang

dimiliki dalam berbagai aspek kehidupannya, menghayati pentingnya

sikap bermasyarakat serta mampu berperan sebagai insan sosial yang baik

di lingkungan tempat tinggalnya (Yusrizal & Fatmawati, 2020).

Mata pelajaran IPS harus dapat membawa peserta didik kepada

kenyataan hidup yang sebenarnya yang dapat dihayati. Senada dengan itu,

Adnyana (2020) menyatakan bahwa IPS sebagai program pendidikan dan


17

bidang pengetahuan, tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial semata,

melainkan membina atau menempah peserta didik menjadi warga negara

yang memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat, bangsa dan negara.

Pembelajaran IPS tidak hanya membekali peserta didik dengan

pengetahuan sosial, melainkan lebih jauh daripada itu berupaya membina

dan mengembangkan menjadi warga Indonesia yang berketerampilan

sosial dan berintelektual sebagai warga negara yang memiliki perhatian

serta kepedulian sosial yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan

nasional. Oleh karena itu, pembelajaran IPS harus disusun secara

sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju

kedewasaan dan keberhasilan peserta didik dalam kehidupan di

masyarakat. Salah satunya dengan melibatkan kecerdasan interpersonal di

dalam proses pembelajarannya. Hal ini disebabkan adanya keterkaitan

tujuan-tujuan pembelajaran IPS tersebut dengan konsep-konsep maupun

dimensi-dimensi yang terdapat dalam kecerdasan interpersonal.

Peneliti melakukan observasi di SD Muhammadiyah Tonggalan

Kecamatan Klaten pada tanggal 25 September 2023 melalui wawancara

terhadap guru, dengan pertanyaan “Bagaiman antusiasme peserta didik

saat pembelajaran IPS?”. Guru menyatakan bahwa peserta didik masih

rendah antusiasmenya dalam mengikuti pembelajaran IPS, sehingga

berpengaruh pada hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Peserta didik

kurang memperhatikan ketika guru menjelaskan materi, dan kurang aktif

dalam sesi tanya jawab”.


18

Diketahui bahwa masing-masing sekolah menentukan KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk mata pelajaran IPS beragam, dan

hasil belajar peserta didik masih dalam kategori kognitif rendah, dimana

masih ada 37,50% (12 peserta didik) yang mendapatkan nilai di bawah

KKM dan ada 62,50% (20 peserta didik) yang memenuhi KKM. Kondisi

ideal yang diharapkan dari hasil belajar IPS di sekolah belum sesuai

dengan harapan, karena aktivitas peserta didik dalam belajar IPS sangat

diperlukan sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah

sikap dan tingkah laku dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan.

Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam

interaksi belajar mengajar baik aktivitas guru maupun peserta didik dan

juga adanya sumber belajar yang menunjang terlaksananya aktivitas guru

maupun peserta didik. Namun, kenyataannya aktivitas peserta didik pada

saat pembelajaran berlangsung sangat rendah, sehingga berakibat pada

rendahnya hasil belajar IPS.

Permasalahan lain ditemukan kenyataan di lapangan ada sebagian

besar peserta didik kurang akrab dengan peserta didik lain. Selain itu hasil

wawancara dengan guru menyatakan bahwa peserta didik yang pintar lebih

suka bekerja sendiri daripada secara berkelompok, peserta didik masih

kesulitan dalam mengungkapkan kesimpulan, sehingga harus dibantu oleh

guru, dan beberapa peserta didik masih perlu bimbingan guru ketika diberi

soal latihan yang cukup mudah. Jika peserta didik kesulitan untuk

bersosialisasi bersama temannya, maka akan merugikan peserta didik


19

tersebut dan akan menyebabkan hasil belajar yang diperolehnya tidak

sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peserta didik tersebut.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh signifikan antara kecerdasan interpersonal terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika (Hikmah & Eva, 2021).

Hasil penelitian Irwansyah (2018) menunjukkan bahwa ada hubungan

antara kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan

intrapersonal dengan hasil belajar Pendidikan Jasmani. Selanjutnya

penelitian Laviyanto et al., (2022) menunjukkan bahwa kecerdasan

emosional dan interpersonal berpengaruh signifikan tehadap hasil belajar

PAI. Penelitian tentang kecerdasan interpersonal telah banyak dilakukan,

namun hal ini tetap menjadi suatu hal yang menarik untuk dijadikan

sebuah penelitian terlebih ada perbedaan hasil dari penelitian terdahulu.

Kecerdasan interpersonal harus dipandang sebagai sifat-sifat yang

perlu dikembangkan pada diri setiap anak atau peserta didik, apapun bakat

dan kemampuannya demi memastikan bahwa pada puncaknya anak bisa

menjadikan bakat dan kemampuannya itu untuk memperoleh kesuksesan

dan kebahagiaan hidup. Hasil belajar harus berorientasi pada

pengembangan potensi kecerdasan peserta didik bukan semata-mata pada

satu jenis kecerdasan saja. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran IPS perlu adanya pembuktian tentang kontribusi kecerdasan

interpersonal terhadap pembelajaran IPS, khususnya pada aspek hasil

belajar. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan


20

penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Interpersonal

terhadap Hasil Belajar IPS Peserta Didik Kelas V di SD

Muhammadiyah Tonggalan Kecamatan Klaten”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, ada beberapa hal

yang dapat diidentifikasi dari permasalahan tersebut yaitu:

1. Masih rendahnya antusias peserta didik dalam mengikuti

pembelajaran IPS, sehingga berpengaruh pada hasil belajar yang

diperoleh peserta didik.

2. Hasil belajar IPS masih dalam kategori kognitif rendah, dimana masih

banyak peserta didik yang mendapatkan nilai di bawah KKM.

3. Sebagian besar peserta didik kurang akrab dengan peserta didik lain.

4. Peserta didik yang pintar lebih suka bekerja sendiri daripada secara

berkelompok, peserta didik masih kesulitan dalam mengungkapkan

kesimpulan, sehingga harus dibantu oleh guru.

5. Beberapa peserta didik masih perlu bimbingan guru ketika diberi soal

latihan yang cukup mudah.

6. Belum diketahui pengaruh kecerdasan interpersonal terhadap hasil

belajar IPS peserta didik kelas V SD Muhammadiyah Tonggalan

Kecamatan Klaten.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dipaparkan, peneliti membatasi penelitian pada:


21

1. Subjek dibatasi pada peserta didik kelas V.

2. Tempat penelitian dilakukan di SD Muhammadiyah Tonggalan

Kecamatan Klaten.

3. Hasil belajar dibatasi pada mata pelajaran IPS.

4. Variabel bebas dibatasi pada kecerdasan interpersonal.

5. Variabel terikat dibatasi pada hasil belajar IPS pada nilai raport.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah disampaikan, rumusan

masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh kecerdasan interpersonal terhadap hasil belajar

IPS peserta didik kelas V SD Muhammadiyah Tonggalan Kecamatan

Klaten?

2. Seberapa besar pengaruh kecerdasan interpersonal terhadap hasil

belajar IPS peserta didik kelas V SD Muhammadiyah Tonggalan

Kecamatan Klaten?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai denngan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut


22

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kecerdasan interpersonal

terhadap hasil belajar IPS peserta didik kelas V SD

Muhammadiyah Tonggalan Kecamatan Klaten.

2. Untuk mengetahui besarnya persentase pengaruh kecerdasan

interpersonal terhadap hasil belajar IPS peserta didik kelas V SD

Muhammadiyah Tonggalan Kecamatan Klaten.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara

teoretis maupun praktis sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan bukti bahwa kecerdasan interpersonal berpengaruh

terhadap hasil belajar IPS peserta didik.

b. Khasanah dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi

manfaat terhadap ilmu dan pengembangan pendidikan,

khususnya mengenai pengaruh kecerdasan interpersonal

terhadap hasil belajar IPS peserta didik sekolah dasar. Selain itu,

penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai literatur

dalam pelaksanaan penelitian yang relevan di masa yang akan

datang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan

bahan bagi guru sekolah dalam memberikan layanan terkait


23

kecerdasan interpersonal terhadap hasil belajar IPS peserta

didik.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

guru dalam memahami tingkat kecerdasan interpersonal

terhadap hasil belajar IPS peserta didik, sehingga guru dapat

membantu peserta didik dalam mengembangkan dan

meningkatkan kecerdasan interpersonal dan hasil belajar

IPS.

b. Bagi Peserta Didik

1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

informasi untuk memperdalam pemahaman tentang

pengaruh kecerdasan interpersonal terhadap hasil belajar

IPS peserta didik.

2) Hasil penelitian ini membantu peserta didik untuk

mengetahui sejauh mana tingkat kecerdasan interpersonal

dan hasil belajar IPS yang dimilikinya, sehingga dapat

membangun serta mengembangkan kecerdasan

interpersonal dan hasil belajar IPS yang dimilikinya agar

menjadi lebih baik.

c. Bagi Peneliti
24

Memberi pengetahuan bagi peneliti mengenai pengaruh

kecerdasan interpersonal terhadap hasil belajar IPS peserta

didik.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan referensi

jika melakukan penelitian sejenis, terkait pengaruh kecerdasan

interpersonal terhadap hasil belajar IPS peserta didik.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Hasil Belajar

a. Hasil Belajar

Interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang

dilakukan secara sadar, terencana baik didalam maupun di luar

ruangan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik ditentukan

oleh hasil belajar. Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk

menentukan nilai belajar peserta didik melalui kegiatan penilaian

dan/atau pengukuran hasil belajar. Tujuan utamanya adalah untuk

mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik

setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat


25

keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa

huruf atau kata atau simbol (Akhiruddin et al., 2020).

Hasil belajar merupakan dasar untuk mengukur dan

melaporkan prestasi akademik peserta didik, serta merupakan kunci

dalam mengembangkan desain pembelajaran selanjutnya yang

lebih efektif yang memiliki keselarasan antara apa yang akan

dipelajari peserta didik dan bagaimana mereka akan dinilai

(Murdaningrum, 2021). Sebagai sebuah produk akhir dari proses

pembelajaran, hasil belajar dinilai dapat menunjukkan apa yang

telah peserta didik ketahui dan kembangkan. Hasil belajar adalah

hasil dari penyelesaian proses pembelajaran, dimana lewat

pembelajaran peserta didik dapat mengetahui, mengerti, dan dapat

menerapkan apa yang dipelajarinya. Hasil belajar juga merupakan

laporan mengenai apa yang didapat pembelajar setelah selesai dari

proses pembelajaran. Terdapat beberapa indikator yang digunakan

dalam mengukur hasil belajar peserta didik. Pendapat yang paling

terkemuka adalah yang disampaikan oleh Bloom yang membagi

klasifikasi hasil belajar dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotorik (Komalasari & Zulkifli, 2021).

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau

pemekaran dari kemampuan-kemampuan atau kecakapan-

kecakapan potensial (kapasitas) yang dimiliki seseorang.

Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari


26

perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan,

keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Pembelajaran

dikatakan berhasil dengan baik didasarkan pada pengakuan bahwa

belajar secara esensial merupakan proses yang bermakna, bukan

sesuatu yang berlangsung secara mekanik belaka, tidak sekedar

rutinisme (Kurniawati & Utomo, 2021).

Evaluasi hasil belajar memiliki sasasaran berupa ranah-

ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan

berdasarkan hasil beajar peserta didik secara umum

diklasifikasikan menjadi tiga yakni: ranah kognitif, ranah afektif,

dan ranah psikomotorik. Hasil belajar akan tampak pada beberapa

aspek antara lain:pengetahuan, pengertian, kebiasaan,

keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis

atau budi pekerti, dan sikap. Seseorang yang telah melakukan

perbuatan belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan dalam

salah satu atau bebarapa aspek tingkah laku sebagai akibat dari

hasil belajar (Akhiruddin et al., 2020).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah perubahan tingkah laku ke arah yang lebih

baik, setelah belajar orang akan memiliki keterampilan, sikap, dan

nilai. Penilaian dalam pembelajaran yang dimaksudkan untuk

mencapai tujuan pembelajaran dalam aspek afektif, kognitif, dan

psikomotorik memiliki indikator pengukuran capaian pembelajaran


27

yang berbeda-beda. Penilaian yang dilakukan akan menjadi acuan

untuk mengukur capaian kompetensi, laporan kemajuan hasil

belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Hal ini akan

menjadi tolok ukur kesuksesan strategi pembelajaran yang

diterapkan dinilai sesuai dan mencapai tujuan pembelajaran.

b. Hasil Belajar IPS

Manusia akan belajar untuk memperoleh hasil lebih baik

lagi kedepannya akibat dari pengalaman yang telah berlalu di masa

lampau. Tentu saja, mereka berusaha melalui proses belajar yang

mereka dapatkan dengan catatan mereka tidak mengulangi

pengalaman yang mereka anggap kurang baik dalam hidup mereka

di kedepannya. Sama halnya dengan belajar IPS, seorang anak

kelas V saat belajar IPS awalnya memiliki nilai yang kurang

memuaskan. Lalu belajar dari pengalamannya tentang bagaimana

cara mendapatkan hasil yang memuaskan dalam materi IPS.

Akhirnya mau berproses dengan cara meringkas kemudian

membacanya perlahan demi perlahan dan sebagai tambahan belajar

kelompok dengan teman-temannya. Saat ulangan IPS dengan

materi berikutnya, sudah menguasai materi, maka dituangkan

semua materi yang dipelajari di lembar ulangan. Hasilnya,

memperoleh nilai tertinggi di kelasnya.

Pembelajaran IPS di sekolah dasar dimaksudkan agar siswa

dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan contoh sikap


28

sebagai bekal untuk menghadapi hidup dengan segala

tantangannya. Selain itu, diharapkan melalui pembelajaran IPS

kelak siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir logis

dan kritis dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi di

masayarakat. IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan

lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh

dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada

berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan

sekitarnya. Pada jenjang pendidikan dasar, pemberian mata

pelajaran IPS dimaksudkan untuk membekali siswa dengan

pengetahuan dan kemampuan praktis, agar mereka dapat menelaah,

mempelajari dan mengkaji fenomena-fenomena serta masalah

sosial yang ada di sekitar mereka

Dengan demikian, sehubungan dengan pengertian hasil

belajar dan pembelajaran IPS yang telah dijabarkan di atas dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar IPS merupakan hasil optimal

siswa baik dalam aspek kognitif, afektif, ataupun psikomotorik

yang diperoleh siswa setelah memperlajari IPS dengan jalan

mencari berbagai informasi yang dibutuhkan baik berupa

perubahan tingkah laku, pengetahuan, maupun keterampilan

sehingga siswa tersebut mampu mencapai hasil maksimal

belajarnya sekaligus memecahkan masalah yang berkaitan dengan

masalah sosial dan menerapkannya dalam kehidupan masyarakat.


29

2. Kecerdasan Interpersonal

a. Pengertian Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk

memahami orang lain; apa yang memotivasi mereka, bagaimana

mereka bekerja, dan bagaimana bekerja sama dengan mereka

(González-Treviño et al., 2020). Kecerdasan interpersonal

merupakan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan

orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi

dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan

lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan semacam ini juga sering

disebut sebagai kecerdasan sosial, yang selain kemampuan

menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga mencakup

kemampuan seperti memimpin, mengorganisasi, menangani

perselisihan antarteman, memperoleh simpati dari peserta didik

yang lain, dan sebagainya (Uno & Umar, 2023).

Inti kecerdasan interpersonal mencakup kemampuan untuk

membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati,

temperamen, motivasi dan hasyrat keinginan orang lain. Namun

menurut Gardner, kecerdasan antarpribadi ini lebih menekankan

pada aspek kognisi atau pemahaman, sementara faktor emosi atau

perasaan kurang diperhatikan. Gardner juga meyakini bahwa

kecerdasan-kecerdasan dapat dipupuk di dalam setiap manusia.

Meskipun setiap individu lebih baik dalam bentuk kecerdasan


30

tertentu, kita semua dapat dengan mediasi dan pengalaman yang

tepat, terus mengembangkan kemampuan selama hidup (Sinaga &

Doang, 2020).

Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan

mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi,

serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada

ekspresi wajah, suara, dan gerak isyarat. Kemampuan membedakan

berbagai macam tanda interpersonal: dan kemampuan menanggapi

secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu,

misalnya, mempengaruhi sekelompok orang untuk melakukan

tindakan tertentu (Purnamasri, 2020). Kecerdasan interpersonal

merupakan kemampuan untuk memahami dan membuat perbedaan-

perbedaan pada suasana hati, maksud, motivasi, dan perasaan

terhadap orang lain. Hal ini dapat mencakup kepekaan terhadap

ekspresi wajah, suara, dan gerak tubuh; kemampuan untuk

membedakan berbagai jenis isyaratisyarat tersebut dalam beberapa

cara pragmatis (misalnya, untuk mempengaruhi sekelompok orang

agar mengikuti jalur tertentu dari suatu tindakan) (Bahri &

Adiansha, 2020). Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan

untuk memahami orang lain; apa yang memotivasi mereka,

bagaimana mereka bekerja, dan bagaimana bekerja sama dengan

mereka (Hajhashemi et al., 2018).


31

Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan seseorang

untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk

memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah

bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan

semacam ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, yang

selain kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan

teman juga mencakup kemampuan seperti memimpin,

mengorganisasi, menangani perselisihan antarteman, memperoleh

simpati dari peserta didik yang lain, dan sebagainya. Kecerdasan

interpersonal berkaitan dengan “keterampilan bergaul” yang

dimiliki, kemampuan kita beratraksi dan bergaul baik dengan orang

lain. Mereka yang berperan dengan baik dalam ranah ini biasanya

bertanggung jawab dan dapat diandalkan, mereka membangkitkan

kepercayaan dan menjalankan perannya dengan baik sebagai

bagian dari suatu kelompok (Pasaribu, 2018).

Berdasarkan paparan teori yang dikemukakan tersebut dapat

disintesiskan bahwa kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan

antarpribadi sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang untuk

menciptakan, membangun dan mempertahankan relasi serta

menghadapi orang lain ataupun lingkungan sosial dengan cara yang

efektif, sehingga tercipta hubungan yang harmonis.

b. Ciri-ciri Kecerdasan Interpersonal


32

Kecerdasan interpersonal memungkinkan kita untuk bisa

memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, melihat

perbedaan dalam mood, temperamen, motivasi dan kemampuan.

Termasuk juga kemampuan untuk membentuk dan juga menjaga

hubungan, serta mengetahui berbagai peranan yang terdapat dalam

suatu kelompok, baik sebagai anggota maupun pemimpin. Berikut

ini ciri-ciri kecerdasan interpersonal antara lain: (1) punya banyak

teman, mudah bergaul, (2) sangat mengenal lingkungan, mudah

terlibat dalam kegiatan kelompok, (3) berperan sebagai penengah

keluarga ketika terjadi perselisihan, (4) mampu bekerja,

berhubungan secara efektif dan mengerti orang lain, (5) bersimpati

dan empati, memberikan perhatian pada orang lain, dan (6) unggul

dalam pelajaran ilmu sosial (Majdi & Ichsan, 2019).

Ciri-ciri kecerdasan interpersonal yang dikemukakan oleh

Mustakim & Pratiwi (2021), yaitu: (1) Terikat dengan orang tua

dan berinteraksi dengan orang lain. (2) Membentuk dan menjaga

hubungan sosial. (3) Mengetahui dan menggunakan cara cara yang

beragam dalam berhubungan dengan orang lain. (4) Merasakan

perasaan, pikiran, motivasi, tingkah Iaku dan gaya hidup orang

lain. (5) Berpartisipasi dalam kegiatan kolaboratif dan menerima

bermacam peran yang perlu dilaksanakan oleh bawahan sampai

pimpinan, dalam suatu usaha bersama. (6) Mempengaruhi pendapat

dan perbuataan orang lain. (7) Memahami dan berkomunikasi


33

secara efektif, baik dengan cara verbal maupun nonverbal. (8)

Menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan grup yang berbeda dan

juga umpan balik (feedback) dari orang lain. (9) Menerima

perspektif yang bermacam-macam dalam masalah sosial dan

politik. (10) Mempelajari ketrampilan yang berhubungan dengan

penengah sengketa (mediator), berhubungan dengan

mengorganisasikan orang untuk bekerjasama ataupun bekerja sama

dengan orang dari berbagai macam background dan usia. (11)

Tertarik pada karir yang berorientasi interpersonal seperti

mengajar, pekerjaan sosial, konseling, manajemen atau politik. (12)

Membentuk proses sosial atau model yang baru.

Karakteristik atau ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan

interpersonal yang tinggi yaitu: (1) Mampu mengembangkan dan

menciptakan relasi sosial baru secara efektif. (2) Mampu berempati

dengan orang lain atau memahami orang lain secara total. (3)

Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif sehingga

tidak musnah dimakan waktu dan senantiasa berkembang semakin

intim/mendalam, serta penuh makna. (4) Mampu menyadari

komunikasi verbal maupun non-verbal yang dimunculkan orang

lain, atau dengan kata lain sensitif terhadap perubahan sosial dan

tuntutan-tuntutannya, sehingga anak mampu menyesuaikan dirinya

secara efektif dalam segala macam situasi. (5) Mampu

memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosialnya dengan


34

pendekatan win-win solution, serta yang paling penting adalah

mencegah munculnya masalah dalam relasi sosialnya. (6) Memiliki

keterampilan komunikasi yang mencakup keterampilan

mendengarkan efektif, berbicara efektif dan menulis efektif.

Termasuk pula didalamnya mampu menampilkan penampilan fisik

(model busana) yang sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya

(Tartila & Aulia, 2021).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa ciri-ciri seseorang yang memiliki kecerdasan intrapersonal

tinggi menunjukkan (1) punya banyak teman, mudah bergaul, (2)

sangat mengenal lingkungan, mudah terlibat dalam kegiatan

kelompok, (3) berperan sebagai penengah keluarga ketika terjadi

perselisihan, (4) mampu bekerja, berhubungan secara efektif dan

mengerti orang lain, (5) bersimpati dan empati, memberikan

perhatian pada orang lain, dan (6) unggul dalam pelajaran ilmu

sosial.

c. Dimensi Kecerdasan Interpersonal

Muhanifah & Fatah (2020) mengemukakan bahwa

kecerdasan interpersonal mempunyai tiga dimensi utama, dimana

ketiga dimensi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh serta

ketiganya saling mengisi satu sama lainnya.

1) Social Sensitivity
35

Kemampuan untuk merasakan dan mengamati reaksi-

reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkanya baik

secara verbal maupun non verbal. Anak yang memiliki

sensitivitas yang tinggi akan mudah memahami dan menyadari

adanya reaksi-reaksi tertentu dari orang lain, entah reaksi

tersebut positif maupun negatif. Adapun indikator dari

sensivitas sosial itu sendiri menurut Safari adalah sebagai

berikut:

a) Sikap Empati

Empati adalah pemahaman kita tentang orang lain berdasarkan

sudut pandang, prespektif, kebutuhan-kebutuhan, pengalaman-

pengalaman orang tersebut. Oleh sebab itu sikap empati sangat

dibutuhkan di dalam proses bersosialisasi agar tercipta suatu

hubungan yang saling menguntungkan dan bermakna.

b) Sikap Prososial

Prososial adalah tindakan moral yang harus dilakukan secara

kultural seperti berbagi, membantu seseorang yang

membutuhkan, bekerja sama dengan orang lain dan

mengungkapkan simpati.

2) Social Insight

Kemampuan seseorang untuk memahami dan mencari

pemecahan masalah yang efektif dalam satu interaksi sosial,

sehingga masalah tersebut tidak menghambat apalagi


36

menghancurkan relasi sosial yang telah di bangun. Di

dalamnya juga terdapat kemampuan dalam memahami situasi

sosial dan etika sosial, sehingga anak mampu menyesuaikan

dirinya dengan situasi tersebut. Pondasi dasar dari social

insight ini adalah berkembangnya kesadaran diri anak secara

baik. Kesadaran diri yang berkembang ini akan membuat anak

mampu memahami keadaan dirinya, baik keadaan internal

maupun eksternal seperti menyadari emosi-emosinya yang

sedang muncul atau menyadari penampilan cara berpakainya

sendiri, cara bicaranya danintonasi suaranya. Adapun indikator

dari social insight adalah:

a) Kesadaran diri

Kesadaran diri adalah mampu menyadari dan menghayati

totalitas keberadaanya di dunia seperti menyadari

keinginannya, cita-citanya, harapan-harapannya dan tujuanya

dimasa depan. Kesadaran diri ini sangat penting dimiliki oleh

anak karena kesadaran diri memiliki fungsi monitoring dan

fungsi kontrol diri.

b) Pemahaman situasi sosial dan etika sosial

Bertingkah laku tentunya harus diperhatikan mengenai situasi

dan etika sosial pemahaman ini mengatur perilaku mana yang

harus dilakukan dan perilaku mana yang dilarang untuk

dilakukan. Aturan-aturan ini mencangkup banyak hal seperti


37

bagaimana etika dalam bertamu, berteman, makan, minum,

meminjam, minta tolong dan masih banyak hal lainnya.

c) Keterampilan pemecahan masalah

Menghadapi konflik interpersonal, sangatlah dibutuhkan

keterampilan dalam pemecahan masalah. Semakin tinggi

kemampuan anak dalam memecahkan masalah, maka akan

semakin positif hasil yang akan di dapatkan dari penyesalan

konflik antar pribadi tersebut.

3) Social communication

Keterampilan komunikasi sosial merupakan

kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi

dalam menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang

sehat. Dalam proses menciptakan, membangun dan

mempertahankan relasi sosial, maka seseorang membutuhkan

sarananya. Tentu saja sarana yang digunakan adalah melalui

proses komunikasi, yang mencangkup baik komunikasi verbal,

non verbal maupun komunikasi melalui penampilan fisik.

Keterampilan komunikasi yang harus dikuasai adalah

keterampilan mendengarkan efektif, keterampilan berbicara

efektif, keterampilan public speaking dan keterampilan

menulis secara efektif.

a) Komunikasi efektif
38

Komunikasi merupakan sarana yang paling penting dalam

kehidupan manusia. Komunikasi harus dimiliki seseorang

yang menginginkan kesuksesan dalam hidupnya. Ada

empat keterampilan komunikasi dasar yang perlu dilatih,

yaitu memberikan umpan balik, mengungkapkan perasaan,

mendukung dan menanggapi orang lain serta menerima

diri dan orang lain.

b) Mendengarkan efektif

Salah satu keterampilan komunikasi adalah keterampilan

mendengarkan. Mendengarkan membutuhkan perhatian

dan sikap empati, sehingga orang merasa dimengerti dan

dihargai.

B. Penelitian yang Relevan

Manfaat dari penelitian yang relevan yaitu sebagai acuan agar

penelitian yang sedang dilakukan menjadi lebih jelas. Beberapa penelitian

yang relevan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan (Wadji et al., 2018) berjudul “Hubungan

kecerdasan naturalistik, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan

intrapersonal dengan hasil belajar biologi peserta didik kelas XI IPA

SMA Negeri di kota Makassar”. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan kecerdasan naturalistik dengan hasil belajar

Biologi peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri di Kota Makassar

dengan nilai korelasi sebesar 0,570, terdapat hubungan kecerdasan


39

interpersonal dengan hasil belajar Biologi kelas XI IPA SMA Negeri

di Kota Makassar dengan nilai korelasi sebesar 0,536, terdapat

hubungan kecerdasan intrapersonal dengan hasil belajar Biologi kelas

XI IPA SMA Negeri di Kota Makassar dengan nilai korelasi sebesar

0,531, terdapat hubungan antara kecerdasan naturalistik, kecerdasan

interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal dengan hasil belajar

Biologi peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri di Kota Makassar.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

yang pertama pada variabel bebas, yaitu kecerdasan naturalistik dan

kecerdasan intrapersonal, sedangkan pada variabel terikat yaitu hasil

belajar biologi. Subjek yang digunakan pada penelitian ini peserta

didik kelas XI IPA SMA Negeri di kota Makassar, sedangkan

penelitian yang akan dilakukan pada peserta didik SD kelas V.

Persamaannya pada variabel kecerdasan interpersonal.

2. Penelitian yang dilakukan (Auliana & Andayani, 2021) berjudul

“Pengaruh kecerdasan logika-matematis, kecerdasan intrapersonal dan

kecerdasan interpersonal terhadap tingkat pemahaman pengantar

akuntansi”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan logika-

matematis berpengaruh positif signifikan terhadap pemahaman

pengantar akuntansi, kecerdasan intrapersonal tidak berpengaruh

terhadap pemahaman pengantar akuntansi dan kecerdasan

interpersonal tidak berpengaruh terhadap pemahaman pengantar

akuntansi.
40

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

yang pertama pada variabel bebas, yaitu kecerdasan logika-matematis

dan kecerdasan intrapersonal, sedangkan pada variabel terikat yaitu

tingkat pemahaman pengantar akuntansi. Subjek yang digunakan pada

penelitian ini mahasiswa akuntansi Universitas Negeri Malang,

sedangkan penelitian yang akan dilakukan pada peserta didik SD kelas

V. Persamaannya pada variabel kecerdasan interpersonal.

3. Penelitian yang dilakukan (Hikmah & Eva, 2021) berjudul “Pengaruh

Kecerdasan Interpersonal terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika”. Hasil penelitian menyimpulkan terdapat pengaruh

signifikan antara kecerdasan interpersonal terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

yang pertama pada variabel variabel terikat yaitu kemampuan

pemecahan masalah matematika. Persamaannya pada variabel

kecerdasan interpersonal.

4. Penelitian yang dilakukan (Rochmahwati & Afifah, 2018) berjudul

“Kecerdasan Interpersonal, Intrapersonal dan Kecerdasan Emosi

Peserta didik Kelas V Sd Muhammadiyah Ponorogo”. Hasil analisis

menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara

kecerdasan interpersonal dan intrapersonal dengan kecerdasan emosi

peserta didik kelas V SD Muhammadiyah Ponorogo tahun pelajaran

2016/2017 dengan nilai korelasi sebesar 0,75.


41

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

yang pertama pada variabel bebas, yaitu kecerdasan kecerdasan

intrapersonal, sedangkan pada variabel terikat yaitu kecerdasan emosi.

Persamaannya pada variabel kecerdasan interpersonal dan peserta

didik kelas V.

5. Penelitian yang dilakukan (Laviyanto et al., 2022) berjudul “Pengaruh

Kecerdasan Emosional dan Interpersonal terhadap Hasil Belajar PAI

Peserta didik SMA Ma’arif Bumirestu Palas Lampung Selatan”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan

interpersonal berpengaruh signifikan tehadap hasil belajar PAI peserta

didik SMA Ma`arif Bumi Restu Palas Kabupaten Lampung Selatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan

kecerdasan interpersonal secara bersama-sama berpengaruh signifikan

tehadap hasil belajar SMA Ma`arif Bumi Restu Palas Kabupaten

Lampung Selatan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

yang pertama pada variabel bebas, yaitu kecerdasan emosional,

sedangkan pada variabel terikat yaitu kecerdasan interpersonal. Subjek

yang digunakan pada penelitian ini Peserta didik SMA Ma’arif

Bumirestu Palas Lampung Selatan, sedangkan penelitian yang akan

dilakukan pada peserta didik SD kelas V. Persamaannya pada variabel

kecerdasan interpersonal.
42

6. Penelitian yang dilakukan (Zefanya, 2018) berjudul “Pengaruh

kecerdasan intrapersonal dan kedisiplinan belajar terhadap prestasi

belajar Matematika”. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa: (1)

terdapat pengaruh kecerdasan intrapersonal dan kedisiplinan belajar

secara bersama-sama terhadap prestasi belajar matematika; (2)

terdapat pengaruh kecerdasan intrapersonal terhadap prestasi belajar

matematika; (3) terdapat pengaruh kedisiplinan belajar terhadap

prestasi belajar matematika.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

yang pertama pada variabel bebas, yaitu kecerdasan intrapersonal dan

kedisiplinan, sedangkan pada variabel terikat yaitu prestasi belajar

Matematika. Subjek yang digunakan pada penelitian ini siswa kelas X

di SMK Raflesia Depok, sedangkan penelitian yang akan dilakukan

pada peserta didik SD kelas V. Persamaannya pada jenis penelitian.

7. Penelitian yang dilakukan (Dewi et al., 2019) berjudul “Hubungan

kecerdasan interpersonal dan motivasi belajar terhadap hasil belajar

matematika”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan

yang sedang antara kecerdasan interpersonal dan hasil belajar

matematika; (2) ada hubungan yang rendah antara motivasi belajar

dan hasil belajar matematika; (3) ada hubungan yang sedang antara

kecerdasan interpersonal dan motivasi belajar terhadap hasil belajar

matematika. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kecerdasan


43

interpersonal dan motivasi belajar, maka semakin baik pula hasil

belajar matematikanya.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

yang pertama pada variabel bebas, yaitu motivasi belajar, sedangkan

pada variabel terikat yaitu hasil belajar matematika. Subjek yang

digunakan pada penelitian ini siswa kelas VII SMP Negeri se-

Kecamatan Bener, sedangkan penelitian yang akan dilakukan pada

siswa peserta didik kelas V. Persamaannya pada variabel kecerdasan

interpersonal.

8. Penelitian yang dilakukan (Yuliana, 2021) berjudul “Pengaruh

Kecerdasan Intrapersonal terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa

Smp Negeri di Kabupaten Kotabaru”. Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan pada siswa kelas IX di 14 SMP di Kabupaten

Kotabaru yang telah terakreditasi A dan terkareditasi B, menunjukkan

bahwa ada hubungan antara kecerdasan intrapersonal dengan prestasi

belajar siswa. Siswa yang memperoleh prestasi belajar baik, maka

kecerdasan intrapesonalnya tinggi.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

yang pertama pada variabel bebas, yaitu Kecerdasan Intrapersonal,

sedangkan pada variabel terikat yaitu Prestasi Belajar Matematika.

Subjek yang digunakan pada penelitian ini SMP Negeri di Kabupaten

Kotabaru, sedangkan penelitian yang akan dilakukan pada siswa kelas


44

peserta didik kelas V. Persamaannya pada variabel kecerdasan

interpersonal.

9. Penelitian yang dilakukan (Salsabilla & Zafi, 2020) berjudul

“Kecerdasan Interpersonal Peserta Didik Sekolah Dasar”. Berdasarkan

hasil pada penelitian pembelajaran dengan meningkatkan kecerdasan

interpersonal bahwa kecerdasan interpersonal siswa tidak sama, ada

beberapa siswa atau peserta didik yang memiliki kecerdasan yang

berkategori atas ada juga yang berkategori menengah atau sedang ada

juga yang berkategori bawah atau rendah. Pada kategori tinggi

memiliki rentang pada 11-16, sedangkan yang sedang atau menengah

pada rentang 6- 10, yang terakhir pada kategori bawah atau rendah

pada rentang 1-5.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

yang pertama pada variabel terikat yaitu hasil belajar IPS dan jenis

penelitian. Persamaannya pada variabel kecerdasan interpersonal.

10. Penelitian yang dilakukan (V. K. Sari & Wibowo, 2021) berjudul

“Hubungan Kecerdasan Intrapersonal dengan Minat Belajar

Matematika Kelas V Madrasah Ibtidaiyah di Karanganyar”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kecerdasan intrapersonal siswa

kelas V berada pada kategori sedang sebesar 54,70%; (2) Minat

belajar matematika siswa kelas V berada dalam kategori sedang

sebesar 51,40%; (3) Terdapat hubungan yang positif antara

kecerdasan intrapersonal dengan minat belajar siswa kelas V dengan


45

nilai 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 0,870 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 0,159, Model regresi linier

sederhananya adalah 𝑌̂ = 22,978 + 0,851X. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu yang pertama pada

variabel terikat yaitu Minat Belajar Matematika. Persamaannya pada

variabel bebas yaitu Kecerdasan Intrapersonal.

11. Penelitian yang dilakukan (Sener & Çokçaliskan, 2018) berjudul “An

investigation between multiple intelligences and learning

styles”. Telah diamati bahwa siswa memiliki hampir semua jenis gaya

belajar ini tetapi sebagian besar mereka adalah pembelajar taktil dan

auditori. Ketiga kelompok kecerdasan: jenis kecerdasan Naturalistik,

Visual, dan Kinestetik mendapat nilai tertinggi. Analisis juga

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-

laki dan perempuan. Terlihat sebagian besar jenis kecerdasan dan gaya

belajar mempunyai korelasi positif sedang. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada variabel kecerdasan

majemuk dan gaya belajar.

12. Penelitian yang dilakukan (İnan & Erkus, 2017) berjudul “The Effect

of Mathematical Worksheets Based on Multiple Intelligences Theory

on the Academic Achievement of the Students in the 4th Grade

Primary School”.. Menurut hasil penelitian, Hal ini menunjukkan

bahwa LKS Matematika yang disusun berdasarkan Teori Kecerdasan

Ganda telah meningkatkan prestasi akademik siswa secara

umum. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa penyusunan


46

LKS Matematika sesuai dengan bidang kecerdasan siswa yang

berbeda-beda dapat memberikan pengaruh positif terhadap prestasi

akademik siswa.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

pada variabel dan jenis penelitian.

13. Penelitian yang dilakukan (Hardi et al., 2021) berjudul “The

relationship between interpersonal intelligence and linguistic

intelligence with mathematics learning achievement in high school

students”. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif

antara kecerdasan interpersonal dan linguistik dengan prestasi belajar

matematika siswa. Meskipun penelitian ini dibatasi pada dua

kecerdasan, namun penting untuk dicatat bahwa temuan penelitian ini

menunjukkan bahwa jumlah kecerdasan pada tingkat dominan dapat

memprediksi prestasi belajar di sekolah.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

pada variabel kecerdasan linguistik. Persamannya yaitu pada variabel

kecerdasan interpersonal.

14. Penelitian yang dilakukan (Kuncorowati & Saputro, 2017) berjudul

“Mathematics creative thinking levels based on interpersonal

intelligence”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan

kecerdasan interpersonal tinggi mencapai kemampuan berpikir kreatif

tingkat ketiga dan keempat. Siswa dengan kecerdasan interpersonal

sedang mencapai tingkat kedua dalam kemampuan berpikir kreatif dan


47

siswa dengan kecerdasan interpersonal rendah mencapai tingkat

pertama dan nol dalam kemampuan berpikir kreatif.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

pada variabel kemampuan berpikir kreatif. Persamannya yaitu pada

variabel kecerdasan interpersonal.

15. Penelitian yang dilakukan (Yavich & Rotnitsky, 2020) berjudul

“Multiple Intelligences and Success in School Studies”. Temuan

menunjukkan bahwa di kelas unggulan persentase siswa dengan dua

atau tiga kecerdasan dominan lebih tinggi dibandingkan persentase di

kelas biasa. Kesimpulannya, kecerdasan dominan yang sangat

mempengaruhi dan mengukur prestasi dalam sistem pendidikan

bukanlah kecerdasan logis-matematis dan linguistik-verbal, melainkan

hanya logika-matematis. Selain itu, banyaknya kecerdasan pada

tingkat dominan dapat memprediksi dan menunjukkan keberhasilan

siswa di sekolah.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

pada variabel kecerdasan majemuk dan jenis penelitian.

16. Penelitian yang dillakukan (Tyaningsih et al., 2022) berjudul

“Mathematical communication skills in solving limit and continuity

problems: Reviewed from intra-and-interpersonal intelligence”.. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan intrapersonal

dan interpersonal berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi


48

matematis siswa. Hal ini dapat memberikan informasi kepada

pendidik untuk memberikan pelayanan yang tepat.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

pada variabel kemampuan komunikasi matematis dan jenis penelitian

yang akan dilakukan.

17. Penelitian yang dilakukan (Okwuduba et al., 2021) berjudul “Impact

of intrapersonal and interpersonal emotional intelligence and self-

directed learning on academic performance among pre-university

science studentsLaporan diri siswa tentang EI dan SDL dikumpulkan

dan dianalisis menggunakan SPSS 26 dan AMOS 24. Analisis faktor

eksploratori dan Analisis faktor eksploratori dan konfirmatori

dilakukan untuk menentukan validitas lintas budaya dari instrumen

dalam konteks Nigeria. Konteks Nigeria. Setelah mengontrol jenis

kelamin dan usia, analisis regresi hirarkis mengungkapkan bahwa

kinerja akademik siswa kinerja akademik siswa diprediksi secara

positif oleh EI Interpersonal dan Intrapersonal yang dirasakan,

sedangkan pembelajaran mandiri memiliki dampak prediktif yang

tidak konsisten pada langkah-langkah yang berbeda dalam model.

Secara keseluruhan, prediktor mampu menjelaskan sebagian besar

kinerja akademik siswa dalam program pra-universitas. Saran-saran

yang bermanfaat telah dibuat.


49

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

pada variabel Kecerdasan Emosional dan Pembelajaran Mandiri.

Persamannya yaitu pada variabel kecerdasan interpersonal.

18. Penelitian yang dilakukan (Budiasningrum et al., 2020) berjudul “The

Relationship Between Interpersonal Intelligence and Parents’

attention”. Perhatian secara bersamaan dengan Keterampilan

Berbicara Bahasa Inggris. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat

memotivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan komunikasinya

dengan banyak melakukan interaksi di komunitasnya. Selain itu, guru

perlu melakukan diskusi dengan orang tua agar orang tua lebih

memberikan perhatian kepada anaknya.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

pada variabel perhatian orang tua dengan keterampilan berbicara

bahasa Inggris. Persamannya yaitu pada variabel kecerdasan

interpersonal.

19. Penelitian yang dilakukan (S. P. Sari, 2019) berjudul “A correctional

study: the relationship between interpersonal intelligence and

learning style in high school elementary teacher education students”.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang kecil namun

positif antara kecerdasan interpersonal dengan gaya belajar (r = 0,374,

< 0,05). derajat interpersonal gaya belajar kinestetik berada pada

tingkat tertinggi (rata-rata = 83,18), gaya belajar auditorial di tingkat

sedang (rata-rata = 79,83) dan gaya belajar visual di tingkat terendah


50

(rata-rata 77,89). Hal ini menunjukkan bahwa gaya belajar khususnya

gaya belajar kinestetik dapat menjadi bagian dari karakteristik

kecerdasan interpersonal.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

pada variabel gaya belajar. Persamannya yaitu pada variabel

kecerdasan interpersonal.

20. Penelitiam yang dilakukan (Ganeshwari & Ganesan, 2021) berjudul

“A Study on Interpersonal Intelligence of B. Ed. Student Teachers in

Theni District”. Ada perbedaan yang signifikan dalam Kecerdasan

Interpersonal antara pria dan wanita B. Ed. guru siswa. Siswa guru

perempuan (M=137.07) (M=123.85) memiliki Kecerdasan

Interpersonal lebih banyak dibandingkan siswa laki-laki. Ada

perbedaan yang signifikan dalam Kecerdasan Interpersonal antara

pedesaan dan perkotaan B. Ed. guru siswa. Perkotaan (M=136.18)

wilayah B. Ed. siswa guru memiliki Kecerdasan Interpersonal lebih

dari B. Ed. guru siswa daerah pedesaan (M=124.73).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

pada jenis penelitian. Persamannya yaitu pada variabel kecerdasan

interpersonal.

C. Kerangka Berpikir

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami

orang lain; apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, dan

bagaimana bekerja sama dengan mereka. Kecerdasan interpersonal


51

merupakan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang

lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang

lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya.

Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial,

yang selain kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan

teman, juga mencakup kemampuan seperti memimpin, mengorganisasi,

menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari peserta

didik yang lain, dan sebagainya.

Pengembangan pembelajaran IPS dapat dilakukan melalui

kecerdasan anak. Selain kecerdasan intrapersonal, ada kecerdasan lain

yang juga memiliki keterkaitan dengan pembelajaran IPS yaitu

kecerdasan interpersonal. Kecerdasan ini juga termasuk dalam rumpun

kecerdasan sosial. Kecerdasan interpersonal atau bisa disebut juga

sebagai kecerdasan antar pribadi merupakan kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain. Kecerdasan ini adalah kemampuan

untuk memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana

hati, maksud, dan keinginan orang lain kemudian menanggapinya secara

layak. Seorang anak yang memiliki keterampilan kecerdasan

interpersonal yang tinggi menyukai belajar berkelompok, belajar sambil

berinteraksi dan bekerja sama, kerap merasa senang bertindak sebagai

penengah atau mediator dalam perselisihan dan pertikaian baik di sekolah

maupun di rumah. Bila kecerdasan ini diterapkan dalam pembelajaran

IPS, tentu hasil yang akan didapat dalam belajar IPS akan lebih
52

memuaskan. Pembelajaran akan lebih terlihat hidup dan menarik dengan

adanya pembelajaran secara berkelompok dan adanya kerja sama antar

peserta didik yang dapat mempererat hubungan dan tali persahabatan

antar teman di dalam kelas.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka bentuk kerangka pikir dari

penelitian ini adalah sebagai berikut.

Kecerdasan Hasil Belajar


Interpersonal (X) (Y)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka peneliti

merumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu: “Ada pengaruh yang

signifikan kecerdasan interpersonal terhadap hasil belajar IPS peserta didik

kelas V SD Muhammadiyah Tonggalan Kecamatan Klaten”.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain

ex post facto. Penelitian ex post facto merupakan suatu penelitian yang

dilakukan untuk meneliti suatu peristiwa yang telah terjadi dan kemudian
53

melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat

menimbulkan kejadian tersebut (Sugiyono, 2016). Penelitian ex post facto

adalah penyelidikan empiris yang sistematis dimana ilmuwan tidak

mengendalikan variabel bebas secara langsung karena eksistensi dari

variabel tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut pada dasarnya

tidak dapat dimanipulasi. Penelitian ex post facto secara metodis

merupakan penelitian eksperimen yang juga menguji hipotesis tetapi tidak

memberikan perlakuan-perlakuan tertentu karena sesuatu sebab untuk

memberikan perlakuan atau manipulasi. Biasanya karena alasan etika

manusiawi atau gejala atau peristiwa tersebut sudah terjadi dan ingin

menelusuri faktor-faktor penyebabnya atau hal-hal yang

mempengaruhinya (Ibrahim et al., 2018).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah Tonggalan

Kecamatan Klaten yang beralamat di Jl. Tapak Doro No.22, Mlinjon,

Tonggalan, Kec. Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah 57424.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2023.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Secara universal populasi ialah totalitas objek riset yang

berbentuk barang, hewan, tanaman, indikasi klinis, indikasi instan,

nilai hasil uji, manusia, informan, kejadian yang terjalin serta area

yang digunakan selaku sumber informasi primer serta mempunyai ciri


54

tertentu dalam sesuatu riset (Ibrahim et al., 2018). Populasi adalah

keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda,

hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-

peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu di

dalam suatu penelitian (Hardani et al., 2020). Sesuai dengan pendapat

tersebut, yang menjadi populasi dalam penelitian adalah seluruh

peserta didik kelas V SD Muhammadiyah Tonggalan Kecamatan

Klaten yang berjumlah 32 peserta didik.

2. Sampel

Sampel adalah sebagain anggota populasi yang diambil dengan

menggunakan teknik pengambilan sampling (Hardani et al., 2020).

Sampel merupakan sebagian objek yang diambil dari keseluruhan

objek yang diteliri dan dianggap mampu mawakili seluruh populasi

(Nurdin & Hartati, 2019). Teknik sampling yang digunakan yaitu total

sampling, artinya keseluruhan jumlah populasi digunakan sebagai

sampel dalam penelitian.

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah kecerdasan

interpersonal (variabel bebas) dan hasil belajar (variabel terikat). Definisi

operasional variabel yaitu:

1. Kecerdasan interpersonal kemampuan dan keterampilan seseorang

dalam membangun sebuah relasi dan mempertahankan relasi sosialnya

sehingga kedua belah pihak berada dalam mutualisme. Kecerdasan


55

interpersonal tersebut meliputi peka terhadap emosi orang lain, mudah

berinteraksi, dan memiliki empati yang tinggi terhadap orang lain.

Indikator kecerdasan interpersonal yaitu social insight, social

sensitivity, social communication yang dapat diukur menggunakan

angket dengan skala Likert.

2. Hasil belajar IPS merupakan tolak ukur utama untuk mengetahui

keberhasilan belajar IPS peserta didik, dengan kata lain sebagai hasil

dari pengukuran dan penilaian usaha berlajar selama proses

pembelajaran IPS. Hasil belajar diukur menggunakan nilai raport.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2016) teknik pengumpulan data adalah

langkah yang paling utama dalam penelitian, karena bertujuan untuk

mendapatkan data. Mengumpulkan data dalam sebuah penelitian

membutuhkan beberapa instrumen. Instrumen penelitian adalah alat yang

digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih

mudah dan lebih baik. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini diantaranya:

1. Angket

Instrumen untuk mengukur kecerdasan emosional yaitu angket.

Angket merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk djawab atau ditanggapi guna mengetahui informasi

tentang keadaan diri maupun hal-hal lain dari responden tersebut.


56

Angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk

sedemikian rupa, sehingga responden tinggal memberikan tanda

check list (√) pada kolom atau tempat yang sesuai, dengan angket

langsung menggunakan skala bertingkat (Arikunto, 2019).

Pernyataan-pernyataan dalam skala tersebut disediakan jawaban

yang berbentuk skala kesesuaian dan ketidaksesuaian terhadap

pernyataan. Pernyataan-pernyataan yang disusun terdiri dari dua

komponen aitem, yaitu favourable (pernyataan positif) dan

unfavourable (pernyataan negatif). Skor jawaban angket dalam

penelitian ini disajikan pada tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Skor Jawaban Angket

Jawaban Favorable Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Interpersonal

No. Butir
Indikator Sub Indikator
+ -
Social Insight Kesadaran diri 1, 2
Pemahaman situasi sosial 3 4
57

dan etika sosial


Pemecahan masalah 5, 6 7
efektif
Social Sensitivity Kemampuan empati 8, 10, 11 9, 12, 13
Sikap prososial 14, 16, 15, 17
18, 19
Social Komunikasi dengan 20, 21 22, 23
Communication efektif
Mendengarkan efektif 24 25
25
2. Dokumentasi

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar

IPS berdasarkan nilai raport. Instrumen seperti ini dapat disebut

dokumentasi. Dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk

memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen,

tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang

dapat mendukung penelitian (Sugiyono, 2016).

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah cara untuk mengetahui keakuratan instrumen

ditinjau dari tujuan ukurnya. Menentukan apakah suatu tes telah

memiliki validitas atau daya ketepatan mengukur, dapat dilakukan

dari dua segi, yaitu: dari segi tes itu sendiri sebagai totalitas, dan dari

segi itemnya, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tes tersebut

(Azwar, 2018). Rumus yang digunakan dalam melakukan penghitung

koefisien korelasi (rxy) adalah sebagai berikut.

Rxy = N ∑ XY −¿ ¿¿
58

Keterangan :

Rxy = Koefisien korelasi product moment antara X dan Y

X = Skor pernyataan setiap nomor

Y = Skor total

N = Jumlah responden

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah cara untuk mengetahui sejauh mana hasil

pengukuran terhadap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua

kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama

pula. Koefisien reliabilitas sebesar 0,70 atau lebih bisa diterima

sebagai reliabilitas yang baik (Azwar, 2018). Uji reliabilitas penelitian

ini menggunakan metode Cronbach Alpha dengan bantuan SPSS 22.0

for Microsoft Windows. Rumus untuk reliabilitas pada umumnya

adalah sebagai berikut ini:

Rn =
[ M
M −1][
1−
Vx
Vy ]

Keterangan :

Rn = Koefisien reliabilitas

M = Jumlah butir
59

Vx = Variansi butir

Vy = Variansi total

Taraf kesalahan (α) = 0,05

G. Teknik Analisis Data

Analisis data atau pengolahan data merupakan satu langkah penting

dalam penelitian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis statistik. Analisis statistik adalah cara-cara ilmiah yang

dipersiapkan untuk menyimpulkan, menyusun, menyajikan dan

menganalisis data penelitian yang berwujud angka-angka.

1. Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu

data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,

maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness

(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2018). Peneliti selanjutnya

mengelompokkan ke dalam empat kategori menggunakan sebagai

berikut:

Tabel 3. Norma Penilaian

No Interval Kriteria
1 3,26-4,00 Sangat Baik/Tinggi
2 2,51-3,25 Baik/Tinggi
3 1,76-2,50 Kurang/Rendah
4 1,75-1,00 Sangat Kurang/Sangat Rendah

2. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas
60

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi

datanya menyimpang atau tidak dari distribusi normal. Uji

normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode

Kolmogorov-smirnof, dengan bantuan program SPSS. (Ghozali,

2018) menyatakan metode Kolmogorov-smirnof, kriteria

pengujian adalah sebagai berikut.

1) Jika p-value < 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai

perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti

data tersebut tidak normal

2) Jika p-value > 0,05 maka berarti tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data

normal baku, berarti data tersebut normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel

independen dan variabel dependen dalam penelitian ini

mempunyai hubungan yang linear jika kenaikan skor variabel

independen diikuti kenaikan skor variabel dependen (Ghozali,

2018). Perhitungan ini akan dibantu dengan SPSS versi 20. Dasar

pengambilan keputusan dalam uji linearitas adalah:

1) Jika p-value ≥ 0,05, maka hubungan antara variabel X dengan

Y adalah linear.
61

2) Jika p-value ≤ 0,05, maka hubungan antara variabel X dengan

Y adalah tidak linear.

3. Uji Hipotesis

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh variabel penjelas atau independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2018). Pengujian ini

menggunakan tingkat signifikansi 5% dan melakukan perbandingan

antara t-hitung dengan t-tabel. Jika nilai t-hitung > t-tabel dan p-value

< 0,05, maka setiap variabel bebas yang diteliti berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika nilai t-hitung < t-

tabel dan p-value < 0,05, maka setiap variabel bebas yang diteliti tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

4. Koefisien Determinasi (R2)

Kontribusi variabel independen secara bersama-sama terhadap

variabel dependen dapat diketahui dengan melihat besaran koefisien

determinasi totalnya (R2). Jika nilai (R2) yang diperoleh mendekati 1,

maka hubungan variabel independen terhadap variabel dependen

semakin kuat. Sebaliknya jika nilai (R 2) yang diperoleh mendekati 0

maka hubungan variabel independen terhadap variabel dependen

lemah. Nilai (R2) dapat naik atau turun apabila satu variabel

independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2018).


62

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran lokasi penelitian

1. Profil SD Muhammadiyah Tonggalan Kecamatan Klaten

Salah satu sekolah swasta dengan akreditasi A. Sekolah ini memiliki

NSS 104156002086. Sekolah ini berlokasi di Jl. Tapak Doro No.22, Mlinjon,

Tonggalan, Kec. Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah 57424.

Sekolah ini menggunakan Agama Islam sebagai pegangan utama pendidikan

Agamanya. Visi sekolah ialah sebagai lembaga pendidikan yang mampu untuk
63

menyiapkan dan mendasari serta mengembangkan pemberdayaan insan yang

unggul dan berkualitas IPTEK dan IMTAQ.

Adapun Misi dari sekolah ini ialah: (1) Membentuk manusia muslim yang
yang bertaqwa dan berakhlak mulia; (2) Menanamkan rasa percaya diri,
cinta tanah air dan negara; (3) Meningkatkan kemampuan dasar anak didik
dalam ilmu pengetahuan umum dan pendidikan Al Islam yang sebenar-
benarnya; (4) Berperan aktif dalam menciptakan terwujudnya 34
masyarakat utama yang adil dan makmur dengan ridho dari Allah SWT; (5)
Meningkatkan kualitas edukatif melalui peningkatan mutu siswa dan guru
serta (6) Meningkatkan pelayanan dan kerjasama dengan orang tua serta
masyarakat luas yang peduli terhadap pendidikan. SD
Muhammadiyah Tonggalan Kecamatan Klaten ini berdiri dengan tujuan (1)
Menghasilkan lulusan yang memiliki kesiapan dalam menghadapi perubahan
dan perkembangan zaman; (2) Memberikan bekal akedemik dan non
akademik yang dapat membantu siswa dalam memasuki jenjang pendidikan
yang lebih tinggi; (3) Memberikan wadah bagi siswa untuk mengasah dan
mengembangkan kreasinya, sehingga dapat dijadikan sebagai bekal hidup di
masyarakat dan (4) Memberikan kemudahan bagi seluruh warga sekolah
dalam mengakses dan mengembangkan informasi guna menunjang kegiatan
pembelajaran

B. Hasil Penelitian
1. Uji Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari

instrument (kuesioner) yang digunakan dalam pengumpulan data. Suatu

kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali,

2011:97).

Validitas pengukuran dapat dilihat pada corrected item-Total

correlation tampilan SPSS uji Validitas. Corrected item-Total correlation

adalah korelasi antara item bersangkutan dangan total item. Secara umum, jika
64

nilai corrected item-Total correlation lebih besar dari rtabel signifikansi

N=100 adalah 0,195 maka pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid

(Lupiyoadi, R dan Hamdani, 2006). Dengan kategori dari validitas variabel

yang mengacu pada pengklafikasian validitas maka uji validitas dapat

dikategorikan adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Uji Validitas

Variabel R hitung T tabel Keterangan


K1 .534** 0,361 Valid
K2 .446* 0,361 Valid
K3 .515** 0,361 Valid
K4 .586** 0,361 Valid
K5 .522** 0,361 Valid
K6 .461* 0,361 Valid
K7 .495** 0,361 Valid
K8 .586** 0,361 Valid
K9 0,451 0,361 Valid
K10 .522** 0,361 Valid
K11 .495** 0,361 Valid
K12 .522** 0,361 Valid
K13 .631** 0,361 Valid
K14 .631** 0,361 Valid
K15 0,427 0,361 Valid
K16 .572** 0,361 Valid
K17 .544** 0,361 Valid
K18 .635** 0,361 Valid
K19 .592** 0,361 Valid
K20 .507** 0,361 Valid
K21 .544** 0,361 Valid
K22 .829** 0,361 Valid
K23 .752** 0,361 Valid
K24 0,389 0,361 Valid
K25 .771** 0,361 Valid
Sumber: Data diolah, 2024

Berdasarkan tabel di atas di kemukakan perbandingan Antara nilai rhitung

dengan nilai r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua butir soal untuk
65

variabel Fasilitas dan Motivasi dinyatakan Valid semua. Hal ini disebabkan

karena nilai r hitung > r tabel signifikansi.

b. Uji Reliabelitas

Instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut mampu

mengungkapkan data yang bisa dipercaya dan sesuai dengan kenyataan yang

sebenarnya. Arikunto (2008) menyatakan: “Reliabilitas menunjukan pada satu

pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik” Reliabel instrumen

merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha,

untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dari variabel sebuah penelitian.

Suatu kuesioner dikatakan handal jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali,

2011). Hasil uji reliabilitas disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. 2 Uji Reliabelitas

No Variabel Batas Nilai Cronbach Keterangan


Norma Alpha
1 Kecerdasan Interpersonal 0,60 0,914 Reliabel
Sumber: Data diolah, 2024

Berdasarkan Tabel di atas maka hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa

semua item pertanyaan dari empat variabel yang diteliti adalah reliabel karena

mempunyai nilai Cronbach Alpha > 0,60.

B. Analisis Data

1. Uji Asumsi Klasik

Pengujian prasyarat analisis dilakukan sebelum melakukan analisis regresi

linier berganda. Prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji
66

normalitas, uji linieritas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas yang

dilakukan menggunakan bantuan komputer program SPSS 21.00 for Windows.

Hasil uji prasyarat analisis disajikan berikut ini.

a. Uji Linieritas

Tujuan uji linieritas adalah untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat linier atau tidak (Ghozali, 2011:166). Hasil rangkuman

uji linieritas disajikan berikut ini:

Tabel 4. 3 Uji Linieritas


ANOVA Table
Variabel
Mean Square F Sig.
Social Studies Learning Outcomes
(Y) * Interpersonal Intelligence (X) 7.536 0.687 0.751

Sumber: Data diolah, 2024

Hasil uji linieritas pada tabel di atas dapat diketahui bahwa semua variabel

memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 (sig>0,05), hal ini

menunjukkan bahwa semua variabel penelitian adalah linier..

b. Uji Normalitas

Uji normalitas berguna untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak.

Tabel 4. 4 Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 32
Normal Parametersa Mean 0.0000000
Std. Deviation 3.02939035
Most Extreme Differences Absolute 0.150
Positive 0.070
Negative -0.150
Kolmogorov-Smirnov Z 0.850
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.466
67

Sumber: Data diolah, 2024

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa besarnya nilai kolmogorov-

smirnov Z sebesar 0,850 dan signifikansi 0,466 (0,466 >0,05) yaitu dengan hasil

lebih dari 0,05 yang berarti data residu terdistribusi normal sehingga layak untuk

digunakan.

2. Uji Analisis Regresi Berganda

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh kualitas

pelayanan, persepsi harga, dan citra merek terhadap kepuasan pelanggan

pengguna jasa potong rambut Ei8ht Barbershop di Kota Baturetno Kabupaten

Wonogiri. Analisis regresi berganda dipilih untuk menganalisis pengajuan

hipotesis dalam penelitian ini. Berikut ini hasil analisis regresi berganda yang

dilakukan dengan menggunakan program SPSS 22.00 for Windows.

Tabel 4. 5 Hasil Analisis Regresi Berganda


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 33.167 6.802 4.876 0.000
Interpersonal
20.760 2.962 0.788 7.008 0.000
Intelligence (X)
a, Dependent Variable: Social Studies Learning Outcomes (Y)
Sumber: Data diolah, 2024

Dari hasil analisis regresi dapat diketahui persamaan regresi berganda

sebagai berikut:

Y = 33.167 + 7.008X1
68

Berdasarkan persamaan tersebut, maka dapat dijelaskan sebagai berikut Nilai

konstanta sebesar 33.167 dapat diartikan apabila variabel fasilitas pendidikan

dianggap konstan, maka variabel motivasi belajarn akan sebesar 7.008.

a. Uji t (secara parsial)

Uji t merupakan pengujian untuk menunjukkan signifikansi pengaruh

secara individu variabel bebas yang ada didalam model terhadap variabel terikat.

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel

bebas menjelaskan variasi variabel terikat. Apabila nilai signifikansi lebih kecil

dari 0,05 (sig<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Hasil statistik uji t untuk variabel kecerdasan interpersonal diperoleh nilai t

hitung sebesar 7,008 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0000 lebih kecil dari 0,05

(0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), dan koefisien regresi mempunyai nilai

positif sebesar 0,300; maka hipotesis yang menyatakan bahwa “Terdapat

pengaruh positif kecerdasan interpersonal terhadap hasil belajar IPS peserta didik

kelas V SD Muhammadiyah Tonggalan Kecamatan Klaten diterima.

b. Koefisien Determinasi (Adjusted R2 )

Koefisien determinasi merupakan suatu alat untuk mengukur besarnya

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Besarnya koefisien determinasi

berkisar antara angka 0 sampai dengan 1, besar koefisien determinasi mendekati

angka 1, maka semakin besar pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen.

Tabel 4. 4 Koeifisien Determinasi


69

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std, Error of the
Estimate
1 0.788a
0.621 0.608 03.07947
a, Predictors: (Constant), Interpersonal Intelligence (X)

Hasil uji Adjusted R2 pada penelitian ini diperoleh nilai sebesar 0,521.

Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh variabel kecerdasan

interpersonal sebesar 62,1%, sedangkan sisanya sebesar 37,9% dipengaruhi oleh

faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini

C. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh fasilitas

belajar terhadap motivasi belajar siswa di SD Muhammadiyah Tonggalan

Kecamatan Klaten menggunakan uji analisis regresi linier sederhana. Dari hasil

Hasil statistik uji t untuk variabel kecerdasan interpersonal diperoleh nilai t hitung

sebesar 7,008 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0000 lebih kecil dari 0,05 (0,000

lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), dan koefisien regresi mempunyai nilai positif

sebesar 0,300; maka hipotesis yang menyatakan bahwa “Terdapat pengaruh

positif kecerdasan interpersonal terhadap hasil belajar IPS peserta didik kelas V

SD Muhammadiyah Tonggalan Kecamatan Klaten diterima

Hasil uji Adjusted R2 pada penelitian ini diperoleh nilai sebesar 0,521.

Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh variabel kecerdasan

interpersonal sebesar 62,1%, sedangkan sisanya sebesar 37,9% dipengaruhi oleh

faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini


70

Kecerdasan interpersonal memiliki hubungan denganmotivasi belajar ilmu

pengetahuan sosial (IPS) kelas VMI Miftahul Huda Kalipucang. Hal ini

didasarkan pada angket penelitian variabel kecerdasan interpersonal dengan

motivasi belajar yang diisi siswa kelas. Kecerdasan interpersonal merujuk pada

kemampuan akan untuk bersosialisasi, bekerja sama, berhubungan baik dengan

orang lain, kemampuananakberempati dan memahami perasaan dan kebutuhan

oranglainselama berinteraksi dan mampu memperhitungkankeberadaanya dengan

kebiasaan yang berlaku. Siswa yangmemiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi

akan terlihat percaya diri, mudah akrab dengan sahabatnya dandapat menangani

perselisihan antar teman, serta memiliki rasa empati yang tinggi terhadap orang

lain. Siswa yang memiliki kecerdasan ganda akan mudah mengikuti setiap

prosespembelajaran sehingga mudah untuk memahami materi pembelajaran.

Dengan adanya kecerdasan interpersonal yang 73 tinggi, maka akan berpengaruh

terhadap kesiapan belajar siswa, minat belajar siswa serta motivasi belajar siswa .

Penelitian yang dilakukan (Budiasningrum et al., 2020) berjudul “The

Relationship Between Interpersonal Intelligence and Parents’ attention”.

Perhatian secara bersamaan dengan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris. Oleh

karena itu, guru diharapkan dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan

kemampuan komunikasinya dengan banyak melakukan interaksi di

komunitasnya. Selain itu, guru perlu melakukan diskusi dengan orang tua agar

orang tua lebih memberikan perhatian kepada anaknya.


71

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti mengenai pengaruh
fasilitas belajar terhadap motivasi belajar siswa di SD Muhammadiyah Tonggalan
Kecamatan Klaten, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil Hasil statistik uji t untuk variabel kecerdasan interpersonal


diperoleh nilai t hitung sebesar 7,008 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0000
lebih kecil dari 0,05 (0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), dan koefisien
regresi mempunyai nilai positif sebesar 0,300; maka hipotesis yang
menyatakan bahwa “Terdapat pengaruh positif kecerdasan interpersonal
terhadap hasil belajar IPS peserta didik kelas V SD
Muhammadiyah Tonggalan Kecamatan Klaten diterima
2. Hasil uji Adjusted R2 pada penelitian ini diperoleh nilai sebesar 0,521. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh variabel kecerdasan
72

interpersonal sebesar 62,1%, sedangkan sisanya sebesar 37,9% dipengaruhi


oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka terdapat
beberapa saran yang perlu dipertimbangkan bagi berbagai pihak guna perbaikan
penelitian selanjutnya sekaligus manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi sekolah
Diharapkan dalam membantu siswa untuk memanfaatkan fasilitas belajar yang
telah disediakan sekolah agar lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.
2. Bagi Orang Tua
Diharapkan dalam memberikan fasilitas belajar yang lebih memadai ketika
siswa belajar di rumah. Karena fasilitas belajar yang ada di rumah juga dapat
memengaruhi motivasi belajar.

3. Bagi Peserta Didik


Ketika fasilitas belajar yang ada di sekolah dan di rumah sudah terpenuhi,
diharapkan untuk lebih meningkatkan motivasi belajar agar mencapai tujuan
belajar yang diinginkan.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Sehubungan dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka pada
penelitian selanjutnya diharapkan untuk lebih mendalam untuk menggali
informasi dan penyusunan instrumen. Sehingga dapat lebih terungkap fakta-
fakta yang mendasari adanya pengaruh fasilitas belajar terhadap motivasi
belajar siswa
73

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, K. S. (2020). Peran Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Pembentukan


Karakter. Edukasi: Jurnal Pendidikan Dasar, 1(1), 11–20.

Akhiruddin, S. P., Sujarwo, S. P., Atmowardoyo, H., & Nurhikmah, H. (2020).


Belajar & pembelajaran. Gowa: CV. Cahaya Bintang Cemerlang.

Al Hosni, A. A., & Al-Manthari, R. S. (2021). Multiple Intelligences among


Ninth-Grade Students in the Sultanate of Oman. World Journal of Education,
11(2), 15–23.

Arikunto, S. (2019). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Auliana, R. A., & Andayani, E. S. (2021). Pengaruh kecerdasan logika-matematis,


kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal terhadap tingkat
pemahaman pengantar akuntansi. Perspektif: Jurnal Ekonomi Dan
Manajemen Akademi Bina Sarana Informatika, 19(1), 91–98.

Azwar, S. (2018). Penyusunan skala Psikologi. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Bahri, S., & Adiansha, A. A. (2020). Pengaruh Model Learning Cycle 7E dan
Kecerdasan Interpersonal Terhadap Pemahaman Konsep IPA. Jurnal
Pendidikan Anak, 6(1), 44–51.

Budiasningrum, R. S., Komariah, N. G., & Agoestyowati, R. (2020). THE


relationship between interpersonal intelligence and parents’attention.
International Journal Of Multi Science, 1(07), 44–53.

Dewi, M. A., Budiyono, B., & Kurniawan, H. (2019). Hubungan kecerdasan


interpersonal dan motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika.
PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 2, 228–233.

Ganeshwari, N. A., & Ganesan, P. (2021). A Study on Interpersonal Intelligence


of B. Ed. Student Teachers in Theni District. Turkish Online Journal of
Qualitative Inquiry, 12(10).

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25.
In Badan Penebit Universtas Diponogoro (9th ed.). Semarang.

González-Treviño, I. M., Núñez-Rocha, G. M., Valencia-Hernández, J. M., &


Arrona-Palacios, A. (2020). Assessment of multiple intelligences in
elementary school students in Mexico: An exploratory study. Heliyon, 6(4).
74

Hajhashemi, K., Caltabiano, N., Anderson, N., & Tabibzadeh, S. A. (2018).


Multiple intelligences, motivations and learning experience regarding video-
assisted subjects in a rural university. International Journal of Instruction,
11, 167–182.

Hardani, A. H., Ustiawaty, J., Utami, E. F., Istiqomah, R. R., Fardani, R. A.,
Sukmana, D. J., & Auliya, N. H. (2020). Metode penelitian kualitatif &
kuantitatif. Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu Group.

Hardi, F., Tamur, M., & Nendi, F. (2021). The relationship between interpersonal
intelligence and linguistic intelligence with mathematics learning
achievement in high school students. Journal of Didactic Mathematics, 2(2),
71–75.

Hikmah, N., & Eva, L. M. (2021). Pengaruh Kecerdasan Interpersonal Terhadap


Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Diskusi Panel Nasional
Pendidikan Matematika, 7(1).

Ibrahim, A., Alang, A. H., Madi, B., & Ahmad, M. A. (2018). Darmawati,
Metodologi Penelitian. Makasar: Gunadarma Ilmu.

İnan, C., & Erkus, S. (2017). The Effect of Mathematical Worksheets Based on
Multiple Intelligences Theory on the Academic Achievement of the Students
in the 4th Grade Primary School. Universal Journal of Educational
Research, 5(8), 1372–1377.

Irwansyah, D. (2018). Analisis Kecerdasan Kinestetik, Interpersonal dan


Intrapersonal dengan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani. JEHSS: Journal of
Education, Humaniora and Social Sciences, 1(1), 48–51.

Komalasari, D. N., & Zulkifli, Z. (2021). Pengembangan Media Flash Card untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa SDN Donggo. JIIP-
Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 4(6), 441–444.

Kuncorowati, R. H., & Saputro, D. R. S. (2017). Mathematics creative thinking


levels based on interpersonal intelligence. Journal of Physics: Conference
Series, 943(1), 12005.

Kurniawati, I., & Utomo, H. (2021). Pengaruh Kebiasaan Bermain Game Online
terhadap Prestasi Belajar Siswa SD. Elementa: Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, 3(1).

Laviyanto, N. A., Syaifullah, M., & Jaenullah, J. (2022). Pengaruh Kecerdasan


Emosional dan Interpersonal Terhadap Hasil Belajar PAI Siswa SMA
Ma’arif Bumirestu Palas Lampung Selatan. Jurnal Al-Qiyam, 3(1), 52–57.
75

Majdi, M., & Ichsan, A. S. (2019). Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas 1 MI


dalam Model Pembelajaran Menyimak Tipe Bisik Berantai Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia. Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, 2(3), 264–272.

Muhanifah, M., & Fatah, A. (2020). Peran Pesantren dalam Meningkatkan


Kecerdasan Interpersonal Santri melalui Kegiatan Eduwisata (Studi Kasus Di
Pesantren Entrepreneur Al Mawaddah Kudus). QUALITY, 8(1), 15–38.

Murdaningrum, M. I. (2021). Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Ekonomi


dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Pada Peserta
Didik Kelas X IPS 3 MAN 2 Bantul. Jurnal Edutrained: Jurnal Pendidikan
Dan Pelatihan, 5(2), 124–139.

Mustakim, M., & Pratiwi, N. I. (2021). Hubungan antara kecerdasan interpersonal


dengan sikap empati pada siswa. Realita: Jurnal Bimbingan Dan Konseling,
5(2).

Mustika, D., Ambiyar, A., & Aziz, I. (2021). Proses penilaian hasil belajar
kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(6), 6158–6167.

Nurdin, I., & Hartati, S. (2019). Metodologi Penelitian Sosial. Media Sahabat
Cendekia.

Okwuduba, E. N., Nwosu, K. C., Okigbo, E. C., Samuel, N. N., & Achugbu, C.
(2021). Impact of intrapersonal and interpersonal emotional intelligence and
self-directed learning on academic performance among pre-university
science students. Heliyon, 7(3).

PASARIBU, T. U. (2018). Hubungan Kecerdasan Intrapersonal Dan Interpersonal


Dengan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas Xi Ips Di Sma Negeri 6 Kota
Jambi. Jurnal Hubungan Kecerdasan Intrapersonal Dan Interpersonal
Dengan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas Xi Ips Di Sma Negeri 6 Kota
Jambi.

Purnamasri, I. (2020). Pengaruh Kecerdasan Interpersonal, Gaya Belajar, dan


Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar Pai Kelas XI SMAN 1
Tinambung. Inspiratif Pendidikan, 9(2), 260–272.

Rochmahwati, P., & Afifah, M. (2018). Kecerdasan Interpersonal, Intrapersonal


Dan Kecerdasan Emosi Siswa Kelas V Sd Muhammadiyah Ponorogo.
Muslim Heritage, 3(2), 239–262.

Salsabilla, S., & Zafi, A. A. (2020). Kecerdasan Interpersonal Peserta Didik


Sekolah Dasar. Terampil: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 7(1),
35–42.
76

Sari, S. P. (2019). A correctional study: the relationship between interpersonal


intelligence and learning style in high school elementary teacher education
students. Multi-Disciplinary International Conference University of Asahan,
1.

Sari, V. K., & Wibowo, A. (2021). Hubungan Kecerdasan Intrapersonal dengan


Minat Belajar Matematika Kelas V Madrasah Ibtidaiyah di Karanganyar.
JENIUS (Journal of Education Policy and Elementary Education Issues),
2(1), 1–9.

Sener, S., & Çokçaliskan, A. (2018). An investigation between multiple


intelligences and learning styles. Journal of Education and Training Studies,
6(2), 125–132.

Sinaga, R., & Doang, M. (2020). Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal


Anak melalui Metode Bermain. SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen,
1(2), 104–114.

Sternberg, R. J. (2018). Theories of intelligence. handbook of giftedness and


talent (pp. 145–161). American Psychological Association.

Suardi, M. (2018). Belajar & pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.

Sugiyono. (2016). Metode penelitian (3rd ed.). Bandung: alfabeta.

Susanto, A. (2019). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar Edisi


Kedua. Prenada Media Group.

Tartila, M. F., & Aulia, L. A.-A. (2021). Kecerdasan Interpersonal dan Perilaku
Prososial. Jurnal Psikologi: Jurnal Ilmiah Fakultas Psikologi Universitas
Yudharta Pasuruan, 8(1), 53–66.

Tyaningsih, R. Y., Arjudin, A., & Salsabila, N. H. (2022). Mathematical


communication skills in solving limit and continuity problems: Reviewed
from intra-and-interpersonal intelligence. Indonesian Journal of Science and
Mathematics Education, 5(1), 29–42.

Uno, H. B., & Umar, M. K. (2023). Mengelola kecerdasan dalam pembelajaran:


sebuah konsep pembelajaran berbasis kecerdasan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wadji, M., Azis, A. A., & Ngitung, R. (2018). Hubungan kecerdasan naturalistik,
kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal dengan hasil belajar
biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri di kota Makassar. Journal of
Biological Education, 2(1), 13–19.
77

Yavich, R., & Rotnitsky, I. (2020). Multiple Intelligences and Success in School
Studies. International Journal of Higher Education, 9(6), 107–117.

Yuliana, R. (2021). Pengaruh Kecerdasan Intrapersonal Terhadap Prestasi Belajar


Matematika Siswa Smp Negeri Di Kabupaten Kotabaru. Cendekia: Jurnal
Ilmiah Pendidikan, 9(1), 1–8.

Yusrizal, Y., & Fatmawati, F. (2020). Pengaruh Model Reciprocal Teaching dan
Kecerdasan Intrapersonal terhadap Hasil Belajar IPS Siswa. Jurnal Tematik,
10(2), 90–95.

Zefanya, F. (2018). Pengaruh kecerdasan intrapersonal dan kedisiplinan belajar


terhadap prestasi belajar Matematika. JKPM (Jurnal Kajian Pendidikan
Matematika), 3(2), 135–144.

Anda mungkin juga menyukai