a. Gambarkan data tersebut pada diagram pencar dengan indeks S&P pada sumbu vertikal dan IHK pada sumbu horizontal. Jawab:
b. Bagaimana kesimpulan Anda tentang hubungan antara kedua indeks
tersebut? Jawab: Hubungan Indeks harga dan inflasi sangat berhubungan, karena indeks harga adalah dasar untuk menghitung inflasi. Semakin tinggi indeks harga dari waktu ke waktu semakin cepat pula laju inflasi. dengan adanya indeks harga. Pengertian indeks harga adalah suatu tolok ukur yang digunakan untuk mengetahui perubahan harga barang atau jasa dalam perekonomian. Lebih jauh, manfaat indeks harga dalam kegiatan ekonomi adalah sebagai alat ukur dalam perumusan harga sekaligus suatu media guna memperlihatkan kondisi ekonomi negara.
c. Apa yang dinyatakan oleh teori ekonomi tentang hubungan ini?
Jawab: Perubahan IHK dapat mempengaruhi kegiatan perdagangan internasional karena adanya perbedaan harga sebagai dampak perubahan harga tersebut. Perubahan tersebut akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang sehingga mempengaruhi nilai tukar, misalnya jika IHK megalami kenaikan (inflasi) lebih tinggi daripada tingkat inflasi Amerika, maka akan memicu bertambahnya nilai impor sehingga nilai tukar Indonesian Rupiah (IDR) terhadap United States Dollar (USD) akan melemah. Tetapi tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap pergerakan nilai tukar USD terhadap IDR, yang berarti bahwa jika IHK mengalami kenaikan maka arah pergerakan nilai tukar USD terhadap IDR juga akan meningkat. Sedangkan apabila IHK mengalami penurunan (deflasi) lebih tinggi dari tingkat deflasi Amerika, maka nilai ekspor akan bertambah sehingga nilai tukar IDR terhadap USD akan menguat dan pergerakkan nilai tukar USD terhadap IDR akan melemah. Fenomena ini menyebabkan keterhubungan IHK dan kurs menjadi penting untuk dikaji. Keterhubungan antar dua peubah dapat diukur dengan koefisien korelasi Pearson dengan asumsi dua peubah tersebut memiliki hubungan linier. Dua peubah memiliki hubungan linier apabila perubahan dalam satu peubah dikaitkan dengan perubahan yang sebanding pada peubah lainnya. Jika hubungan dua penguubah tidak linier maka ukuran keterhubungan Spearman’s Rho atau Kendall’s Tau dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan tersebut. Berbeda dengan koefisien korelasi Pearson, ukuran keterhubungan ini tidak memerlukan asumsi normalitas dan data yang digunakan dapat berupa data kategorik (tingkat pendidikan, kelompok usia, kategori pekerjaan, dll) maupun data numerik (kurs rupiah, rasio keuangan, pertumbuhan ekonomi, dll). Pada umumnya, kasus-kasus yang distribusinya tidak normal tidak terlalu diperhatikan atau bahkan dipaksakan dengan asumsi berdistribusi normal. Oleh karena itu diperlukan metode yang dapat mengatasi permasalahan ini, salah satunya adalah dengan pendekatan copula. 2. Perhatikan model regresi di bawah ini:
(S&P) t = B1+B2 IHK t + u t
a. Berdasarkan data pada nomor 1, gunakan metode kuadrat terkecil untuk
menaksir persamaan tersebut. Jawab : (S&P) t =B1+B2 IHK t + u t (2185,08) t =B1+B2 1184,2 t + u t b. Interpretasikan hasilnya.
Interpretasinya bahwa Tabel pertama menunjukkan variabel apa
saja yang diproses, mana yang menjadi variabel bebas dan variabel terikat. Tabel kedua menampilkan nilai R yang merupakan simbol dari nilai koefisien korelasi. Pada nilai diatas korelasi adalah 0,077. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa hubungan kedua variabel penelitian ada di kategori lemah. Berdasarkan tabel di atas digunakan untuk menentukan taraf signifikansi atau linieritas dari regresi. Kriterianya dapat ditentukan berdasarkan uji F atau uji nilai Signifikansi (Sig.). Cara yang paling mudah dengan uji Sig., dengan ketentuan, jika Nilai Sig. < 0,05, maka model regresi adalah linier, dan berlaku sebaliknya. Berdasarkan tabel ketiga, diperoleh nilai Sig. = 0,001 yang berarti < kriteria signifikan (0,05), dengan demikian model persamaan regresi berdasarkan data penelitian adalah signifikan artinya, model regresi linier memenuhi kriteria linieritas. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan Antara IHK dan S&P setiap tahunnya.