PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
7. Bagaimana lingkungan pendidikan di SD/MI ?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
disebut terakhir pengelolaannya dapat dilakukan oleh perseorangan
maupun kelompok.
4
4. Materi pelajaran. Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal
dan materi informal. Materi formal adalah isi pelajaran yang terdapat
dalam buku teks resmi (buku paket) di sekolah, sedangkan materi
informal ialah bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan
sekolah yang bersangkutan. Bahan-bahan yang bersifat informal ini
dibutuhkan agar pengajaran itu lebih relevan dan aktual. Komponen ini
merupakan salah satu masukan yang tentunya perlu dipertimbangkan
dalam strategi belajar-mengajar.
5. Metode pengajaran. Ada berbagai metode pengajaran yang perlu
dipertimbangkan dalam strategi belajar-mengajar. Ini perlu, karena
ketepatan metode akan mempengaruhi bentuk strategi belajar-mengajar.
6. Media pengajaran. Media, termasuk sarana pendidikan yang tersedia,
sangat berpengaruh terhadap pemilihan strategi belajar-mengajar.
Keberhasilan program pengajaran tidak tergantung dari canggih atau
tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan keefektifan
media yang digunakan oleh guru.
7. Lingkungan Pendidikan, lingkungan yang tidak bertanggung jawab
secara langsung terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan
faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar
terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal adlam satu
lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak.
Pada dasarny lingkungan mencakup lingkungan didik, lingkungan
budaya, dan lingkungan sosial.
5
kedudukan dan fungsi sentral. Itu sebabnya setiap tenaga pendidikan perlu
memahami dengan baik tujuan pendidikan (Suardi, 2010:7).
Tujuan pendidikan nasional dalam Pembukaan UUD 1945 adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Kecerdasan yang dimaksud disini bukan
semata-mata kecerdasan yang hanya berorientasi pada kecerdasan
intelektual saja, melainkan kecerdasan meyeluruh yang mengandung
makna lebih luas.
Tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No.20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 berbunyi :
”…bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
6
mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah
diajarkan, perlu dilakukan evaluasi. Indikator keberhasilan ini dapat
diketahui dari hasil evaluasi. Jika sebagian besar peserta didik telah
menguasai dan memahami materri yang diajarkan maka dapat dikatakan
tujuan pembelajaran telah tercapai. Biasanya para pendidik mencantumkan
derajat tingkat keberhasilan dalam rencana pembelajarannya seperti
pembelajaran dikatakan berhasil jika 80 % peserta didik menguasai materi
yang diajarkan sebesar 75 %. Bila setiap pembelajaran yang berlangsung
dapat mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal maka
tujuan kurikulernya telah tercapai pula. Dan bila seluruh lembaga
pendidikan dapat mewujudkan tujuan pendidikan pada masing-masing
lembaganya maka tujuan pendidikan yang diinginkan oleh negara tersebut
telah tercapai. Namun bila dalam pelaksanaannya tujuan pendidikan belum
tercapai optimal maka perlu dilakukan upaya tindak lanjut guna
memperbaikinya seperti adanya program remedial serta layanan belajar
lainnya. Selain melakukan upaya ini, rencana tindak lanjut dapat juga
berupa adanya revisi pada komponen-komponen yang terlibat dalam
aktivitas pembelajaran sehingga dapat berfungsi lebih efektif dan efisien.
Upaya revisi ini dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja seluruh
komponen agar dapat menghasilkan out put yang bermutu yang tanggap
terhadap perkembangan IPTEKS serta sesuai dengan kebutuhan
masyarakatnya.
1. Guru tidak menekuni profesinya secara utuh, hal tersebut dapat terlihat
dari rendahnya profesionalisme guru. Masalah yang timbul adalah seorang
gur tidak bida mendidik anak didiknya dengan baik, misalnya malah
melakukan tindak kekerasan atau pelecehan seksual yang terjadi pada muri
sekolah dasar JIS.
7
2. Guru yang belum memiliki kompetensi yang cukup untuk mengajar,
dengan pemilikan kompetensi, guru dapat dilihat kemampuannya dalam
melaksanakan tugas-tugas dan tanggungjawabnya. Minimal untuk
mengajar di jenjang SD/MI adalah guru dengan lulusan pendidikan
minimal S1 agar berkompeten dalam mengajar peserta didiknya.
3. Guru yang menggunakan pola mengajar konvensional dari pada
berdasarkan kompetensi, sehingga bisa dipastikan siswa tidak dapat
berkembang sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.
4. Beban kerja guru tinggi, sehingga akan berdampak pada kualitas materi
yang disampaikan guru kepada peserta didik. Karena terkadang para guru
memikirkan akan banyak tugas yang dijalaninya, akan dijadikan suat
beban, sehingga dalam proses pembelajaran anak SD/MI yang butuh
kesabaran lebih dalam mengajar tidak akan terealisasikan.
5. Masih ada guru yang mengabaikan aspek-aspek mengenai dasar-dasar
mengajar, sehingga siswa banyak yang dijadikan patung/bersifat pasif.
Biasanya permasalahannya berhubungan dengan caa mengajar yang tidak
tepat, misalnya metode pembelajarannya sehingga membuat anak didik
tidak berkembang.
1. Senang bermain.
8
mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau seni
budaya dan keterampilan
2. Senang bergerak,
9
belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep
lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep
tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin, moral,
dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran
akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya
dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru
hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan
lebih memahami tentang solat jikalangsung dengan prakteknya.
”tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari
kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia
dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas
berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut
menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitan
dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya” .
10
Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang besar yaitu
11
c. Mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan
sistem pendisiplinan siswa secara adil.
d. Lebih banyak memberikan penguatan perilaku (reinforcement)
melalui pujian/ ganjaran atas segala perilaku positif siswa dari pada
pemberian hukuman atas perilaku negatif siswa.
12
4. Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri:
13
c. Pengetahuan dan Pemahaman
1) Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
mengeksplorasi bidang-bidang yang ingin diketahuinya.
2) Menyediakan pembelajaran yang memberikan tantangan
intelektual melalui pendekatan discovery-inquiry
3) Menyediakan topik-topik pembelajaran dengan sudut pandang
yang beragam
d. Estetik
1) Menata ruangan kelas secara rapi dan menarik
2) Menempelkan hal-hal yang menarik dalam dinding ruangan,
termasuk di dalamnya memampangkan karya-karya seni siswa
yang dianggap menarik.
3) Ruangan dicat dengan warna-warna yang menyenangkan
4) Memelihara sarana dan pra sarana yang ada di sekeliling
sekolah
5) Ruangan yang bersih dan wangi
6) Tersedia taman kelas dan sekolah yang tertata indah
14
B.4. Permasalahan Ditinjau dari Materi Pembelajaran di SD/MI
A. Kurikulum di MI
Pada dasarnya kurikulum di MI sama dengan kurikulum di
sekolah dasar, hanya saja pada MI terdapat porsi lebih banyak mengenai
pendidikan agama islam. Selain mengajarkan mata pelajaran sebagaimana
sekolah dasar, juga ditambah dengan pelajaran-pelajaran seperti Alquran
dan Hadis, Akidah dan Akhlak, fiqih, sejarah kebudayaan islam dan
bahasa arab.
Sebagai gambaran berikut ini disajikan tabel struktur program
madrasah ibtidaiyah.
STRUKTUR KURIKULUM
MADRASAH IBTIDAIYAH
15
9. Pendidikan Jasmani, 3 3 3 3 3 3
Olahraga,dan Kesehatan
B. Muatan Lokal
1. Bahasa Inggris 1 1 1 1 1 1
2. Bahasa Daerah/Jawa 1 1 1 1 1 1
3.Aswaja/ke-Nu-an - - - 1 1 1
4. Komputer - - - - - -
5. Pengembangan Diri 2 2 4 4 4 2
6. Al Qur’an Metode Qiraati 8 8 8 8 8 -
Jumlah 40 40 46 46 46 46
B. Kurikulum di SD
Sebagai lembaga formal yang bernaung di bawah Depdiknas,
kurikulum yang digunakan oleh SD adalah kurikulum nasional yang
ditetapkan Depdiknas yang berlaku saat ini yaitu Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan rambu-rambu yang ditetapkan
Depdiknas tersebut kemudian dijabarkan ke dalam program-program
pembelajaran yang disesuaikan dengan visi dan misi sekolah.
16
B.5. Permasalahan Ditinjau dari Metode Pembelajaran di SD/MI
Mengajar anak Sekolah Dasar (SD) tentunya akan lebih sulit, karena
pada tahap ini mereka mengalami masa transisi di mana baru memasuki
proses belajar yang serius. Menjadi seorang guru SD tentunya banyak hal
yang harus diperhatikan agar pembelajaran menjadi efektif, seperti : suara
yang lantang dan juga intonasi yang beragam, selain itu dibutuhkan juga
waktu untuk beristirahat dengan menyediakan ice breaker mengingat bahwa
waktu konsentrasi mereka cenderung singkat. Berikut adalah beberapa teknik
mengajar anak SD :
b. Non-directive counseling
Fokus pada anak yang bermasalah dan sang anak yang menentukan
sendiri apakah dia membutuhkan pertolongan dari pihak lain.
c. Eclective counseling
17
Agar para guru atau pertugas bimbingan dapat mengenal murid-
muridd secara lebih tepat sehingga dapat membantunya secara lebih
efektif (Eddy Hendrarno, dkk; 2003). Jumlah anggota kelompok dapat
berupa kelompok kecil (5-10 orang) maupun kelompok besar (25-30
orang). Tujuan teknik home room, selain untuk mengidentifikasikan
masalah dapat pula membantu siswa untuk mampu menghadapi dan
mengatasi masalahnya
b. Field drip (karya wisata)
Kegiatan karyawisata selain mrupakan kegiatan rekreasi ataupun salah
satu metode mengajar, dapat pula difungsikan sebagai salah satu
teknik dalam bimbingan kelompok (Djumhur dalam Eddy Hendrarno,
dkk;2003). Melalui kegiatan karyawisata pertugas bimbingan dapat
mengarahkan murid untuk belajar melakukan penyesuaian diri dalam
kehidupan kelompok.. Tujuan teknik ini adalah pemberian informasi,
pembentukan sikap dan pengembangan bakat serta minat.
c. Group discussion
Bimbingan kelompok yang dilakukan dalam kelompok kecil (5-10
orang). Pada umumya diskusi kelompok berlangsung antara 30-60
menit.
d. Pelajaran bimbingan
Bimbingan dilakukan dalam kelompok-kelompok
Diskusi kelompok merupakan salah satu teknik kelas yang telah ada.
Pembimbing masuk dalam kelas seperti guru biasa, tidak mengajarkan
mata pelajaran seperti dalam silabus, melainkan menyampaikan dan
membahas masalah bimbingan.
e. Kelompok bekerja
Kelompok kerja dibentuk dengan memperhatikan tingkah laku
kemampuan, jenis kelamin, tempat tinggal dan jalinan hubungan
social. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan belajar,
menyalurkan bakat dan minat, membentuk sikap kooperatif dan
18
kompetitif yang sehat, meningkatkan penyesuaian social, yang
kesemuanya akan mengarahkan pada perkembangan murid.
f. Pengajaran remidi
Pengajaran remidi diberikan kepada murid-murid yang mengalami
kesulitan belajar.
g. Organisasi murid
Pembimbing sekolah dapat mengarahkan agar murid dapat mengenal
berbagai aspek kehidupan social, mengembangkan sikap
kepemimpinan dan kerjasama, rasa tanggung jawab dan harga diri.
Tujuannya antara lain menyangkut penyesuaian diri, sikap
kepemimpinan dan kerjasama dan pemecahan masalah.
h. Sosiodrama dan psikodrama
Bedanya, terletak pada jenisnya cerita yang dimainkan dan tekanan
masalah yang hendak diceritakan. Pada sosiodrama lebih menekankan
pada masalah psikis. Meskipun demikian antara keduanya sagat erat
hubunganya dan kadang-kadang sulit dibedakan.
19
6. Sumber belajar bagi siswa sehingga banyak membantu siswa dalam
menyelesaikan tugas dan belajar.
20
4 Proyeksi visual diam Overhead transparansi (OHT),
Film bingkai (slide)
21
4. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan materi yang sesuai dengan
yang akan dikomunikasikan.
5. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan keadaan siswa, jumlah,
usia maupun tingkat pendidikannya.
6. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan situasi dan kondisi
lingkungan tempat media dipergunakan.
7. Janganlah memilih media dengan alasan dengan alasan bahan tersebut
satu-satunya yang kita miliki.
Namun demikian juga harus menjadi pertimbangan dalam memilih
dan menentukan media pembelajaran adalah: situasi pemebelajaran, atau
memperhatikan bagaimana kecocokan media yang akan digunakan dari sudut
kemampuan media itu untuk menyampaikan komunikasi yang diinginkan.
Sedangkan dalam pandangan Tim Applied Approach Peningkatan
Rancangan Pengajaran Universitas Brawijaya (1993:33) ada beberpa langkah
dalam memilih media yang sesuai dengan situasi dan kondisi:
1. Biaya yang murah, baik saat pembelian, dalam pengoperasian, dan
pemeliharaan.
2. Kesesuaian dengan metode pengajaran yang digunakan, kajilah kelainan
teknisnya.
3. Kesesuian dengan karakteristik peserta didik.
4. Pertimbangan praktis, kemudahan, keamanan, kesesuaian, dengan
fasilitas yang ada, keawetan dan kemudahan pemeliharaan.
5. Ketersediaan media, berikut suku cadangannya di pasaran.
Mengingat begitu banyaknya media yang bisa kita pilih (pakai) sesuai
dengan kriteria tersebut diatas, namun pada dasarnya kita bisa memilih media
berdasarkan tiga kriteria:
1. Kelaikan praktis, hal ini berhubungan dengan keakraban pengajar dengan
media, ketersediaan media setempat, ketersediaan waktu untuk
mempersiapkan, ketersediaan sarana dan fasilitas pendukung.
2. Kelaikan Teknis, hal ini berkaitan dengan terpenuhinya persyaratan
bahwa media yang dipilih mampu untuk merangsang dan mendukung
22
proses belajar peserta didik. Dalam hal ini terdapat dua macam mutu yang
perlu deipertimbangkan. Pertama kualitas pesan , yang meliputi relevansi
dengan tujuan belajar , kejelasan dengan struktur pengajaran, kemudahan
untuk dipahami, sistematika yang logis. Kedua kualitas visual, hal ini
megikuti prinsip-prinsip visualisasi seperti keindahan (menarik
membangkitkan motivasi), kesederhanaan (sederhana jelas terbaca),
penonjolan (penekanan pada hal yang penting), keutuhan (kesatuan
konseptual) keseimbangan (seimbang dan harmonis).
23
mana yang harus mendapatkan perhatian pokok dalam media
pembelajaran.
4. Organisasi isi. Pembelajran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau
ketrampilan fisik yang akan dipelajarai diatur dan diorganisasikan
kedalam urutan-urutan yang bermakna. Siswa akan memahami dan
mengingat lebih lama materi pelajaran yang secara logis disusun dan di
urut-urutkan secara teratur. Disamping itu, tingkatan materi yang akan
disajikan tetap berdasarkan kompleksitas dan kesulitan isi materi.
5. Persiapan sebelum belajar. Siswa sebaiknya telah menguasai secara baik
pelajaran dasar atau memilki pengalaman yang diperlukan secara
memadai yang mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media
dengan sukses.
6. Emosi. Pelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan pribadi serta
kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. Media pembeljaran adalah
cara yang sangat baik untuk menghasilkan respon emosional. Seperti rasa
takut, cemas, empati, cinta kasih, dan kesenangan.
7. Partisipasi. Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, sorang siswa
harus mengintenalisasi informasi, tidak sekedar di beritahuakan
kepadanya. Oleh karena itu, belajar memerlukan kegiatan.
8. Umpan Balik. Hasil belajar dapat apabila secara berskala siswa
diinformasikan kemjuan belajarnya. Pengetahuan tentang hasil belajar,
pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk perbaikan pada sisi – sisi
tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi belajar yang
berkelanjutan.
9. Penguatan (reinforcement). Apabila siswa berhasil belajar, ia harus
didorong untuk terus belajar. Pembelajaran yang didorong oleh
keberhasilan amat bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan
secara positif mempengaruhi perilaku di masa- masa yang akan dating.
10. Latihan dan pengulangan. Sesutau hal baru jarang sekali dapat dipelajari
hanya dengan sekali jalan. Agar suatu pengetahuan atau ketrampilan
dapat menjadi bagian kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang,
24
haruslah pengetahuan atau ketrampilan itu sering diualngi dan dilatih
dalam berbagai konteks. Dengan demikian ia dapat tinggal dalam ingatan
dalam jangka panjang.
11. Penerapan. Hasil belajar yang diinginkan adalah kemampuan seseorang
untuk menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau
situasi baru.
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap
hidup di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami
pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah an lingkungan masyarakat, yang
disebut tripusat pendidikan.
1. Keluarga
25
keagamaan, masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik. Masa
kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk meresapkan dasar-dasar
hidup beragama. Dalam hal ini biasakanlah anak-anak untuk pergi ke
gereja/masjid untuk bersama-sama menjalankan ibadah, mendengarkan
khutbah-khutbah atau ceramah-ceramah agama. Jangan hendaknya
penanaman dasar-dasar hidup beragama ini ditunda-tunda, dinanti sampai
anak mencapai kedewasaan, dan dibiarkan memilih agama mana yang
disukai.
2. Sekolah
26
sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya
sebagai berikut:
3. Masyarakat
27
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
28
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. dan Nur Uhbiyati. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Suardi, M. 2010. Pengantar pendidikan teori dan aplikasi. Jakarta : PT Indeks.
Suwarno. 1992. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Roesmaningsih, dan Lamijan Hadi. 2015. Teori dan Praktek Pendidikan.
Surabaya: FIP Universitas Surabaya.
29